Rendahnya pelayanan sarana dan prasarana perdesaan. Hal Ini tercermin dari data
Bappenas bahwa total area kerusakan jaringan irigasi yang mencapai sekitar 30 persen,
rasio elektrifikasi kawasan perdesaan yang baru mencapai 78 persen (tahun 2003),
jumlah desa yang tersambung prasarana telematika baru mencapai 36 persen (tahun
2003), persentase rumah tangga perdesaan yang memiliki akses terhadap pelayanan air
minum perpipaan baru mencapai 6,2 persen (tahun 2002), persentase rumah tangga
perdesaan yang memiliki akses ke prasarana air limbah baru 52,2 persen (tahun 2002).
Rendahnya tingkat pelayanan ini semakin menambah buruk kualitas hidup masyarakat
perdesaan
Akar Persoalan
Pengidentifikasian akar persoalan perdesaan merupakan langkah awal yang sangat
penting. Identifikasi mengenai penyebab atau simpul-simpul terjadinya persoalan
akanmenjadi landasan yang akan membantu perumusan solusi penanganan yang tepat
sasaran. Akar persoalan dari komunikasi perdesaan khususnya di Indonesia adalah
bagaimana menerobos lingkaran hambatannya. Mengecilnya minat generasi muda
terhadap studi pertanian dan tak tertahannya laju arus urbanisasi merupakan
permasalahan yang dihadapi perdesaan. Prof Sediono MP Tjondronegoro, pakar agraria
dan sosiologi perdesaan menyimpulkan bahwa Indonesia adalah negara agraris yang
mengingkari agraria (pertanian). Dalam
bukunya yang berjudul ”Negara Agraris
Ingkari Agraria” (Akatiga, April 2008) Prof
Tjondronegoro menegaskan sikapnya dalam
meletakkan agraria sebagai masalah pokok
bangsa dan menjadikan reforma agraria
Sumber: pembangunan pertanian dan perdesaan dalam
sebagai solusi sekaligus strategi dasar
perspektif kemiskinan berkelanjutan, 2007 pembangunan nasional yang seharusnya
dijalankan. Dari gambar 1 disamping dapat
kita lihat bahwa sektor pertanian yang
biasanya menjadi ciri khas perdesaan
merupakan proporsi yang paling tinggi bagi
kemiskinan. Presentase penduduk miskin
yang paling tinggi terdapat pada sector
pertanian dengan angka lebih dari 50%.
Beranjak Ke Alternatif Solusi
Mengingat jati diri kita sebagai bangsa dan negara yang agraris, sudah sepatutnya sektor
pertanian menjadi tulang punggung utama perekonomian. Pembangunan sektor
pertanian tentunya tak lepas dari perencanaan dan pembangunan perdesaan.
Pembangunan ekonomi perdesaan pada dasarnya adalah suatu proses industrialisasi
yang berbasis pada sumber daya pertanian dan perdesaan. Meskipun demikian,
pembangunan kawasan perdesaan mempunyai cakupan yang lebih luas daripada sekedar
pembangunan ekonomi dan pertanian. Pembangunan perdesaaan merupakan
pembangunan yang mencakup berbagai aspek, termasuk aspek ekonomi, lingkungan,
gender, dan sosial budaya.
Sadar akan kompleksitas pembangunan perdesaan, konsep dan strategi pun disusun
untuk mencapai misi pembangunan perdesaan. Beberapa konsep yang dapat diterapkan
untuk menjadi solusi dalam penyelesaian persoalan perdesaan antara lain perencanaan
agropolitan, pengembangan ekonomi lokal, reformasi agraria, pembangunan dan
perbaikan infrastruktur perdesaan, peningkatan fasilitas dan kualitas pelayanan sosial,
serta yang tak kalah penting, peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam mencari solusi dalam penyelesaian persoalan
perdesaan adalah sumber daya insaninya. Kita sadar, merosotnya minat manusia
Indonesia terhadap bidang pertanian serta fenomena arus urbanisasi erat kaitannya
dengan paradigma, orientasi dan praktek pembangunan pertanian dan perdesaan yang
tak lagi memberikan harapan ”keunggulan” bagi para pelaku dan penghuni di dalamnya.
Diperlukan reorientasi pembangunan pertanian yang dilandasi paradigma reforma agraria
sebagai konsep alternatif dalam revitalisasi pertanian dan pembangunan perdesaan
secara mendasar dan menyeluruh. Kurikulum pendidikan dari tingkat dasar hingga
menengah hendaknya menampilkan daya tarik dan urgensi pertanian bagi bangsa kita.
Pemerintah mesti segera menyediakan berbagai insentif bagi petani, subsidi dalam
proses produksi yang diterima langsung petani, proteksi terhadap produk pertanian dan
distribusi tanah bagi petani berlahan sempit dan tak bertanah. Kita ditantang
memastikan petani tetap aman dan nyaman di ladang dan sawah mereka, serta
tersedianya aneka pilihan pengembangan pertanian dan perdesaan yang lebih inovatif
dan berkeadilan.
Salah satu cara pengembangan sumber daya manusia adalah dengan pendidikan.
Pendidikan yang diberikan bukan hanya sekedar pendidikan formal melainkan juga
mengangkat wawasan moral dalam kehidupan. Isu gender tentu saja tak bisa terlupa
untuk diangkat. Agenda pemberantasan kemiskinan hendaknya senantiasa melibatkan
kaum perempuan. Wujud konkretnya adalah dengan membuka kesempatan yang sama
dan partisipasi penuh dan adil antara laki-laki dan perempuan sebagai agen dan
pemanfaatan pembangunan berkelanjutan yang berpusat pada masyarakat. Karena itu,
pemerintah harus memastikan penegakan hak asasi rakyat, terutama perempuan
perdesaan. Pasal 14 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi Konvensi
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan menegaskan, negara
wajib memerhatikan masalah khusus perempuan perdesaan serta membuat peraturan
untuk menjamin fasilitas kesehatan memadai, pendidikan, memperoleh kredit dan
pinjaman pertanian, fasilitas pemasaran, teknologi tepat guna, hingga perlakuan sama
pada landreform, termasuk kepemilikan tanah, pengaturan tanah pemukiman,
perumahan, sanitasi, penyediaan listrik dan air, pengangkutan, dan komunikasi. Hal yang
tidak kalah penting adalah mendorong adanya persamaan peran perempuan dalam
pembuatan keputusan yang menyangkut sumber daya alam adalah suatu cara untuk
meningkatkan kualitas hidup perempuan perdesaan di Indonesia. (Lampung Post, 14 April
2007)
Banyak pihak dan banyak sumber yang telah menjabarkan konsep-konsep yang mereka
miliki. Dalam esai kami inipun telah dibahas beberapa mengenai solusi yang ditawarkan.
Penyelesaian masalah-masalah perdesaan merupakan tanggung jawab bersama baik,
pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta maupun masyarakat perdesaan. Konsep
pembangunan sebagai solusi pemecahan masalah hanyalah alat bantu yang sepenuhnya
tergantung kepada para penggunanya. Untuk itu diperlukan kesadaran dari semua
penduduk desa akan pentingnya pembangunan dan pengembangan desanya demi
kesejahteraan bersama. Dalam hal ini sangat diperlukan kesadaran dari para pemuda
desa sebagai penggerak perubahan, untuk mencintai desanya.
Daftar Pustaka
Website
http://www.bapeda-jabar.go.id/bapeda_design/docs/perencanaan/20070524_073129.pdf
diakses pada 22 Februari 2009
http://geografi.ums.ac.id/ebook/Regional%20Analysis/Pengembangan%20Agropolitan%20
Berbasis%20RTRWN.doc diakses pada 22 Februari 2009
http://www.penataanruang.net/taru/Makalah/PPMenteri_Agro.doc diakses pada 22
Februari 2009
http://indowarta.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=2973 diakses
pada 22 Februari 2009
http://icdscollege.com/artikel/paradigma_baru.pdf diakses pada 22 Februari 2009
http://musi-rawas.go.id/musirawas/images/stories/pdf/bab7.pdf diakses pada 22 Februari
2009