Mata Ikm
Mata Ikm
Penyusun : Izatul Farhanah bt Raaid Nur Faraha bt Daud Yuliana Primawati (030.07.295) (030.07.323) (030.07.279)
BAB I PENDAHULUAN
World Sight Day (WSD) adalah hari peringatan tahunan yang diselenggarakan pada Kamis kedua bulan Oktober, untuk memfokuskan perhatian dunia pada kebutaan dan penglihatan. Dari fakta yang ada diketahui bahwa masalah kesehatan mata di dunia cukup memprihatinkan. Sekitar 314 juta orang di seluruh dunia hidup dengan penglihatan yang rendah dan kebutaan.Dari jumlah tersebut, 45 juta orang buta dan 269 juta orang memiliki penglihatan yang rendah. 145 juta orang memiliki penglihatan rendah disebabkan kegagalan refraksi yang tidak dapat dikoreksi. Tanpa adanya intervensi yang efektif, jumlah orang buta diseluruh dunia telah diproyeksikan meningkat menjadi 76 juta pada tahun 2020. Angka kebutaan di Indonesia adalah 1,5 persen dan adalah tertinggi di Wilayah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara. Angka kebutaan negara lain di Regional WHO Asia Tenggara yang cukup tinggi antara lain Bangladesh (1,0 persen), India (0,7 persen), dan Thailand (0,3 persen).Tiap menit ada 12 orang buta di dunia. Di Indonesia tiap menit ada 1 orang menjadi buta Upaya penanganan kesehatan mata di Indonesia telah dilaksanakan sejak tahun 1967. Waktu itu diutamakan pada pemberantasan trakoma dan defisiensi vitamin A. Sejak tahun 1984 Upaya Kesehatan Mata/Pencegahan Kebutaan sudah diintegrasikan ke dalam kegiatan pokok puskesmas. WHO(World Health Organization) juga menyatakan, jika angka kebutaan lebih dari 1 persen maka masalah ini menjadi masalah sosial. Indra penglihatan merupakan syarat penting bagi upaya peningkatan kualitas SDM, karena mata merupakan jalur informasi utama. Indera penglihatan merupakan salah satu alat tubuh manusia yang mempunyai fungsi sangat penting untuk memungkinkan manusia menerima informasi dari lingkungan kehidupan sekitarnya sehingga mampu beradaptasi dan mempertahankan hidup dalam lingkungannya dan menghindarkan diri dari berbagai ancaman yang mungkin terjadi. Dengan demikian kesehatan indera penglihatan merupakan salah satu unsur terpenting dalam upaya meningkatkan kualitas SDM agar terwujud manusia Indonesia yang cerdas, produktif serta mampu berperan dalam berbagai bidang pembangunan.1,4 Kementrian kesehatan (KEMENKES) telah mengembangkan strategi untuk mengatasi masalah kebutaan yang dituangkan dalam Kepmenkes no.1473/2005 tentang rencana strategi
nasional penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan (Renstranas PGPK) untuk mencapai Visio 2020. Salah satu isi dari Renstranas PGPK yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI (DEPKES RI) itu adalah dalam bidang research & development, diharapkan dapat melakukan pengembangan model atau prototype yang tepat, guna menunjang pelayanan kesehatan mata. Undang-undang No. 36 tahun 2009 mengamanatkan bahwa (UPTD), pemerintah Puskesmas harus mempunyai menyediakan 4 fungsi pelayanan yaitu sebagai kesehatang pusat yang bermutu,aman,efisien,terjangkau dan merata. Sebagai unit pelaksana tehnis Dinas kesehatan pemberdayaan masyarakat,sebagai pusat pelayanan kesehatan masyarakat,sebagai pusat pelayanan kesehatan perorangan primer dan sebagai pusat rujukan kesehatan primer yang bertanggung jawab atas wilayah yang telah ditetapkan. Pelayanan kesehatan masyarakat sektor Pemerintah di Kabupaten/Kota terdiri atas pelayanan kesehatan dasar dan rujukan.Puskesmas dengan kegiatan Upaya Kesehatan Masyarakatnya menyebabkan puskesmas mempunyai peran penting dalam meningkatkan daya ungkit yang besar dalam pembangunan kesehatan di Indonesia karena Puskesmas menrupakan ujung tombak pembangunan kesehatan.1,4 Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM). Indra Penglihatan merupakan syarat penting bagi upaya peningkatan kualitas SDM, karena mata merupakan jalur informasi utama (83%). Untuk mewujudkan derajat kesehatan mata yang optimal telah ditetapkan visi, yaitu gambaran prediksi atau keadaan masyarakat indonesia pada masa yang akan datang berupa Mata Sehat 2020/Vision 2020 The Right to Sight (pemenuhan hak untuk melihat dengan optimal bagi setiap individu). Untuk itu di tetapkan misi mewujudkan mata sehat melalui promosi kesehatan dalam rangka pemberdayaan masyarakat tentang mata sehat, menanggulangi gangguan penglihatan dan kebutaan di masyarakat, memfasilitasi pemerataan pelayanan kesehata mata yang bermutu dan terjangkau, menggalang kemitraan dengan masyarakat dan pihak-pihak terkait di dalam dan di luar negeri untuk mewujudkan mata sehat 2020. Upaya pelayanan kesehatan mata ditiap jenjang pelayanan diberikan secara komprehensif mulai dari promosi, preventif, kuratif dan rehabilitatif perlu dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan. Kemampuan tenaga kesehatan di Indonesia sudah memadai namun belum dibarengi dengan kuantitas.
BAB II PENGERTIAN
Upaya Kesehatan Mata / Pencegahan Kebutaan (UKM / PK) Dasar adalah upaya kesehatan dasar dibidang UKM / PK yang dilaksanakan di tingkat Puskesmas, diselenggarakan secara khusus ataupun terpadu dengan kegiatan pokok Puskesmas lainnya, di dalam ataupun di luar gedung oleh tenaga kesehatan Puskesmas dengan didukung oleh peran serta aktif masyarakat dan ditujukan kepada individu, keluarga, masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.3 Yang dimaksud dengan kegiatan di dalam gedung dalam UKM / PK adalah kegiatan yang terpadu dengan kegiatan pokok Puskesmas lain atau secara khusus, meliputi pemeriksaan diagnostik kelainan mata, seperti pemeriksaan retraksi, tonometri, funduskopi, tes buta warna dan lapang pandang. 3 Sedangkan yang dimaksud dengan kegiatan di luar gedung dalam UKM / PK adalah kegiatan yang terpadu dengan kegiatan pokok Puskesmas lainnya ataupun secara khusus meliputi skrining mata, penanggulangan kebutaan katarak, glaucoma dan lain-lain. 3 Peran serta masyarakat adalah peran serta aktif masyarakat baik sebagai pemberi maupun penerima pelayanan dengan memobilisasi sumber daya yang tersedia dalam pemecahan masalah kesehata mata masyarakat setempat melalui perencanaan, pelaksanaan, penilaian, pembinaan, dan pengembangan UKM/PK setempat. 3 Tenaga professional mencakup tenaga profesional umum dan khusus. Tenaga profesional umum yaitu dokter dan perawat, dokter gigi, analis (tenaga Laboratorium), asisten apoteker, dan sebagainya. Tenaga profesional khusus yaitu tenaga kesehatan dengan pendidikan khusus atau tambahan di bidang kesehatan mata, seperti perawat mahir mata. Selain itu terdapat pula tenaga non professional yaitu kader/ tenaga relawan seperti pemuka masyarakat, dokter kecil, dan sebagainya3 Kebutaan adalah pengelihatan kedua mata dengan koreksi maksimal kurang dari 5 % pengelihatan normal. Gangguan penglihatan dan kebutaan masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Survey Kesehatan Indera tahun 1993 1996 menunjukkan 1,5% penduduk Indonesia mengalami kebutaan disebabkan oleh katarak (52%), glaukoma (13,4%), kelainan refraksi (9,5%), gangguan retina (8,5%), kelainan kornea (8,4%) dan penyakit mata lain.
Demikian sambutan Menkes yang dibacakan Kepala Badan Litbangkes Prof. dr. Agus Purwadianto saat membuka seminar dalam rangka peringatan Pekan Glaukoma Sedunia Tahun 2010 di Kantor Kemenkes, hari ini. Untuk menanggulangi kebutaan, Kemenkes telah mengembangkan strategi-strategi yang dituangkan dalam Kepmenkes nomor 1473/MENKES/SK/2005 tentang Rencana Strategi Nasional Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan (Renstranas PGPK) untuk mencapai Vision 2020. Salah satu strategi dalam Renstranas PGPK adalah penguatan advokasi, komunikasi dan sosialisasi pada semua sektor untuk upaya penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan. Upaya sosialisasi ini dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga kesehatan penglihatan. Upaya advokasi dilaksanakan untuk mendapatkan dukungan dari semua sektor untuk upaya penanggulangan gangguan penglihatan. Selain itu, Kemenkes juga telah melakukan upaya deteksi dini dan penanggulangan gangguan penglihatan pada kelompok masyarakat mulai dari bayi/ Balita, usia sekolah sampai usia lanjut, terutama terhadap penyebab utama kebutaan yaitu katarak, kelainan refraksi, glaukoma dan xeroftalmia. Menurut Menkes, pelayanan kesehatan indera penglihatan yang dikembangkan di Puskesmas, Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) dan RS pemerintah belum mampu menuntaskan sendiri masalah kesehatan masyarakat. Maka, perlu kerjasama dengan LSM dalam dan luar negeri untuk berbagai kegiatan mulai dari promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif kepada masyarakat. Lebih lanjut dikatakan, Glaukoma merupakan penyebab kebutaan terbanyak kedua setelah katarak baik di dunia maupun di Indonesia. Jumlah kasus glaukoma akan bertambah seiring dengan peningkatan usia harapan hidup. Hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan angka kebutaan sebesar 0,9%. Dengan angka tertinggi di Provinsi Sulawesi Selatan (2,6%) dan terendah di Provinsi Kalimantan Timur (0,3%).
Sementara hasil Survei Kebutaan dan Kesehatan Mata di Propinsi Jawa Barat tahun 2005, menunjukkan, pada kelompok usia di atas 40 tahun prevalensi glaukoma sebesar 1,2 % dan prevalensi kebutaan karena glaukoma sebesar 0,1% dari total kebutaan sebesar 4,0 %. Menurut Menkes, kebutaan karena penyakit glaukoma sebetulnya dapat dicegah melalui deteksi dini dan penanganan yang tepat agar tidak berlanjut menjadi kebutaan permanen. Pemeriksaan dini glaukoma khususnya bagi yang berusia 40 tahun ke atas, dapat dilakukan melalui kelompok/ Posyandu usia lanjut, pemeriksaan di Puskesmas, RS dan sarana pelayanan kesehatan lainnya. Untuk itu perlu kerjasama dan dukungan dari Organisasi Profesi, Lintas Sektor, swasta, dan partisipasi dari masyarakat, ujar Menkes. Organisasi Glaukoma Sedunia mendeklarasikan Hari Glaukoma Sedunia pada tanggal 6 Maret 2008. Seluruh negara di dunia diminta untuk melaksanakan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang glaukoma, dengan harapan akan membantu masyarakat yang mempunyai faktor risiko untuk melakukan pemeriksaan kesehatan mata secara teratur.
B. Tujuan Khusus
1. Meningkatnya kesadaran, sikap dan perilaku masyarakat pemeriksaan dirinya dibidang kesehatan mata dan pencegahan kebutaan. 2. Menurunnya prevalensi kesehatan mata dan kebutaan sehingga tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. 3. Meningkatnya jangkauan pelayanan refraksi sehingga masyarakat yang mengalami gangguan fungsi penglihatan dapat terlayani.
m) Melakukan pemeriksaan lapang pandang n) Melakukan pemeriksaan laboratorium pada kasus-kasus tertentu o) Memberikan resep kaca mata p) Mengobati glaukoma akut q) Melakukan rujukan untuk kasus-kasus yang tidak bisa ditangani r) Memotivasi masyarakat dalam UKM/PK s) Melakukan pencatatan dan pelaporan 3. Waktu Pelayanan Setiap Hari Senin dan Rabu a) Untuk rawat jalan mulai dari pukul 08.30-12.00 Kecuali untuk kasus Gawat Darurat setiap hari 4. Tenaga: Untuk Puskesmas Pembina: a) Dokter umum terlatih 1 orang b) Dokter spesialis mata 1 orang c) Paramedis terlatih 1 orang d) Perkarya 1 orang Untuk di lapangan : Kader, Pemuka Masyakarat, Dokter Kecil, dan lain sebagainya 5. Kelengkapan Administrasi a) Formulir Register Harian b) Formulir Rekapitulasi Bulanan Sesuai SP2TP dan program 6. Peralatan Kerja: Sesuai standard yang sudah ditetapkan untuk Puskesmas Pembina dan Puskesmas
7. Prosedur Tetap: a) Puskesmas Petugas Loket Mendaftar dan membuat/mencari status Menerima pembayaran sesuai Peraturan Daerah Membawa Status ke Balai Pengobatan Mengambil status yang telah diperiksa dari Balai Pengobatan Mencatat di Buku Register
Perawat Menerima status pasien Melakukan anamnesa Melakukan pemeriksaan keperawatan (tensi, nadi R/R, suhu) Mencatat hasil pemeriksaan di status Membantu/asisten dokter sewaktu melakukan pemeriksaan
Dokter Umum Melengkapi anamnesa bilamana perlu Melakukan pemeriksaan umum dan mata khusus Melakukan penyuluhan individu Memberikan pengobatan/rujukan dan atau resep kaca mata
b) Puskesmas Pembina Petugas loket o Mendaftar dan membuat / mencari status o Menerima pembayaran sesuai dengan Peraturan Daerah o Membawa status ke poli mata o Mendaftar dan membuat / mencari status o Menerima pembayaran sesuai dengan Peraturan Daerah o Membawa status ke balai pengobatan o Mengambil status yang telah diperiksa dari Balai pengobatan o Mencatat di buku register
Perawat o Menerima status pasien o Melakukan Anamnesa o Melakukan pemeriksaan keperawatan (tensi, nadi, pernafasan, suhu) o Mencatat hasil pemeriksaan di status o Membantu atau asisten dokter sewaktu melakukan pemeriksaan
Dokter Umum terlatih dan atau dokter spesialis mata o Melengkapi anamnesa bilamana perlu o Melakukan pemeriksaan umum dan mata khusus o Melakukan penyuluhan individu o Memberikan pengobatan/rujukan dan atau resep kacamata
Sasaran Upaya Kesehatan Mata/Pencegahan Kebutaan diprioritaskan pada masyarakat berpenghasilan rendah khususnya kelompok rawan tanpa mengabaikan kelompok lainnya dengan menggunakan teknologi tepat guna yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan di tingkat Puskesmas.
Keterpaduan Upaya Kesehatan Mata/Pencegahan Kebutaan Dasar dengan Kegiatan Pokok Puskesmas Lainnya
Kegiatan Pokok 1. KIA Sasaran Prakonsepsi Tugas Promotif Preventif Perincian Kegiatan Penyuluhan individu/kelompok di bidang kesehatan mata Tenaga Tenaga perawatan, dokter, kader, dukun bersalin Tenaga perawatan, dokter, kader, dukun bersalin Alat Poster, leaflet, demonstrasi makanan sehat (gizi) Poster, leaflet, demonstrasi makanan sehat (gizi) Pen light Kapas lidi Steril
Hamil
pengelihatan Rujukan
Persalinan
Rujuk ke laboratorium, swab vagina (bila ada keluhan fluor albus untuk pencegahan infeksi gonokokus pada bayi yang dilahirkan) Rujuk ke pengobatan bila ada keluhan/kelainan mata Penyuluhan kesehatan mata
Nifas
Pemeriksaan mata Rujukan Rujuk ke lab : swab vagina (bila ada fluor albus) Rujukan ke pengobatan bila ada keluhan/kelainan Bayi Promotif Preventif Crede pada bayi baru lahir Sanitarian Tenaga perawatan dokter
Poster, leaflet, demonstrasi makanan sehat (gizi) AgNO3 1 % tetes mata atau tetrasiklin salep mata Alat-alat (lihat hamil) lab ibu
Rujukan
Rujuk ke lab : bila ada secret pada konjungtiva Rujuk ke pengobatan bila ada keluhan/kelainan
Balita
Promotif
Penyuluhan individu/kelompok
Tenaga
Preventif
Pembagian kapsul vit. A dosis tinggi tiap 6 bulan Anamnesa mata keluhan
Case finding o o o Kelainan refraksi Kelainan mata luar Kelainan bawaan (katarak, juling, dll)
Pemeriksaan mata
Pen Light
Rujukan
2.
KB
Promotif Preventif
Case finding o Fluor albus Pemeriksaan mata bila ada keluhan fluor albus
Rujuk sediaan ke lab Rujuk ke pengobatan Penyuluhan kesehatan mata Individu Kelompok Kapsul Vit. A 200.000 IU Tenaga gizi, perawatan, dokter, kader Poster, leaflet, demonstrasi makanan sehat (gizi)
Pembagian caps. vit. A dosis tinggi tiap 6 bulan Penyuluhan kesehatan mata Individu Kelompok
4.
Kesehat an lingkung an
Kelompok masyarakat dan lingkungannya Perusahaan (pabrik) Kelompok masyarakat Keluarga Individu
Promotif Preventif
Poster, leaflet, alat-alat pelindung mata (lintas sektoral) Poster, leaflet Senter
5.
P2M
Promotif Preventif Case holding o o o Penyakit luar Buta senja Gangguan pengelihatan mata
Rujukan 6. PKM Kelompok masyarakat Keluarga Individu Promotif Preventif Penyuluhan kesehatan mata Nasehat perkawinan (penyakit keturunan) Tenaga penyuluh kesehatan, perawatan, dokter, kader Poster, peraga alat
keluhan
(Guru dokter
Tindakan sederhana : Insisi hordeolum, tarsotomi, ekstraksi, corpus alienum ekstraokuler, Alat insisi Corpus alienum spoed
pterigium ekstirpasi Pertolongan pertama gawat mata Glaukoma akut Trauma kimia, tumpul, tajam Merujuk kasus yang tak dapat diatasi ke RS atau BKMM. Tenaga perawatan, kader Kesehatan Non kesehatan
Pantocain
Rujukan
Formulir rujukan
8.
P.H.N
Penyuluhan kesehatan mata Diagnostik 10 penyakit utama mata Koreksi refraksi sederhana s/d visus 5/10 Pengobatan Rujukan ke pengobatan
Idem 7
9.
UKS
Anak sekolah
Promotif Preventif
Penyuluhan kesehatan mata Anamnesa Pemeriksaan : o o o o Kelainan refraksi Kelainan mata luar Tes buta warna Defisiensi vit. A
Pengobatan Rujuk ke Puskesmas untuk mendapat pengobatan 10. Gigi/Mu lut Individu Anak sekolah Kelompok masyarakat Promotif Preventif Penyuluhan gigi yang berkaitan dengan kesehatan mata Penyuluhan hubungan kelainan gigi sebagai Dokter perawat kader gigi, gigi,
fokal infeksi mata 11. Kesehat an Jiwa Individu Keluarga Promotif Preventif Penyuluhan kesehatan jiwa yang berkaitan dengan kesehatan mata Tenaga perawatan, dokter, kader Poster, leaflet Senter
Case finding
Rujukan
Pengobatan Puskesmas, saran rujukan Pemeriksaan laboratorium pada specimen yang berkaitan dengan kesehatan mata Penyuluhan Deteksi kelainan mata akibat olah raga Peningkatan fungsi pengelihatan dikaitkan dengan olah raga Petugas lab Alat-alat lab
12. Lab
Individu
Case finding
Individu
Pengobatan/rujukan
Pengobatan pada kelainan/kecelakaan akibat olah raga Penyuluhan Dokter, perawat, kader
Deteksi dini kelainan mata akibat kerja Peningkatan fungsi pengelihatan dikaitkan dengan kesehatan kerja Pengobatan pada kelainan mata akibat kesehatan kerja
Pengobatan/rujukan
Rujukan kasus-kasus yang tidak dapat diatasi Penyuluhan Pelayanan kesehatan Dokter, perawat, kader
15. Usila
Individu
Promotif
Mata
08.30 - 12.00
Dokter Umum
Penyuluhan individu
Rujukan Katarak
Semua pasien yang telah dilakukan pemeriksaan visus dan memerlukan kacamata
Perawat Pelaksana
PENILAIAN HASIL KERJA DOKTER SPESIALIS MATA BULAN DESEMBER 2012-JANUARI 2013 PUSKESMAS KECAMATAN TEBET
A. KASUS
N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0
Penyakit Glaukoma Katarak Kelainan Refraksi Kelainan Kornea Konjungtivitis Trauma Corpus Alienum Pterygium Hordeolum Penyakit Mata Lain
Jumlah 7 Kasus 146 kasus 87 kasus 5 kasus 272 kasus 0 kasus 7kasus 30 kasus 5 kasus 317 kasus
B. TINDAKAN N 1 2 3 4 5 6 7 Tindakan Pemeriksaan Visus Resep Kacamata Funduskopi Angkat Corpus Alienum Insisi Hordeolum Avulsi Pterygium Haecting Off Jumlah 151 Kasus 191 Kasus 0 Kasus 0 Kasus 0 Kasus 0 Kasus 0 Kasus
C. RUJUKAN N 1 2 3 4 Penyakit Glaukoma Katarak Kelainan Refraksi Penyakit Mata Lain Jumlah 3 Kasus 37 Kasus 3 Kasus 12 Kasus
A. KESIMPULAN Upaya Kesehatan Mata/ Pencegahan Kebutaan di Puskesmas merupakan unit terdepan yang meliputi usaha-usaha peningkatan, pencegahan dan pengobatan mata terhadap semua golongan umur dengan prioritas pada masyarakat berpenghasilan rendah, khususunya kelompok yang rawan. Kegiatan ini bertujuan melayani
pemeriksaan kesehatan mata dasar dan semi spesialis / spesialis (khusus untuk Puskesmas Pembina) untuk semua kasus mata, baik yang dirawat jalan ataupun rawat inap. Kegiatannya mencakup melakukan penyuluhan kesehatan mata, pemeriksaan mata khusus, rujukan ke Laboratorium untuk swab vagina bagi ibu hamil dengan keluhan fluor albus atau untuk swab sekret mat pada bayi baru lahir dengan conjungtivitis, tindakan crede pada bayi baru lahir, pemberian capsul vitamin A dosis tinggi pada Balita setiap 6 bulan, skrining mata di masyarakat, pengobatan, pemeriksaan refraksi dan mata luar, pemeriksaan tekanan intraokular, tes buta warna, tes anel, pemeriksaan funduskopi, pemeriksaan lapang pandang, pemeriksaan laboratorium pada kasus-kasus tertentu, memberikan resep kaca mata , melakukan operasi katarak, mengobati glaukoma akut, memotivasi masyarakat dalam UKM/PK serta melakukan pencatatan dan pelaporan. Diharapkan dengan dilaksanakan pelbagai kegiatan ini masalah Kesehatan Indera Penglihatan di Indonesia tidak lagi menjadi masalah Kesehatan Masyarakat.
B. SARAN 1. Meningkatkan sarana dan prasarana pemeriksaan kesehatan mata di Puskesmas. 2. Menambah frekuensi penyuluhan tentang kesehatan mata dalam setiap bagian di Puskesmas. 3. Mengadakan program anjuran pemeriksaan mata pada hari tertentu yang ditujukan pada pasien yang datang ke puskemas baik yang mempunyai gejala penyakit mata maupun tidak.
4. Meningkatkan peran serta setiap keluarga dalam ikut membantu memelihara kesehatan mata seluruh anggota keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pelayanan Kesehatan Mata Melalui Puskesmas. Departemen Ilmu Kesehatan Mata
FK USU. Available: http://ebookbrowse.com/sss155-slide-pelayanan-kesehatan-matamelalui-puskesmas-pdf-d68637011. Accesses at 5 March 2013 2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional 2007. 3. Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Standarisasi Pelayanan Kesehatan Puskesmas di DKI Jakarta.
Pelayanan
Kesehatan
mata.
Available
at