Anda di halaman 1dari 22

Assalamualaikum Wr. Wb.

Fadhlan Al Aqmar
Muhammad Azhar Pratama Muhammad Bagas Prakoso Richie Bachtiar Rismawan Tito Ari Perdana

HUKUM INTERNASIONAL

Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur aktivitas entitas berskala internasional. Pada awalnya, hukum internasional hanya diartikan sebagai perilaku dan hubungan antarnegara namun dalam perkembangan pola hubungan internasional yang semakin kompleks pengertian ini kemudian meluas sehingga hukum internasional juga mengurusi struktur dan perilaku organisasi internasional dan pada batas tertentu, perusahaan multinasional dan individu.

B. Tokoh-tokoh Hukum Internasional


Hugo Grotius mendasarkan sistem hukum internasional atas

berlakunya hukum alam. Hukum alam telah dilepaskan dari pengaruh keagamaan dan kegerejaan. Banyak didasarkan atas praktik negara dan perjanjian negara sebagai sumber hukum internasional disamping hukum alam yang diilhami oleh akal manusia, sehingga disebut bapak hukum internasional. Fransisco Vittoria (biarawan dominikan berkebangsaan spanyol abad XIV menulis buku relectio de indis mengenai hubungan spanyol dan portugis dengan orang Indian di AS. Bahwa negara dalam tingkah lakunya tidak bisa bertindak sekehendak hatinya. Maka hukum bangsa-bangsa ia namakan ius intergentes.

Fransisco Suarez (yesuit) menulis de legibius ae deo

legislatore (on laws and god as legislator) mengemukakan adanya suatu hukum atau kaedah obyektif yang harus dituruti oleh negara-negara dalam hubungan antara mereka.
Balthazer Ayala (1548-1584) dan Alberico Gentilis

mendasarkan ajaran mereka atas falsafah keagamaan atau tidak ada pemisahan antara hukum, etika dan teologi.

C. Macam-macam Hukum Internasional


Hukum internasional terbagi menjadi dua bagian, yaitu : Hukum perdata internasional, adalah hukum internasional yang mengatur hubungan hukum antara warga negara di suatu negara dengan warga negara dari negara lain (hukum antar bangsa) Hukum publik internasional, adalah hukum internasional yang mengatur negara yang satu dengan lainnya dalam hubungan internasional (hukum antarnegara)

D. Asas-asas Hukum Internasional


Asas-asas yang berlaku dalam hukum internasional, adalah :
Asas Teritorial, Menurut asas ini, negara melaksanakan hukum bagi

semua orang dan semua barang yang berada dalam wilayahnya. Asas Kebangsaan, menurut asas ini setap warganegara dimanapun dia berada, tetap mendapat perlakuan hukum dari nearanya. asas ini memiliki kekuatan ekstrateritorial, artinya hukum negara tetap berlaku bagi seorang warganegara walaupun ia berada di negara lain. Asas Kepentingan Umum, menurut asas ini negara dapat menyesuaikan diri dengan dengan semua keadaan dan peristiwa yang bersangkut paut dengan kepentingan umum. Jadi, hukum tidak terikat pada batas-batas wilayah suatu negara.

E. Subjek Hukum Internasional


Subjek hukum Internasional terdiri dari :
Negara Individu Tahta Suci / vatican Palang Merah Internasional Organisasi Internasional
Sebagian ahli mengatakan bahwa pemberontak-pun termasuk bagian dari subjek hukum internasional.

F. Sumber Hukum Internasional


Sumber hukum dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu :
Sumber hukum materil, yaitu segala sesuatu yang

membahas dasar berlakunya hukum suatu negara.


Sumber hukum formal, yaitu sumber darimana kita

mendapatkan atau menemukan hukum internasional.

ketentuan-ketentuan

Mahkamah Internasional

Mahkamah Internasional
adalah badan perlengkapan PBB yang berkedudukan di Den Haag, Belanda. Mahkamah Internasional merupakan mahkamah pengadilan tertinggi di seluruh dunia. Oleh karena itu, Mahkamah Internasional memiliki peran dalam mengadili perselisihan kepentingan dan hukum antara Negara-negara di dunia.

B. Sejarah dan Latar Belakang Dibentuknya Mahkamah Internasional


Dalam hukum internasional, penyelesaian secara hukum dewasa ini dapat ditempuh melalui berbagai cara atau lembaga, yakni: Permanent Court of International of Justice (PCIJ atau Mahkamah Permanen Internasional), International Court of Justice (ICJ atau Mahkamah Internasional), the International Tribunal for the Law of the Sea (Konvensi Hukum Laut 1982), atau International Criminal Court(ICC).
PCIJ pendahulu Mahkamah Internasional (ICJ), dibentuk berdasarkan pasal XIV Kovenan Liga Bangsa-bangsa (LBB) pada tahun 1922. Sebagai badan peradilan internasional, PCIJ diakui sebagai suatu peradilan yang memainkan peranan penting dalam sejarah penyelesaian sengketa internasional.

Arti peran PCIJ tampak sebagai berikut:


PCIJ merupakan suatu badan peradilan permanen yang diatur

oleh Statuta dan Rules of Procedure-nya yang telah ada dan mengikat para pihak yang menyerahkan sengketanya kepada PCIJ.
PCIJ

memiliki suatu badan kelengkapan yaitu Registry (pendaftar) permanen yang, antara lain, bertugas menjadi penghubung komunikasi antara pemerintah dan badan-badan atau organisasi internasional.

Negara-negara telah memanfaatkan badan peradilan ini dengan

cara menundukkan dirinya terhadap jurisdiksi PCIJ.

PCIJ memiliki kompetensi untuk memberikan nasihat hukum

terhadap masalah atau sengketa hukum yang diserahkan oleh Dewan atau Majelis LBB. Selama berdiri, PCIJ telah mengeluarkan 27 nasihat hukum yang berupa penjelasan terhadap aturan-aturan dan prinsipprinsip hukum internasional.
Statuta PCIJ menetapkan berbagai sumber hukum yang dapat

digunakannya terhadap pokok perkara yang diserahkan kepadanya termasuk masalah-masalah yang meminta nasihat hukum. PCIJ antara lain diberi wewenang untuk menerapkan prinsip ex aequo et bono apabila para pihak menghendakinya.
PCIJ memiliki lebih banyak perwakilan (anggota) baik dari jumlah

maupun sistem hukum yang terwakili di dalamnya.

Setelah berbagai pertemuan dan pembahasan mengenai pembentukan suatu mahkamah baru, akhirnya kesepakatan berhasil tercapai pada konperensi San Fransisco pada tahun 1945. Konperensi ini memutuskan, antara lain, bahwa suatu badan Mahkamah Internasional baru akan dibentuk dan badan ini merupakan badan hukum utama PBB. Alasan utama konperensi tersebut memutuskan untuk membentuk suatu badan peradilan baru adalah :
Karena Mahkamah tersebut akan merupakan badan hukum utama

PBB, maka dirasakan kurang tepat peranannya tersebut diisi oleh PCIJ yang pada waktu itu (tahun 1945) sudah tidak aktif lagi Pembentukan suatu Mahkamah baru lebih konsisten dengan ketentuan Piagam bahwa semua anggota PBB adalah ipso facto juga anggota Statuta Mahkamah.

Beberapa negara yang merupakan peserta pada Statuta

PCIJ tidak ikut dalam konperensi San Fransisco dan sebaliknya beberapa negara yang ikut dalam konperensi bukanlah peserta pada Statuta PCIJ.
Terdapat perasaan dari seperempat anggota peserta

konperensi pada waktu itu bahwa PCIJ merupakan bagian dari orde lama, yaitu di mana negara-negara Eropa mendominasi secara politis dan hukum masyarakat internasional dan bahwa pembentukan suatu mahkamah baru akan memudahkan bagi negara-negara di luar Eropa untuk memainkan peranan yang lebih berpengaruh.

C. Komposisi Mahkamah Internasional


1. Hakim Mahkamah Internasional Mahkamah Internasional terdiri dari 15 orang hakim. Mereka dipilih berdasarkan suara mayoritas mutlak dalam suatu pertemuan secara bersamaan tetapi terpisah di Dewan Keamanan dan Majelis Umum .Calon hakim harus dinominasikan oleh kelompok negara yang khusus ditunjuk untuk itu (diusulkan kelompok negara yang khusus ditugaskan untuk itu).

Calon

hakim tersebut harus memiliki moral yang tinggi (high moral characteristic). Ia juga harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditetapkan di negaranya untuk menduduki suatu jabatan kehakiman tertinggi, ia harus pula diakui kompetensinya dalam hukum internasional. Statuta Mahkamah mensyaratkan bahwa pemilihan hakim tanpa memandang kebangsaan (nasionalitasnya), namun dalam pelaksanaan faktor kebangsaan sangat dominant karena pengangkatannya ditentukan oleh factor geografis.

Dalam praktik kebiasaan tak tertulis, hakim mahkamah menganut pembagian sebagai berikut :
5 orang dari negara-negara Barat;

3 orang dari negara-negara Afrika;


3 orang dari negara-negara Asia; 2 orang dari negara-negara Eropa Timur; 2 orang dari negara-negara Amerika Latin; Dari praktek tidak tertulis, 5 orang dari 5 negara anggota tetap Dewan

Keamanan mrnduduki jabatan hakim dalam Mahkamah Internasional. Hakim Mahkamah Internasional dipilih untuk jangka waktu 9 tahun, dan setelah itu dapat dipilih kembali. Untuk menjaga kelangsungan suatu sengketa dalam hal seorang atau beberapa hakim telah memasuki masa tugasnya selama 9 tahun, maka Statuta mensyaratkan adanya pemilihan 5 orang hakim untuk bertugas selama 5 tahun secara interval (Pasal 13 ayat (1) Statuta Mahkamah).

2. Hakim Ad Hoc Seorang Hakim ad hoc diharuskan untuk mengucapkan sumpah seperti halnya seorang hakim yang dipilih suatu pihak yang hendak meminta hakim ad hoc. Ia harus mengumumkannya secepat mungkin niat tersebut. Peranan dan kedudukan Hakim ad hoc ini sama dengan peranan dan kedudukan hakim biasa. Namun, dalam persyaratan kuorum hakim untuk mengambil putusan yaitu sebanyak 9 (Sembilan), tidaklah termasuk suara dari Hakim ad hoc ini. 3. Chamber Mahkamah dalam menyelesaikan sengketanya dapat memeriksa dengan seluruh anggotanya atau cukup dengan beberapa hakim tertentu yang dipilih secara rahasia, disebut Chamber. Putasan Chamber tetap dianggap sebagai putusan dari Mahkamah. 4. The Registry Adalah organ administratif Mahkamah, bertanggung jawab hanya pada mahkamah. Tugas utamanya memberi bantuan jasa di bidang administrative kepada negara-nrgara yang bersengketa dan juga berfungsi sebagai suatu sekretariat. Kegiatannya mengurusi masalah administratif, keuangan, penyelenggaraan konferensi dan jasa penerangan dari suatu organisasi internasional.

D. Peranan Mahkamah Internasional


Peranan Mahkamah Internasional adalah : a) Menerima persoalan atau persengketaan dari negara anggota PBB b) Menyelesaikan persoalan atau persengketaan yang dapat mengancam perdamaian dunia c) Memberikan usulan mengenai persoalan atau persengketaan internasional kepada Majelis Umum dan Dewan Keamanan.

Anda mungkin juga menyukai