05 - 189CME-Pengaruh Polusi Udara Dalam Ruangan Terhadap Paru
05 - 189CME-Pengaruh Polusi Udara Dalam Ruangan Terhadap Paru
Asap tembakau Karbon monoksida Nitrogen dioksida Karbon dioksida Hidrogen sianida Nitrosamin Hidrokarbon aromatik Benzo[a]piren Partikel Benzena Formaldehid Nikotin Formaldehid
Rokok Cerutu
Partikel papan, plywood, panil Karpet Beberapa bahan furnitur Busa urea-formaldehid Pengharum dan pembersih ruangan Hasil pembakaran (gas, tembakau, kayu) Resin dan beberapa lem Asap tembakau Kosmetik Tekstil
Agen biologik Spora jamur Bakteri Virus Radon Volatile organic compounds Alkana Hidrokarbon aromatik Ester Alkohol Aldehid Keton
Jamur Alat pelembab Tanaman Dari tanah, batu dan air yang berdifusi melalui retakan dan lubang pada fondasi atau lantai sumur
Tabel 3. Kadar COHb dan efeknya pada kesehatan5 COHb darah (%) 80 60 40 30 7-20 5-17 5-5,5 <5 2,9-4,5 Efek Kematian Hilang kesadaran, kematian jika pajanan berlanjut Kebingungan, kolaps saat olahraga Sakit kepala, fatigue, sulit mengambil keputusan Terdapat perbedaan bermakna pada penurunan konsumsi oksigen selama olahraga berat pada laki-laki sehat Tidak ada perbedaan bermakna terhadap pengurangan kewaspadaan, persepsi visual, ketangkasan, kemampuan belajar atau tugastugas sensorimotorik kompleks (seperti menyetir) Terdapat perbedaan bermakna menurunnya konsumsi oksigen maksimal selama olahraga berat pada laki-laki dewasa Tidak ada perbedaan bermakna terhadap pengurangan kewaspadaan setelah terpajan CO Terdapat perbedaan bermakna penurunan kapasitas selama olahraga misalnya pemendekan durasi olahraga sebelum onset nyeri pada pasien angina pektoris dan peningkatan durasi serangan jantung Terdapat perbedaan bermakna penurunan waktu kerja (3-7%) pada olahragawan laki-laki
2,3-4,3
10
Tabel 5. Agen biologik sebagai sumber polusi udara7 SUMBER POLUSI UDARA DARI AGEN BIOLOGIK
Acarid Serangga Hewan domestik Pengerat Jamur Tungau debu dan laba-laba Kecoa, jangkrik, kumbang, kutu, lalat, dan nyamuk Kucing, anjing, mamalia lainnya, dan burung Liar: tikus liar Piaraan: mencit dan babi Dalam ruangan (yang tumbuh pada permukaan interior atau pada sistem AC): Penicillium, Aspergillus, Rhizopus, dan Cladosporium Luar ruangan: Beberapa spesies yang masuk melalui udara Berasal dari tanaman di luar atau yang masuk ke dalam Legionella (masuk melalui sistem ventilasi menara pendingin dan standing water reservoir)
Beberapa dampak yang dapat timbul adalah : 1. Reaksi alergi Merupakan problem kesehatan paling sering yang dihubungkan dengan rendahnya kualitas udara dalam ruangan. Keadaan ini sering dihubungkan dengan binatang peliharaan, seperti anjing dan kucing, tungau debu rumah, dan serbuk sari tanaman. Peran tungau sebagai sumber alergen debu rumah telah diketahui sejak 20 tahun. Tingkat risiko yang menyebabkan sensitisasi adalah 2 mg Der pI (Dhermatophagoides pteronyssinus allergen I) per gram debu (atau 100 tungau per gram debu). Tingkat risiko untuk asma alergi tungau adalah 10 mg Der pI per gram debu (atau 500 tungau per gram debu). Feld dI adalah alergen paling signifikan yang diasosiasikan dengan kucing dan tingkat yang tinggi ditemukan pada bulu, saliva, dan urin. Rumah tangga yang memelihara kucing mengandung 2 - 130.000 mg Feld dI tiap gram debu sedangkan yang tanpa kucing mengandung 2 - 7500 mg Feld dI tiap gram debu. Can fI
gram tungau debu dan 25% pasien asma uji kulitnya positif terhadap ekstrak alergen dari kucing dan anjing. Identifikasi alergen spesifik dalam ruangan dilengkapi dengan uji kulit dan pengukuran antibodi. Gangguan tungau debu dapat dikontrol dengan cara menjemur kasur, mencuci tempat tidur dengan air panas, dan mengibaskan karpet di luar rumah. Cara lain adalah dengan vacuum cleaning.5,7 Penyakit yang juga sering dihubungkan dengan reaksi alergi ini adalah peumonitis hipersensitif, juga disebut allergic alveolitis ; merupakan penyakit paru interstisial yang disebabkan oleh pajanan airborne antigens. Pajanan antigen yang terus-menerus akan mengarah ke endstage fibrosis paru. Pneumonitis hipersensitif sering salah didiagnosis sebagai infeksi. Prevalensi penyakit ini pada populasi umum tidak diketahui; dapat terjadi di gedung-gedung perkantoran karena sistem AC dan pelembab terkontaminasi bakteri dan jamur sedangkan di rumah sering karena kontaminasi antigen
11
Tabel 7. Beberapa senyawa organik dan sumbernya.7 Senyawa Kimia Benzena volatil Tetrakloretilen p-Diklorobenzena Kloroform Metilen klorida 1,1,1-Trikloroetana Trikloroetilen Karbon tetraklorida Hidrokarbon aromatik, toluena, xilena, etilbenzena, trimetilbenzena Hidrokarbon alifatik, oktana, dekana, undekana Terpena, limonena, a- piena Senyawa kimia semivolatil, Klorpirifos Klordan, heptaklor Diazinon, polychlorinated biphenyls, hidrokarbon aromatik polisiklik Measured Peak Non-occupational Exposure (/m3) 1.000 1.000 1.000 250 500.000 1.000 100 100 1.000 Sumber Pajanan Mayor Rokok, autoexhaust, perokok pasif, pompa gas Pemakaian atau penyimpanan pakaian dry cleaned Pengharum ruangan, moth cakes Mencuci pakaian, piring, cat, penggunaan atau penyimpanan pakaian dry-cleaned, penyemprot aerosol Tidak diketahui (kosmetik, elektronik) Pembersih kuat industri cat, perekat, gasolin, sumber pembakaran.
Metode
Wawancara dengan kuesioner standar Nasal lavage Tear-film stability test Uji metakolin, arus puncak ekspirasi, spirometri Skin prick test Pengukuran IgE spesifik
1.000
Cat, perekat, gasolin, sumber pembakaran Bau pengharum, semir tenunan, pelembut pakaian, rokok Insektisida Bara fluoresein, langit-langit Hasil pembakaran (rokok, kayu bakar, pemanas kerosen)
1.000 10 1
VOLATILE ORGANIC COMPOUNDS (VOCs) Benda-benda padat dan cairan memancarkan VOCs sebagai gas pada suhu ruangan. Volatile organic compounds terdiri atas berbagai macam senyawa kimia, seperti formaldehid, benzena, dan perkloroetilen yang mempunyai efek jangka pendek dan jangka panjang. Konsentrasi VOCs secara konsisten lebih tinggi di dalam ruangan5,7. Volatile organic compounds dalam skala luas dipancarkan oleh produk-produk yang dipakai di rumah, kantor, sekolah dan aktivitas kesenian, termasuk:5 Cairan pembersih; Produk-produk rumah tangga seperti permadani, karpet, cat, plitur, dan pestisida; Material bangunan; Perlengkapan kantor, seperti fotokopi dan percetakan; Material yang berhubungan dengan fotografi dan lukisan; Produk yang dilepaskan oleh penghuni gedung seperti karbon dioksida, karbon monoksida, aseton, dan gas organik bau lainnya melalui pernapasan dan keringat.
Pajanan VOCs dengan konsentrasi 25 mg/m3 menyebabkan respons inflamasi dan iritasi saluran napas. Iritasi mukosa saluran napas dan efek neurotoksik akan memberikan kontribusi timbulnya gejala kompleks yang dihubungkan dengan sick building syndrome. Konsentrasi tinggi 25 mg/m3 VOCs akan menurunkan VEP1 (volume ekspirasi paksa detik pertama) secara signifikan setelah pajanan.7 FORMALDEHID Formaldehid dipakai untuk melapisi kayu pada lemari, papan dan perabot rumah lain.5,7 Gas formaldehid akan mengiritasi konjungtiva, saluran napas atas dan bawah. Gejalanya bersifat sementara dan bergantung pada tingkat serta luasnya pajanan, mulai dari rasa terbakar di mata, hidung dan saluran napas, dada terasa berat dan mengi. Reaksi berat pada pajanan akut formaldehid diasosiasikan dengan hipersensitivitas saluran napas.5 PESTISIDA Produk yang sering dipakai adalah insektisida dan desinfektan;
12
Beberapa kelompok yang rentan terhadap pajanan udara dapat dilihat pada tabel 8.7
Tabel 8. Kelompok yang rentan terhadap polusi udara dan efek yang ditimbulkan.7 Populasi Penderita asma Perokok Usia lanjut Bayi Penderita penyakit jantung koroner Penderita PPOK Mekanisme Potensi Peningkatan respons saluran napas Kelemahan pertahanan dan pembersihan paru Kelemahan pertahanan respirasi, penurunan cadangan fungsional Mekanisme pertahanan paru yang imatur Kelemahan oksigenasi miokardium Penurunan fungsi paru Akibat Peningkatan risiko eksaserbasi dan gejala respirasi Peningkatan kerusakan yang bersifat sinergi Peningkatan risiko bermakna terhadap fungsi klinis Peningkatan infeksi respirasi Peningkatan risiko iskemik miokardium Peningkatan risiko bermakna
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Aditama TY. Dampak asap kebakaran hutan terhadap kesehatan paru. Jakarta: YP IDI&IDKI, 1999; p. 3-33. 2. Weibel ER,Taylor CR. Functional design of the human lung for gas exchange. In: Fishman AP, Elias JA, Grippi JA, Kaiser LR, Senior RM, eds. Pulmonary Diseases and Disorder, 3rd ed. New York: McGraw-Hill Co. 1998; pp.32-40. 3. Mangunnegoro H. Dari pulmonologi menuju kedokteran respirasi, tantangan dan harapan memasuki milenium ketiga. Pidato pengukuhan sebagai guru besar tetap dalam bidang pulmonologi pada FKUI; 2000; p. 1-38. 4. WHO. Indoor air pollutan and household energy. [cited 2005 Des 2006]. Available from: http://www.who.int/heli/risks/indoor air/en/index.html 5. U.S Enviromental protection agency. Indoor air pullutan: An introduction for health professionals. [cited 2005 Des 4]. Available from: http://www.cpsc.gov/cpscpub/455. html 6. Dawud Y. Occupational & environmental lung disorder. J Respir Indon 2004; 24:126-33. 7. Samet JM, Utell MJ. Indoor air pollutant. In: Fishman AP, Elias JA, Grippi MA, Kaiser LR, Senior RM, eds. Pulmonary Diseases and Disorders. New York: McGraw-Hill Co. 1998; pp. 941-62. 8. Sukar, Lubis A, Tugasati AT, Kasnodiharjo, Ibrahim IN. Pengaruh kualitas lingkungan dalam ruang (indoor) terhadap penyakit ISPA-pneumonia di Indramayu, Jawa Barat. Bul. Penelit Kes. 1996; 10.(1). 9. Macan MM. Report: Hazardous air inside. [cited 2005 Oct 30]. Available from: http://www,tierramedca.net/2001/0325/iartikulo/html 10. Depkes. Profil kesehatan masyarakat Indonesia. Jakarta: Depkes RI; 1998. 11. Aditama TY, Prasetyo S, Eriado T. Meta-analisis: Pola merokok di 14 propinsi di Indonesia. Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok (LM3), Jakarta 1998. 12. Balmes JR, Tager IB, Eisner MD. Air pollutant. In: Manson JR, Murray JF, Broaddus VC, Nadel JA, eds. Murray and Nadels Textbook of Respiratory Medicine. 4th ed. Philadelphia:Elsevier Saunders, 2005; pp.1800-14. 13. Cowie RL, Murray J, Becklade MR. Pneumoconiosis. In: Manson JR, Murray JF, Broaddus VC, Nadel JA, eds. Murray and Nadels Textbook of Respiratory Medicine. 4th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders, 2005.p.1748-72. 14. Enviromental Health Center. Enviromental tobacco smoke. [cited 2006 Jan 24]. Available from: http://www.nsc.org/ehc/indoor/ets/html 15. Jusuf A. Kontribusi pengembangan pelayanan, penelitian dan pendidikan di bidang ongkologi paru menghadapi tantangan kesehatan respirasi di masa depan. Pidato pengukuhan sebagai guru besar tetap di bidang pulmonologi dan Ilmu kedokteran respirasi pada FKUI. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2004; p.1-40. 16. Permeggiani L. Nitrogen dioxide. In: Permeggiani L, ed. Encyclopaedia of Occupational Health and Safety. 3rd ed. Geneva : International Labour Office; 1983; p. 1458. 17. Hazuka MJ, Follisbee LJ, Seal E, Bromberg PA. Lung function response of health women after sequential exposures to NO2 O3. Am J Respir Crit Care Med 1994; 150:642-7.
14