Anda di halaman 1dari 22

KEGIATAN II. UPAYA PENDEKATAN KELUARGA TERHADAP Ny.

G DALAM MENANGANI PERMASALAHAN PENDERITA ASMA PERSISTEN SEDANG

TAHAP I KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga Alamat lengkap Bentuk Keluarga

: Tn. S : Kelurahan Jetis : Nuclear Family

Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal dalam Satu Rumah No. Nama Kedudukan L/P Umur 1. 2. 3. 4. Tn.S Ny.G KK Ibu L P L L 45 th 42 th 16 th 14 th Pendidikan Pekerjaan Terakhir SD Buruh SMP SMP Pasien Ket Klinik T Asma Ibu rumah Y Persisten tangga Sedang Pelajar T Pelajar T -

Tn. A Anak Tn. S Anak

Sumber : Data Primer 5 Januari 2013 Kesimpulan : Ny. G, usia 42 th, jenis kelamin perempuan, nuclear family, dengan masalah kesehatan asma persisten sedang.

25

TAHAP II STATUS PENDERITA

A. PENDAHULUAN Laporan ini disusun berdasar atas kasus yang diambil dari seorang penderita asma persisten sedang, berjenis kelamin perempuan, usia 42 tahun, dengan berbagai permasalahan yang dihadapi. Mengingat kasus ini masih banyak ditemukan di kalangan masyarakat, maka penting bagi kita untuk memahami dan mencermatinya sehingga dapat dilakukan penerapan ilmu kedokteran yang sesuai di lapangan.

B. IDENTITAS PENDERITA Nama Umur Jenis kelamin Pekerjaan Pendidikan Agama Alamat Status Pernikahan Suku Tanggal periksa : Ny. G : 42 tahun : Perempuan : Ibu rumah tangga : : Islam : Kelurahan Jetis : Menikah : Jawa : 5 Januari 2013

C. ANAMNESIS 1. Keluhan Utama Sesak napas 2. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien merasakan lemas pada anggota gerak sebelah kiri sejak 5 bulan yang lalu. Keluhan tersebut muncul didahului dengan nyeri kepala, bibir mencong ke kiri, dan kejang pada kaki dan tangan kiri secara tibatiba saat pasien berjalan, tidak mual maupun muntah. Pasien juga mengalami kesulitan berbicara, kesulitan menahan BAK, dan bagian
26

punggung sebelah bawah menghitam sejak 2 bulan yang lalu. Keluarga pasien juga memberikan keterangan bahwa pasien kesulitan

mengendalikan emosi. Pasien saat ini tidak dapat beraktivitas. Anggota gerak sebelah kiri terasa kesemutan (+), lemas saat digerakkan (+), tremor (+), kejang (+), demam (-), gangguan penglihatan (-), pandangan ganda (-), sulit menelan (), makan dan minum tidak tersedak. 13 bulan yang lalu pasien sempat mondok di Rumah Sakit Amal Sehat dengan keluhan serupa dan dari hasil CT Scan didiagnosis stroke hemoragik. Namun karena keterbatasan biaya pasien pulang paksa setelah menjalani 4 hari perawatan. Setelah keluar dari rumah sakit, pasien tidak pernah kontrol dan mendapatkan obat. Kondisi pasien membaik setelah menjalani fisioterapi sebanyak 8x di Puskesmas Sambirejo dan harus terhenti akibat tutupnya pelayanan fisioterapi di puskesmas. 3. Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat sakit gula Riwayat hipertensi Riwayat peny. jantung Riwayat asma Riwayat alergi Riwayat mondok 4. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat sakit serupa Riwayat sakit gula Riwayat hipertensi Riwayat peny. Jantung Riwayat alergi 5. Riwayat Kebiasaan Riwayat merokok Riwayat minum jamu Riwayat olah raga teratur : (+) pasif : (-) : (-) : (+) ibu : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : diketahui sejak 13 tahun yang lalu : disangkal : disangkal

27

6. Riwayat Sosial Ekonomi Penderita adalah seorang perempuan berusia 42 tahun dengan seorang suami dan tiga orang anak. Saat ini pasien tinggal dengan suami beserta anak kedua dan anak ketiga di rumah milik pribadi. Sebelum sakit pasien sehari-hari bekerja sebagai pedagang. Penghasilan keluarga per bulan tidak tetap. Pasien berobat dengan biaya sendiri sebelum mendapatkan kartu jamkesmas. 7. Riwayat Gizi. Penderita makan 3 kali sehari, dengan nasi, lauk pauk tempe, tahu, telur, sayur-sayuran, jarang mengkonsumsi ayam maupun daging.

D. PEMERIKSAAN FISIK 1. Keadaan Umum Tampak sakit sedang, kesadaran GCS E4V5M6 2. Status Gizi BB: 45 kg; TB:145 cm; BMI: 21.4 kesan normoweight 3. Tanda Vital TD : 130/90 mmHg Nadi : 82 x/menit, reguler, isi cukup, simetris RR : 20 x /menit Suhu : 36.5oC per axiler 4. Kulit : 5. Leher : JVP tidak meningkat. 6. Cor : I : ictus cordis tidak tampak P : ictus cordis tidak kuat angkat P : batas jantung kesan tidak melebar\ A : Bunyi jantung I-II normal, reguler, bising (-) 7. Paru : I : Pengembangan dada kiri = kanan P : Fremitus raba kanan = kiri P : Sonor / Sonor A : Suara dasar vesikuler (+/+), wheezing (+/+) minimal 8. Kepala, mata, hidung, mulut, telinga, tenggorokan dan abdomen dalam batas normal.
28

9. Ektremitas : oedem - -

akral dingin

E. CLINICAL ASSESMENT 1. Klinis 2. Dx: Asma Persisten Sedang F. PENATALAKSANAAN Non Medikamentosa 1. Makan teratur dan meminimalkan makanan tinggi lemak. 2. Aktivitas fisik. Latihan pergerakan pada sendi-sendi tangan dan kaki kiri, latihan berjalan. Medikamentosa Pasien mengkonsumsi obat yang didapat dari puskesmas keliling dan tempat dokter swasta yang merupakan tetangga pasien

H. FLOW SHEET Nama : Ny. G

Diagnosis : Asma Persisten Sedang

Tabel 2. Flow Sheet Ny.T tanggal 6, 14, 18 dan 21 September 2012


NO

Tgl 06/1/ 2013

Keluhan Sesak napas

Pemeriksaan Fisik TD: 130/90 Nadi/RR/T: 82/20/36,5c Px Fisik: Wheezing (+/+) minimal. TD: 210/ 140 Nadi/RR/T: 98/20/36,8c Px Fisik: JVP , batas jantung kesan melebar ke caudolateral, bising sistolik (+), inkontinensia urin (+). Px Neuro: afasia motorik, hemihipestesi sinistra dan 29

Terapi -

Planning 1.Cek darah rutin. 2. Tx: Controller inhlasi 1.Cek tekanan darah rutin. 2.Bladder Training. 3.Latihan duduk, gerak sendi, berpindah posisi. 4. Tx: Captopril 3x25mg Neuroprotectant 1x1

Target Tekanan darah terkontrol < 140/90. Ngompol berkurang, sehingga terjaga kebersiha n.

14/9/ 2012

Kelemahan anggota gerak sebelah kiri, tidak dapat menahan BAK. Sulit berbicara.

Captopril 25 mg 3x1 (hasil konsultasi dengan dokter puskesmas

hemiparese sinistra.

Tercapai mobilisasi mandiri 1.Cek tekanan darah rutin. 2.Bladder Training. 3.Latihan duduk, gerak sendi, berpindah posisi. 4. Tx: Captopril 3x25mg Neuroprotectant 1x1 Simvastatin 1x1 1.Cek tekanan darah rutin. 2.Bladder Training. 3.Latihan duduk, gerak sendi, berpindah posisi. 4. Tx: Captopril 3x25mg Neuroprotectant 1x1 Simvastatin 1x1 1.Cek tekanan darah rutin. 2.Bladder Training. 3.Latihan duduk, gerak sendi, berpindah posisi. 4.Pasien kontrol ke puskesmas

17/9/ 2012

Kelemahan anggota gerak sebelah kiri, tidak dapat menahan BAK. Sulit berbicara.

GDS: 145 mg/dl Kolesterol total: 249 mg/dl

Captopril 25 mg 3x1

18/9/ 2012

Kelemahan anggota gerak sebelah kiri, tidak dapat menahan BAK Sulit berbicara

Tensigard 3x1 (hasil konsultasi dengan dokter puskesmas ) Stop tensigard (hasil konsultasi dengan dokter puskesmas )

21/9/ 2012

Kelemahan anggota gerak sebelah kiri, incontinensia urin. Sulit berbicara. Nafsu makan menurun.

190/140 Nadi/RR/T: 100/20/36.9c Px Fisik: JVP , batas jantung kesan melebar ke caudolateral, bising sistolik (+), inkontinensia urin (+). Px Neuro: afasia motorik, hemihipestesi sinistra dan hemiparese sinistra.

30

TAHAP III IDENTIFIKASI FUNGSI - FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI HOLISTIK 1. Fungsi Biologis Keluarga Ny.G adalah nuclear family yang terdiri atas 4 orang. Pasien berusia 42 tahun dengan suami Tn.S (45tahun), anak Tn. A (16 tahun), dan anak Tn. S (14 tahun). Penyakit yang diderita Ny. G adalah asma persisten sedang. Riwayat kelahiran Ny.G sebanyak 3 kali dengan cara normal dan tidak pernah keguguran. Ny. G tidak pernah memakai alat kontrasepsi. 2. Fungsi Psikologis Hubungan yang terjadi antar anggota keluarga terjalin kurang baik, terbukti kurangnya dukungan anggota keluarga lain terhadap kesembuhan pasien. Selain itu, keharmonisan Ny. G dan Tn. S mengalami masalah sehingga antar keduanya tidak saling memperhatikan. 3. Fungsi Sosial Keluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat. Tidak terdapat masalah dalam hubungan penderita dan keluarga dengan masyarakat disekitar rumah. Keluarga ini cukup aktif mengikuti kegiatan kemasyarakatan di lingkungannya seperti arisan RT, pengajian, dll. 4. Fungsi Ekonomi Penghasilan keluarga Ny.G berasal dari suaminya yang bekerja sebagai tukang batu dengan penghasilan tidak menentu. Anak Ny.G yaitu Tn. A dan Tn. S masih duduk di bangku sekolah. Sedangkan anak yang pertama yaitu Tn. S sudah tinggal terpisah dari keluarga Ny. G. Sehari-hari pasien dan keluarga mengeluarkan biaya ala kadarnya. Sehari-hari pasien makan dengan sayur dan lauk tempe, tahu, serta jarang mengkonsumsi ayam maupun daging. Sebelumnya pasien berobat menggunakan biaya mandiri, kemudian atas bantuan bidan desa pasien mendapatan kartu jamkesmas.

31

5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi Keputusan-keputusan penting dalam keluarga secara musyawarah dengan dominansi dari anak kedua. Dalam kesehariannya, penderita cukup berinteraksi dengan masyarakat sekitar. B. FUNGSI FISIOLOGIS Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga yang lain. 1. Adaption Seluruh anggota keluarga lebih nyaman menceritakan masalahnya kepada Tn.W karena sifatnya yang penyabar. Dalam menghadapi masalah, penderita cukup mendapatkan perhatian dari anggota keluarga yang lain. 2. Partnership Setiap ada permasalahan didiskusikan bersama anggota keluarga lainnya, namun sering berselisih paham. 3. Growth Masing masing anggota keluarga kurang mendapat dukungan dari anggota keluarga lainnya., misalnya dalam hal pekerjaaanSuami dan anggota keluarga lain kurang peduli dengan kesembuhan pasien 4. Affection Dalam keluarga terdapat rasa saling menyayangi satu sama lain meskipun sering terjadi perbedaan pendapat dan pasien yang tidak dapat mengendalikan emosi. 5. Resolve Kuantitas maupun kualitas kebersamaan anggota keluarga kurang. Skoring : Hampir selalu Kadang kadang Hampir tak pernah : 2 poin : 1 poin : 0 poin

32

Kriteria nilai APGAR : 8 - 10 5- 7 1-4 : baik : sedang : buruk

Tabel 3. APGAR keluarga Ny.G APGAR keluarga Ny. G A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru A Saya puas dengan cara keluarga mengekspresikan kasih sayangnya saya dan 1 1 1 2 2 2 1 1 1 Tn. S 1 Tn. A 1 Tn. S 1

merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama Total Nilai 6 6 6 1 1 1

Fungsi Fisiologis Keluarga = (6+6+6) : 3=6 (SEDANG) Kesimpulan : Secara keseluruhan total poin dari APGAR keluarga Ny. G tidak dapat dinilai. Hal ini diakibatkan nilai APGAR Ny.T yang sulit di evaluasi karena kesulitan berbicara. Sedangkan rata-rata APGAR dari anggota keluarga lain adalah 6. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga Ny. T dalam keadaan sedang. Hubungan antar individu dalam keluarga tersebut terjalin kurang baik.

33

C. FUNGSI PATOLOGIS SCREEM Tabel 4. Tabel SCREEM SUMBER SOCIAL PATOLOGI Interaksi sosial baik antar anggota keluarga. Pasien aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. CULTURAL Banyak tradisi budaya yang masih diikuti seperti mengikuti acara-acara yang bersifat hajatan, sunatan, nyadran dll. Menggunakan bahasa jawa dan kesopanan. RELIGION Ketaatan pasien dan keluarga cukup baik, dapat dilihat dari sholat wajib 5 kali setiap harinya, meskipun ada kesulitan dalam menjalankan ibadah. ECONOMY Ekonomi keluarga ini tergolong menengah ke bawah, untuk kebutuhan primer maupun sekunder tidak dapat terpenuhi. Rencana ekonomi tidak memadai, diperlukan skala prioritas untuk pemenuhan kebutuhan hidup. EDUCATION Pendidikan anggota keluarga kurang memadai. Tingkat pendidikan dan pengetahuan keluarga (paling tinggi setingkat SD). MEDICAL Kurangnya perhatian dan pengetahuan terhadap penyakit pasien. Selain itu, keluarga pasien enggan mengantarkan kontrol akibat kendala biaya dan transportasi. Kesimpulan: Didapatkan fungsi patologis pada keluarga Ny.G, yaitu bidang education dan medical. + + KET

34

G. GENOGRAM

Diagram 1. Genogram Keluarga Ny.T Keterangan : : : Laki-laki yang telah meninggal : Wanita yang telah meninggal : Tinggal dalam satu rumah : Pasien : Laki-laki yang masih hidup : Wanita yang masih hidup

: Keluarga Pasien yang menderita penyakit serupa Kesimpulan : Bapak Ny. G telah meninggal dunia. Ny. G tinggal bersama dengan suami, anak kedua dan anak ketiga. Di dalam garis keturunan ibu dan bapak didapatkan penyakit yang diturunkan yaitu dari pihak ibu Ny.G. Dari hasil genogram tidak ditemukan kasus penyakit menular. Sumber : Data Primer, 06 Januari 2013

35

E. POLA INTERAKSI KELUARGA


Tn.S (45th) Tn. A (16th)

Ny.G (42th)

Tn. S (14th)

Diagram 2. Pola interaksi keluarga Keterangan: : Hubungan Harmonis : Hubungan Tidak Harmonis Kesimpulan: Hubungan antara Ny. G dengan suami kurang harmonis.

F. FAKTOR-FAKTOR KESEHATAN 1. Pengetahuan

PERILAKU

YANG

MEMPENGARUHI

Ny. G adalah seorang istri dari seorang suami dan memiliki tiga orang anak. Sejak 13 tahun yang lalu penderita diketahui mengidap penyakit asma. Suami dan anaknya belum banyak memiliki

pengetahuan tentang kesehatan khususnya tentang asma. Keluarga tersebut juga kurang memahami besarnya pengaruh kebersihan lingkungan terhadap kesehatan penderita. 2. Sikap Sikap keluarga dan pasien sendiri terhadap penyakit yang dideritanya kurang, terbukti dengan keluarga pasien yang enggan mengantarkan kontrol ke fasilitas kesehatan dan frekuensi kekambuhan yang meningkat dari pasien. Keluarga kurang menyadari pentingnya kesehatan karena apabila mereka sakit, mereka lebih mengkhawatirkan masalah biaya dibanding kesehatan mereka. Selain itu, suami penderita merokok di dalam rumah, sehingga asap dapat terhirup oleh penderita. Diet sehat (menu seimbang) dikiranya masih sangat kurang. Pasien makan 3 kali sehari, dengan menu nasi sayur tahu tempe dan jarang
36

menggunakan ayam maupun daging. 3. Tindakan Penderita rutin control ke puskesmas keliling atau dokter swasta yang notabene tetangga pasien. Pasien kontrol setiap hari Selasa. Pasien mengonsumsi obat secara teratur, akan tetapi dua minggu ini pasien berhenti mengonsumsi obat karena setiap meminum obat pasien merasa pusing. Keluarga ini dalam melakukan kegiatan sanitasi sudah berusaha melakukan dengan cukup baik, sumber air untuk kebutuhan sehari-hari menggunakan sumber air dari PAM. Namun, rumah pasien tidak memiliki selokan maupun saluran khusus untuk mengalirkan limbah ternak dan rumah tangga ke luar rumah. Pasien juga tidak mempunyai jamban yang memadai.

G. FAKTOR-FAKTOR NON PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN 1. Lingkungan Rumah yang dihuni keluarga ini adalah rumah sendiri dengan kondisi kurang memadai, ukuran 108 m2 . Kebersihan lingkungan rumah kurang terjaga dengan baik. Dengan pencahayaan ruangan dan ventilasi kurang. 2. Keturunan Ibu kandung penderita mengidap penyakit serupa, sehingga ada kemungkinan faktor keturunan yang mempengaruhi kondisi kesehatan pasien. 3. Pelayanan Kesehatan Rumah penderita jauh dengan puskesmas, pasien kesulitan dengan masalah transportasi.

Pemahaman: Keluarga kurang memahami penyakit penderita Sikap: Kurang perhatian keluarga terhadap penyakit penderita Tindakan: Pasien dua minggu ini sudah tidak mengomsumsi obat.

Lingkungan: Kondisi pencahayaan dan ventilasi rumah tidak cukup memadai Keturunan: Ada faktor keturunan

Ny. G (42th)

37

Pelayanan Kesehatan Ada kendala transportasi

: Faktor Perilaku : Faktor Non Perilaku Diagram 3. Faktor Perilaku dan Non Perilaku Kesimpulan : Faktor perilaku keluarga berpengaruh positif terhadap kesehatan Ny. G karena pengetahuan keluarga tentang kesehatan masih kurang terutama tentang penyakit yang diderita. Faktor non-perilaku keluarga berpengaruh positif terhadap kesehatan Ny. G. H. IDENTIFIKASI INDOOR DAN OUTDOOR 1. Indoor Keluarga Ny.G tinggal dalam rumah berukuran 9x12 m, memenuhi kriteria kepadatan hunian sehat (10 m2/orang). Lantai menggunakan tanah. Dinding rumah berupa tembok, atap dari genteng tanpa langitlangit. Rumah terdiri dari 2 kamar tidur, dapur, ruang keluarga, ruang tamu, ruang makan, dan gudang. Sedangkan kamar mandi yang dimiliki tidak layak, dan tidak memiliki jamban yang memadai. Pencahayaan dan ventilasi kurang. Di samping dan belakang rumah terdapat kandang ayam.
Kandang Sapi

teras

Ruang keluarga

9m Dapur

Kamar tidur

Kamar tidur

Gudang

Kandang sapi

Kamar mandi

12 m

Gambar 1. Denah indoor dan outdoor

38

2. Outdoor Sumber air bersih dari PAM. Jarak dengan rumah tetangga letaknya cukup dekat. Tidak tedapat saluran pembuangan air, sehingga limbah rumah tangga dibuang ke tanaman sekitar. Kesimpulan: Dari hasil identifikasi faktor indoor dan outdoor, keluarga Ny.G masih belum memenuhi kriteria rumah sehat. Kamar mandi tidak layak, tidak mempunyai jamban dan saluran pembuangan limbah. I. DAFTAR MASALAH 1. Masalah Medis - Asma Persisten Sedang 2. Masalah Non Medis - Gangguan Fungsi Holistik - Gangguan Fungsi Fisiologis APGAR - Gangguan Fungsi Patologis SCREEM - Gangguan Genogram - Gangguan Fungsi Interaksi keluarga - Gangguan Perilaku - Gangguan Non Perilaku - Gangguan Fungsi Outdoor & Indoor : (+) : (+) : (+) : (+) : (+) : (+) : (+) : (+)

39

TAHAP IV DIAGNOSTIK HOLISTIK

Ny. G, 42 tahun dalam nuclear family dengan diagnosis asma persisten sedang. Keluarga kurang harmonis dengan kehidupan sosial cukup aktif sebagai anggota masyarakat. Berinteraksi dengan tetangga dengan baik serta aktif mengikuti kegiatan-kegiatan kemasyarakatan. Ny. G tidak menjabat pengurus pemerintahan dalam lingkungan tempat tinggalnya. Biologis Asma Persisten Sedang Psikologis Hubungan Ny. G dengan suami kurang harmonis. Sosial Pasien cukup aktif mengikuti kegiatan kemasyarakatan meskipun tidak menjabat sebagai pengurus dalam lingkungan tempat tinggalnya. Tingkat pendidikan keluarga rendah (setingkat SD). Penghasilan keluarga Ny.G berasal dari suaminya yang bekerja sebagai tukang batu dengan penghasilan tidak menentu.

40

TAHAP V PEMBAHASAN DAN SARAN KOMPREHENSIF

A. PEMBAHASAN Menurut definisi WHO, stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang secara cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular. Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau langsung ke dalam jaringan otak (Price, 2006). Faktor resiko terjadinya stroke antara lain hipertensi, hiperlipidemi, arteriosklerosis, diabetes mellitus, riwayat stroke dalam keluarga, merokok (aktif & pasif), usia, alkohol, dan kontrasepsi oral. Ny. T merupakan pasien hipertensi dan pengguna pil KB hormonal serta sulit mengendalikan emosinya. Ny. T juga merupakan perokok pasif, suami dan menantunya adalah perokok. Ibu kandung pasien juga meninggal akibat stroke. Riwayat keluarga, tekanan darah tinggi, KB hormonal, hiperlipidemia, emosi yang tidak terkontrol, efek asap rokok ini yang mungkin menjadi pemicu terjadinya stroke pada Ny. T. Fungsi biologis keluarga Ny. G masih kurang. Penderita tinggal di rumah yang lingkungannya tidak sehat, karena suami penderita merokok di dalam ruangan rumah. Fungsi fisiologis keluarga Ny. G kurang, terbukti dengan nilai APGAR ke-3 anggota keluarga lain yang bernilai sedang (ratarata 6). Sedangkan nilai APGAR Ny. G sendiri tidak dapat dievaluasi, akibat kesulitan berbicara. Pada fungsi patologis terdapat permasalahan dalam hal edukasi dan medical. Dalam hal edukasi, Ny. G dan suami adalah lulusan SD sedangkan anak-anaknya lulusan SMP. Hal ini mempengaruhi perilaku keluarga dan kesadaran akan pentingnya kesehatan. Dalam hal medikal, keluarga kurang menyadari pentingnya kesehatan karena apabila mereka sakit, mereka lebih menghawatirkan masalah biaya dibanding kesehatan mereka. Selain itu, keluarga pasien enggan mengantarkan kontrol akibat kendala biaya dan transportasi.
41

Dari segi psikologis, hubungan pasien dan keluarganya kurang harmonis seperti yang digambarkan pada pola interaksi keluarga. Terbukti dengan sering terjadinya selisih paham dan anggota keluarga yang tidak saling terbuka. Dari segi sosial, keluarga Ny. G termasuk golongan ekonomi menengah ke bawah, hubungan dengan lingkungan sekitar/tetangga adalah baik. Jarak antar rumah cukup. Sanitasi lingkungan rumah kurang, tidak terdapat tempat pembuangan sampah maupun selokan. Rumah terdiri dari ruang tamu juga sekaligus ruang keluarga, 2 kamar tidur, ruang makan, dapur, gudang, 2 lemari perabot, dan 1 sepeda motor. Kamar mandi tidak layak, dan tidak memiliki jamban. Dinding terbuat dari batu bata, lantai berubin. Perabot rumah tangga dirasa masih kurang. Secara keseluruhan kebersihan rumah Ny. G kurang baik dan terawat. Pencegahan stroke berulang perlu dilakukan terhadap Ny. T. Pencegahan ini meliputi pengendalian fakor risiko dan modifikasi gaya hidup. Faktor risiko yang perlu dikendalikan adalah hipertensi, hiperlipidemia, dan asap rokok. Untuk hipertensi pada Ny. T, tekanan darah dipertahankan sekitar 140/90 mmHg (Misbach, 2011). Kadar kolesterol juga perlu rutin diperiksa untuk mengantisipasi stroke berulang dengan dipertahankan <200 mg/dl. Beberapa modifikasi gaya hidup yang dapat dilakukan antara lain pembatasan asupan garam, diet dengan kaya buah-buahan, sayuran, low fat diary products, dan anggota keluarga lain berhenti merokok. Sedangkan untuk mencegah perburukan ulkus yang terjadi dapat dilakukan dengan mobilisasi teratur tiap 2 jam serta menjaga kebersihan dan kelembapan area ulkus. Selain itu perlu dilakukan edukasi pada keluarga pasien mengenai tata cara penanganan pasien stroke dirumah, memotivasi dan memberi cukup perhatian serta kasih sayang agar pasien tidak merasa tertekan dengan penyakit yang dideritanya

B. SARAN KOMPREHENSIF 1. Promotif : Edukasi kepada keluarga pasien berupa:

42

a.

Pemahaman tentang hipertensi, stroke, serta perawatan pasien pasca serangan stroke sebagai upaya pencegahan komplikasi (ulkus decubitus).

b.

Pentingnya perubahan gaya hidup (life style modification) meliputi pengaturan diet, olahraga dan meningkatkan aktivitas fisik terlebih kepada anak cucunya sebagai anggota keluarga yang beresiko tinggi mengalami stroke.

c.

Edukasi pemeriksaan rutin tekanan darah untuk pemantauan kondisi pasien, serta skrining awal anggota keluarga beresiko.

d.

Pentingnya konsumsi obat secara rutin guna stabilisasi kondisi dan pencegahan progresifitas penyakit pasien.

e.

Makan cukup kalori, bergizi tinggi seperti ikan dan daging, buah dan sayur serta menghindai mengkonsumsi makanan yang berkolesterol tinggi..

f. g.

Anggota keluarga lain hendaknya berhenti merokok. Memanfaatkan pelayanan kesehatan secara optimal.

2. Preventif a. b. Menghindari stress dan istirahat cukup antara 6-8 jam sehari. Memeriksa kesehatan secara teratur dan taat anjuran dokter dalam hal diet dan obat c. d. Pengendalian hipertensi, kadar gula darah, dan kolesterol. Untuk mencegah perburukan ulkus yang terjadi dapat dilakukan dengan mobilisasi teratur tiap 2 jam.

3. Kuratif Non Medikamentosa a. Diet rendah garam dan meminimalkan makanan tinggi lemak jenuh. b. Menjaga kebersihan dan kelembapan area ulkus. Medikamentosa a. Neuroprotektan: Vit B1, B6 dan B12 b. Antihipertensi : captopril 3x25 mg

43

4. Rehabilitatif a. Untuk gangguan motorik, dilakukan latihan pergerakan pada sendisendi tangan dan kaki kiri (ROM exercise). Latihan duduk, menumpu berat badan, berdiri dan berjalan hingga mobilisasi secara mandiri. Memperkenalkan mobilisasi dini kepada pasien dengan

cara pengoptimalan sisi yang sehat untuk mengkompensasi sisi yang sakit. b. Hendaknya pelayanan kesehatan meningkatkan pelayanan kunjungan rumah (home visit) kepada pasien agar kondisi dan pemulihan pasien selalu terpantau.

DAFTAR PUSTAKA

Misbach J, 2011. Guideline Stroke 2011. PERDOSSI: Jakarta. PERDOSSI. 2008. Buku Pedoman Standar Pelayanan Medis dan Standar Prosedur Operasional Neurologi. PERDOSSI: Jakarta Price, Sylvia A. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit ed.6. EGC, Jakarta. 2006.

44

Williams, H. Gordon. 2000. Penyakit Vaskuler Hipertensif. In: Ahmad H. Asdie. Harrison: Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam ed. 13 vol. 3. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

45

46

Anda mungkin juga menyukai