Anda di halaman 1dari 22

BAB I PENDAHULUAN

Luka bakar atau luka termal dalam bahasa kedokteran disebut sebagai combutio. Penyebab luka bakar ternyata bermacam-macam, jika kita mengetahui penyebabnya diharapkan kita dapat mencegah atau meminimalisir kecacatan yang diakibatkan oleh luka bakar. Penyebab luka bakar yang paling sering adalah karena kecelakaaan rumah tangga (api, air panas,uap panas, listrik, kimia dan radiasi). Jenis luka dapat beraneka ragam dan memiliki penanganan yang berbeda tergantung jenis jaringan yang terkena luka bakar, tingkat keparahan, dan komplikasi yang terjadi akibat luka tersebut. Luka bakar dapat merusak jaringan otot, tulang, pembuluh darah dan jaringan epidermal yang mengakibatkan kerusakan yang berada di tempat yang lebih dalam dari akhir sistem persarafan. Seorang korban luka bakar dapat mengalami berbagai macam komplikasi yang fatal termasuk diantaranya kondisi shock, infeksi, ketidak seimbangan elektrolit ( inbalance elektrolit ) dan masalah distress pernafasan. Selain komplikasi yang berbentuk fisik, luka bakar dapat juga menyebabkan distress emosional ( trauma ) dan psikologis yang berat dikarenakan cacat akibat luka bakar dan bekas luka (scar ). Ada beberapa hal lagi yang penting bagi luka bakar yaitu luka bakar merupakan salah satu trauma dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi sehingga perlu penatalaksanaan khusus. Penanganan luka bakar bersifat multidisipliner dan atau interdisipliner. Permasalahan yang sering timbul selama penanganan luka bakar adalah faktor pasien keadaan pasien sebelumnya dan luka bakar yang dialami serta faktor pelayanan petugas dan fasilitas pelayanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Kulit

Fungsi kulit secara umum antara lain yaitu, membungkus tubuh, melindungi tubuh terhadap kuman, thermoregulator, absorpsi, pembentukan pigmen, keratinisasi, membuat vitamin D, mendeteksi stimuli (rangsangan) (Kariosentono, 2007; Djuanda, 1999). Kulit juga berfungsi sebagai alat eksresi karena adanya kelenjar keringat (kelenjar sudorifera) yang terletak di lapisan dermis (Wikipedia, 2009) Kulit manusia terdiri dari epidermis dan dermis. Epidermis mempunyai tebal antara 0,05 0,5 mm, tersusun atas lapisan tanduk (lapisan korneum) dan lapisan Malpighi. Lapisan korneum merupakan lapisan kulit mati yang dapat mengelupas dan digantikan oleh sel-sel baru. Lapisan Malpighi terdiri atas lapisan spinosum dan lapisan germinativum. Lapisan spinosum berfungsi menahan gesekan dari luar. Lapisan germinativum mengandung sel-sel yang aktif membelah diri, menggantikan lapisan sel-sel yang terdapat pada lapisan korneum. Lapisan Malpighi mengandung pigmen melanin yang member warna pada kulit. Fungsi lapisan epidermis adalah proteksi mekanis, proteksi biologis, sintesis mediator inflamasi, anti oksidan, melanin, dsb (Wikipedia, 2009; Kariosentono, 2007).

Lpisan dermis adalah lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal. Lapisan ini mengandung pembuluh darah, akar rambut, ujung saraf, kelenjar keringat, dan kelenjar minyak. Kelenjar keringat menghasilkan keringat. Banyaknya keringat yang dikeluarkan dapat mencapai dua liter perhari, tergantung pada kebutuhan tubuh dan pengaturan suhu (Wikipedia, 2009). Lapisan dermis disusun oleh bahan fibrous (kolagen, elastin, dan

retikulin) dan bahan sel fibroblas, makrofag, sel-mast, leukosit. Fungsi lapisan dermis adalah penopang struktur di bawahnya dan nutrisi. Dibawah dermis terdapat lapisan subkutis atau jaringan lemak yang berfungsi sebagai bantalan, cadangan makanan, mengatur suhu tubuh, dan menjaga kontur (Kariosentono, 2007). Vaskularisasi di kulit diatur oleh dua pleksus, yaitu pleksus superficial dan pleksus profunda. Pleksus yang berada di demis mengadakan anastomose di papil dermis, pleksus yang di subkutis dan pars papilare juga mengadakan anastomosis dengan saluran getah bening (Djuanda, 1999).

B. Definisi Luka Bakar Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, radiasi, juga oleh sebab kontak dengan suhu rendah (frost bite). Luka bakar adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma benda tajam ataau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan. Luka bakar adalah kerusakan secara langsung maupun yang tidak langsung pada jaringan kulit yang tidak menutup kemungkinan sampai ke organ dalam, yang di sebabkan kontak langsung denagn sumber panas yaitu api, air/ uap panas, bahan kimia, radiasi, arus listrik, dan suhu sangat dingin (Erfandi, 2009). C. Etiologi Luka Bakar Penyebab utama antara lain karena jilatan api (flash), kobaran api (flame), air panas (scald), suhu sangat rendah (frost bite), arus listrik (electrical current), bahan kimia, laser, radiasi, ,tersambar petir, dan ledakan (Erfandi, 2009). 3

Pertama adalah suhu, suhu itu sendiri bisa dari suhu yang suhu yang yang terlalu dingin atau juga disebut frost bite atau panas (misal dari api, uap panas maupun air panas). Penyebab luka bakar akibat suhu yang terlalu dingin sering dijumpai pada orang yang bekerja dengan es beku. Pada suhu panas, uapnya juga sangat berbahaya jika terhirup, karena dapat menimbulkan udem (pembengkakan) saluran nafas sehingga dapat mengakibatkan obstruksi (sumbatan) saluran nafas. Penyebab yang kedua adalah sengatan listrik, jika arus sengatan listrik sangatlah besar (220-1000 volt) bisa mempengaruhi kerja jantung sehingga bisa mengakibatkan henti jantung. Jika hal ini terjadi, maka penanganannya tidak hanya pada luka bakarnya saja tetapi juga perlu dilakukan tindakan segera untuk menyelamatkan jantung, Kemudian, kimia yang berasal dari asam atau pun basa yang sangat kuat. Contohnya adalah orang yang tersiram air aki dan pada orang yang bekerja di laboratorium atau industri yang menggunakan bahan kimia asam atau basa kuat (pabrik kapur). Keempat adalah oleh laser, laser CO2 dengan panjang gelombang 10.000 nm bisa mengakibatkan luka bakar. Cara kerja laser CO2 adalah diabsorbsi oleh air sehingga benda apapun yang mengandung air bisa terbakar. Yang terakhir adalah radiasi. Radiasi ini bisa berupa sinar gamma, sinar X atau neutron. Gejala yang tampak pada kulit, awalnya akan timbul eritem (kemerahan) terrasa perih seperti terbakar tanpa ada riwayat tebakar, tersiram air panas atau riwayat gigitan serangga. Kemudian gejala tadi menghilang dan kemudian muncul lagi setelah 2 minggu berbentuk bula (melepuh) kemudian kulit menjadi nekrosis (kulit mati dan menghitam) hingga menjadi ulkus. Gejala lain adalah mual muntah (dosis 1-2 Gy), diare, demam, kerontokkan rambut hingga kesadaran menurun. Pada orang yang terkena radiasi > 10 Gy hanya akan bertahan hidup selama 2 minggu (setelah pemaparan) (Tisya, 2009). D. Patofisiologi Luka Bakar a. Fase luka bakar 1) Fase Awal/ Akut/ shock a) Cedera Inhalasi Mekanisme trauma dibagi tiga, yaitu inhalasi Carbon Monoksida (CO). CO merupakan gas yang dapat merusak oksigenasi jaringan , dalam darah berikatan dengan Hb dan memisahkan Hb dengan O2 sehingga akan menghalangi

penggunaan oksigen. Yang kedua adalah trauma panas langsung mengenai saluran nafas. Sering mengenai saluran nafas bagian atas jarang mengenai bagian bawah karena sebelum mencapai trachea secara reflek terjadi penutupan plica dan penghentian spasme laryng. Edema mukosa akan timbul pada saluran nafas bagian atas yang menyebabkan obstruksi lumen, 8 jam pasca cedera. Komplikasi trauma ini merupakan penyebab kematian terbanyak. Dan yang terakhir adalah efek samping sisa pembakaran, gas karosen dan aldehid akan mengiritasi mukosa membran karena merupkan toksik yang iritan.

b) Cedera Termis Menimbulkan gangguan sirkulasi keseimbangan cairan & elektrolit, sehingga berakibat terjadi perubahan permeabilitas kapiler dan menyebabkan odema selanjutnya terjadi syok hipovolemi. Kejadian ini akan menimbulkan Paru Perubahan inflamatorik mukosa bagian nafas bawah, akan menimbulkan gangguan difusi oksigen Acquired Respiratory Distress Syndrome (ARDS), ini akan timbul hari ke-4,5 pasca cedera termis Hepar SGOT, SGPT meningkat Ginjal ARF (Acute Renal Failure)

Lambung Stres Ulcer Usus Illeus menyebabkan translokasi bakteri kemudian terjadi sepsis yang menyebabkan perforasi akhirnya terjadilah peritonitis

2) Fase Sub-Akut Terjadi setelah shock teratasi, luka terbuka disini akan menimbulkan :

Proses Inflamasi disertai eksudasi dan kebocoran protein 5

Terjadi reaksi inflamasi local yang kemudian berkembang menjadi reaksi sistemik dengan dilepasnya zat-zat yang berhubungan dengan proses imunologik, yaitu

kompleks

lipoprotein

(lipid

protein

compex,

burn

toxin)

yang

menginduksi respon inflamasi sistemik (SIRS). Infeksi yang menimbulkan sepsis Proses penguapan cairan tubuh disertai panas (evaporate heat loss) yang menyebabkan gangguan proses metabolisme

3) Fase Lanjut Terjadi setelah penutupan luka sampai terjadi maturasi. Masalah yang timbul adalah jaringan parut (hipertrofik), kontraktur dan deformitas akibat kerapuhan jaringan atau organ struktural (Viklund, 2009).

b. Pembagian zona kerusakan jaringan

1) Zona koagulasi Zona yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi protein) akibat pengaruh panas. 2) Zona statis Berada di luar zona koagulasi, terjadi kerusakan endotel pembuluh darah disertai kerusakan trombosit dan leukosit, sehingga terjadi gangguan perfusi (no flow phenomenon), diikuti perubahan permeabilitas kapiler dan respon inflamasi local. Berlangsung 12-24 jam pasca cedera, kemungkinan berakhir dengan nekrosis jaringan.

3) Zona hiperemi Reaksi berupa vasodilatasi tanpa banyak melibatkan reaksi seluler. Zona ini dapat sembuh spontan, berbah menjadi zona statis bahkan zona koagulasi (Anto, 2007)

E. Penilaian Luka Bakar 1. Luka Bakar Derajat I (Superficial Skin Burn)

Ciri-cirinya antara lain;


a) b) c) d) e) f) g)

Hanya reaksi inflamasi, kerusakan mengenai epidermis (superficial) Kulit kering, merah (erithema) Nyeri, karena ujung saraf sensorik teriritasi Nyeri hilang dalam 48-72 jam. Sembuh spontan 5 10 hari Kulit intake Tidak dijumpai bula

2. Luka Bakar Derajat II (partial skin burn)

Ciri-cirinya adalah; a) b) c) d) e) Kerusakan epidermis dan sebagian dermis (inflamasi dan eksudasi) Bula (+) , bila bula pecah terlihat luka basah kemerahan Nyeri (+) , Pin prick test (+) Sembuh dalam 2-3 minggu, tidak perlu flapping Dasar luka merah atau pucat, terletak lebih tinggi diatas kulit normal

Dibedakan menjadi dua, yaitu :

Derajat II Dangkal (superficial) o Kerusakan superfisial dari dermis o Folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebacea masih utuh o Penyembuhan dalam 10-14 hari dengan tanpa parut atau parut minimal.

Derajat II Dalam (Deep) o Kerusakan seluruh bagian dermis o Masih basah tapi tampak pucat, o Nyeri kurang dibandingkan derajat II superfisial. o Folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebacea masih utuh o Penyembuhan lebih lama, tergantung biji epitel yang tersisa, dapat sembuh dalam beberapa minggu hingga beberapa bulan disertai jaringan parut.

3. Luka Bakar Derajat III (Full thickness skin burn)

Ciri-cirinya yaitu;
a) b) c)

Kerusakan seluruh tebal dermis, bisa sampai subcutis, tidak ada epitel kulit yang sehat. Folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebacea rusak. Koagulasi protein pada epidermis dan dermis disebut eskar sehingga tampak epitel terkelupas dan, daerah putih. Eskar jika melingkar di dada dapat menghalangi gerakan ekspansi rongga toraks

d)

Bula (-), bila bula pecah lukanya kering warna abu-abu, letaknya lebih rendah dibanding kulit sekitar

e) f) g)

Nyeri (-), karena ujung saraf sensorik rusak, Pin prick test(-) Tidak ada perfusi darah Penyembuhan sulit karena tidak ada proses epitelisasi spontan dari dasar luka perlu cangkok kulit (STSG) (Viklund, 2009)

F. Penghitungan Luas Luka Bakar (TBSA-total body surface area) Daerah yang hanya mengalami eritema (kemerahan) tanpa adanya gelembung cairan (blister) tidak termasuk dalam penghitungan. Dewasa menggunakan Hukum 9 (Rule Of Nines) - Permukaan kepala - Permukaan pinggang - Permukaan setiap lengan - Permukaan paha - Permukaan dada - Permukaan betis : 9% : 9% : 9% : 9% : 9% : 9% 10

- Permukaan perut - Perineum & genital - Permukaan punggung - Telapak tangan

: 9% : 9% : 9% : 1%

Anak menggunakan tabel Lund & Browder Area 0-1 Kepala Leher Dada Punggung Pantat Genetalia Lengan atas Lengan bawah Tangan Paha Tungkai Kaki 19 2 13 13 5 1 4 3 2 5 5 3 1-4 17 2 13 13 5 1 4 3 2 6 5 3 Usia (Tahun) 5-9 13 2 13 13 5 1 4 3 2 8 5 3 10-15 10 2 13 13 5 1 4 3 2 8 6 3

11

(EMS Professions Temple College, 2008)

12

G. Kategori Penderita dan Indikasi Rawat Inap Kategori Penderita Luka Bakar : 1. Luka Bakar Berat / kritis Derajat II III > 20% (usia < 10 thn atau > 50 thn) Derajat II III > 25 % selain kelompok usia di atas Mengenai muka, telinga, tangan, kaki, perineum Cedera inhalasi Luka bakar listrik Disertai cedera lain (missal fraktur iga, dll). Luas 15 25% dengan derajat III < 10% pada dewasa Luas 10 20% (usia < 10 tahun atau > 50 tahun dengan derajat III < 10 % Derajat III < 10% tidak mengenai muka, tangan, kaki dan perineum pada anak dan dewasa 3. Luka Bakar Ringan Luas < 15% pada dewasa Luas < 10% pada anak dan usia lanjut Derajat III < 2% pada segala usia, tidak mengenai muka, tangan, kaki dan perineum

2. Luka Bakar Sedang

Kategori ini untuk kepentingan prognosis berhubungan dengan angka morbiditas dan mortalitas. Indikasi Rawat Inap : 1. Dewasa : Derajat II dengan luas 15 %, anak atau orang tua derajat II luas 10 % 2. Derajat III 10 % 3. Penyebabnya kimia dan listrik 4. Menderita gangguan atau penyakit lain (Anto, 2007)

H. Permasalahan Dalam Kasus Luka Bakar 1. Gangguan Pernapasan Jika terjadi cedera inhalasi bisa mengakibatkan edema mukosa dan inflamasi yang menyebabkan terjadinya disrupsi, nekrosis silia dan obstruksi sehingga dapat berakhir menjadi ARDS. 13 , sloughing mucosa cast

2. Gangguan Sirkulasi o Peningkatan permeabilitas kapiler o Perpindahan cairan dari intra vaskular ke interstisiel o Gangguan perfusi (syok seluler) menjadi hipoksemia 3. Gangguan Gastrointestinal Terjadi hipoperfusi splangnikus : o o o o o o Gangguan mekanisme digesti Perdarahan saluran cerna Translokasi bakteri Paralisis otot polos Perubahan suasana dalam lumen Kerusakan hepatosit

4. Gangguan sel sel otak (edema serebri) dan gangguan autoregulasi 5. Gangguan ginjal 6. Gangguan sel sel otot 7. Gangguan jantung dan hematologi 8. Gangguan elektrolit 9. Kontraktur dan parut hipertrofik (EMS Professions Temple College, 2008) I. Penanganan Luka Bakar Secara sistematik dapat dilakukan 6c : clothing, cooling, cleaning, chemoprophylaxis, covering and comforting (contoh pengurang nyeri). Untuk pertolongan pertama dapat dilakukan langkah clothing dan cooling, baru selanjutnya dilakukan pada fasilitas kesehatan

Clothing : singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan pakaian

yang menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai pada fase cleaning.

Cooling : - Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air

mengalir selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan suhu di bawah normal, terutama pada anak dan orang tua). Cara ini efektif samapai dengan 3 jam setelah kejadian luka bakar Kompres dengan air dingin (air sering diganti agar efektif tetap memberikan rasa dingin) 14

sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri) untuk luka yang terlokalisasi - Jangan pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh darah mengkerut (vasokonstriksi) sehingga justru akan memperberat derajat luka dan risiko hipotermia - Untuk luka bakar karena zat kimia dan luka bakar di daerah mata, siram dengan air mengalir yang banyak selama 15 menit atau lebih. Bila penyebab luka bakar berupa bubuk, maka singkirkan terlebih dahulu dari kulit baru disiram air yang mengalir.

Cleaning : pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk mengurangi rasa

sakit. Dengan membuang jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan akan lebih cepat dan risiko infeksi berkurang.

Chemoprophylaxis : pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang lebih

dalam dari superficial partial- thickness (dapat dilihat pada tabel 4 jadwal pemberian antitetanus). Pemberian krim silver sulvadiazin untuk penanganan infeksi, dapat diberikan kecuali pada luka bakar superfisial. Tidak boleh diberikan pada wajah, riwayat alergi sulfa, perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu menyususi dengan bayi kurang dari 2 bulan

Covering : penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai dengan derajat

luka bakar. Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau bahan lainnya. Pembalutan luka bakar (yang dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk mengurangi pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya lapisan kulit akibat luka bakar. Jangan berikan mentega, minyak, oli atau larutan lainnya, menghambat penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi.

Comforting : dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri.

Dapat diberikan penghilang nyeri berupa :


Paracetamol dan codein (PO-per oral)- 20-30mg/kg Morphine (IV-intra vena) 0,1mg/kg diberikan dengan dosis titrasi bolus Morphine (I.M-intramuskular) 0,2mg/kg

(EMS Professions Temple College, 2008)

15

1. Primary Survey A (airway) : jalan napas.

Penilaian adanya trauma inhalasi (awasi 24 jam) Mempertahankan patensi jalan nafas (intubasi dgn ET atau tracheostomi sedini mungkin) B (breathing) : kemampuan bernapas.

Menilai kemungkinan keracunan CO Melakukan eskarotomi bila terdapat eskar melingkar di dinding dada. Memberikan oksigen dan ventilasi C (circulation) : status volume pembuluh darah.

Akses vena yang adekuat Monitoring tanda-tanda vital Monitor produksi urin tiap jam Dewasa : 30-50 mL/jam Anak D (disability) E (Exposure) : 1.0 ml/kg/jam : status neurologis pasien. : pengawasan suhu tubuh pasien (Viklund, 2009)

2. Perawatan Luka Derajat I : - Cuci NaCl 500 cc - Zalf Bioplasenton untuk mencegah kuman masuk/infeksi Derajat II : - Cuci lar savlon 5 cc dalam NaCl 500 cc - Sufratul - Tutup verband steril tebal , ganti tiap minggu Derajat III : - Cuci lar savlon 5 cc dalam NaCl 500 cc tiap hari - Debridemen tiap hari - Escharektomi - Dermazin/Burnazin (sulfadiazin) tiap hari Hari ke-7 dimandikan air biasa, setelah mandi daerah luka didesinfektan sol savlon 1 : 30 16

Luka dibuka 3 4 hari jika tidak ada infeksi / jaringan nekrose Posisi Penderita : o Ekstremitas sendi yang luka posisi fleksi / ekstensi maksimal o Leher & muka defleksi, semi fowler (bantal di punggung) o Eskarektomi dilakukan bila luka melingkar atau berpotensi penekanan

Skin Graft dilakukan bila : Luka grade II dalam 3 minggu tak sembuh Luka grade III setelah eksisi Terdapat granulasi luas ( diameter > 3 cm)

Medikasi : Antibiotika ( bila < 6 jam) diberikan Sefalosporin generasi III Analgetika Antasid (H2 blocker ) , untuk mencegah stress ulcer ATS / Toxoid

Nutrisi dan Roborantia


TKTP diberikan oral secepat mungkin Kebutuhan kalori menurut Formula Curreri :

Dewasa = 25 cal/KgBB + 40 cal% LB Anak

= 60 cal/KgBB + 35 cal% LB Roboransia vit C (setelah 2 minggu), vit b, vit A 10.000 U

Pemeriksaan Laboratorium :

Hb, Ht, albumin pada hari I, II, III Elektrolit setiap hari pada minggu I RFT & LFT pada hari ke II dan setiap minggu Kultur kuman hari I, II, III

Lain-lain

Bila terjadi Ileus, stop makan/minum, pasang NGT LB > 40%, pasang CVP selama 4 hari, bila sampai 1 minggu ganti kateter Oliguri , berikan cairan cukup (CVP normal) dilakukan tes terapi manitol Dewasa = 10 cc/10-20 menit diulang tiap 6 jam Anak = 0,2 mg/KgBB / 14-20 menit 17

3. Terapi Cairan dan Elektrolit Diberikan pd luka bakar derajat II/III>25 % dan pasien tdk dpt minum. a. Kebutuhan cairan menurut Evans Hari II BB x % luka bakar x cc (elektrolit/NaCl) BB x % luka bakar x cc (koloid) 2000 cc Glukosa 10 % Monitor urine : - 1 cc/jam b. Kebutuhan cairan menurut Baxter 4 cc/24jam x BB x %LB

Hari I BB x % luka bakar x 1 cc (elektrolit/NaCl) BB x % luka bakar x 1 cc (koloid) 2000 cc Glukosa 10 %

Cara pemberian :

- 8 jam pertama 50% (sejak kejadian Luka bakar) - 16 jam kedua 50%

Untuk anak-anak :

2 cc x BB x % LB = a cc

< 1 tahun : BB x 100 cc 1 3 tahun : BB x 75 cc 3 5 tahun : BB x 50 cc = b cc Kebutuhan total = a x b , memakai lar RL : Dextran = 17:3

(Viklund, 2009)

18

J. Permasalahan Pasca Luka Bakar 1. Kontraktur kulit Untuk mencegah kontraktur kulit dapat dilakukan; a. Leher : posisi fleksi (ganjal bahu dengan bantal) b. Axilla : posisi elevasi, abduksi c. Jari-jari : diberikan kasa diantara sela-sela jari, ekstensi d. Perinium : panggul ekstensi dan abduksi 20 e. Siku,lutut : ekstensi f. Pergelangan kaki : dorsofleksi 90 2. Kekakuan sendi memerlukan mobilisasi sendi anggota gerak sedini mungkin dan Chest Physiotherapy 3. Cacat estetis yang berat 4. Atelektase, pneumonia, insufisiensi paru

19

K. Prognosis Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada dalam dan luasnya permukaan luka bakar dan penanganan syok hingga penyembuhan. Selain itu faktor letak daerah terbakar, kedalaman, usia, dan keadaan kesehatan penderita juga turut menentukan kecepetaan kesembuhan. Luka bakar pada daerah perinium, ketiak, leher, dan tangan sulit dalam perawatannya, karena mudah mengalami kontraktur. 1. Superficial (I dan II) Lapisan kulit paling luar kembali tumbuh menutupi lapisan kulit dibawahnya. 2. Dalam Pemulihan lambat serta terbentuk scar dengan segala resikonya (Erfandi, 2009).

L. Kriteria Rujukan Rumah Sakit Dan Unit Luka Bakar 1. Dilihat dari keparahan symptoms dari smoke inhalation dan burn injury-nya. 2. Pasien dengan smoke inhalation, meski burn injury sedikit. 3. Pasien dengan luka bakar > 15% TBSA 4. Jika tidak ada luka baker, tergantung dari : 5. ada symptom yang parah 6. penyakit-penyakit yang dimiliki 7. lingkungan sosial 8. Pasien sehat dengan symptom ringan (mild) yaitu sedikit sesak, ada sedikit produksi sputum, CO level < 10, BGA normal. 9. Jika riwayat pasien ada penyakit jantung atau paru-paru, dan memiliki symptom smoke inhalation 10. Pasien dengan smoke inhalation sedang (moderate) yaitu sesak,ada sputum, CO level 510, BGA normal. 11. Pasien dengan smoke inhalation berat (severe) yaitu air hunger, sesak parah, banyak sputum. M. Kriteria Rujukan Unit Luka Bakar Pasien yang butuh dibawa ke burn center setelah sebelumnya dilakukan penilaian awal dan stabilisasi di ruang emergensi :

20

1. Luka bakar tingkat 2 dan 3, > 10% TBSA, usia pasien <10 thn atau > 50 thn. 2. Luka bakar tingkat 2 dan 3, > 20% TBSA, usia pasien 10-50 thn. 3. Luka bakar tingkat 2 dan 3, dan ada luka yang mengenai wajah, tangan, kaki, genitalia, perineum dan sendi utama. 4. Luka bakar tingkat 3, > 5% TBSA 5. Electrical burn 6. Chemical burn 7. Inhalation burn 8. Pasien luka bakar yang memiliki riwayat penyakit, sehingga membutuhkan perlakuan, managemen khusus, dan memiliki resiko kematian lebih besar. 9. Pasien disertai fraktur 10. Luka bakar pada anak yang dirujuk ke RS tanpa personel dan peralatan untuk pediatric. 11. Luka bakar yang melibatkan aspek social dan emosional.

N. Kriteria Medis Untuk Outpatient 1. Tidak ada komplikasi dari thermal injury seperti inhalation injury 2. Resusitasi cairan sudah terpenuhi 3. Keadaan pada saat masih di RS sudah stabil 4. Intake nutrisi sudah mencukupi 5. Tidak ada rasa nyeri berlebihan 6. Tidak ada komplikasi sepsis Pastikan pasien memiliki keluarga atau kerabat yang akan membantu dalam kegiatan seharihari pasien (seperti makan, kebersihan diri) juga membantu dalam proses penyembuhan misal mengganti wound dressing setiap hari, minum obat dan fisioterapi sederhana

21

DAFTAR PUSTAKA Anto. 2007. Luka Bakar. http://www.sehatgroup.web.id/guidelines/isiGuide.asp?guideID=33 Djuanda, Adhi. 1999. Anatomi Kulit dalam Ilmu Penyakit Kuit dan Kelamin. Edisi III. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Pp:3-6 Erfandi. 2009. Luka Bakar dan Asuhan Keperawatannya. http://forbetterhealth.files.wordpress.com/2009/02/lp-combutio-1.doc. EMS Professions Temple College. 2008. Burn Injuries. http://www.authorstream.com/presentation/aSGuest1008-95575-burn-injuries-riskfactors-burns-others-misc-ppt-powetpoint/ Kariosentono, Harijono. 2007. Slide Anatomi dan Fisiologi Kulit. Surakarta: Fakultas Kedokteran UNS. Tisya. 2009. Luka Bakar. http://pegasusbiru.blogspot.com/2009/01/luka-bakar.htm Viklund, Andreas. 2009. Luka Bakar. http://bedahumum.wordpress.com/2009/12/06/lukabakar.html Wikipedia (2009). Luka Bakar. http://www.wikipedia.com/luka-bakar.htm

22

Anda mungkin juga menyukai