Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KEJANG DEMAM
I. IDENTITAS
IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien No. Rekam Medik Jenis kelamin Umur Suku bangsa Agama Tempat / tanggal lahir Alamat Timur
: An. B : 79xxxx : Laki - laki : 2 tahun 1 bulan 6 hari : Jawa : Islam : Jakarta, 15 Mei 2010 : Jln. Dewi Sartika, Gg. Budi No.115 RT/RW 04/05, Tanjung Sanyang, Cawang Jakarta
IDENTITAS
Ayah
: Tn. A : Islam : Jln. Dewi Sartika, Gg. Budi RT/RW 04/05, Tanjung Sanyang, Cawang Jakarta Timur : Pegawai BUMN : Rp 7.000.000, 00
: Jawa Ibu Nama Agama Alamat No.115 Pekerjaan Penghasilan Suku Bangsa : Ny. S : Islam : Jln. Dewi Sartika, Gg. Budi RT/RW 04/05, Tanjung Sanyang, Cawang Jakarta Timur : Pegawai BUMN : : Jawa
II. ANAMNESA
Dilakukan secara Alloanamnesis dengan Ny. S (Ibu kandung pasien) Lokasi : Bangsal lantai VI Timur, kamar 610 Tanggal / waktu : 19 Juni 2012, pkl 22.00 WIB Tanggal Masuk : 19 Juni 2012
KELUHAN UTAMA
Kejang sejak 3 jam SMRS
KELUHAN TAMBAHAN
Demam, batuk, pilek, BAB cair
DEMAM
Sejak 8 jam SMRS Mendadak tinggi, dan tidak turun dengan pemberian obat penurun panas Mengiggau (-), nyeri di daerah perut (-), mual (-), muntah (-), perut kembung (-), nyeri sendi (-) Keluhan mimisan, gusi berdarah disangkal
RIWAYAT
BAK tidak ada keluhan, 5-6 x/hari, warna kuning jernih, nyeri (-), darah () 1 minggu SMRS pasien mengeluh batuk, pilek. Batuk kering, dahak (-), sesak napas dan nyeri dada disangkal kemudian Ibu pasien memberikan obat batuk Hufagrip , keluhan batuk membaik dalam 2 hari. Keluhan pilek, masih dirasakan sampai sekarang Riwayat trauma di daerah kepala sebelumnya (-) Riwayat infeksi telinga atau keluhan seperti nyeri telinga, keluar cairan dari telinga (-)
PERJALANAN PENYAKIT
8 jam SMRS, demam tinggi (tidak turun dengan obat penurun panas), pilek
UMUR
1 TAHUN 2 BULAN
PENYAKIT
DIFTERIA
UMUR
-
PENYAKIT
JANTUNG
UMUR
-
CACINGA N
DEMAM BERDARA H
DIARE
KEJANG
1 TAHUN 6 BULAN
-
GINJAL
DARAH
DEMAM TYPHOID
OTITIS
KECELAKA AN
MORBILI
RADANG PARU
TBC
PAROTITI S
OPERASI
LAINNYA
KEHAMILAN
(-) Periksa ke dokter atau bidan rutin 1x / bulan Rumah Sakit Bidan, Dokter Spontan per Vaginam dengan Vaccum atas indikasi post SC Cukup Bulan (36 minggu)
Berat lahir: 3300 gram Panjang badan: 50 cm Lingkar kepala: ibu lupa
PERSALINAN
Cara Persalinan
Masa Gestasi
Keadaan Bayi
Selama hamil Ibu pasien juga tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan selama kehamilan, hanya vitamin yang diberikan bidan atau dokter. Ibu pasien juga menyangkal konsumsi rokok dan alcohol selama kehamilan. Imunisasi TT 2x selama kehamilan.
Riwayat kehamilan dan persalinan baik
KESAN
Psikomotor Tengkurap : Umur 4 bulan (Normal: 3-4 bulan) Duduk : Umur 9 bulan (Normal: 6-9 bulan) Berdiri : Umur 10 bulan (Normal: 9-12 bulan) Berjalan : Umur 12 bulan (Normal: 13 bulan) Bicara : Umur 12 bulan (Normal: 9-12 bulan) Baca dan Tulis : Pasien mulai mencoret-coret sejak usia 15 bln Gangguan perkembangan mental/emosi : Tidak ada Kesan : Riwayat pertumbuhan dan perkembangan baik.
RIWAYAT MAKANAN
KESAN : Asupan gizi pasien baik, makanan bervariasi. Pasien baru mulai belajar minum susu formula, karena pasien baru akan disapih
UMUR (Bulan)
ASI / PASI
Buah / Biskuit
Bubur Susu
Nasi Tim
Umur di atas 1 tahun Jenis Makanan Nasi / Pengganti Sayur Frekuensi dan Jumlah 3 x sehari, 4-5 sendok makan/kali 3 x sehari, 1 mangkuk/kali Takaran/hari sesuai AKG 1-1,5 piring mangkuk
Daging
Telur Ikan Tahu Tempe
4 x seminggu, 1 potong/kali
3 x seminggu, 1 butir/kali 2 x sehari, 1 potong/kali 3 x sehari, 1 potong/kali 3 x sehari, 1 potong/kali Lauk Nabati 1-2 potong Lauk Hewani 1-2 potong
RIWAYAT IMUNISASI
VAKSIN BCG DPT/PT POLIO CAMPAK DASAR (UMUR) 0 Bulan 2 Bulan 0 Bulan 4 Bulan 2 Bulan 6 Bulan 6 Bulan 9 Bulan ULANGAN
HEPATIT IS B
0 Bulan
1 Bulan
6 Bulan
No
Hidup
Lahir Mati -
Abortu s -
Mati (Seba b) -
1.
2.
15 Mei 2010
Laki-laki
Perumahan dan Sanitasi Pasien tinggal bersama ayah dan ibunya, sebuah rumah tinggal milik sendiri dengan 3 kamar tidur, 2 kamar mandi, dapur, beratap genteng, berlantai keramik, berdinding tembok, terletak di perumahan, jarak antar rumah tidak terlalu padat. Keadaan rumah bersih, pencahayaan cukup, ventilasi cukup. Sumber air bersih dari air PAM. Air limbah rumah tangga disalurkan dengan baik dan pembuangan sampah setiap harinya diangkut oleh petugas kebersihan. Kesan : Kesehatan lingkungan tempat tinggal pasien cukup baik.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Kesadaran
Status Gizi
BB/U = (11 kg/12,8 kg) x 100 % = 85,93 % Gizi baik (80-120 %) TB/U = (85 cm/88,8 cm) x 100 % = 95,72 % Tinggi Normal (90-110%) BB/TB = (11 kg/12,2 kg) x 100 % = 90,16 % Gizi baik ( 90%) Berdasarkan data di atas maka dapat disimpulkan bahwa status gizi pasien baik
P: 48 x/min, teratur
TANDA VITAL
S: 39,3 o c
Kulit Putih, ikterik (-), sianosis (-), turgor baik, kelembaban baik, tidak ada efloresensi yang bermakna
Kepala dan Leher Kepala tidak Mata : Normochepali (LK=48 cm), rambut warna hitam, distribusi merata, mudah dicabut : Pupil bulat isokor, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/: Bentuk normal, septum deviasi (-), mukosa hiperemis (+), cuping hidung -/: Normotia, membran timpani sulit dinilai, serumen sulit : Bibir merah muda, agak kering, sianosis (-) : Normoglossia, warna merah muda, lidah kotor (-), oral hygine baik : Caries (-) : Letak di tengah
Hidung sekret +/+, napas Telinga dinilai Mulut Lidah Gigi geligi Uvula
Tonsil
Inspeksi :Bentuk dada normal, simetris, efloresensi primer/sekunder dinding dada (-), pulsasi abnormal (-), gerak pernapasan simetris, irama teratur, tipe thorako-abdominal, retraksi (-) Palpasi Perkusi Auskultasi Jantung Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi
:Gerak napas simetris, vocal fremitus simetris :Sonor di semua lapang paru : Suara napas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/:Ictus cordis tidak tampak : Ictus cordis teraba di 1cm medial garis midklavikularis kiri, thrill (-) : Redup :SI SII reguler, murmur (-), gallop (-) :Bentuk datar :Supel :Timpani di semua kuadran abdomen, shifting dullness (-)
Ekstremitas : Akral hangat, spastisitas (-), sianosis (-), parese (-), paralisis (-)
Pada regio fossa cubiti dan fossa poplitea terdapat plak kemerahan, bentuk tidak teratur, berbatas tidak tegas, basah, dan terdapat skuama halus di atasnya Genitalia : OUE (+), tidak hiperemis, fimosis (-), parafimosis(), testis +/+ turun lengkap Anus : hiperemis (-), diaper rash (-)
REFLEKS
Refleks Fisiologis Biceps Triceps
KANAN
+ +
KIRI
+ +
Patella
Achilles Refleks Patologis Schaeffer
+
+ -
+
+ -
Chaddock
Babinski Rangsang Meningeal - Kaku Kuduk
- Brudzinsky I
-Brudzinsky II -Kerniq - Laseq
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai Normal
Hemoglobin
Hematokrit Trombosit Kimia Klinik (Metabolisme Karbohidrat) GDS
11, 6
35 318 114
g/dL
% ribu/L mg/dL
10,8 - 12,8
35 - 43 217 - 497 33 - 111
V. RINGKASAN
Pasien seorang anak laki-laki berusia 2 tahun 1 bulan 6 hari datang dibawa ibunya ke IGD dengan keluhan kejang sejak 3 jam sebelum masuk rumah sakit. Ini merupakan kejang pertama kalinya, lama kejang sekitar 1 menit, tidak berulang dalam 24 jam. Kejang terjadi pada seluruh tubuh dimana kedua tangan dan kaki kaku, kemudian kelojotan, mata mendelik ke atas, tidak keluar busa dari mulut pasien dan lidah tidak tergigit. Saat kejang pasien tidak sadar, setelah kejang pasien lemas, mengantuk kemudian tertidur. Menurut ibu pasien kira-kira 5 jam sebelum kejang, pasien mengalami demam tinggi. 4 hari sebelumnya BAB pasien mulai cair, 23x/hari, setiap BAB kurang dari gelas aqua, ampas lebih banyak dari cairan. 1 minggu sebelumnya pasien menderita batuk (+), pilek (+) Dari pemeriksaan fisik didapatkan suhu: 39,3C, N = 148x/menit, P = 48x/menit, mata: pupil isokor, refleks cahaya +/+. Hidung: mukosa hiperemis (+), sekret +/+. Pada regio fossa cubiti dan fossa poplitea terdapat plak kemerahan, bentuk tidak teratur, berbatas tidak tegas, basah, dan terdapat skuama halus di atasnya, refleks patologis (-) dan tanda rangsang meningeal (-). Hasil laboratorium darah, leukosit: 17.100/ul, feses, konsistensi cair, lendir (+), leukositosis (+).
ISPA
3.
Dermatitis Atipik
ISPA
Dermatitis Atipik
EEG
VIII. TERAPI
NON FARMAKOLOGIS
EDUKASI Pasien dirawat di RS agar mudah di follow-up untuk memantau apabila terjadi kejang berulang
FARMAKOLOGIS
1. IVFD KAEN 1B 3 cc/kgBB/jam 2. Antipiretik: PCT 120mg, CTM 1mg 3 x 1 3. Antikonvulsan : Luminal 2 x 25 mg 4. Antibiotik : Inj. Ampisilin 4 x 250 mg
IX. PROGNOSIS
Ad Sanationan : dubia ad bonam
Ad Vitam : ad Bonam
FOLLOW UP
Rabu, 20 Juni 2010 Perawatan hari ke-1
SUBJEKTIF
OBEKTIF
ANALISIS
PERENCANAAN
- Kejang (-) - Demam menurun, mengigau (+) -Batuk (-) -Pilek (+), sekret encer, bening - Nyeri perut (+), mual (-), muntah (-) -BAB cair, 1x, bau busuk, lendir (+), darah (-) -BAK tidak ada keluhan, 2-3x, warna jernih, nyeri (-), darah (-)
KU / Kes: TSS / CM N: 148 x/mnt P: 36x/mnt S : 37,2C BB : 11 kg Kepala : normocephali Mata : CA-/-, SI-/-, RCL +/+, RCTL + /+, pupil isokor, Hidung: NCH (-), mukosa hiperemis (-), sekret +/+, bening Mulut : dbn Leher: KGB TTM Thorax: BJ I dan II reg, G (-), M(-) SN vesikuler, Wh-/-, Rh-/Abdomen: buncit, supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-) dan nyeri (-), timpani di seluruh kuadran abdomen, BU (+) 3x/m
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai Normal
Jenis Pemeriksaan Tinja Faeces Rutin Makroskopik Warna Konsistensi Lendir Darah Mikroskopik Leukosit Eritrosit Amoeba coli Amoeba Histolica Telur cacing Pencernaan Lemak Amilum Serat Ragi
Hasil
Satuan
Nilai Normal
Positif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif
Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif
FOLLOW UP
Kamis, 21 Juni 2012 Perawatan hari ke-2
SUBJEKTIF
OBEKTIF
ANALISIS
PERENCANAAN
- Kejang (-) - Demam menurun, mengigau (+) -Batuk (-) -Pilek (+), secret berkurang - Nyeri perut (+), mual (-), muntah (-) -BAB (-) -BAK tidak ada keluhan, 2-3x, warna jernih, nyeri (-), darah (-)
KU / Kes: TSR / CM N: 100 x/mnt P: 32x/mnt S : 35,5C BB : 11 kg Kepala : normocephali Mata : CA-/-, SI-/-, RCL + /+, RCTL + /+, pupil isokor, Hidung: NCH (-), secret -/Mulut : mukosa kemerahan Leher: KGB TTM Thorax: BJ I dan II reg, G (-), M(-) SN vesikuler, Wh-/-, Rh-/Abdomen: buncit, supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-) dan nyeri (-), timpani di seluruh kuadran abdomen, BU (+) 4x/m Ekstremitas: akral hangat +, oedem-, sianosis-
FOLLOW UP
Jumat , 22 Juni 2012 Perawatan hari ke-3
SUBJEKTIF
OBEKTIF
ANALISIS
PERENCANAAN
- Kejang (-) - Bebas demam 2 hari -BAB dan BAK tidak ada keluhan - Gatal di lipatan tangan dan kaki (+)
KU / Kes: TSR / CM N: 100 x/mnt P: 32x/mnt S : 36C BB : 11 kg Kepala : normocephali Mata : CA-/-, SI-/-, RCL + /+, RCTL + /+, pupil isokor, Hidung: NCH (-), sekret -/Mulut : mukosa kemerahan Leher: KGB TTM Thorax: BJ I dan II reg, G (-), M(-) SN vesikuler, Wh-/-, Rh-/Abdomen: buncit, supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-) dan nyeri (-), timpani di seluruh kuadran abdomen, BU (+) 4x/m Ekstremitas: akral hangat +, oedem-, sianosis-
TINJAUAN PUSTAKA
KEJANG DEMAM
I. DEFINISI
KEJANG
Suatu gangguan fungsi otak yang involunter yang dimanifestasikan sebagai penurunan atau kehilangan kesadaran, aktivitas motorik yang abnormal, perilaku yang abnormal, gangguan sensorik, atau kelainan otonom. 1,2
1. Widodo D P, dkk. Penanganan Demam pada Anak secara Profesional. Depertemen Kesehatan Anak FKUI. Jakarta.2005.Hal 58-65. 2. Lumbantobing, S. M. Kejang Demam (Febrile Convulsion). Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2007.
I. DEFINISI
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada saat demam (suhu rectal di atas 38 0C) tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat (SSP) atau gangguan elektrolit akut, terjadi pada anak di atas umur 1 bulan dan tidak ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya. 1 Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal lebih dari 38 0C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. * Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures (1980), kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan sampai 5 tahun,berhubungan dengan demam tetapi tadak terbukti adanya infeksi intracranial atau penyebab tertentu.
II. EPIDEMIOLOGI
2-5 % usia antara 5 bulan sampai 6 tahun 1 dari 25 anak pernah menderita kejang disertai demam, 1-3 di antaranyamenderita kejang berulang Kejang demam adalah tergantung umur dan jarang sebelum umur 9 bulan dan sesudah umur 5 tahun Puncak umur mulainya adalah sekitar 14-18 bulan dan insiden mendekati 3-4 % anak kecil
III. ETIOLOGI
Tiga faktor utama yang berperan Demam Usia Gen
DEMAM
DEMAM
1. Demam itu sendiri 2. Efek produk toksin daripada mikroorganisme (kuman dan virus) terhadap otak 3. Respon alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi 4. Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit. 5. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan yang tidak diketahui atau encefalopati toksik sepintas 6. Gabungan semua faktor diatas Faktor yang mungkin berperan ddalam KD
USIA
GEN
Gen berperanan penting pada KD Anamnesa KD pada keluarga ( 7,5%) Risiko meningkat 2-3x apabila saudara sekandung mengalami KD Risiko meningkat 5 % bila salah seoran orang tua pasien menderita KD
Usia muda pada saat terjadi kejang demam yang pertama (<12 bulan) Demam yang suhunya relatif rendah saat kejang demam pertama (<38C) Riwayat penyakit keluarga dengan kejang demam
2.
3. 4.
5.
V. KLASIFIKASI
I. Klasifikasi KD menurut Prichard dan Mc Greal2 Prichard dan Mc Greal membagi kejang demam atas 2 golongan, yaitu: Kejang demam sederhana Kejang demam tidak khas II. Klasifikasi KD menurut Livingston2 Livingston membagi dalam: KD sederhana Epilepsy yang dicetuskan oleh demam
III. Klasifikasi KD menurut Fukuyama2 Fukuyama juga membagi KD menjadi 2 golongan, yaitu: KD sederhana KD kompleks
Sub Bagian Saraf Anak Bagian IKA FKUI RSCM Jakarta, menggunakan kriteria Livingston yang telah dimodifikasi sebagai pedoman untuk membuat diagnosis kejang demam sederhana, yaitu :
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Umur anak ketika kejang antara 6 bulan 6 tahun Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit Kejang bersifat umum Kejang timbul 16 jam pertama setelah timbulnya demam Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal Pemeriksaan EEG yang dibuat setidaknya 1 minggu sesudah suhu normal tidak menunjukkan kelainan Frekuensi bangkitan kejang dalam satu tahun tidak melebihi 4 kali
7.
KD SIMPLEKS vs KD KOMPLEKS
NO. 1. KLINIS Durasi KD SEDERHANA < 15 menit KD KOMPLEKS 15 menit
2.
3. 4. 5. 6. 7.
Tipe Kejang
Berulang dalam satu episode Defisit Neurologis Riwayat keluarga kejang demam Riwayat keluarga kejang tanpa demam Abnormalitas Neurologis sebelumnya
Umum
1x
Fokal
> 1x
VI. PATOFISIOLOGI
Mekanisme terjadinya kejang : Gangguan pembentukan ATP akibat kegagalan pompa Na-K, misal pada keadaan iskemia, hipoksemia, dan hipoglikemia Kejang pengurangan ATP, hipoksemia Perubahan permiabelitas membran sel saraf (hipokalsemia, hipomagnesia) Perubahan relatif neurotransmitter
VI. PATOFISIOLOGI
Demam dapat menimbulkan kejang, melalui mekanisme : Demam menurunkan nilai ambang kejang Timbul dehidrasi gangguan elektrolit gangguan permiabilitas membran sel Peningkatan metabolisme basal Demam menimgkatkan CBF
VI. PATOFISIOLOGI
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh adanya: Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraseluler. Rangsangan yang datangnya mendadak, misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya. Perubahan dari patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.
Didahului oleh kenaikan suhu yang cepat, biasanya terjadi bila suhu diatas 390C Kehilangan kesadaran Kejang menyeluruh Serangan berupa kejang klonik atau tonik- klonik bilateral Mata mendelik ke atas
Anak dapat menahan napasnya tanpa sadar Dapat mengeluarkan suara seperti teriakan melengking atau menangis Mungkin mengompol Selanjutnya diikuti gerakan ritmis berulang seluruh tubuh yang involunter yang tidak dapat dihentikan
Setelah kejang pasien mengalami periode mengantuk singkat Setelah beberapa detik atau menit anak akan bangun dan sadar kembali tanpa adanya defisit neurologis Kejang dapat diikuti hemiparesis sementara (hemiparesis Tood) yang berlangsung beberapa jam atau beberapa hari
Lumbal Pungsi
EEG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam, atau keadaan lain misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit dan gula darah.
2. Lumbal Pungsi
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasien dengan kejang demam yang pertama Pungsi lumbal harus dilakukan pada bayi berumur kurang dari 12 bulan, dianjurkan pada pasien berumur 12-18 bulan, dan dipertimbangkan pada anak berumur diatas 18 bulan.
3. EEG
Tidak diindikasikan untuk anak-anak dengan kejang demam sederhana EEG Normal Indikasi : - KD Kompleks ( Kejang Atipik ) - Kejang pada anak yang beresiko menjadi epilepsi
4. Pencitraan
CT Scan, MRI Tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti kelainan KRITERIA neurologik fokal yang menetap (hemiparesis), paresis nervus VI dan papil edema
IX. DIAGNOSIS
Pemeriksaan Penunjang
DIAGNOSIS
X. PENATALAKSANAAN
1.
2.
Pengobata n Profilaksis
4.
EDUKASI
Pemeriksaan Penunjang Penyebab biasanya infeksi traktus respiratorius bagian atas dan otitis media akut Pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat
3. PENGOBATAN PROFILAKSIS
-Profilaksis Intermitten - Profilaksis Jangka Panjang
Profilaksis Intermitten
Profilaksis Intermitten
Profilaksis Jangka Panjang Fenobarbital (3-5mg/kgBB/hari.dibagi dalam 2-3 dosis) dan asam valproat (15-40 mg/kgBB/hari dan dibagi dalam 2 dosis per hari), obat ini diberikan terus menerus selama satu tahun setelah kejang terakhir kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan
4. EDUKASI
Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali Pemberian obat untuk mencegah rekurensi efektif, tetapi tetap harus diingat adanya efek samping obat
Berikan diazepam rektal, dan jangan diberikan bila kejang tidak berhenti Bawa ke dokter atau RS untuk memperoleh penatalaksanaan lebih lanjut
XI. KOMPLIKASI
Kerusakan Sel Otak Penurunan IQ
Epilepsi
Defisit Neurologis
XII. PROGNOSIS
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosisnya baik dan tidak perlu menyebabkan kematian. Dari penelitian yang ada, frekuensi terulangnya kejang berkisar antara 25%-50% yang umumnya terjadi pada 6 bulan pertama.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Widodo DP, dkk. Penanganan Demam pada Anak secara Profesional. Depertemen Kesehatan Anak FKUI. Jakarta.2005.hal 58-65.
2.
3.
Lumbantobing SM. Kejang Demam (Febrile Convulsion). Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007.
Behrman, Kliegman, Arvin. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15, Volume 3. Jakarta. EGC, 2000. hal 2053-60. Pediatrica, Buku Saku Anak, edisi 1, Tosca Enterprise. UGM Jogjakarta, 2005 Committee on Quality Improvement and Subcommitte on Febrile Seizure. Practice Parameter: Longterm Treatment of the Child with Simple Febrile Seizure. Pediatrics. 1999; 103: 1307-1309. Sylvia AP. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi ke-6 Vol.2. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2003. Saraf Otot. Diunduh dari http://derajad-google.blogspot.com/2008/11/saraf-otot-nerve-muscle.html. diakses tanggal 21 Juni 2012 Pusponegoro HD, dkk. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: 2006. hal 1-14. Sofyan Ismael, Prof. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2006. Febrile Seizures Fact Sheets: National Institutes of Neurology and Stroke. Diunduh dari http://ninds.nih.gov/disorders/febrile_seizures/detail_febrile_seizures.htm. diakses tanggal 21 Juni 2012 Seizures: Causes, Symptoms, Diagnosis and Treatment. Diunduh dari
4. 5.
6.
7.
8.
9.
10. 11.
12.