Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH MENULIS EKSPRESIF TERHADAP TINGKAT DEPRESI MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kesehariannya, mahasiswa harus memenuhi banyak tuntutan, contohnya seperti rentetan tugas, makalah, ujian, belum tuntutan prestasi juga menimpa. Hal- hal menekan di situasi seperti ini bisa menyebabkan gejala-gejala psikologis yang tidak di harapkan, salah satu contohnya adalah gejala depresi. Gejala depresi adalah gejala yang sangat mengganggu jika dibiarkan begitu aja. Terutama untuk kaum mahasiswa, gejala ini juga akan menghabat kemajuan dalam bidang studinya. Tidak ada yang lebih merasa menderita daripada orang yang menganggap depresi itu tidak penting, dan terkena dampaknya. Dalam penelitian Beck and Young, dikatakan tiga perempat mahasiswa mengalami gejala depresi. Gejala depresi ini jadi bahasan khusus pada mahasiswa karena hubungannya dengan rendahnya performa akademik dan rendahnya aktivitas di kampus (Reifman & Dunkel-Schetter, 2001). Dalam Daradjat (Yuke, 2010) kecerdasan bukanlah satu- satunya faktor yang menentukan sukses atau tidaknya seseorang dalam belajar, tapi ketenangan jiwa juga mempunyai pengaruh atas kemampuan untuk menggunakan kecerdasan tersebut. Gejala depresi adalah gangguan yang kuat, mendalam dan bertahan lama yang menyerang tubuh dan juga pikiran (Lazarus, 2000). Gangguannya sering kali diabaikan atau dianggap tidak penting bagi para masyarakat, terutama disini mahasiswa. Padahal dikatakan dalam Laura King (2010), depresi adalah gangguan yang serius, penanganan yang tidak tepat yang berasal dari kekurang pahaman mengenai depresi adalah sesuatu yang tragis. Karena korban depresi akan banyak menderita hal yang tidak perlu. Banyaknya keadaan yang menekan kehidupan bisa menimbulkan gejala depresi, dalam Astriningsih dkk (2010) mengatakan, bahwa semakin tinggi individu mengalami keadaan tertekan maka semakin tinggi pula tendensi untuk mengalami depresi. Dikarenakan situasi yang menekan yang nenyebabkan depresi tidak bisa serta-merta dihindari, dan suatu saat kita dipaksa harus memasuki situasi tersebut, maka diperlukan adanya usaha pelepasan untuk mengatasi depresi. Ada sebuah proses melepaskan emosi yang dirasakan yang disebut katarsis. Katarsis adalah metode psikologi yang menghilangkan beban mental seseorang dengan menghilangkan ingatan traumatisnya dengan membiarkannya menceritakan semuanya (JS Badudu, 2001). Katarsis ini diperlukan untuk melepaskan konflik-konflik di alam bawah sadar atau pengalaman traumatis misalnya perceraian, penyakit yang serius, perubahan dalam pekerjaan atau lingkungan pekerjaan, kematian seseorang yang dicintai, dan lainnya seperti kecemasan juga merupakan emosi dasar yang sangat akrab sekali dengan kita. Menulis, dalam kaitan pokok tulisan ini, dimaknai sebagai medan untuk membebaskan diri dari gelora pikiran. Tidak seorang pun di dunia yang bisa bebas dari beban pikiran.Kita punya pertanyaan yang perlu dijawab, punya kebahagian yang perlu diungkap, punya kekesalan yang perlu dibuang. Menulis adalah satu dari sekian cara penyalurannya. Selain itu dalam blog nya Hezti hazrul mengatakan bahwa Menulis adalah teman curhat tanpa pembatas apa pun, menulis adalah psikolog

paling damai, menulis adalah bapak kehidupan yang memelihara harta paling berharga, pikiran. Menulis adalah pembebas pikiran agar dapat berpikir lebih jernih. Katarsis dalam menulis ekspresif merupakan proses penyingkapan emosi yang alamiah dan sebenarnya dengan mengubahnya menjadi bahasa tertulis. Pengaruh Katarsis menulis ekspresif terhadap tingkat depresi sudah pernah dieksperimenkan, tujuan proposal ini ingin menguji lagi, lebih lanjut bahasan tersebut.

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan permasalahan yang ada sebagaimana dikemukakan pada latar belakang, maka permasalahan yang akan diungkapkan melalui penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut : Adanya banyak tekanan dalam kehidupan mahasiswa bisa menimbulkan gejala-gejala psikologis, contohnya seperti depresi. Dan keadaan ini tidak bisa dihindari dengan mudah. Dengan adanya cara pelepasan atau katarsis, maka diharapkan cara ini memberikan mahasiswa cara untuk sedikit bisa mengatasi depresi yang dialami.

C. Rumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut, Adakah pengaruh katarsis penulisan ekspresif dengan penurunan tingkat depressi Mahasiswa Universitas Winuwardhana?

D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penelitian dalam penulisan ini adalah Untuk menjelasakan seberapa besar pengaruh katarsis penulisan ekspresif terhadap tingkat depresi mahasiswa Wisnuwardhana Malang.

E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, antara lain ialah : Bagi individu: Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi khususnya kepada para mahasiswa, orang tua, para dosen, dan masyarakat tantang katarsis menulis ekspresif Bagi lembaga: Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Universitas, dan terutama Fakultas Psikologi. Sehingga bisa memberi kontribusi sedikit pengetahuan, atau minimal referensi, atau sekedar mengenal katarsis menulis dan gejala depresi. Bagi ilmu pengetahuan:

Menambah khazanah ilmu pengetahuan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada dan dapat memberi gambaran mengenai pengaruh menulis ekspresif dengan tingkat depresi pada mahasiswa.

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Uraian Variabel tergantung Depresi Depresi adalah gangguan perasaan atau mood yang disertai komponen psikologi berupa sedih, susah, tidak ada harapan dan putus asa disertai komponen biologis atau somatik misalnya anoreksia, konstipasi dan keringat dingin. Depresi dikatakan normal apabila terjadi dalam situasi tertentu, bersifat ringan dan dalam waktu yang singkat. Bila depresi tersebut terjadi di luar kewajaran dan berlanjut maka depresi tersebut dianggap abnormal (Atkinson et all, 1993). Maramis (2005) memasukkan depresi sebagai gangguan afek dan emosi. Afek ialah nada perasaan, menyenangkan atau tidak (seperti kebanggaan, kekecewaan, kasih sayang), yang menyertai suatu pikiran dan biasanya berlangsung lama serta kurang disertai oleh komponen fisiologis. Sedangkan emosi merupakan manifestasi afek keluar dan disertai oleh banyak komponen fisiologis, biasanya berlangsung relatif tidak lama (misalnya ketakutan, kecemasan, depresi dan kegembiraan). Afek dan emosi dengan aspek-aspek yang lain seorang manusia (umpama proses berpikir, psikomotor, persepsi, ingatan) saling mempengaruhi dan menentukan tingkat fungsi dari manusia itu pada suatu waktu. Depresi adalah keadaan patah hati atau putus asa yang disertai dengan melemahnya kepekaan terhadap stimuli tertentu, pengurangan aktivitas fisik maupun mental dan kesukaran dalam berpikir (Kartono dan Gulo, 2003). American Psychological Association (APA) (2000) memberikan definisi depresi merupakan perasaan sedih atau kosong yang disertai dengan penurunan minat terhadap aktivitas yang menyenangkan, gangguan tidur dan pola makan, penurunan kemampuan berkonsentrasi, perasaan bersalah yang berlebihan, dan munculnya pikiran tentang kematian atau bunuh diri. 2. Uraian Variabel bebas Menulis Ekspresif Penelitian-penelitian saat ini mengusulkan bahwa keuntungan ekspresi emosi tidak dibatasi pada ekpresi emosi yang vokal, kesehatan fisik dan psikologis dapatdiperoleh melalui penulisan ekspresif tentang pengalaman hidup yang signifikan (Graf, 2004). Penelitian yang dilakukan Graf (2004) menunjukkan hasil bahwa klien pada kelompok written emotional disclosure memperlihatkan penurunan yang signifikan pada imptom-simptom kecemasan dan depresi; ebaik peningkatan fungsi kehidupan dan kepuasan yang lebih baik dengan treatment ketika dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Menulis merupakan suatu bentuk ekpresi katarsisi dan self-help yang telah dipraktekkan selama bertahun-tahun (Riordan, 1996). Menurut Riordan, Benjamin Rush yang seorang dokter memberikan intruksi kepada pasiennya untuk menulis imptomp yang mereka alami dan menemukan bahwa proses menulis dapat menurunkan tegangan pasiennya dan memberikan informasi yang lebih banyak tentang masalah mereka. Menulis kreatif (creative writing) yang diartikan sebagai kegiatan menulis untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan dalam bentuk imajinatif, spontan dan asli. Percy (1993) berpendapat bahwa menulis kreatif merupakan gagasan ekspresif yang mengalir dari pikiran seseorang ke dalam suatu tulisan. Selanjutnya, Greene dan Petty (1991) membagi kegiatan menulis karangan pada dua jenis yaitu: pertama menulis praktis yaitu mengarang yang sifatnya faktual, fungsional dan ekspositori, dan kedua menulis kreatif yaitu mengarang yang sifatnya personal dan tidak selamanya mempunyai kegunaan praktis. Suatu karangan dianggap sebagai tulisan kreatif ketika mempunyai ciri orsinil, spontan, dan imaginatif. Kegiatan menulis kreatif adalah salah satu kegiatan positif yang sangat penting dan bermanfaat bagi kehidupan. Pentingnya kegiatan menulis kreatif telah dibuktikan oleh beberapa hasil penelitian. Diantaranya penelitian Post (1994) yang menemukan bahwa para penulis cenderung lebih mampu bertahan dari masalah-masalah mental dibandingkan dengan orang yang tidak biasa menulis. Temuan ini didukung pendapat Lowe (2006) yang menyatakan bahwa kegiatan menulis kreatif mempunyai unsur terapeutik. Artinya semakin sering seseorang menulis maka semakin sehatlah mental orang tersebut. Hal ini dapat dipahami karena ada proses katarsis yang terjadi pada proses menulis kreatif, sehingga semua beban psikologis baik berupa tekanan, harapan, gagasan dan lain sebagainya mampu terekspresikan dalam bentuk tulisan. Terapi menulis berbeda dengan menulis biasa karena di dalam terapi menulis, individu diberikan program menulis sehingga bentuk terapi tulis yang diberikan didampingi oleh pakar kesehatan (LAbate, 2001). Manfaat terapi tulis lainnya antara lain nampak pada penelitian yang dilakukan Melianawati (2004). Melalui analisis data individual diketahui bahwa terapi tulis mampu menurunkan skor ketegangan emosi pada mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam mengungkapkan emosinya. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh tim biomedis Amerika yang dipimpin psikolog Pennebaker menemukan bahwa menulis dapat membantu individu untuk membantu sistem kekebalan tubuh dalam melawan infeksi (Lowe, 2006). Jadi Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.1 No.1 (2012) dengan menulis dapat menjadi sarana untuk merefleksikan kecemasan menyelesaikan skripsi yang dirasakan mahasiswa sebagai usaha mengurangi pengekangan yang mereka rasakan akibat kecemasan yang dirasakan. Teori postulat perubahan kognitif (Pennebaker & Seagal dalam Graybeal, Sexton, & Pennebaker (2002), menyatakan bahwa menulis juga membantu sesorang mereorganisasi pikiran dan perasaan mengenai pengalaman traumatik dan membuatnya lebih koheren atau terpadu mengenai kejadian di dalam hidupnya.

B. Kerangka berpikir Berdasarkan hasil studi pendahuluan sebagaimana yang diuraikan pada latar belakang masalah dan rumusan masalah tersebut, serta memperhatikan teori dan konsep yang mendukung,

maka dapat diungkapkan kerangka berfikir penelitian yang menggambarkan pengaruh antara variable bebas (menulis ekspresif) dan variable tergantung (Tingkat depresi mahasiswa) sebagai berikut: Variabel bebas : Katarsis menulis ekspresif (x) Variabel tergantung: Tingkat depresi mahasiwa (y)

C. Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut: H0= tidak ada pengaruh antara katarsis menulis ekspresif dengan penurunan Tingkat depresi mahasiwa Universitas Wisnuwardhana Malang. Ha= ada pengaruh antara hubungan antara menulis ekspresif dengan penurunan Tingkat depresi mahasiwa Universitas Wisnuwardhana Malang.

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan waktu penelitian 1.Tempat dan Waktu Penelitian a.Tempat Penelitian Pemilihan dan penetapan lokasi penelitian ini adalah di Univeritas Wissnuwardhana Malang. Adapun pemilihan lokasi tersebut dengan alasan sebagai berikut: 1) Adanya relevansi masalah yang akan diteliti di universitas tersebut. 2) Lokasi relatif dekat dengan domosili peneliti, sehingga mudah dijangkau dan bisa lebih efisien (waktu dan biaya). b. Waktu Penelitian Waktu penelitian ini dilaksanakan kurang lebih selama 1 bulan mulai bulan .... sampai bulan .... 201... di Universitas Wisnuwardhana Malang.

B. Populasi, sampel dan sampling a. Populasi Margono (2000: 121) menjelaskan bahwa populasi adalah seluruh individu yang menjadi perhatian dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan. Warsito (1992: 49) menjelaskan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuhan, gejala, nilai tes, perusahaan, atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian.

Berdasarkan kedua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksudkan populasi dalam penelitian ini adalah kelompok mahasiswa yang dijadikan sebagai sumber data dalam penelitian. Populasi disini adalah subjek yang berkriteria: 1. Subjek adalah mahasiswa fakultas Psikologi, Universitas Wisnuwardhana Malang. 2. Dalam tes pengukuran depresi subjek menunjukkan tingkat depresi tinggi 3. Secara sukarela mengikuti terapi menulis katarsis. Adapun populasi penelitian ini adalah mahasiswa psikologi Universitas Wisnuwardhana fakulta psikologi dibawah semester 7-8 sebanyak 10 orang. B. Teknik Sampling Dari hasil yang diketahui dari data tersebut maka, teknik yang digunakan dalam penentuan sampel mahasiswa Wisnuwardhana adalah Pengambilan data dari subjek penelitian menggunakan purposive sampling, yaitu meneliti sampel yang memenuhi karakteristik seperti yang telah ditetapkan di atas. Subjek yang djadikan sampel sebanyak 10 orang. C. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data menggunaka skala depresi, yaitu BDI (Beck Depression Inventori)

D. Teknik Analisis Data Penelitian ini untuk mengungkap pengaruh katarsis penulisan ekspresif dengan tingkat depresi pada mahasiswa Universitas Wisnuwardhana Malang. Adapun teknik analisis data menggunakan program SPSS, analisis korelasi data/paired sample t-test.

E. Kepustakaan

Arnold A. Lazarus, 2005. Staying sane in crazy world , Jakarta: PT. Buana Ilmu Populer. Ayu Fitriani & Nurul Hidayah, 2012. Kepekaan Humor dengan depresi pada remaja di tinjau dari jeni kelamin, Humanitas, Vol. IX No.1 Januari 2012. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan Brian Luke Seaward, 1992. Humors healing potential, Catholic health assosiation USA: Health Progress. http://fahrizaycoo.blogspot.com/2012/06/jurnal-quasi.html Laura king, 2010. Psikologi Umum, Jakarta: Salemba Humanika. Thorson, Powell, Sharmani, Schuller, & Hampes, 1997. Psychological health and sense of humor, journal of clinical psychology. Vol. 53, 605-619. www.ejournal.undip.ac.id Home Vol 9, No 1 (2011) Qonitatin journal.ubaya.ac.id/index.php/jimus/article/download/29/25

Anda mungkin juga menyukai