Anda di halaman 1dari 2

A 1000 Cranes

They say if you can fold a thousand paper cranes, you can get a wish come true. Kamu serius mau nerusin kuliah di Korea? Di Indonesia juga kan banyak universitas bagus. Kamu kan bisa ke STiMB, kan deket. Lagian nilai Biologi kamu juga bagus, kenapa gak ke UNPAD ngambil FK? ibuku terus merengek, memintaku untuk tidak pergi ke Korea. Ya, kita tunggu aja deh, mam. Kalo misalkan aku gak keterima, ya aku bakalan stay di Bandung, kataku sembari membereskan meja makan. Tiba-tiba pintu depan terbuka, aku mengintip dari balik tembok dan melihat Danis berjalan masuk dengan muka lesu. Ibuku berlari menghampirinya, membawakan segelas air putih. Danis, kamu kenapa? Kok mukanya lesu begitu? aku dengar ibuku bertanya padanya. Danis, dia adalah saudara tiriku. Setelah ibuku cerai dari ayahku dan pergi meninggalkan Kota Seoul untuk kembali ke Bandung bersamaku, beberapa tahun kemudian ibuku menikah kembali dengan seorang guru. Dan Danis, dia adalah anak dari ayah tiriku. Kami berdua seumuran, tapi kami tidak pernah akur. Danis, dia adalah salah satu cowok terkenal di SMA-ku. Kapten tim basket sekolah, ketua OSIS, pintar dan tampan. Banyak cewek yang nge-fans sama dia. Bahkan sering di antara mereka memanfaatkanku. Ya, mereka semua tahu kalau aku adalah saudara tiri Danis, jadi mereka memanfaatkanku dengan pura-pura baik kepadaku. Enggak, bu, Danis gak kenapa-kenapa, balasnya lirih. Aku hanya mengangkat bahu dan mencuci piring yang tadi aku dan ibuku pakai. *** Ayo, Hana, cepet! Karin, sahabatku berteriak dari lantai bawah. Iya, bentar! aku memeriksa diriku untuk terakhir kalinya di cermin. All done! Aku tersenyum lalu mengambil tas kecil biruku yang senada dengan sepatu Platform-ku. Ini adalah Prom Night. Setelah selesai dengan semua ujian, siswa-siswa akhirnya bias memiliki waktu luang. Prom Night ini akan menjadi yang pertama dan terakhir. Whoa, mata Karin membelalak saat dia melihatku turun dari tangga. Danis dan ibuku langsung berbalik badan dan reaksi mereka sama dengan Karin. Ya ampun! Anak mamah udah besar, ya, sekarang. Udah pinter dandan sendiri, ibuku tersenyum jahil. Mam, aku emang udah gede kali, aku kan udah 17, aku memutar kedua bola mataku.

Ibuku hanya bisa tertawa geli. Udah, cepet sana pergi! Nanti telat, lho! Kami berpamitan dengan ibuku lalu naik ke mobil Danis. Ya, karena aku tidak dibolehkan untuk mengendarai kendaraan bermotor. Aku pergi sekolah bareng Danis, pulang bareng Danis. Walaupun aku ada keperluan, aku pasti dianterin Danis. Bosen lama-lama. Rasanya pengen cepet-cepet lulus terus pergi ke Korea. Engga berapa lama kami sampai di hotel yang disewa untuk Prom. Kami turun dari mobil dan ternyata sudah ramai. Beberapa teman menyapa kami. Lets have some fun tonight! *** Hari kelulusan tiba. Seperti yang sudah ku prediksikan, Danis akan lulus dengan nilai yang memuaskan. Hana Kim, aku mendengar namaku dipanggil. Ibuku berdiri dan berjalan ke depan kelas. Aku merasakan jantungku berdebar kencang. Karin menggenggam tanganku, memberikan semangat. Setelah beberapa saat, ibuku keluar dari ruang kelas dengan ekspresi kecewa. Oh, tidak. Aku tidak lulus? Atau nilaiku tidak seperti yang ibuku harapkan? Matilah harapanku. Tidak, tidak, tidak! Ibuku berjalan menghampiri, berhenti tepat satu langkah di depanku. Dia mengeluarkan isi amplop dan senyumnya mengembang. Kau tidak pernah mengecewakan mamah. Aku mengambil kertas itu. Aku lulus! Dengan nilai yang memuaskan! Aku dan Karin jingkrakjingkrak kegirangan. ***

Anda mungkin juga menyukai