Anda di halaman 1dari 4

TUGAS EKONOMI PUBLIK Muh. Zuhal Z.

A11111101 JURUSAN ILMU EKONOMI

1. Berikan salah satu contoh bentuk regulasi pemerintah di faktor produksi tenaga kerja ! Penjelasan : Sebagaimana telah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor : 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 88 ayat (2), bahwa untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, Pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh. Dalam penetapannya Pemerintah melibatkan para pekerja/buruh melalui Serikat Pekerja/Buruh dan Pengusaha melalui Asosiasi Pengusaha Pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini adalah apakah penetapan Upah Minimum mampu memberikan perlindungan dan kesejahteraan bagi pekerja/buruh maupun kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini mengingat adanya dua kepentingan yang bertolak belakang anatara pekerja/buruh dengan Pengusaha kaitannya dengan pengupahan. Pekerja/buruh menginginkan upah yang besar sehingga mampu memenuhi kebutuhan hidup bagi dirinya maupun keluarga, sementara Pengusaha menginginkan upah yang rendah dalam upaya mencari profit yang sebesar-besarnya. Prosedur penetapan Upah Minimum telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Tenagakerja dan Transmigrasi Nomor Per17/Men/VIII/2005 tentang Komponen dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak. Dengan acuan Peraturan tersebut maka selanjutnya Gubernur menetapkan Upah Minimum. Setelah Upah Minimum ditetapkan maka para Pengusaha dalam pemberian upah kepada pekerja/buruhnya harus sesuai dengan ketetapan Upah Minimum tersebut. Mengingat kondisi perusahaan yang satu dengan yang lainnya sangat berlainan, maka para Pengusaha dalam melaksanakan ketentuan Upah Minimum juga berlainan. Perusahaan yang mampu akan berbeda dengan Perusahaan yang tidak mampu kaitannya dengan pelaksanaan ketentuan Upah Minimum. Indonesia (APINDO).

Disisi lain, pelaksanaan ketetapan Upah Minimum oleh para Pengusaha akan mengalami kendala-kendala karena banyaknya faktor yang mempengaruhi antara lain besar kecilnya perusahaan, harga jual komoditas yang dihasilkan perusahaan maupun besar kecilnya jumlah pekerja/buruh yang dipekerjakan oleh pengusaha. Oleh karena itu penetapan Upah Minimum sebesar-besarnya harus diarahkan untuk melindungi pekerja/buruh dengan tetap memperhatikan tingkat kemampuan dan kinerja Perusahaan, sehingga pekerja/buruh dapat sejahtera namun perusahaan dapat berkembang dan lestari.
a. Prosedur penetapan Upah Minimum yang dilakukan melalui tahapan survey

Kebutuhan Pengusaha/

Hidup

Layak

(KHL) dan

oleh

Dewan telah

Pengupahan mengakomodir

Propinsi/Kabupaten/ Kota yang anggotanya terdiri dari unsur Pekerja/Buruh, Pemerintah, Pakar Akademisi kepentingan pihak-pihak yang berhubungan langsung dalam hubungan kerja yaitu Pekerja/Buruh dan Pengusaha. Besarnya hasil Survey Kebutuhan Hidup Layak telah disesuaikan dengan kebutuhan sehari-hari bagi pekerja lajang.
b. Setelah survey Kebutuhan Hidup Layak (KHL) diketahui besarannya, maka

Dewan Pengupahan menyampaikan hasil tersebut kepada Gubernur untuk ditetapkan menjadi Upah Minimum. Gubernur mempunyai wewenang untuk menaikkan atau menurunkan besarnya hasil survey Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dengan berbagai pertimbangan sebelum ditetapkan menjadi Upah Minimum. Disamping itu bagi Pengusaha yang tidak mampu melaksanakan Upah Minimum penangguhan pengupahan.
c. Masih banyak pengusaha yang memberikan upah kepada pekerja/buruh tanpa

diberi

kesempatan

untuk

mengajukan

pemberlakuan Upah Minimum. Dengan ketentuan tersebut

pekera/buruh tidak lagi mendapat perlindungan secara penuh dalam hal

memperhitungkan tingkat produktivitas dari masing-masing pekerja/buruh. Hal ini menyebabkan kenaikan Upah Minimum akan berdampak pada naiknya biaya. Apabila pengusaha memperhitungkan dan meningkatkan produktivitas masing- masing pekerja/buruh, maka kenaikan Upah Minimum dapat ditutup dengan adanya kontribusi dari pekerja/buruh dalam peningkatan kinerja perusahaan. Dengan demikian kinerja perusahaan tetap

dapat berkembang meskipun Upah Minimum selalu naik setiap tahun.

2. Contoh kekurangan Presiden SBY dalam pemerintahannya hingga saat ini skaligus yang dapat menjadi alasan masyarakat untuk melengserkannya dari jabatannya ! Penjelasan :

Teramat banyak kegagalan sistem kapitalisme baik dalam bidang pemerintahan, politik luar negeri, hukum, ekonomi, dan pendidikan. Setidaknya ada tujuh hal yang menunjukkan kegagalan tersebut terutama dalam bidang ekonomi. a. Pemerintah mengklaim bahwa PDB terus tumbuh positif dan diperkirakan hingga 6 persen di tahun 2010. Padahal, inidikator makro tersebut pada faktanya merupakan pertumbuhan nilai tambah sejumlah sektor ekonomi yang bersifat agregat. PDB tidak pernah memperhitungkan siapa yang memproduksi barang tersebut apakah asing atau penduduk domestik, atau apakah pertumbuhan tersebut digerakkan oleh segelintir orang saja atau oleh mayoritas masyarakat. Besarnya jumlah PDB sama sekali tidak dapat menggambarkan kesejahteraan rakyat secara akurat. Buktinya meski PDB terbesar Indonesia terbesar ke-18 di dunia sebagiaman yang terus dibangga-banggakan oleh pemerintah, namun indikator kesejahteraan Human Development Index (HDI) UNDP masih menempatkan Indonesia pada urutan ke 108 dari 169 negara. b. Pemerintah mengklaim penduduk miskin di Indonesia terus berkurang dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 jumlahnya mencapai 13,3% atau 31 juta orang berada di bawah garis kemiskinan. Penduduk miskin menurut Pemerintah adalah penduduk yang pengeluaran perbulannya di bawah garis kemiskinan yang ditetapkan oleh BPS. Pada 2010 nilanya Rp 211,726 perkapita perbulan. Dengan kata lain, jika seseorang berpendapatan Rp 220,000 maka ia tidak lagi dikategorikan sebagai orang miskin. Padahal dalam kehidupan materialisme seperti saat ini dimana hampir seluruhnya diukur dengan materi, pendapatan tersebut tentu sangat kecil. Wajar jika dalam realitas banyak orang yang mengalami kesulitan di bidang ekonomi namun tidak masuk dalam kategori miskin. Jika standarnya kemiskinan dinaikkan menjadi US$ 2/hari atau dibawah Rp 540,000 maka dengan menggunakan data Susenas 2010, sebanyak 63% penduduk Indonesia miskin. Pembanding lain, berdasarkan Survey Rumah Tangga

Sasaran Penerima Bantuan Langung Tunai (BLT) oleh BPS tahun 2008 diperkirakan 70 juta orang yang masuk kategori miskin dan hampir miskin (near

poor). Angkanya lebih tinggi lagi jika dilihat dari penduduk yang membeli beras miskin pada 2009 yang mencapai 52 persen atau 123 juta orang. c. Pemerintah juga mengklaim bahwa pelayanan di bidang kesehatan juga telah mampu memberikan jaminan kesehatan pada masyarakat miskin. Padahal berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasoinal 2009, hanya 44 persen penduduk di Indonesia yang melakukan obat jalan baik ke RS Pemerintah, RS swasta maupun ke Puskesmas atau klinik. Sebagian besar dari mereka justru melakukan pengobatan sendiri. Meski tidak ada rincian mengenai alasan mereka, namun sebagian dari mereka tentu merupakan orang-orang yang tidak mampu menjangkau layanan kesehatan yang bersifat komersil. Kalaupun orang-orang miskin mendapatkan pelayanan kesehatan gratis melalui Jamkesmas atau Kartu Miskin jumlahnya masih sangat kecil yakni sebesar 16,7 persen. Selain itu banyak dari penerima pelayanan kesehatan gratis tersebut tetap terbebani karena masih harus.

Anda mungkin juga menyukai