Anda di halaman 1dari 2

BAB IV DESKRIPSI PROSES DAN ANALISA HEURISTIK

Pembuatan Propylene oxide dari Propilene secara komersial ada tiga proses antara lain, proses Chlorohydrin, proses oksidasi langsung, dan proses Hydroperoxide. Prose yang kami pilih merupakan proses Hyodroperoxide atau oxirane karena proses ini memiliki beberapa kelebihan antara lain : 1. Konversi lebih tinggi yaitu dapat mencapai lebihdari100% . 2. Reaksi yang terjadi dan prosesnya relatif sederhana sehingga memudahkan dalam penerapan teknologi dan perancangannya. 3. Bahan baku yang relatif mudah diperoleh. 4. Tidak adanya Cl yang digunakan sehingga tidak menghasilkan produk samping atau limbah yang berbahaya Tahapan proses pembuatan Propylene oxide dari Propilena dan isobutana dengan proses oxirane dapat dibagi menjadi 3 tahap: 1. Tahap penyiapan bahan baku 2. Tahap reaksi epoxidasi pembentukan Propylene oxide dan Tert- butyl alkohol 3. Tahap pemurnian produk 1. Tahap Penyiapan Bahan Baku Pada proses Oxirane dengan bahan baku LPG Butane perlu dipisahkan antara isobutene dengan n-butane dengan cara destilasi. Proses pemurnian selanjutnya dilakukan pada kolom destilasi. Destilasi adalah proses pemisahan larutan berdasarkan pada perbedaan titik didih larutan. (Heuristic 9).LPG butane dari tangki penyimpanan dengan suhu 32oC pada tekanan operasi 3,75 atm dipompa (Heuristik 37) kemudian dipanaskan terlebih dahulu pada Heater hingga suhu 62,8oC. Selanjutnya cairan keluar heater dimasukkan sebagai umpan pada menara distilasi D.01 untuk memisahkan isobutene dan n-butane. Distilat D.01 dengan suhu 50,65oC pada tekanan operasi puncak menara 7,5 atm diumpankan ke menara destilasi D.02 untuk mengurangi kandungan propane. Hasil bawah D.02 dengan suhu 68,39oC pada tekanan operasi dasar menara 8 atm kemudian disimpan pada tangki penyimpanan n-pentane. Pada menara destilasi D.02 hasil atas berupa uap jenuh pada suhu 25,85oC dan tekanan 7,5 atm, sedang hasil bawah dengan suhu 54,95oC pada tekanan operasi dasar menara 7,8 atm. Selanjutnya hasil atas berupa uap jenuh keluar puncak menara D.02 dimasukkan kedalam umpan menara D.03 sedang cairan keluar D.03 diumpankan ke tangki reaktor oksidasi isobutana.Pada reaktor oksidasi isobutana, kondisi umpan diatur sedemikian hingga sesuai dengan kondisi reaktor yaitu bersuhu 125oC dan bertekanan 34 atm. 2. Tahap Reaksi Reaktor Reaksi pembuatan TBHP dalam reaktor oksidasi adalah reaksi antara gas (udara) dan cairain (isobutana) sehingga digunakan reaktor jenis gelembung (Sparged Bubble Reaktor). Reaksi dijalankan secara isothermis dengan suhu reaksi 125oC dan tekanan reaksi adalah 34atm. Udara sisa yang tidak bereaksi digunakan untuk memanaskan

isobutana hasil distilasi sebelum akhirnya dibuang(Heuristik 26), sedang cairan campuran produk keluar reaktor masuk sebagai umpan pada menara destilasi D.04, bertujuan untuk memisahkan isobutene yang tidak bereaksi dari reaktor oksidasi. Kondisi puncak menara adalah 1 atm -3,97oC, dan kondisi operasi dasar menara adalah 1,2 atm 82,75oC. Hasil bawah dengan suhu 82,75oC pada tekanan operasi 1,2 atm dialirkan ke proses selanjutnya yaitu ke reaktor epoxidasi.Hasil atas direcycle sebagai umpan reaktor oksidasi(Heuristik 5). Umpan propylene dengan komposisi 99,5% propylene dan 0,5% propane dengan suhu 32 C dan tekanan 13,33 atm dipompakan dari tangki menyimpan T.102.
o

Produk yang keluar dari reaktor epoxidasi, disaring melalui filter untuk memisahkan katalis MoO3 dengan cairan dan selanjutnya katalis di recycle kembali ke dalam reaktor epoxidasi dengan menggunakan screw conveyor (Heuristik 48). Reaktor epoxidasi beroperasi pada suhu 80oC pada tekanan 14,8 atm dengan sistem operasi non adiabatis non isothermal dengan suhu produk keluar reaktor dipertahankan 102,67oC dengan media pendingin air cair jenuh 102,67oC pada tekanan 1,1 atm dan keluar sebagai uap jenuh pada suhu dan tekanan konstan(Heuristik 22). Reaktor epoxidasi berbentuk reaktor CSTR dan fase cair antara TBHP dengan propylene dengan katalis pada MoO3. Pada suhu 102,67oC tersebut dianggap sisa TBHP yang tidak bereaksi terdekomposisi menjadi TBA dan O2, sedang cairan dimasukkan rotary drum filter untuk dipisahkan antara padatan katalis dengan produk cairan. Padatan katalis dari rotary drum filter dengan Screw Conveyor dimasukan kedalam reaktor epoxidasi. Produk reaktor epoxidasi diumpankan ke menara destilasi D.05. Dalam menara ini propylene tak bereaksi dipisahkan sebagai destilat yang keluar pada suhu 16,55oC pada tekanan operasi puncak menara 8,5 atm kemudian direcycle sebagai umpan reaktor epoxidasi dan hasil bawah yang sebagian besar propylene oxide dan tert-butyl alcohol dengan suhu 140 oC pada tekanan operasi 9 atm. Dan untuk selanjutnya dikirim ke unit pemurnian produk. 3. Tahap Pemurnian Produk Produk yang keluar pada kondisi cair jenuh yang keluar pada hasil bawah menara destilasi D.05 yang mengandung propylene oxide dan tert-butyl alcohol, selanjutnya dimasukkan sebagai umpan pada menara destilasi permurnian propylene oxide pada D.06. Menara destilasi D.06 digunakan untuk memurnikan produk proylen oxide pada kemurnian yang diinginkan. Umpan adalah hasil bawah menara destilasi D.05 yang masuk pada kondisi cair jenuh. Kondisi puncak menara D.06 adalah 1,1 atm dan suhu 37,15oC, destilat keluar dengan kemurnian 99,9% mol propylene oxide pada suhu 37,15 oC dan tekanan 1,1 atm dipompakan ke tangki propylene oxide dan hasil bawah berupa TBA dipompakan ke tangki TBA.

Anda mungkin juga menyukai