Anda di halaman 1dari 2

Sebuah Perkataan Buruk

Oleh: EA Di suatu pagi yang berawan, seorang nyonya berperawakan sedang tengah memarahi pembantu rumah tangganya yang baru saja tidak sengaja memecahkan piring kesayangannya. Dasar tolol! Mencuci saja tidak becus! Kau tahu harga piring ini berapa? Nyawamu saja tak mungkin dapat menggantinya! maki nyonya tersebut dengan kasarnya, pada wanita muda yang tak lain adalah pembantunya tersebut. Wanita muda yang seorang pembantu tersebut hanya dapat menunduk sepi ketika nyonya tersebut memakinya habis-habisan. Sementara itu, putri kecil serta suami nyonya tersebut hanya dapat memperhatikan amukan ibu dan istri mereka yang telah menodai acara sarapan pagi mereka. *** Keesokan harinya ketika jam sarapan telah tiba, nyonya berperawakan sedang tersebut tengah membawa segelas susu untuk putri kecilnya yang sedang duduk manis bersama sang ayah menunggu sarapannya di ruang makan. Tanpa disangka-sangka, nyonya tersebut terpeleset dan tak pelak gelas yang dibawanya tadi pecah tercerai-berai di atas lantai. Dasal Mama tolol! Beljalan saja tidak becus. Lihat, susuku sampai tumpah. Halga susu kan makin mahal! gerutu putri kecil nyonya tersebut dengan polos dan cadelnya. Mendengarkan ucapan putri kecilnya yang baru saja berusia tiga tahun itu, nyonya tersebut tercengang. Begitu pula dengan suaminya. Perlan-lahan nyonya tersebut menyadari bahwa anaknya yang belum mengerti apa-apa tersebut, mencontoh perkataan-perkataan buruknya semalam. Dia tidak menyangka, bahwa perkataan buruknya semalam telah terekam jelas di otak buah hatinya.

Aku pernah merasa bahwa aku adalah seorang wanita paling jelek yang pernah terlahir di dunia ini. Kulitku hitam legam, parasku jelek, hidungku pesek dan besar, serta kulit wajahku yang berminyak dan selalu ditumbuhi oleh jerawat-jerawat batu yang menjijikan. Tinggi tubuhku pun tak kurang dari 148 cm. Tak hanya itu, aku juga memiliki otak yang lemah di bandingkan dengan teman-temanku yang lain. Hal itu semakin membuatku membenci diriku dan perlahan-lahan aku mulai menyalahkan Tuhan. Bagiku, Tuhan itu sangat tidak adil. Mengapa di luar sana banyak wanita yang diciptakan dengan wajah yang cantik jelita serta cerdas, tapi mengapa aku hanya diciptakan tak urungnya seperti itik buruk rupa? Suatu hari, aku bersama teman-teman sekelas akan mengikuti Study Tour ke kawasan hutan cagar alam di kota tetangga selama sehari yang diadakan oleh sekolah. Semua teman-temanku terlihat sangat bergembira ketika tahu kami akan mengikuti Study Tour. Namun, lain halnya dengan aku. Aku sama sekali tidak tertarik mengikuti Study Tour tersebut. Kau tahu mengapa? Aku tidak memiliki seorang pun sahabat di sekolahku ini. Mungkin mereka enggan dekat denganku karena kekurangan fisik dan otakku yang lemah ini. Di Study Tour nanti palingan aku hanya terkucilkan dan tak satu pun yang akan mau mendekatiku. Lagi-lagi takdirku memang pahit. *** Hari ini aku bersama teman-teman sekelasku akan pergi menuju

Anda mungkin juga menyukai