Anda di halaman 1dari 22

PENGARUH KOMBINASI TANAMAN CEMPAKA (Elmirillia ovalis Dandy), MAHONI (Swietenia macrophylla) DAN TANAMAN SEMUSIM TERHADAP LIMPASAN

PERMUKAAN DAN EROSI DI HULU DAERAH TANGKAPAN AIR DANAU TONDANO SULAWESI UTARA Oleh : Laode Asir, Harwiyaddin Kama, dan Jafaruddin Balai Penelitian Kehutanan Manado
d/a : Jl. Adipura Raya Kelurahan Kima Atas Kecamatan Mapanget Kota Manado E- mail : bpk_mdo@yahoo.com /asier_kawanua@rocketmail.com

RINGKASAN
Daerah hulu Tangkapan Air Danau Tondano adalah daerah dataran tinggi yang pada umumnya merupakan lahan pertanian yang diolah secara intensif. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk maka luas lahan garapan memberikan pengaruh terhadap kualitas maupun kuantitas hutan di daerah tersebut. Tingginya persentase lahan terbuka di daerah hulu akhir-akhir ini merupakan indikasi dari buruknya system usaha tani yang di lakukan oleh masyarakat yang berdampak langsung terhadap percepatan proses pendangkalan danau Tondano. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh tanaman yang dicobakan yaitu cempaka (Elmirillia ovalis Dandy), mahoni (Swietenia macrophylla), dipadukan dengan tanaman sayuran yaitu kembang kol (Brassica oleracea var botrytis) dan bawang daun (Allium porum Bl) terhadap limpasan dan erosi degan penerapan teknik konservasi tanah dan air guna menyediakan data dan informasi teknik RLKT (Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah) untuk pengendalian erosi di DTA Danau Tondano . Alternatif teknik yang dipilih adalah teknologi yang mudah diterapkan oleh sumberdaya lokal yang ada. Teknik ini diharapkan mampu memperbaiki kondisi lahan sekaligus mampu memberikan kontribusi pada peningkatan taraf hidup masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa limpasan tertinggi terjadi pada perlakuan teknik konservasi tanah berupa bedengan yaitu 703,448 m3/ha. Sedangkan perlakuan teknik konservasi tanah bedengan yang di kombinasi mulsa vertikal dan penanaman tanaman kembang kol, bawang daun, cempaka dan mahoni menghasilkan limpasan terendah sebesar 233,559 m3/ha. Erosi tertinggi terjadi pada perlakuan teknik konservasi tanah berupa bedengan yaitu 0,1723 ton/ha. Sedangkan perlakuan teknik konservasi tanah bedengan yang di kombinasi mulsa vertikal dan penanaman tanaman kembang kol, bawang daun, cempaka dan mahoni menghasilkan erosi terendah sebesar 0,083 ton/ha. Kata Kunci : daerah tangkapan air, erosi, konservasi tanah dan air

I.

PENDAHULUAN Daerah Tangkapan Air (DTA) adalah sebagai daerah tertentu yang

bentuk dan sifatnya sedemikian rupa, sehingga merupakan kesatuan dengan sungai maupun anak-anak sungainya yang melalui daerah tersebut dalam fungsinya untuk menampung air yang berasal dari curah hujan dan sumber air lainya lalu kemudian mengalirkannya melalui sungai utamanya (single outlet) menuju ke danau maupun ke laut. DTA Tondano adalah suatu kesatuan wilayah yang meliputi Danau Tondano, dimana semua anak-anak sungainya, serta kawasan yang terbentang dari bahagian hulu di Kecamatan Langowan Barat dan Kecamatan Tompaso, Kabupaten Minahasa hingga bahagian hilir Sungai Tondano yang bermuara di Kuala Jengki (Sungai Jengki), kota Manado. Danau Tondano dimanfaatkan untuk perikanan, pembangkit listrik dan parIwisata. Daerah tangkapannya terdiri dari kawasan hutan, pertanian (perkebunan, persawahan, tanaman semusim dan hortikultura), serta pemukiman. Pemanfaatan kekayaan alam tersebut sejak bertahun-tahun telah memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat, tidak hanya di Kabupaten Minahasa dan Kota Manado, bahkan telah menjadi salah satu andalan daerah Sulawesi Utara yang mendukung berputarnya roda perekonomian, antara lain karena adanya pembangkit listrik tenaga air (PLTA), usaha perikanan, parawisata, pemanfaatan airnya dimanfaatkan oleh PDAM Kota Manado. Adanya tekanan penduduk yang akhir-akhir ini makin meningkat tehadap lahan berhutan untuk kegiatan pertanian menyebabkan kualitas dan kuantitas hutan mengalami degradasi. Menurut Ratag (2004), tutupan hutan di DTA Tondano saat ini tersisa tinggal < 10% yang tersebar hanya di puncak-puncak pegunungan. Persoalan lainnya adalah distribusi air yang tingkat fluktuatifnya terlalu tinggi antara musim kemarau dan musim penghujan. Pada musim hujan air sungai meluap dan sebaliknya pada musim kemarau pasokan air berkurang dan hal ini berdampak hingga ke kota Manado. Fenomena ini terjadi karena adanya perubahan tataguna lahan

yang mengakibatkan perubahan ekosistem, sehingga menimbulkan kerugian ekologi maupun ekonomi pada daerah tangkapan air maupun Danau Tondano. Penelitian bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh tanaman tahunan yaitu cempaka (Elmirillia ovalis Dandy), mahoni (Swietenia macrophylla), yang dipadukan dengan tanaman sayuran yaitu kembang kol (Brassica oleracea var botrytis) dan bawang daun (Allium porum Bl) terhadap limpasan dan erosi degan penerapan teknik konservasi tanah dan air guna menyediakan data dan informasi teknik RLKT (Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah) untuk pengendalian erosi di DTA Danau Tondano.

II. PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sub-Sub DAS Masarang, Kecamatan Tomohon Timur, Kota Tomohon, Provinsi Sulawesi Daerah Utara.

Tangkapan Air Danau Tondano yang terletak di Gunung Masarang-Rurukan, Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus hingga Desember 2008. B. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan pada peneltian ini adalah : Bibit tanaman tahunan yaitu cempaka (Elmirillia ovalis Dandy) dan mahoni (Swietenia macrophylla), tanaman semusim yaitu kembang kol (Brassica oleracea var botrytis) dan bawang daun (Allium porum Bl)

Gambar 1. Bawang daun dan kembang kol C. Metode Di lokasi dataran tinggi Danau Tondano dilakukan penelitian konservasi tanah dengan tanaman sayuran yaitu : kembang kol dan bawang daun dengan memadukan teknik konservasi sipil teknis berupa bedengan dan penanaman sejajar kontur. dan jenis tanaman kayu-kayuan yaitu mahoni dan cempaka dengan jarak tanam 3 x 4 meter. Areal penelitian terbagi ke dalam 3 blok kemiringan yaitu 15 - 30 %. 30 - 45 %, dan > 45 %.%, dan > 45 %. Pada setiap blok dibuat 3 plot penelitian untuk mengukur limpasan permukaan dan erosi dengan ukuran plot 4 X 10 m. Rancangan plot pada lokasi di DTA Danau Tondano.
4

Kemiringan Lereng 15 -30 % B1P1 : Bedengan + kembang kol + bawang daun (kontrol/sesuai petani setempat) B1P2 : Bedengan + mulsa vertikal + kembang kol + bawang daun B1P3 : Bedengan + mahoni + cempaka + mulsa vertikal + kembang kol + bawang daun Kemiringan Lereng 30 - 45 % B2P1 : Bedengan + kembang kol + bawang daun (kontrol/sesuai petani setempat) B1P2 : Bedengan + mulsa vertikal + kembang kol + bawang daun B1P3 : Bedengan + mahoni + cempaka + mulsa vertikal + kembang kol + bawang daun Kemiringan Lereng > 45 % B3P1 : Bedengan + kembang kol + bawang daun (kontrol/sesuai petani setempat) B1P2 : Bedengan + mulsa vertikal + kembang kol + bawang daun B1P3 : Bedengan + mahoni + cempaka + mulsa vertikal + kembang kol + bawang daun Rancangan pola tanam dijelaskan dalam gambar 2 berikut.:
4m

4m

4m

44 m


Saluran kosong Bedengan
B1P1/B2P1/B3P1

4m 10 m

4m 10 m


Mahoni Cempaka Mulsa vertikal Bedengan
B1P3/B2P3/B3P3

10 m

Mulsa vertikal Bedengan


B1P2/B2P2/B3P2

Gambar 2. Rancangan pola tanam di DTA Tondano D. Analisis Data Indikator yang digunakan untuk menilai dampak dari masing-masing perlakuan dalam penelitian ini adalah pertumbuhan tanaman tahunan, hasil/produksi tanaman, aliran permukaan/limpasan dan erosi. pertumbuhan tanaman dan produksi. Data yang dikumpulkan dalam kegiatan ini adalah data hujan, limpasan, sedimen,

1. Data hujan, limpasan dan sedimen Data hujan diukur dengan menggunakan Alat Takar Hujan Sederhana (ATHUS). Data dari ATHUS merupakan data harian yang diukur setiap hari pada jam tujuh pagi untuk kejadian hujan satu hari sebelumnya yang dicatat sebagai hujan harian. Limpasan dan erosi diukur dengan metode plot uji coba menggunakan kolektor erosi. 2. Tanah Pengambilan sampel terganggu (komposit) dan dilakukan pada titik tertentu yang dianggap mewakili. Selanjutnya sampel tanah tersebut dianalisis di laboratorium untuk mengetahui sifat kimia tanah. (pH, kandungan hara makro N, P, K dan C-organik) 3. Limpasan dan Erosi Sampel air yang diambil pada kolektor pada tiap kejadian kemudian dianalisis di laboratorium. Data limpasan diperoleh melalui pengukuran volume air yang ada dalam kolektor. Sedangkan data sedimen diperoleh dari hasil analisis laboratorium sampel air yang berasal dari kolektor melalui metode penguapan (Evaporation Method). sampel. Adapun formula dalam perhitungan analisis sedimen sebagai berikut : C = C = V = b = a = 1000/V X (b - a) X 1000 (mg/l) Konsentrasi sampel erosi (mg/l) Volume sampel erosi (ml) berat cawan berisi sampel erosi (gr) berat cawan kosong (gr) Keterangan : Untuk menentukan konsentrasi sedimen, terlebih dahulu dihitung berat sedimen pada botol

Erosi aktual dari plot dihitung dengan rumus : A = Keterangan : A V C a = = = = Erosi (ton/ha) Volume aliran (m3/ha) Konsentrasi erosi (mg/l) jumlah lubang pada kolektor = nomor drum (V1.C1) + a (V2.C2)

1 - 2

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan curah hujan berupa jumlah hari hujan bulanan,

1. Curah hujan besarnya curah hujan bulanan dan curah hujan harian rata-rata yang terjadi selama tahun 2008 berdasarkan data dari alat penangkar curah hujan yang di pasang di lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel 1 berikut : Tabel 1. Hari hujan, Curah hujan bulanan dan curah hujan harian ratarata di lokasi Rurukan, Danau Tondano
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Hari Hujan (hari) 11 14 8 11 9 8 7 8 4 9 17 9 118 Curah Hujan (mm) 140 137 152 145 124 116 143 93 58 163 154 157 1582 Curah Hujan Harian Rata-Rata (mm) 11.091 11.45 6.889 10.111 5.333 6.7 6.5 3.5 3 11.467 8.5789 6.7778 7.616475

Sumber : Hasil analisis data , 2008

Besarnya curah hujan bulanan yang terjadi sangat bervariasi, tertinggi pada bulan Oktober sebesar 163 mm/bulan dengan hari hujan sebanyak 17 hari dan terendah pada bulan September sebesar 58 mm/bulan dengan hari hujan 4 hari. Pola sebaran hujan bulanan tahun 2008 terdapat 10 bulan basah (curah hujan bulanan > 100 mm) dan 1 bulan lembab (curah hujan 60 -100 mm) dan 1 bulan kering (curah hujan bulanan < 60 mm).
BI CH(mm Perlakuan ) P1 P2 P3 1582 1582 1582 Limp.Pe m (m3/ha) 273,871 251,715 255,100 Erosi (ton/ha) 0,1067 0,1144 0,1173 Limp.Per m (m3/ha) 703,448 234,79 233,559 B II Erosi (ton/ha) 0,1224 0,1483 0,0837 Limp.Perm (m3/ha) 532.42285 486.19133 424.87024 B III Erosi (ton/ha) 0,172 3 0,127 2 0,169 4

2. Limpasan dan erosi Berdasarkan analisis data, besarnya limpasan yang terukur selama penelitian pada masing-masing plot penelitian pada setiap kemiringan lereng dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini: Tabel 2. Limpasan permukaan dan erosi pada penelitian pada setiap kemiringan lereng .
Sumber : Hasil Analisis Data, 2008

masing-masing

plot

Keterangan: P1 P2 P3 : Bedengan + kembang kol + bawang daun(kontrol/sesuai petani : Bedengan + mulsa vertikal + kembang kol + bawang daun : Bedengan + mahoni + cempaka + mulsa vertikal + kembang + setempat)

bawang daun BI 30 % B II 45 %
9

: Kemiringan lereng 22 % sebagai wakil kemiringan lereng 15 : Kemiringan lereng 33 % sebagai wakil kemiringan lereng 30 -

B III %

: Kemiringan lereng 46 % sebagai wakil kemiringan lereng > 45

Seperti pada penelitian tahun 2007 kegiatan tahun 2008, masih dilakukan penanaman beberapa jenis tanaman semusim sebagai tumpang sari yaitu bunga kol dan bawang daun. Berdasarkan Tabel 2 rata-rata limpasan pada masing-masing perlakuan yang dicobakan (P1, P2 dan P3) tertinggi terjadi pada perlakuan teknik konservasi tanah berupa bedengan yaitu 703,448 m3/ha. Sedangkan perlakuan teknik konservasi tanah bedengan yang di kombinasi mulsa vertikal dan penanaman tanaman bunga kol, bawang daun, cempaka dan mahoni menghasilkan limpasan terendah sebesar 233,559 m3/ha. Dalam bentuk grafik besarnya limpasan pada setiap perlakuan yang dicobakan pada masing-masing kemiringan lereng selama penelitian di lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini :

Gambar 3. Grafik limpasan permukaan pada masing-masing perlakuan Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan II dan III menghasilkan limpasan permukaan lebih kecil dibandingkan dengan perlakuan I. Hal ini berarti bahwa perlakuan yang dicobakan memberikan hasil yang baik dalam menekan limpasan permukaan (run off) dalam meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah. Hal ini karena adanya aplikasi mulsa dan perkembangan dari

10

akar tanaman tahunan yang ditanam di lokasi uji coba, sehingga jumlah curah hujan yang turun lebih banyak menjadi air infiltrasi. Sedangkan perlakuan PI menghasilkan limpasan permukaan yang lebih besar karena jumlah air hujan yang jatuh lebih banyak yang mengalir sebagai aliran permukaan (surface flow). Dari hasil analisis diketahui bahwa, rata-rata erosi pada masingmasing perlakuan yang dicobakan (PI PII dan PIII) tertinggi terjadi pada perlakuan teknik konservasi tanah berupa bedengan yaitu 0,1723 ton/ha. Sedangkan perlakuan teknik konservasi tanah bedengan yang di kombinasi mulsa vertikal dan penanaman tanaman bunga kol, bawang daun, cempaka dan mahoni menghasilkan erosi terendah sebesar 0,083 ton/ha. Dalam bentuk diagram besarnya erosi pada setiap perlakuan yang dicobakan pada masing-masing kemiringan lereng selama penelitian di lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah ini :

Gambar 4. Grafik besarnya erosi pada masing-masing perlakuan 3. Uji Kesesuaian Tanaman Tahunan Hasil pengukuran tanaman menunjukkan bahwa jenis mahoni pada tinggi rata-rata 7,95 m dengan
11

umur pengamatan 4 tahun, mencapai

diameter rata-rata 6.08 cm, sedangkan untuk jenis cempaka mencapai tinggi rata-rata 9,35 m dan pertambahan diameternya mencapai 5,57 cm, dengan demikian maka pertumbuhan tinggi rata-rata pertahun untuk jenis mahoni sebesar 0,66 m/th dengan diameter 0.51 cm/th dan untuk jenis cempaka pertumbuhan tinggi rata-rata pertahunnya sebesar 0.78 m/th dengan diameter 0,46 cm/th. Pertambahan tinggi dan diameter tanaman mahoni dan cempaka dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini : Tabel 3. Rata-rata tinggi dan diameter tanaman uji coba
N0 1 Jenis Tanaman Desember 2005 D T (mm) (cm) 10.11 46.11 Desember 2006 D (mm) 31.67 28 T (cm) 102.11 94.11 Desember 2007 D T (mm) (cm) 56.67 214 45.55 210.67 Desember 2008 D (mm) 60.8 55.7 T (cm) 795.33 935.67

Mahoni Cempak 2 10.17 46.61 a Hasil analisis data primer, 2008

Dalam bentuk grafik rata-rata pertumbuhan tanaman cempaka dan mahoni di lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.

12

Gambar 5.

Rata-rata pertumbuhan cempaka dan mahoni di lokasi penelitian Rurukan, DTA Danau Tondano;

Secara umum dilihat dari rata-rata tingkat pertumbuhan mahoni maupun cempaka di lokasi penelitian mengalami beberapa hambatan antara lain hama penyakit dan system perakaran yang terganggu akibat pengolahan tanah yang intensif. Sistem pengolahan tanah di lokasi penelitian (tanaman sayuran), dimana masyarakat petani pada umumnya memindahkan bedeng sebagai bidang olah setiap kali musim tanam, menyebabkan tanaman tahunan yang berada dalam areal tersebut menjadi terganggu. intensif. 4. Analisis Tanah Secara umum tanah di lokasi penelitian mempunyai karakter fisika yang cukup baik, ditandai dengan kedalaman solum tanah > 120 cm, indikasi ini mencirikan sebagai lahan pertanian. Adapun rata-rata kedalamam efektif hingga 110 cm, tekstur tanahnya halus dengan struktur tanah gembur sampai granuler halus, konsistensinya dalam keadaan lembab
13

Dengan demikian untuk jenis tanaman tahunan tidak cocok

untuk dikembangkan pada lokasi kebun-kebun masyarakat yang diolah

gembur, porositas tanahnya tinggi, permebilitas sedang dan erodibilitas sedang. Berdasarkan karakter fisika tanah tersebut di lokasi penelitian memungkinkan tidak mudah tererosi karena memiliki porositas yang tinggi sehingga air hujan yang jatuh dipermukaan tanah akan lebih mudah terinfiltrasi ke dalam tanah dan mengurangi limpasan. Karakter fisika tanah di lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini : Tabel 4. Karakter fisika tanah di lokasi penelitian No. 1. 2. 3. 4. 5. Karakter Fisika Tekstur Struktur Porositas (%) Permeabilitas (cm/jam) Erodibilitas Nilai Liat berdebu Granular halus 61,5 5,8 0,21 Harkat *) Halus Halus Tinggi Sedang Sedang

Ket : *) = Berdasarkan kriteria tanah yang dikeluarkan PPT Bogor, 1983.

Hasil analisis kimia tanah di laboratorium menunjukkan bahwa secara umum unsur yang terkait dengan tingkat kesuburan tanah di lokasi penelitian masih rata-rata rendah hingga sedang (Table 5) :

14

Tabel 5. penelitian
No 1 2 3 Sifat Tanah pH (H2O) N Total (%) P2O5 Tersedia (ppm) KTK (me/100 gr)

Hasil analisis laboratorium sifat kimia tanah di lokasi

Nilai 6 0.19

B1 Kriteria Agak Masam Sangat Rendah Sangat Rendah

Nilai 6.5 0.09

B 2 Kriteria Agak Masam Sangat rendah Sangat Rendah

Nilai 7 0.13

2.00 1.035 3.065 3 22.1 4 Sedang 20.51 Sedang 22.56 8 C Organik (%) 5 1.84 Rendah 1.56 Rendah 1.63 Ca (me/100 gr) 6 3.44 Rendah 4.70 Rendah 6.80 Mg (me/100 gr) 7 2.75 Tinggi 2.89 Tinggi 3.48 Na (me/100 gr) 8 0.32 Rendah 0.32 Rendah 0.32 K (me/100 gr) 9 0.32 Sedang 0.35 Sedang 0.4 10 Tekstur Lempung Berliat Lempung Berliat Sumber : Hasil analisis laboratorium, 2008 *) Kriteria penilaian sifat kimia tanah (Pusat Penelitian Tanah, 1983)

B 3 Kriteria Agak Masam Sangat Rendah Sangat Rendah Sedang Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang

Tabel 5 menunjukkan dari kandungan semua unsur penting seperti N dan P masih sangat rendah, K sedang dan C-organik rendah rendah. pH tanah di lokasi penelitian juga bervariasi dari 6,4 - 7. Pada umunya perubahan pH tanah 6 7,5 mempunyai pengaruh langsung yang sangat kecil baik pada akar tanaman atau mikroorganisme (Smith and Doran, 2000 dalam Winarso, 2005). Variasi nilai pH dilokasi penelitian juga merupakan variasi nilai pH optimum untuk sebagian besar mikroorganisme tanah yaitu antara 5 - 8 (Winarso, 2005). Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa parameter penunjang tingkat kesuburan atau karakter kimia tanah masih perlu penambahan (input) untuk meningkatkan kualitas kesuburan tanah. Salah satu cara yang telah dilaksanakan yaitu dengan pemberian mulsa ke dalam tanah untuk meningkatkan bahan organik tanah. Keuntungannya adalah bahwa mulsa selain untuk meningkatkan bahan organik tanah, mulsa juga telah banyak dibuktikan dapat menyebabkan perubahan sifat fisik tanah ke arah yang
15

menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman, mulsa juga dapat menurunkan penguapan dan memperkecil fluktuasi temperatur tanah (Utomo dan Guritno, 1985). Penambahan mulsa sebagai bahan organic tanah sangat membantu pembentukan dan pemantapan struktur tanah. Di samping itu untuk meningkatkan ketahanan tanah terhadap daya erosi, juga sangat membantu pertumbuhan akar tanaman serta aktifitas fisiologis akar tanaman. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan mulsa vertikal pada sistem pertanian lahan kering di DTA Tondano yaitu : mengurangi erosi pada dinding dan dasar saluran, hasil penelitian menunjukkan bahwa mulsa vertikal dalam satu kali musim tanam mampu mengurangi erosi sebesar 47,49% (BPPTPDAS IBT, 2004). meningkatkan resapan air hujan (infilrasi), Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam satu kali musim tanam mampu mengurangi aliran permukaan sebesar 65,9% (BPPTPDAS IBT, 2004). IV. A. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan : Hasil analisis menunjukkan bahwa limpasan permukaan yang tertinggi pada masing-masing perlakuan yang dicobakan adalah pada perlakuan teknik konservasi tanah berupa bedengan yaitu 703,448 m3/ha. yang di Sedangkan perlakuan teknik konservasi tanah bedengan

kombinasi mulsa vertikal dan penanaman tanaman kembang kol (Brassica oleracea var. botrytis) dan bawang daun (Allium porum Bl), cempaka (Elmirillia ovalis Dandy) dan mahoni (Swietenia macrophylla) menghasilkan limpasan terendah sebesar 233,559 m3/ha. Erosi yang tertinggi terjadi pada perlakuan teknik konservasi tanah berupa bedengan yaitu 0,1723 ton/ha. Sedangkan perlakuan teknik konservasi tanah bedengan yang dikombinasi mulsa vertikal dan penanaman tanaman kembang kol, bawang daun, cempaka dan mahoni menghasilkan erosi
16

terendah yaitu sebesar 0,083 ton/ha. Tanaman mahoni usia 4 tahun telah mencapai tinggi rata-rata 7.95 m dengan diameter 6.08 cm, sedangkan cempaka mencapai tinggi rata-rata 9,35 m dan pertambahan diameternya 5,57 cm. Dengan demikian pertumbuhan tinggi rata-rata pertahun mahoni sebesar 0,66 m/th dengan diameter 0.51 cm/th dan untuk jenis cempaka pertumbuhan tinggi rata-rata pertahunnya sebesar 0.78 m/th dengan diameter 0,46 cm/th. Hasil analisis laboratorium tanah diketahui bahwa karakter kimia tanah masih perlu penambahan (input) untuk meningkatkan kualitas kesuburan tanah, dengan demikian masih terus diusahakan penambahan unsur-unsur yang dapat meningkatkan tingkat kesuburan tanah. B. Saran: Pengamatan perlu terus dilakukan sampai tanaman tahunan berumur 5 tahun, untuk itu perlu upaya pemeliharaan intensif termasuk pengendalian hama dan penyakit. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor. Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Direktorat Bina Hutan Pengembangan Kemasyarakatan, perhutanan Spsial. Kemasyarakatan. 2003. Pedoman Umum Social Forestry. Direktorat Bina Hutan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Departemen Kehutanan. Jakarta.

Hadinugroho, H.Y .S., Asir.LD., Ekowati, E., Salim., A.G., Narendra, B.H., Iskandar., Junaedi, E., Multikaningsih, E., Mairi., K., Tayeb, A.K., Bahri, A., Sumung, U., Tabba, S., Syahidan. 2003. Teknologi Rehabilitasi Lahan Terdegradasi Tahun 2003. Laporan Hasil Penelitian. Tidak dipublikasikan. Hadinugroho, H.Y .S., Salim., A.G., Junaedi, E., Multikaningsih, E., Tayeb, A.K., Bahri, A., Sumung, U., Tabba, S., Syahidan. 2004. Teknologi dan Kelembagaan Rehabilitasi Lahan Terdegradasi Tahun 2004. Laporan Hasil Penelitian. Tidak dipublikasikan. Junaidi, E., dan Bahri, A. 2006. Penggunaan Mulsa Vertikal dalam Konservasi
17

Tanah Dan Air Di Daerah Tangkapan Danau Tondano. Seri Teknologi Konservasi Tanah dan Air. BPPTPDAS IBT. Makassar. Kartasapoetra, G., Kartasapoetra, A.G., Sutedjo, M.M, 2005. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Rineka Cipta. Jakarta. Ratag Semuel. 2004. Tinjauan Perkembangan Forum Komunikasi Pengelolaan DAS Tondano. Makalah Seminar Hasil Penelitian Pengelolaan Daerah Tangkapan Danau Untuk Kesejahteraan Masyarakat. Manado (tidak diterbitkan). Rismunandar. 1984. Tanah dan Seluk Beluknya. Sinar Baru. Bandung Seta, A.K. 1991. Konservasi Sumberdaya Tanah dan Air. Kalam Mulia. Jakarta Sosrodarsono, S. dan Takeda, K. 1987. Hidrologi untuk Pengairan. Pradnya Paramita. Jakarta Suripin. 2001. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Andi. Yogyakarta Utomo, W.H. 1994. Konservasi Tanah Di Indonesia. Suatu Rekaman dan Analisa. Rajawali. Jakarta. Utomo, W.H. 1994. Erosi dan Konservasi Tanah. IKIP Malang. Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah. Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Gava Media. Jakarta

18

Lampiran : 1

(Foto : Kama 2008)

Plot Penelitian di DTA Tondano (Foto

(Foto : Kama 2008)

Tegakan

Mahoni

dan

Cempaka

di

lokasi

penelitian DTA. Tondano

19

(Foto : Kama 2008)

Saluran Pembuangan Air di lokasi penelitian DTA. Tondano

Penangkar Curah Hujan di lokasi penelitian DTA. Tondano

(Foto : Kama 2008)

Tanaman mahoni dan cempaka umur 4 bulan

20

Lampiran 2. Peta Lokasi Penelitian di DTA Tondano


7 0 8 0 0 0
70 8550 70 86 00 PETA LOKASI PENELITIAN II PENGEMBANGAN MODEL-MODEL RLKT DENGAN PENDEKATAN SOCIAL FORESTRY DI DTA TONDANO
U

7 1 1 0 0 0

7 1 4 0 0 0

14 7850

14 7850

SKALA 1 : 500

P E T AL O K A S IP E N E L IT I A N S U BD A SR U R U K A ND A ST O N D A N O P R O P I N S IS U L A W E S IU T A R A U S k a la1: 4 0 .0 0 0
S um ber peta : -P eta R upaBum iS kala 1: 50.000Tahun 1991 -H asil S urvei Lapang

SUMBER : 1. PETA RUPA BUMI 2. PENGUKURAN LANGSUNG 3. SURVEY LAPANGAN

KETERANGAN :
PLOT PENELITIAN I
KEMIRINGAN LEREANG > 25 %

15 00 00

KEMIRINGAN LERANG 12 - 25 %
14 7800 14 7800

L eg en d a: Jala n S ungai Hutan Perkebunan Sawah Ladang Pemukim an L okasi P enelitia n


P e taS itu a s i:
1 47 00 0 1 50 00 0

PETA LOKASI :

LOKASI YANG DIPETAKAN

70 8550

70 86 00

708450

708500

7 085 50

PETA LOKASI PENELITIAN II PENGEMBANGAN MODEL-MODEL RLKT DENGAN PENDEKATAN SOCIAL FORESTRY DI DTA TONDANO U SKALA 1 : 750

147450

1474 50

SUMBER PETA : 1. PETA RUPA BUMI 2. PENGUKURAN LANGSUNG 3. HASIL SURVEY

KETERANGAN : KEMIRINGAN LERENG < 25 % KEMIRINGAN LERENG > 45 %

KEMIRINGAN LERENG 25 - 45 %
PLOT PENELITIAN 3
147400 1474 00

PLOT PENELITIAN 2
BANGUNAN TERJUNAN

PETA SITUASI :

14 70 00

A real yang dipetakan


147350 1473 50

LOKASI YANG DIPETAKAN


708450 708500 7 085 50

7 0 8 0 0 0

7 1 1 0 0 0

7 1 4 0 0 0

21

Data Penulis : Laode Asir, lahir di Makassar pada tanggal 6 Juli 1958, Lulus S1 Fakultas Teknik Universitas Muslim Indonesia, Tahun 2005 2007 mengambil Program Magister di Bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup di Universitas Hasanuddin. Sejak tahun 1978 s/d 1994 bekerja di Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah. Tahun 1995 s/d 2006 bekerja di Balai Teknologi Pengelolaan DAS IBT di Makassar. Tahun 2006 s/d sekarang bekerja di Balai Penelitian Kehutanan Manado sebagai Peneliti Muda bidang Konservasi Tanah dan Hidrologi pada Kelti Pelestarian Sumberdaya Hutan.

22

Anda mungkin juga menyukai