Anda di halaman 1dari 5

Tugas UTS

Kegagalan Mekanika

SPALLING INVESTIGATION OF CONNECTING ROD

Disusun Oleh : Suci Hakiman (1206312100)

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS INDONESIA 2013

SPALLING INVESTIGATION OF CONNECTING ROD


Saharash Khare, O.P. Singh , K. Bapanna Dora, C. Sasun
TVS Motor Company Ltd., Research & Development, Hosur, Tamilnadu 635 109, India

1. Introduction and Failure Background a. Review penelitian sebelumnya Crankshaft dan connecting rod pada Internal Combustion (IC) Engine mengkonversi gerakan bolak-balik menjadi gerakan putar. Connecting rod mengalami berbagai macam tekanan yang dihasilkan gesekan dan beban dari tekanan silinder selam langkah pembakaran. Dalam pengoperasian normal, Connecting rod dirancang untuk siklus yang tidak terbatas, yang didasarkan pada gaya yang bekerja tidak melebihi batas kekuatan yang dirancang selama masa pengoperasian. Namun ketika pelanggan mengoperasikan diatas batas kekuatan untuk mendapatkan tenaga kendaraan yang lebih dengan meningkatkan tekanan silinder maka gaya gesekan yang terjadi juga lebih tinggi. Jika tidak dideteksi lebih awal maka kegagalan mesin akan terjadi. Dalam makalah ini melaporkan kegagalan yang menghubungkan batang dan pin karena spalling diamati yang diamati pada mesin sepeda motor.

Gb 1. Desain crankshaft dengan beberapa komponen

b. Permasalahan Laporan pelanggan tentang gangguan komponen mesin setelah dikendarai dengan jarak kira-kira 15.000 Km terhadap desain yang diinginkan yaitu 50.000 Km yang ditandai dengan tingginya kebisingan dan getaran mesin pada awal service.

Gb 2. Kegagalan pada (a) roller bearing spalling, (b) crankpin spalling and (c) connecting rod Spalling

Goresan dan tanda kasar pada roller bearing spalling, crankpin spalling and connecting rod Spalling dapat dilihat dengan mata telanjang. kerusakan seperti ini umumnya disebut fatique spalling. c. Tujuan Untuk menginvestigasi faktor-faktor yang mengakibatkan fatigue spalling pada connecting rod. 2. Initial actions and laboratory test development a. Visual inspection Kerusakan yang mungkin di investigasi secara visual :

Tugas UTS/Kegagalan Mekanika

Universitas Indonesia [1]

Gb 3. (a) kerusakan permukaan pada crack pin, (b) kerusakan permukaan dekat lubang oli

Bebarapa Faktor penting penyebab kerusakan diatas : Kekerasan dari connecting rod dan crack pin. Bearing clearance antara connecting rod dan crank pin yang melebihi limit. Tekanan yang tinggi pada loksi kritis. Desain dari connecting rod Kekurangan oli pelumas pada permukaan luncur. b. Laboratory test development Metoda kontrol pengujian dibuat berdasarkan metoda matriks quadrant empat. Metoda ini pada dasarnya mencari hubungan antara MTTF (mean time to failure) uji lapangan dengan MTTF uji lab. Prose pengujian : Vehicle run pada dynamo meter dengan standard running cycle (Gb. 4) dan diatur pada kecepatan 2 titik yaitu 20 km/h dan 60 km/h. Durasi waktu untuk AC 18 s dan CD 6 s. Kondisi operasi mesin berdasarkan tes durability yang nyata. Kebisingan selalu dimonitor, kebisingan mesin normal (saat start) akan berkisar antar 70-75 db. Ketika kebisingan meningkat diatas 90 dB, mesin dimatikan lalu komponen dibongkar dan connecting rod serta pin di cek.

Gb 4. Engine Running Cycle untuk tes laboratorium c. Process improvement Untuk menghindari kerusakan permukaan proses pemesinan, proses cleaning dan penanganan material telah ditingkatkan. Akan tetapi tidak ada peningkatan yang signifikan terhadap life time. d. Material improvement Kasus kedalaman pengerasan bahan diukur dan ditingkatkan seperti ditunjukkan pada (Gb.5). Dekat permukaan, kekerasan adalah dibawah 800 HV dan konsisten rendah sepanjang kedalaman materi dari 1,3 mm dengan variasi kedalaman. proses perlakuan panas di suplayer dan kontrol material ditingkatkan. Kedalaman kasus ini meningkat sepanjang ketebalan dengan variasi kurang curam.

Gb. 5. Kasus variasi kedalaman kekerasan menunjukkan sebelum dan setelah di naikkan pada connecting rod

Tugas UTS/Kegagalan Mekanika

Universitas Indonesia [2]

e. Connecting rod to crank pin clearance Pada sampel yang gagal, clearance antara connecting rod dan roller bearing tidak sesuai spesifikasi. Hasil pengukuran clearance adalah 15 m. Dengan clearance yang tinggi crankpin bisa terangkat dan meningkatkan laju keausan. Proses pemesinan telah ditingkatkan untuk menyesuaikan keakuratan spesifikasi desain. spesifikasi clearance desain yang baru diatur pada 12 m. f. Crankpin and roller bearing diameter Teori kontak Hertzian:
F = beban normal R = diameter silinder E = elastic Modulus V = poissons ratio L = Panjang kontak antara dua silinder.

Persamaan diatas menunjukkan hubungan antara parameter rolling silinder dan pressure contact yang dihasilkan antara permukaan. Untuk mengurangi stress, diameter crankpin dan roller bearing dinaikan dari 25 mm menjadi 26 mm dan 3 mm menjadi 4 mm masing-masing sambil mempertahankan clearance desain yang sama. Sesuai teori diatas peningkatan diameter rol akan meningkatkan diameter kontak dengan 14 %, yang pada gilirannya akan mengurangi tekanan pada antarmuka sebesar 14%.

3. Non-linear nite element analysis a. FEA model Studi FEM adalah untuk memahami pengaruh desain connecting rod pada perilaku kontak di bawah kondisi operasi mesin.

Gb. 6. (a) Finite elemen model dari connecting rod (b) Variasi pressure dan gaya inersia selama pengoperasian mesin

b. FEA results

Gb. 7. FEM terhadap original connecting rod

Gambar diatas menunjukkan distribusi tekanan yang bersifat lokal dan hal itu terlihat didekat bagian I-section dari connecting rod. Tekanan kontak maksimum adalah 487.51 MPa. Von-misses tress distibution menunjukkan distribusi yang sama dengan hasil maximum 271.44 Mpa

Gb. 8. Empat desain yang berbeda dari Connecting Rod.

Tugas UTS/Kegagalan Mekanika

Universitas Indonesia [3]

Variasi desain modifikasi diinvestigasi menggunakan FEA (gb. 8.). hal ini mencatat bagaimana desain web dan flange telah berubah secara progresif dari desain asli (desain 1) sampai desain akhir (desain 4). Profil diharapkan dapat mengurangi kekakuan efektif batang penghubung pada bantalan rol dan menghubungkan antarmuka batang. Daerah web telah meningkat bila dibandingkan dengan desain aslinya.

Gb. 9. FEM terhadap desain akhir

Gambar. 9a menunjukkan kontur tekanan di wilayah patch kontak. Poin-poin berikut dicatat: (a) bidang patch kontak telah meningkat dibandingkan dengan desain aslinya. Oleh karena itu, tekanan maksimum telah dikurangi menjadi 323,40 MPa, pengurangan 34% dari desain asli, (b) Hal ini dapat dilihat dari kontur yang pada suatu saat waktu tertentu, setidaknya empat bantalan rol akan berbagi beban maksimum. Besarnya stres VonMises maksimum (Gambar 9b) juga berkurang menjadi MPa 192, pengurangan mencapai 16%. Perlu dicatat lebih lanjut bahwa bagaimana deformasi terkonsentrasi di desain 1 telah menyebar ke daerah-daerah yang jauh lebih besar dalam desain 4. Desain akhir dari connecting rod melewati daya tahan target dalam uji laboratorium.

4. Discussion Perubahan pada profil dari connecting rod memberikan penurunan yang signifikan terhadap tekanan antar muka yang ekstrim. Pengaruh penyebaran beban yang lebih efektif akan mengakibatkan berkurangnya pembentukan area kontak elips dan oleh karena itu, akan meningkatkan pelumasan. Dalam skenario kemungkinan mesin yang disalahgunakan atau revved untuk signifikan rentang waktu, desain tersebut akan memberikan peningkatan life time dari komponen terutama ketika terkait fenomena spalling. Empat sampel desain connecting rod diuji di laboratorium di bawah kondisi operasi yang sama danmelewati daya tahan yang dibutuhkan. Tidak ada suara yang tidak normal dan getaran diamati bahkan setelah 50.000 km waktu pengoperasian mesin secara continue.

5. Conclusions Spalling dari connecting rod, crank pin dan roller bearing dikaitkan dengan tekanan tinggi lokal antar muka yang dikembangkan karena desain web dan flange dari connecting rod. Load sharing interface area dirasa kurang dengan hanya dua roller bearing berpartisipasi pada suatu saat. Tekanan tinggi mengakibankan percepatan fatigue spalling pada permukaan yang menyebabkan kegagalan awal dari komponen. Modifikasi desain dari web memberikan penurunan yang signifikan terhadap tekanan dan stresses pada wilayah kontak, sehingga meningkatkan daya tahan. Investigasi yang dilakukan terhadap fenomena faigue spalling yang terjadi pada connecting rod, crank pin dan roller bearing telah menjawab pertanyaan dari penelitian ini dimana desain dari web dan flange dari connecting rod yang tidak sesuai menjadi faktor dominan yang menyebabkan fatigue spalling.

Tugas UTS/Kegagalan Mekanika

Universitas Indonesia [4]

Anda mungkin juga menyukai