Anda di halaman 1dari 10

PENILAIAN MALOKLUSI BERDASARKAN HANDICAPPING MALOCCLUSION ASSESSMENT INDEX (HMA) PADA PASIEN ORTODONTIK DI RSGM FKG UNHAS

SKRIPSI Widya Febrianti Rosani J 111 08 140

UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI MAKASSAR 2011

Abstrak Tujuan: untuk menilai tingkat keparahan maloklusi pada pasien ortodontik di RSGM FKG UNHAS berdasarkan indeks Handicapping Malocclusion Assessment Index (HMA) Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. dengan jumlah sampel sebanyak 100 model studi pasien dari tahun 2008-2010. Dilakukan pengamatan terhadap model pasien dengan menggunakan indeks HMA. Penilaian HMA berdasarkan penyimpangan gigi dalam satu rahang yang meliputi gigi absen, gigi berjejal, gigi rotasi, dan gigi renggang. HMA juga menilai kelainan hubungan gigi kedua rahang dalam keadaan oklusal yakni untuk segmen anterior meliputi overjet (jarak gigit), overbite (tumpang gigit), crossbite (gigitan silang), openbite (gigitan terbuka) sedangkan untuk segmen posterior menilai kelainan anteroposterior. Hasil : Persentase maloklusi terbesar adalah gigi berjejal segmen anterior rahang atas yaitu 50% kemudian gigi absen segmen posterior rahang bawah sebesar 44%. Kelainan hubungan gigi dalam keadaan oklusi segmen anterior overjet memiliki persentase yang terbesar yaitu 50% sedangkan yang terkecil yaitu crossbite sebesar 6%. Kelainan hubungan gigi dalam oklusi segmen posterior kelainan hubungan gigi oklusi posterior memiliki persentase tertinggi pada kelainan antero-posterior pada gigi premolar kedua ke arah distal sebesar 18% dan gigi kaninus yang bergeser ke arah mesial sebesar 15%. Berdasarkan distribusi maloklusi pada pasien ortodontik RSGM FKG UNHAS persentase keparahan tertinggi yakni 40% pada maloklusi berat yang memerlukan perawatan dan yang terendah pada maloklusi ringan yang tidak memerlukan perawatan sebanyak 7%. Kata Kunci : maloklusi, Handicapping Malocclusion Assessment Index (HMA)

Abstract Aim: to assess the severity of malocclusion in orthodontic patients in RSGM FKG UNHAS by Handicapping Malocclusion Assessment Index (HMA) Material and methods: This study uses descriptive methods by the number of samples of 100 patients from the study of model years 2008-2010. Observation of the patient model by using the HMA index. HMA assessments based on the teeth in one jaw irregularities which include missing, crowding, rotation, and spacing. HMA also assess abnormalities of jaw relationships in a state of the second tooth occlusal to the anterior segment include overjet, overbite, crossbite, openbite while to assess the posterior segment antero-posterior abnormalities. Results: The study showed persentse dental malocclusion is the largest of maxillary anterior: crowding is 50% then the teeth missing mandibular posterior segment by 44%. Abnormalities of the teeth in a state of occlusion relationship of anterior overjet segment has the largest percentage is 50% while the smallest is 6% crossbite. Abnormalities of the teeth in occlusion relationships posterior segment abnormalities of the posterior occlusion tooth relationships had the highest percentage in the antero-posterior abnormalities of the second premolars distal direction by 18% and the canines are shifted toward the mesial of 15%. Based on the distribution of malocclusion in orthodontic patients RSGM FKG severity UNHAS highest percentage ie 40% in severe malocclusion that require the lowest maintenance and minor malocclusion not requiring treatment as much as 7%. Key words: Malocclusion, Handicapping malocclusion Assessment Index (HMA)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ortodontik merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran gigi yang

mempelajari pertumbuhan struktur jaringan gigi, perkembangan oklusi gigi geligi serta mempelajari cara pencegahan dan perawatan kelainan dentofasial, termasuk maloklusi untuk mendapatkan oklusi yang sehat, seimbang, stabil, dan estetik. 1 Maloklusi merupakan oklusi yang menyimpang dari normal. Penyimpangan tersebut berupa ciri-ciri maloklusi yang jumlah dan macamnya sangat bervariasi baik dari tiap individu maupun sekelompok populasi.2 Pada umumnya manusia lebih mudah mengenal keadaan yang abnormal daripada yang normal. Untuk bisa menilai maloklusi harus mengetahui oklusi normal.1 Oklusi dikatakan normal, jika susunan gigi dalam lengkung geligi teratur baik serta terdapat hubungan yang harmonis antara gigi atas dengan gigi bawah, hubungan seimbang antara gigi, tulang rahang terhadap tulang tengkorak dan otot sekitarnya yang dapat memberikan keseimbagan fungsional sehingga diperoleh estetik yang baik.2 Menurut Angle yang dikutip oleh Dewanto oklusi normal adalah apabila tonjol mesiobukal gigi molar pertama permanen maksila berkontak dengan lekuk bukal gigi molar pertama permanen mandibula dan apabila disertai lengkung gigi maksila da mandibula dalam keadaan baik maka didapatkan oklusi ideal.

Kemungkinan besar tak seorang pun memiliki oklusi yang ideal.

Hal ini sesuai dengan pendapat Salzmann yang dikutip oleh Dewanto menyatakan bahwa oklusi ideal adalah sebuah formula hipotesis (dugaan) yang tidak ada dan tidak akan terjadi pada seseorang. Dalam perawatan ortodontik semaksimal mungkin dilakukan perawatan untuk mencapai oklusi yang normal maupun yang ideal.1 Beberapa tahun terakhir ini, perawatan ortodontik untuk mengatasi maloklusi semakin diminati berbagai golongan usia. Hal ini disebabkan karena tingginya prevalensi maloklusi yang terjadi di masyarakat. 3 Maloklusi dapat dinilai secara klinis dan epidemiologis. Cara sederhana untuk mengelompokkan maloklusi ialah dengan klasifikasi Angle. Angle mengelompokkan maloklusi menjadi tiga klas yaitu klas I, klas II dan klas III. Tiap-tiap kelompok maloklusi tersebut memiliki keparahan yang berbeda-beda. 1 Penilaian seberapa jauh penyimpangan yang terjadi atau menilai keparahan suatu maloklusi tidaklah mudah. Untuk itu diperlukan pengalaman klinik dan pengetahuan yang luas mengenai oklusi. Meskipun demikian perbedaan persepsi antar individu tetap saja ada disebabkan adanya perbedaan kriteria penilaian, sehingga kemungkinan tetap ada unsur subyektif dalam menilai suatu keparahan maloklusi.5 Penilaian yang sederhana tentang frekuensi dari suatu kondisi dapat dinyatakan dengan rasio, tetapi untuk survei populasi yang lebih kecil biasanya digunakan sistem indeks. Beberapa indeks maloklusi telah diusulkan. Indeksindeks tersebut secara kuantitatif dapat dikelompokkan sebagai berikut: penilaian

terhadap gigi yang

letaknya tidak teratur dengan Malignment Index, penilaian

tentang ciri-ciri maloklusi dengan HLD index, OFI index, HMA Index, dan penilaian hubungan antara tiap-tiap ciri maloklusi dengan Treatment Priority Index (TPI).1 Salah satu teknik untuk mengukur keadaan maloklusi adalah Handicapping Malocclusion Assessment Index (HMA). Penilaian HMA berdasarkan

penyimpangan gigi dalam satu rahang yang meliputi gigi absen, gigi berjejal, gigi rotasi, dan gigi renggang. HMA juga menilai kelainan hubungan gigi kedua rahang dalam keadaan oklusal yakni untuk segmen anterior meliputi overjet (jarak gigit), overbite (tumpang gigit), crossbite (gigitan silang), openbite (gigitan terbuka) sedangkan untuk segmen posterior menilai kelainan antero-posterior.1 Pada bagian Ortodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin (RSGM FKG UNHAS) banyak ditemukan berbagai macam kasus maloklusi. Perawatan maloklusi dilakukan dengan alat ortodontik lepasan. Dengan menggunakan indeks HMA dapat ditentukan ciri maloklusi sehingga dapat mengarahkan dalam perawatan ortodontik. Untuk saat ini dalam menentukan tingkat keparahan pasien maloklusi di RSGM FKG UNHAS tidak menggunakan suatu indeks. Oleh karena itu dianggap penting untuk melakukan penilaian maloklusi dengan indeks HMA.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut bagaimana tingkat keparahan maloklusi pada pasien ortodontik di RSGM FKG UNHAS yang dinilai berdasarkan indeks HMA?
1.3 TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai tingkat keparahan maloklusi pada pasien ortodontik di RSGM FKG

UNHAS berdasarkan indeks HMA.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1.4.1 Manfaat ilmiah 1. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi tentang cara menilai tingkat keparahan pasien ortodontik di RSGM FKG UNHAS dengan indeks HMA. 2. Memberikan informasi mengenai tingkat keparahan pasien

ortodontik dengan alat ortodontik lepasan di bagian Ortodonsia RSGM FKG UNHAS. 1.4.2 Manfaat Praktis. Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan pengambilan kebijakan pengembangan klinik di bagian Ortodonsia RSGM FKG UNHAS.

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti pada model studi pasien ortodontik di RSGM FKG UNHAS dengan sampel sebanyak 100 model dengan menggunakan Handicapping Malocclusion Assessment index (HMA), maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Tingkat keparahan maloklusi yang diperoleh yaitu: a) b) c) d) e) Oklusi normal Maloklusi ringan (tidak perlu perawatan) Maloklusi ringan (perlu perawatan) Maloklusi berat (perlu perawatan) Maloklusi berat (sangat perlu perawatan) : 0% : 7% : 30 % : 40 % : 23%

2. Kelainan gigi terbanyak terdapat pada gigi berjejal dan gigi absen posterior. 3. Kelainan oklusi segmen anterior terbanyak pada kasus overjet dan terendah pada kasus crossbite. 4. Kelainan oklusi segmen posterior terdapat pada kelainan antero-posterior yakni pada gigi premolar (distal) dan gigi kaninus (mesial).

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut lagi dalam menilai tingkat keparahan maloklusi sebab penggunaan indeks HMA memiliki

kekurangan yakni gigi absen memiliki pengaruh besar dalam penentuan tingkat keparahan. Pada penelitian ini hanya mengunakan model studi pasien ortodontik tanpa alat pengukuran. Oleh karena itu diharapkan pada penelitian selanjutnya digunakan alat pengukuran sehingga hasil yang diperoleh dapat lebih akurat

10

Anda mungkin juga menyukai