Anda di halaman 1dari 15

CLONORSIASIS Definisi Klonorkiasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing Clonorchis sinensis yang juga dikenal dengan

n nama cacing hati oriental atau Cina merupakan Agens etiologi Cacing/Helminthes (trematoda/cacing pipih): Karakteristik agens Clonorchis sinensis adalah pada cacing dewasa hidup di saluran empedu, kadang-kadang juga ditemukan di saluran pancreas. Epidemiologi Parasit penyebab penyakit ini tersebar di daerah timur jauh tempat daerah endemic terdapat di RRC, Jepang, Korea, Vietnam dan Taiwan. Faktor risiko Kebiasaan makan ikan kurang matang penyebaran penyakit Pembuangan tinja di kolam ikan

Etiologi Clonorsiasis adalah penyakit yang disebabkan oleh Clonorchis sinensis. Hospes: manusia, kucing, anjing Hospes perantara: keong air tawar Bulinus dan ikan air tawar

Morfologi dan daur hidup Cacing dewasa Panjang 10-25 mm, lebarnya 2-5 mm, bentuk seperti lancet atau pisau bedah, bagian anterior sempit dan posteriornya bulat Oral sucker lebih besar daripada ventral sucker Kelenjar vittelaria pada sisi lateral terletak 1/3 tubuh bagian tengah Mempunyai 2 testis, bercabang-cabang dan terletak pada bagian posterior

Telur Bentuk oval Berdinding tebal Memiliki operculum yang cembung Pada kutub lain terdapat benjolan kecil yang disebut knob

Daur hidup Telur dikeluarkan lewat tinja menetas dimakan keong air (Bulinus, Semisulcospira) mirasidium sporokista redia serkaria serkaria keluar tubuh keong mencari hospes perantara II (ikan family Cyprinidae) metaserkaria (dalam tubuh ikan) dimakan manusia eksitasi di duodenum duktus koledokus saluran empedu yang lebih kecil dewasa dalam 1 bulan Keseluruhan daur hidup terjadi selama 3 bulan

Patologi dan Gejala Klinis Sejak masuk saluran empedu sampai menjadi dewasa menyebabkan iritasi saluran empedu dan penebalan dinding saluran empedu. Selain itu juga terjadi perubahan jaringan hati berupa radang sel hati. Keadaan lebih lanjut dapat terjadi sirosis hepatis disertai asites dan edema. Luasnya organ yang diserang tergantung jumlah cacing yang terdapat di saluran empedu dan lamanya infeksi Gejala klinis Dibagi menjadi 3 stadium 1. Stadium Ringan tida ada gejala 2. Stadium Progresif nafsu makan turun, perut penuh, diare, pembesaran hati 3. Stadium Lanjut ditemukan sindrom hipertensi portal yang terdiri atas pembesaran hati, ikterus, asites, edema, dan sirosis hepatis kadang juga dapat menimbulkan keganasan hati

Diagnosis Ditegakkan dengan ditemukannya telur dalam tinja atau cairan duodenum Pengobatan Praziquantel Pencegahan : 1. Tidak makan makanan mentah (sayuran,daging babi, daging sapi dan daging ikan), buah dan melon dikonsumsi setelah dicuci bersih dengan air. Minum air yang sudah dimasak mendidih baru aman. Menjaga kebersihan diri, sering gunting kuku, membiasakan cuci tangan menjelang makan atau sesudah buang air besar. Tidak boleh buang air kecil/besar di sembarang tempat, tidak menjadikan tinja segar sebagai pupuk; tinja harus dikelola dengan tangki septik, agar tidak mencemari sumber air. 2. Meski kebanyakan penderita parasit usus ringan tidak ada gejala sama sekali, tetapi mereka tetap bisa menularkannya kepada orang lain, dan telur cacing akan secara sporadik keluar dari tubuh bersama tinja, hanya diperiksa sekali mungkin tidak ketahuan, maka sebaiknya secara teratur memeriksa dan mengobatinya.

ORDO SCORPIONIDA (kalajengking/scorpion) Morfologi Sebagaimana Arachnida, kalajengking mempunyai mulut yang disebut khelisera,sepasang pedipalpi, dan empat pasang tungkai. Pedipalpi seperti capit terutama digunakan untuk menangkap mangsa dan alat pertahanan, tetapi juga dilengkapi denganberbagai tipe rambut sensor. Tubuhnya dibagi menjadi dua bagian yaitu sefalotoraks dan abdomen. Sefalotoraks ditutup oleh karapas atau pelindung kepala yang biasanyamempunyai sepasang mata median dan 2-5 pasang mata lateral di depan ujung depan.Beberapa kalajengking yang hidup di guwa dan di liter sekitar permukiman tidak mempunyai mata. Abdomen terdiri atas 12 ruas yang jelas, dengan bagian lima ruas terakhir membentuk ruas metasoma yang oleh kebanyakan orang menyebutnya ekor. Ujung abdomen disebut telson, yang bentuknya bulat mengandung kelenjar racun (venom). Alat penyengat berbentuk lancip tempat mengalirkan venom. Pada bagian ventral, kalajengking mempunyai sepasang organ sensoris yang bentuknya seperti sisir unik disebut pektin. Pektin ini biasanya lebih besar dan mempunyai gigi lebih banyak pada yang jantan dan digunakan sebagai sensor terhadap permukaan tekstur dan vibrasi. Pektin juga bekerja sebagai kemoreseptor (sensor kimia) untuk mendeteksi feromon (komunikasi kimia).

KLASIFIKASI. Ordo scorpionida (kalajengking/scorpion), Famili Buthidae, ada 2 genus, yaitu genus Buthus dan genus Centruroides. KEPENTINGAN MEDIS. Spesies yang kecil tidak menimbulkan gangguan. Spesies ukuran besar yaitu genus Buthus dan genus Centruroides sengatannya sangat berbahaya. GEJALA KLINIS. Racun yang dikeluarkan dapat menyebabkan paralyse, gangguan syaraf, kejang-kejang. Gejala lokal berupa rasa panas seperti terbakar diiringi rasa gatal.kematian terjadi karena gangguan pernapasan, oedema paru-paru, terutama anak-anak. PENGOBATAN. Seperti pada keracunan laba-laba, dapat dilakukan pengikatan proximal luka. Rasa sakit lokal dikurangi dengan penyemprotan Ethylclorida atau suntikan Novocain di sekitar luka. Pengobatan sistemik preparat kortison dan suntikan antivenin. PENCEGAHAN. Penyemprotan rumah dengan insectisida (household insectisida) Contoh spesies: Uroctonus mordax (Kalajengking)

Buthus occitanus (Ketunggeng)

Chelifer cancroides (kala yang hidup di tumpukan buku-buku)

Mastigoproctus giganteus / Whip Scorpion

Whip scorpion Morfologi

Tubuh terdiri dari cephalothorax yang tidak bersegmen dan abdomen yang bersegmen Abdomen terdiri dari Preabdomen 7 segmen Postabdomen 5 segmen

Mempunyai 4 pasang kaki dan sepasang pedipalpus yang kecil namun kuat. Kaki pertama digunakan sebagai antena, whip bearing abdomen menyerupai pecut/cambuk Mensekresi asam format untuk menakuti predatornya dan tidak berbahaya bagi manusia

Kelas Arachnoidea Ordo Acarina Morfologi memiliki sefalotorax dan abdomen yang bersatu kepalanya memiliki alat mulut yang bertaut pada alas kepala yang disebut kapitulum nimfa dan dewasa berkaki empat pasang, tetapi larvanya hanya mempunyai tiga pasang

kaki memiliki mulut yang dapat menusuk dan menghisap darah manusia atau hewan

(parasit) memiliki sepasang mata sederhana, tetapi pada umumnya tidak memiliki mata system sarafnya berupa ganglion besar yang terletak di bawah kelenjar ludah, batang-

batang saraf pendek keluar dari ganglion tersebut alat kelamin terpisah dan berkembangbiak secara kawin

Contoh spesies Rhiphicepalus sanguineus

family Ixodidae (hard tick) basis capituli pada bagian lateral lebih menonjol menyerupai segi enam (hexagonal) feston pada bagian posterior tubuh berbentuk setengah lingkaran banyak ditemukan pada anjing siklus hidup terdiri dari 4 tahapan : telur larva nimfa dewasa mampu menghisap darah hingga ukuran tubuh membesar, pada infeksi berat bisa terjadi

anemia gigitanya menimbulkan dermatitis dan pernularan beberapa penyakit seperti Rocky

Mountain Spotted Fever

bekas gigitannya juga bisa menjadi tempat infeksi sekunder toksin dihasilkan bersama saliva, menyebabkan tick paralisis

gejala yang terjadi adalah gatal dan pembengkakan lokal di tempat gigitan kutu, reaksi alergi yang serius (seperti anafilaksis), dan paralisis paralisis umumnya dapat kembali normal setelah parasit dibasmi

Patogenesis Akibat Toksin Seekor caplak dewasa dapat mengisap darah 0,5-2 mililiter, dalam waktu singkat dapat menyebabkan anemia bagi inangnya. Luka trauma akibat gigitan caplak juga dapat menjadi tempat infeksi sekunder. Caplak juga dapat menyebabkan depresi syaraf akibat toksin yang diproduksi oleh caplak betina di kelenjar saliva. Paralisis biasanya dimulai dari otot belakang tubuh, kemudian menyebar ke seluruh tubuh, terakhir menyerang otototot pernapasan. Paralisis berlangsung selama 1-4 hari. Inang yang sembuh dari tick paralisis menjadi kebal selama 8 minggu sampai 8 bulan. Rhipicephalus sanguineus juga dapat fever, Babesiosis anjing, Erlichiosis anjing dan sejumlah termasuk Rocky Mountain Spotted Fever dan Q Fever. menularkan Boutonneuse penyakit-penyakit lain

Seekor caplak betina mampu bertelur 100 butir sehari. Setelah menetas, muncul larvanya yang segera mencari induk semang untuk menghisap darah yang pertama. Setelah itu larva berubah menjadi caplak muda. Caplak betina menghisap darah 8-10 hari hingga bobotnya mencapai 100 kali lipat dan kemudian melepaskan diri dari anjing untuk mencari tempat bertelur.

Dermacentor andersoni Kelas: Arachnida Ordo: Acarina Family: Ixodidae

a. Morfologi Dermacentor andersoni dewasa : -Basis capituli berbentuk segi empat - Mempunyai 4 pasang kaki, pada tubuh bagian

posterior terdapat feston berbentuk segiempat

Larva : - morfologi mirip yang dewasa hanya lebih kecil -Kaki hanya 3 pasang

b. Siklus hidup Dermacentor andersoni mempunyai tiga host, host pertama dan kedua biasanya berada di tikus dan binatang kecil sedangkan hewan besar seperti rusa, sapi, anjing, domba dan manusia menjadi host yang terakhir. Kutu ini paling sering ditemui antara bulan Maret dan Juni dan biasanya ditemukan pada daerah pegunungan Rocky. Bentuk kutu betina dewasa adalah coklat kemerahan dengan "perisai" putih di bagian anterior dan yang jantan berukuran hampir sama tetapi berwarna belang abu. Kutu-kutu ini bertempat di semak dan rumput yang rendah sehingga memudahkan untuk melekat pada manusia atau

hewan yang melewati rumput itu. Setelah menempel pada host mereka memanjat ke atas, sehingga menimbulkan pehaman yang keliru bahwa mereka jatuh dari pohon. Jika mereka tidak berhasil menempel pada host, kutu akan kembali ke tanah sampai musim semi berikutnya. Kutu ini menempel pada host menggunakan mulut mereka ke kulit dan mengeluarkan semen yang keras. Kutu betina menghisap dengan cepat dan ketika mereka mencapai ukuran sebesar kismis, mereka akan jatuh ke tanah dan beberapa minggu setelahnya, mereka meletakkan beberapa ribu telur dan mati.

Patogenesis Penyakit Dermacentor andersoni, Menjadi agen dan vektor dari beberapa penyakit yang menyerang orang yaitu: tick paralysis, virus encephalitis, tularemia dan sebagainya. Dermacentor variabilis disebut juga American dog tick, biasanya menyerang anjing tetapi dapat menyerang mamalia lain termasuk orang. Bila digigit dapat menyebabkan paralysis pada anjing dan manusia dan menularkan tularemia. Patogenesis dari caplak ini ada beberapa yaitu: 1) 2) Anemia: terjadi pada infeksi berat Dermatosis: Terjadi peradangan, pembengkakan, ulcerasi dan gatal. Reaksi tubuh

sering terjadi karena bila caplak yang menggigit diambil, ternyata bagian mulutnya masih tertinggal menempel di kulit, saliva dan infeksi sekunder oleh bakteri akan terjadi. 3) Paralysis: Kondisi ini disebut tick paralysis, sering terjadi pada orang, anjing, kucing,

sapi dan sebagainya. Pada saat caplak menggigit di daerah dekat kepala. Paralysis ini disebabkan oleh sekresi toksik dari caplak dan apabila caplak diambil maka cepat dapat sembuh kembali.

Caplak betina darah saliva toksik Peredrah darah otak paralisa

Gejala klinis Kelemahan otot motorik akut : in-Koordinasi kelumpuhan bahu Kelumpuhan otot pernafasan Kematian

4)

Otoacariasis: Bila caplak masuk kedalam lubang telinga akan menyebabkan iritasi

serius, kadang disertai infeksi sekunder. 5) Infeksi: Caplak sebagai pembawa agen penyakit virus, bakteri ricketsia, spirokaeta,

protozoa dan filarial.

Diagnosa Menemukan caplak identifikasi

Pengobatan Insektisida disesuaikan (tersedia) dengan catatan Antibiotik Kontrol 1. Menbunuh caplak yang ada pada host 2. Memutus siklus hidup 3. Hindarkan infeksi ulang

HYMINOLEPIASIS NAMA PENYAKIT Hymenolepiasis nana HOSPES Manusia, tikus MORFOLOGI Dewasa : - Panjang badan dapat mencapai 25 40 mm, lebar badan 1 mm. - Terbagi atas kepala (skolek), leher dan proglotid-proglotid. - Skolek memiliki 4 batil isap dengan rostelum yang memiliki kait. - Proglotid terdiri atas proglotid immature mature dan gravid, kurang lebih 200 segmen. Telur : - Bentuk bulat lonjong. - Ukuran 30 x 47 mikron - Dinding telur tipis, pada kutub-kutub menebal. - Keluar 4 8 filamen dari kutub-kutubnya. - Berisi embrio heksakan (embrio dengan 3 pasang kait). SIKLUS HIDUP Cacing dewasa berada di usus halus manusia akan mengalami perkembangbiakan dari proglotid immature menjadi mature selanjutnya menjadi proglotid gravid yang mengandung banyak telur cacing pada uterusnya. Proglotid gravid akan melepaskan diri dan bila pecah maka keluarlah telur cacing yang bisa dikeluarkan bersama feses manusia. Sebagian telur yang tidak ikut keluar bersama feses dapat menetas dalam usus menjadi sistiserkoid (autoinfeksi internal). Telur yang berisi embrio tersebut tidak memerlukan hospes perantara. Apabila termakan lagi oleh manusia atau tikus selanjutnya di usus halus telur akan menetas dan menjadi larva yang akan masuk ke dalam selaput lendir usus halus dan menjadi sistiserkoid. Apabila sistiserkoid pecah maka keluarlah skolek yang selanjutnya akan melekat pada mukosa usus. Skolek akan berkembang lebih lanjut menghasilkan proglotid immature, dan seterusnya berulang siklus tersebut (Proses pendewasaan kurang lebih 2 minggu). Perlu diperhatikan : kemungkinan autoinfeksi internal dapat memperparah infeksi yang terjadi. PATOLOGI DAN GEJALA KLINIS Parasit ini umumnya tidak menimbulkan gejala. Jumlah cacing dalam jumlah besar pada mukosa usus akan dapat menyebabkan iritasi mukosa usus. Kelainan yang timbul adalah toksemia umum karena penyerapan sisa metabolit dari cacing yang masuk peredaran darah. Pada anak kecil dengan infeksi berat, dapat menimbulkan keluhan pada organ saraf, sakit perut yang dapat diikuti atau tanpa diare, kejang-kejang, sukar tidur dan pusing. EPIDEMIOLOGI

Cacing ini tersebar secara kosmopolit, tetapi lebih suka daerah beriklim panas daripada dingin termasuk Indonesia. Infeksi terjadi dari tangan ke mulut, tersering pada anak usia 15 tahun ke bawah. Kontaminasi dengan tinja tikus perlu mendapat perhatian. Infeksi pada manusia selalu disebabkan oleh telur yang tertelan dari benda-benda yang kontak dengan tanah dari tempat buang air atau langsung dari anus ke mulut. DIAGNOSA LABORATORIUM Diagnosa laboratorium dapat ditegakkan apabila ditemukan telur atau bagian dari cacing dewasa dalam feses. Pemeriksaan dapat dilakukan secara langsung atau dengan cara tak langsung (konsentrasi). Pemeriksaan jumlah eosinifil dalam darah hanya sebagai pendukung, biasanya pada kasus infeksi parasit ini akan meningkat 8 16 %.

Anda mungkin juga menyukai