Anda di halaman 1dari 4

Alkalimetri melibatkan titrasi asam yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah (asam

bebas) dengan suatu basa standar (alkalimetri). Alkalimetri yaitu penentuan kadar asam dari suatu contoh dengan menggunakan larutan baku standar serta indikator pH yang sesuai. Reaksi dasar dalam titrasi asam-basa adalah netralisasi atau penetralan, yaitu reaksi asam dan basa, yang dapat dinyatakan dalam persamaan reaksi seperti berikut : H+ + OH- H2O Bersenyawanya ion hidrogen dan ion hidroksida untuk membentuk air merupakan akibat reaksi-reaksi tersebut. Untuk menentukan konsentrasi suatu larutan asam atau basa diperlukan suatu larutan baku. Untuk larutan baku standar merupakan larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan teliti dimana larutan ini setiap liternya mengandung sejumlah gram equivalen tertentu. Larutan baku standar digunakan sebagai titran, sedangkan larutan asam yang akan ditentukan kadarnya digunakan sebagi titrat. Dalam alkalimetri sampel direaksikan dengan suatu pereaksi sehingga jumlah kedua zat tersebut ekivalen. Pereaksi yang digunakan dalam bentuk larutan, maka volume dan konsentrasinya harus diketahui dengan tepat. Pada praktikum ini larutan baku sekunder basa yang bisa digunakan adalah NaOH. Sedangkan larutan baku primer yang digunakan untuk mnstandarisasi yaitu. NaOH bukan merupakan bahan baku primer karena bersifat higroskopis dan mudah menyerap CO2 dari udara. Oleh karena itu NaOH harus disatandarisasi terlebih dahulu menggunakan larutan baku primer didapat dari penimbangan langsung bahan murni yaitu asam oksalat (COOH)2.2H2O. Selain itu NaOH juga mudah bereaksi dengan CO2 dalam udara. Larutan standar sekunder (dalam hal ini merupakan larutan NaOH 0,1N) yang konsentrasinya ditentukan dengan cara pembakuan. Pelaksanaan penentuan kadar zat dengan jalan titrasi yaitu, larutan peniter diteteskan sedikit demi sedikit kedalam larutan contoh sampai tercapai titik akhir titrasi yaitu, titik dimana indikator tepat berubah warna. Hendaknya diusahakan agar titik akhir ini sedekat mungkin pada titik ekivalen yaitu, titik dimana titran dan titrat tepat saling menghabiskan, tidak ada kelebihan yang satu maupun yang lain. Dalam

penentuan titik akhir titrasi digunakan indikator yaitu, senyawaan yang digunakan sebagai penunjuk visiual pada saat tercapainya titik setara titrasi antara dua larutan tertentu. Dalam asidialkalimetri indikator yang digunakan adalah indikator pH yaitu zat yang dapat berubah warna apabila pH lingkungannya berubah. Sebenarnya telah terjadi reaksi antara indikator dan asam atau basa yang bersangkutan. Dalam penentuan kadar asam oksalat digunakan larutan baku standar NaOH dari indikator phenolphtalien. Indikator dalam titrasi adalah indikator pH karena indikator ini berubah warnanya sesuai dengan perubahan pH. Suatu indikator pH memiliki perubahan warna yang khas pada daerah pH tertentu. Dalam titrasi standarisasi NaOH dan penentuan kadar asam oksalat dipakai indikator pH sehingga jelas harus diketahui pH untuk setiap perubahan reaksi. Sampel yang digunakan pada praktikum ini adalah cuka. Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemeberi rasa asam dan aroma pada makanan. Asam cuka memiliki rumus kimia yaitu CH3COOH, asam asetat murni (asam asetat glacial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16.7C. Larutan CH3COOH dalam air merupakan asam lemah, artinya hanya terdisosiasi menurut reaksi: CH3COOH H+ + CH3COOAsam utama dalam cuka adalah asam asetat dan standard federal (USA) mengisyaratkan sekurangnya 4 gram asam asetat per 100 mL cuka. Kuantitas total asam dapat dengan mudah ditetapkan dengan titrasi basa standard. Atom hidrogen (H) pada gugus karboksil (COOH) dalam asam karboksilat seperti dalam asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+ (proton), sehingga memberikan sifat asam. Hidroksida dari Na digunakan untuk pembuatan alkali standard, zat zat ini adalah basa kuat yang dapat larut dalam air. Pembentukan asam cuka yaitu sukrosa mengalami reduksi menjadi glukosa, kemudian glukosa teroksidasi menjadi etanol, etanol terhidrasi menjadi asetaldehid dan mengalamai oksidasi kembali untuk membentuk asam cuka. Untuk penentuan asam cuka tidak dapat dititrasi langsung, tetapi diencerkan dahulu sampai konsentrasi cuka cukup rendah. Titrasi dilakukan dengan NaOH standard.

Pada percobaan titrasi antara NaOH dan CH3COOH yaitu titrasi asam lemah dengan basa kuat digunakan indikator PP. Dikarenakan trayek pH indikator PP mencakup pH titik ekivalen antara asam lemah dengan basa kuat. Jadi ketika indikator tepat berubah warna atau titik akhir titrasi telah tercapai, ini berarti jumlah titrat telah ekivalen dengan jumlah titran. Oleh karena itu, indikator PP sangat tepat digunakan untuk penunjuk titrasi asam lemah dengan basa kuat. Pada peniteran alkalimetri pada percobaan ini yang akan ditetapkan kadarnya adalah asam cuka perdagangan. Sebanyak 10 ml asam cuka diencerkan didalam labu ukur hingga 100 ml. Dari 100 ml larutan asam cuka yang telah diencerkan dipipet 10 ml dan ditambahkan 2 tetes indikator PP. Larutan asam cuka yang ditambahkan indikator PP tidak mengalami perubahan warna. Lalu asam cuka dititrasi dengan larutan NaOH yang telah distandarisasi. Pada saat titik akhir telah tercapai warna larutan berubah menjadi merah lembayung dikarenakan penambahan [OH-], menyebabkan [H+] berkurang dan keseimbangan bergeser ke kanan, perubahan HIn menjadi In-. ketika terjadi pencampuran awal, antara larutan asam dan larutan basa maka warna larutan masih tetap berwarna bening, namun ketika mol asam sudah habis karena digunakan untuk bereaksi dengan mol basa (namanya adalah titik ekivalen), maka larutan basa akan berikatan dengan indikator pp, sehingga terjadi perubahan warna dari bening ke warna pink (namanya titik akhir titrasi, ditandai dengan perubahan warna). karena memang larutan basa akan lebih memilih berikatan dengan larutan asam dulu dari pada dengan indikator pp. Ketika campuran berubah warna, itu menunjukkan ion H+ dalam larutan HCl telah dinetralkan seluruhnya oleh ion OH dari NaOH. Jika larutan NaOH ditambahkan terus, dalam campuran akan kelebihan ion OH (ditunjukkan oleh warna larutan merah jambu). Sehingga warna larutan berubah menjadi merah lembayung yang disebut warna basa indikator. CH3COOH(aq) + NaOH(aq) CH3COONa(aq) + H2O(l) Setelah didapat titik akhir pada volume NaOH 13,6 ml, maka dapat dihitung kadar CH3COOH perdagangan. Dari perhitungan didapatkan kadar CH3COOH sebesar 51 gr/mL. Pada saat melakukan titrasi banyak kemungkinan faktor kesalahan yang terjadi diantaranya

Kebersihan alat-alat yang digunakan. Alat yang digunakan harus bersih dan kering

agar tidak terjadi kontaminasi dengan zat-zat sisa yang tertinggal pada alat-alat yang digunakan. Kelebihan titran sehingga volume titik akhir melebihi yang seharusnya. Kesalahan praktikan pada pembacaan miniskus buret.

Pada peniteran asam dan basa, setiap basa yang diteteskan bereaksi dengan asam dan peniteran dihentikan pada saat jumlah mol H+setara dengan jumlah mol OH-. Pada saat ini larutan bersifat netral, atau [H+] = [OH-] = 107. Pada peniteran asam lemah-basa kuat. pH nya pada titik ekivalen > 7 karena kebasaan konjugat asam lemah CH3COO-. Indikator yang tepat untuk titik akhir titrasi ini salah satunya adalah fenolftalein yang memiliki trayek pH 8,2 10,00.

Harjadi,W. 1987. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT. Gramedia : Jakarta Keenan,W. Kleinfelter. 1980. Kimia Untuk Universitas. Erlangga : Jakarta Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia : Jakarta Underwood. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai