Anda di halaman 1dari 2

SEKILAS PG DJATIROTO BAGI telinga awam, nama Djatiroto tidaklah terlalu asing.

Djatiroto sering dikonotasikan sebagai tempat atau keberadaan PG besar di Indonesia beberapa tahun lalu. Mereka yang kini berusia di atas 40 tahun dan pernah belajar ilmu bumi atau geografi, tentu pernah mendapatkan pelajaran dari para guru SD-nya bahwa ada PG besar di Djatiroto. PG Djatiroto yang berlokasi di Desa Kaliboto, Jatiroto, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur berdiri pada awal 1910-an dan merupakan salah satu unit usaha HVA yang bermarkas di Amsterdaam.

Tahun 1884 : rencana pembangunan pabrik gula Tahun 1901 : pelaksanaan babat hutan Tahun 1905 : pembangunan pabrik gula Tahun 1910 : mulai melaksanakan giling Tahun 1912 : peningkatan kapasitas giling menjadi 2.400 tth. Pada tahun tersebut terjadi pergantian nama dari PG Rakanupaksi menjadi PG Djatiroto. Tahun 1972 : melaksanakan rehabilitasi tahap I Tahun 1989 : rehabilitasi II selesai. Kapasitas giling menjadi 6.000 tth. Selanjutnya setiap tahun selalu diadakan inovasi peralatan proses /pabrik, untuk peningkatan kapasitas giling maupun efisiensi perusahaan. Sehingga pada tahun 1996 pemantapan kapasitas giling menjadi 7.000 tth, sampai tahun 2000 PG Djatiroto terus berbenah diri.

Pada tahun 2011, PG Djatiroto merencanakan giling tebu sebanyak 1.067.856,5 ton (tebu sendiri 616.600,0 ton dan tebu rakyat 451.256,5 ton) yang diperoleh dari areal seluas 10.215,0 ha (TS 5.300,0 ha dan TR 4.915,0 ha). Gula dihasilkan diproyeksikan mencapai 76.817,3 ton (milik PG 57.060,8 ton dan milik petani 19.756,5 ton) dan tetes 48.053,6 ton. Kapasitas PG 7.500,0 tth (tidak termasuk jam berhenti) atau 6.265,7 tth sudah termasuk jam berhenti. Setelah mengalami beberapa kali rehabilitasi dan peningkatan kapasitas, kini PG Djatiroto mampu mengging tebu 1,1 juta-1,2 juta ton per tahun dan menghasilkan gula lebih dari 80.000 ton. Sejalan dengan program revitalisasi, pada tahun 2009 lalu kapasitas PG ini ditingkatkan dari 5.500 menjadi 8.000 tth. Pasokan tebu tidak hanya berasal dari lahan sendiri, melainkan juga tebu rakyat. Tingginya daya saing tebu terhadap komoditas agribisnis lain menyebabkan jumlah tebu Kabupaten Lumajang melimpah. Sebagian di antaranya bahkan dipasok ke beberapa PG di Kabupaten Probolinggo.

PROFIL ADMINISTRATUR Sejak Maret 2011, Administratur PG Djatiroto dijabat Djoko Winarno. Lahir di Sragen tahun 1957. Menyelesaikan pendidikan S-1 Ilmu Tanah dari Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas

Maret. Tambahan pendidikan antara lain Kursis Manajemen Perkebunan Madya dan Kursus Manajemen Perkebunan dari Lembaga Pendidikan Perkebunan. Selain itu, beberapa kali mendapatkan pelatihan bidang agronomi, penyuluhan pertanian, dan kepemimpinan sosial. Mengawali karier sebagai Agronomist/Sinder Wilayah di PG Assembagoes/PTP XXIV-XXV. Dalam perjalanan kariernya Djoko Winarno, antara lain pernah menjabat Kepala Rayon PIR Gula I Pelaihari, Kepala Rayon PG Semboro, Kepala Rayon kemudian Kepala Bagian Tanaman PG Djatiroto, Administratur PG Gending, Administratur PG Kedawoeng, dan Administratur PG Assembagoes.

Anda mungkin juga menyukai