Anda di halaman 1dari 41

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis antara kekuatan-kekuatan yang menambah dan kekuatan-kekuatan yang mengurangi jumlah penduduk. Secara terus menerus penduduk akan di pengaruhi oleh jumlah bayi yang lahir (fertilitas), tetapi secara bersamaan pula akan di kurangi oleh jumlah kematian (mortalitas) yang terjadi pada semua golongan umur, serta perpindahan penduduk (mobilitas) juga akan mempengaruhi bertambah atau berkurangnya jumlah penduduk di suatu daerah atau negara.1 Dari Badan Pusat Statistik (BPS) kota Banjarbaru, Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) kota Banjarbaru selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir yaitu mulai tahun 2000 hingga tahun 2010 mencapai urutan tertinggi yaitu sebesar 4,87 persen per tahun. Jika dilihat menurut kepadatan jumlah penduduk, penduduk kota Banjarbaru menempatai urutan pertama, Jumlah penduduk yang paling tinggi terletak di Kecamatan Guntung Paikat yaitu sebesar 9.254 jiwa dengan angka usia produktif tertinggi yaitu 988 jiwa dengan jumlah perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki.2 Perkembangan penduduk tanpa disertai dengan kontrol untuk mengukur jumlah penduduk yang diinginkan, hanya akan menumbuhkan masalah sosial ekonomis dengan segala pertumbuhan penduduk yang tinggi dari tahun ketahun memerlukan tambahan investasi dan sarana di bidang pendidikan, kesehatan,

perumahan dan sebagainya. Hal itu tentu saja merupakan masalah yang rumit bagi pemerintah dalam usahanya untuk membangun dan meningkatkan taraf hidup negaranya. Oleh karena diperlukan suatu program untuk mengatasi masalah tersebut, salah satunya adalah program Keluarga Berncana (KB).1 Implementasi kebijakan program KB di Indonesia telah membuahkan hasil yang gemilang. LPP telah dapat ditekan dari 2,8 % pada awal program (tahun 1970 1980) menjadi 1,98 % pada periode tahun 19902000 (sensus penduduk tahun 2000). Kendati pertumbuhan penduduk sudah menunjukkan penurunan yang signifikan, karena jumlah penduduk indonesia sangat besar jumlahnya (219 juta jiiwa), diperkirakan penduduk Indonesia secara absolut akan tetap bertambah kurang lebih 3 juta jiwa. Kondisi demikian ini menunjukkan betapa program KB tetap dibutuhkan dalam menjaga tingkat pertumbuhan yang seimbang dengan daya dukung lingkungan.3 Kegiatan posyandu merupakan salah satu upaya kesehatan bersumber daya masyarakat yang melibatkan partisipasi masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat yang dilaksanakan oleh kader kesehatan yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari puskesmas mengenai pelayanan kesehatan dasar. Partisipasi secara aktif dari kader yang bertugas di posyandu dengan melibatkan petugas puskesmas dan petugas Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagai penyelenggara pelayanan merupakan kunci keberhasilan kegiatan posyandu.1 Dari data laporan tahunan 2011 Puskesmas Liang Anggang, jumlah pengguna KB baru memiliki angka pencapaian yaitu 63%, angka pencapaian

jumlah pengguna KB yang masih belum mencapai target kemungkinan dikarenakan masyarakat yang melakukan pelayanan KB di tempat pelayanan lain seperti pada klinik swasta dan bidan desa. Oleh karena itu, diperlukan peran serta kader kesehatan dalam upaya meningkatkan jumlah pengguna KB.

I.2. Permasalahan Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana peran serta kader dalam upaya meningkakan jumlah pengguna KB ?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1.

Kependudukan dan Keluarga Berencana Pertumbuhan penduduk yang masih tinggi disebabkan tingkat kelahiran

masih lebih tinggi dibandingkan tingkat kematian penduduk. Hal ini selanjutnya mengakibatkan proporsi penduduk dengan usia muda yang besar, sehingga kelompok penduduk yang secara langsung ikut dalam proses produksi harus memikul beban yang relatif lebih berat untuk melayani kebutuhan penduduk yang belum termasuk dalam kelompok usia kerja. Makin besarnya jumlah penduduk usia muda mengakibatkan juga pening katan kebutuhan pendidikan, penyediaan lapangan kerja dan kebutuhankebutuhan lain untuk menunjang kesejahteraan penduduk.4,5 Usaha menurunkan tingkat kelahiran dilaksanakan melalui

penyebarluasan dan penyediaan sarana-sarana keluarga berencana serta usaha meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek KB.5 Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai alat kontrasepsi. Pengertian Keluarga berencana antara lain sebagai berikut :6 1. Upaya peningkatkan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil yang bahagia sejahtera (Undang-undang No. 10/1992).

2. Keluarga Berencana (Family Planning, Planned Parenthood) : suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. 3. WHO (Expert Committe, 1970), tindakan yg membantu individu/ pasutri untuk: Mendapatkan objektif-obketif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. Di Indonesia, tujuan Program Nasional Kependudukan dan Keluarga Berencana adalah :6 1. Tujuan demografis, yaitu dapat dikendalikannya tingkat pertumbuhan penduduk. Sebagai suatu patokan dalam usaha mencapai tujuan tersebut telah ditetapkan suatu target demografis berupa penurunan angka fertilitas dari 44 permil pada tahun 1971 menjadi 22 permil pada tahun 1990. 2. Tujuan filosofis, yaitu dapat dihayatinya Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) yang pada waktunya akan menjadi falsafah hidup masyarakat Indonesia. Sasaran program KB tertuang dalam RPJMN 2010-2014 yang meliputi: 1. Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14 % per tahun. 2. Menurunnya angka kelahiran total menjadi sekitar 2,2 % per perempuan. 3. Menurunnya pasangan usia subur yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi (unmet need) menjadi 6 %.

4. Meningkatnya peserta KB laki-laki menjadi 4,5 %. 5. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif, dan efisien. 6. Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21 tahun. 7. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak. 8. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera-1 yang aktif dalam usaha ekonomi produktif. 9. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan program KB Nasional. Sedangkan pola dasar kebijaksanaan program keluarga berencana pada waktu ini, antara lain adalah :6 1. Menunda perkawinan dan kehamilan sekurang-kurangnya sampai berusia 20 tahun. 2. Menjarangkan kelahiran dan dianjurkan menganut sistem keluarga a. Caturwarga, yaitu keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu, dan 2 orang anak. b. Pancawarga, yaitu keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu dan 3 orang anak 3. Hendaknya besarnya keluarga dicapai selama dalam usia reproduksi sehat, yaitu sewaktu umur ibu antara 20-30 tahun. 4. Mengakhiri kesuburan pada usia 30-35 tahun.

Tujuan Umum Keluarga Berencana6 1. Kepentingan orangtua 2. Kepentingan anak-anak 3. Kepentingan masyarakat Keluarga Berencana berhubungan dengan :6 1. Masalah kependudukan 2. Keluarga berencana sebagai hak azasi manusia 3. Pembangunan Sosio-Ekonomi 4. Kesehatan 5. Pendidikan 6. Pangan-bahan makanan 7. Perumahan dan sanitasi lingkungan hidup 8. Kesempatan kerja dan pengangguran Program Keluarga Berencana di Puskesmas Banjarbaru, kegiatannya meliputi: 1. Kunjungan KB baru (Pelayanan KB suntik, pil, inplant, IUD, kondom) 2. Kunjungan KB lama (Pelayanan KB suntik, pil, inplant, IUD, kondom)

II.2.

Metode Kontrasepsi Metode kontrasepsi bekerja dengan dasar mencegah sperma laki-laki

mencapai dan membuahi telur wanita (fertilisasi) atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang di dalam rahim.

Kontrasepsi dapat reversible (tidak tetap) atau permanen (tetap). Kontrasepsi yang reversible adalah metode kontrasepsi yang dapat dihentikan setiap saat tanpa efek lama didalam mengembalikan kesuburan atau kemampuan untuk punya anak lagi. Metode kontrasepsi permanen atau yang kita sebut sterilisasi adalah metode kontrasepsi yang tidak dapat mengembalikan kesuburan dikarenakan melibatkan tindakan operasi.7,8 Metode kontrasepsi juga dapat digolongkan berdasarkan cara kerjanya yaitu metode barrier (penghalang), sebagai contoh, kondom yang menghalangi sperma; metode mekanik seperti IUD; atau metode hormonal seperti pil. Metode kontrasepsi alami tidak memakai alat-alat bantu maupun hormonal namun berdasarkan fisiologis seorang wanita dengan tujuan untuk mencegah fertilisasi (pembuahan) .7,8 Faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi adalah efektivitas, keamanan, frekuensi pemakaian dan efek samping, serta kemauan dan kemampuan untuk melakukan kontrasepsi secara teratur dan benar. Selain hal tersebut, pertimbangan kontrasepsi juga didasarkan atas biaya serta peran dari agama dan kultur budaya mengenai kontrasepsi tersebut.7,8

II.3. 1.

Macam-Macam Metode Kontrasepsi Metode Amenorea Menyusui Selama menyusui, penghisapan air susu oleh bayi menyebabkan perubahan hormonal dimana hipotalamus mengeluarkan gonadotropin releasing hormone yang menekan pengeluaran luteneizing hormone dan menghambat ovulasi. Ini adalah metode yang efektif bila kriterianya 8

terpenuhi yaitu menyusui setiap 4 jam pada siang hari, dan setiap 6 jam pada malam hari. Makanan tambahan hanya diberikan 5-10% dari total.7,8 a. Efektivitas Kehamilan dapat terjadi pada 2/100 wanita pada 6 bulan setelah melahirkan dan 6/100 wanita setelah 6-12 bulan setelah melahirkan. b. Keuntungan i. ii. iii. iv. Pencegahan kehamilan segera setelah melahirkan Tidak mengganggu kesehatan Ekonomis Merangsang seorang wanita untuk menyusui

c. Kerugian i. Tidak sepenuhnya efektif tetapi harus memenuhi kriteria yaitu seorang wanita harus bnenar-benar menyusui selama 6 bulan (ASI eksklusif) tanpa diselingi oleh pemberian susu formula ii. Tidak melindungi dari penyakit menular seksual

2.

Metode Keluarga Berencana Alamiah Metode keluarga berencana alamiah adalah metode dimana pasangan suami istri menghindari berhubungan seksual pada siklus subur seorang wanita. Ovulasi (pelepasan sel telur dari indung telur) biasanya terjadi 14 hari sebelum menstruasi. Sel telur yang telah dilepaskan hanya bertahan hidup selama 24 jam, tetapi sperma bisa bertahan selama 3-4 hari

setelah melakukan hubungan seksual. Karena itu pembuahan bisa terjadi akibat hubungan seksual yang dilakukan 4 hari sebelum ovulasi.7,8

A. Metode Ritmik Kalender Merupakan metode dimana pasangan menghindari berhubungan seksual selama periode subur wanita berdasarkan panjang siklus menstruasi, kemungkinan waktu ovulasi, jangka waktu sel telur masih dapat dibuahi, dan kemampuan sperma untuk bertahan di saluran reproduksi wanita.7,8 Periode subur seorang wanita dihitung dari : (siklus menstruasi terpendek 18) dan (siklus menstruasi terpanjang 11). Contoh: bila siklus terpendek seorang wanita adalah 25 hari, dan siklus terpanjangnya 29 hari, maka periode suburnya adalah (25 18) dan (29 11) yang berarti hubunan seksual tidak boleh dilakukan pada hari ke-7 sampai hari ke-18 setelah menstruasi.7,8 a. Efektivitas Kehamilan dapat terjadi pada 9/100 wanita pada 6 bulan setelah melahirkan dan 6/100 wanita setelah 6-12 bulan setelah melahirkan. b. Keuntungan i. ii. iii. Pencegahan kehamilan segera setelah melahirkan Tidak mengganggu kesehatan Ekonomis

10

c. Kerugian i. ii. Tidak sepenuhnya efektif Tidak melindungi dari penyakit menular seksual

B. Metode Lendir Serviks Metode ini dilakukan dengan mengamati kualitas dan kuantitas lendir serviks setiap hari. Periode masa subur ditandai dengan lendir yang jernih, encer dan licin. Tidak dibutuhkan alat khusus untuk melakukan metode ini. Penilaian lendir serviks dapat dilakukan dengan cara melekatkan cairan serviks di kedua jari tangan. Abstinensia (tidak

melakukan hubungan seksual) diperlukan selama menstruasi, setiap hari selama periode preovulasi (berdasarkan lendir serviks), dan sampai waktu lendir masa subur muncul sampai 3 hari setelah lendir masa subur itu berhenti.7,8 a. Efektivitas Kehamilan dapat terjadi pada 2/100 wanita pada 6 bulan setelah melahirkan dan 6/100 wanita setelah 6-12 bulan setelah melahirkan. b. Keuntungan i. Pencegahan kehamilan segera setelah melahirkan ii. Tidak mengganggu kesehatan iii. Ekonomis c. Kerugian i. Tidak sepenuhnya efektif ii. Tidak melindungi dari PMS 11

3.

Metode Senggama Terputus Metode ini disebut juga coitus interuptus. Pada metode ini, pria mengeluarkan/menarik penisnya dari vagina sebelum terjadinya ejakulasi (pelepasan sperma ketika mengalami orgasme). Metode ini kurang dapat diandalkan karena sperma bisa keluar sebelum orgasme juga memerlukan pengendalian diri yang tinggi serta penentuan waktu yang tepat.7,8 a. Efektivitas Kurang efektif. b. Keuntungan i. ii. iii. c. Kerugian i. Tidak melindungi dari penyakit menular seksual Pencegahan kehamilan segera setelah melahirkan Tidak mengganggu kesehatan Ekonomis

4.

Kontrasepsi Barrier a. Kondom Kondom (pria dan wanita) adalah metode yang

mengumpulkan air mani dan sperma di dalam kantung kondom dan mencegahnya memasuki saluran reproduksi wanita. Kondom pria harus dipakai setelah ereksi dan sebelum alat kelamin pria penetrasi ke dalam vagina yang meliputi separuh bagian penis yang

12

ereksi. Tidak boleh terlalu ketat (ada tempat kosong di ujung untuk menampung sperma). Kondom harus dilepas setelah ejakulasi.7,8

Gambar 1. Kondom. Cara pemakaian kondom :7,8 1. 2. Gunakan kondom setiap kali berhubungan seksual Buka kondom secara perlahan untuk mencegah kerusakan (jangan menggunakan gigi atau benda tajam) 3. Pasang kondom dalam keadaan penis ereksi dan sebelum kontak dengan pasangan 4. Pastikan penggunaan pelumas yang cukup (dapat

menggunakan pelumas tambahan) 5. Gunakan hanya pelumas dengan bahan dasar air ketika menggunakan kondom (pelumas dengan bahan dasar minyak dapat melemahkan lateks)

13

6.

Pegang kondom dengan hati-hati setelah ejakulasi, dan untuk mencegah terlepasnya kondom, keluarkan kondom dari vagina dalam keadaan penis ereksi

b.

Efektivitas Kehamilan terjadi pada 3-14/100 wanita pada 1 tahun

penggunaan pertama c. Keuntungan Dapat digunakan selama menyusui dan merupakan satusatunya alat kontrasepsi yang mencegah penyakit menular seksual seperti infeksi gonorrhea dan chlamydia d. Kerugian Kegagalan tinggi bila tidak digunakan dengan benar dan dapat menimbulkan alergi lateks pada orang yang sensitif.

Gambar 2. cara pemasangan kondo 14

5.

Kontrasepsi Hormonal Kontrasepsi ini tersedia dalam bentuk oral, suntikan, dan mekanik. Kontrasepsi oral adalah kombinasi dari hormon estrogen dan progestin atau hanya progestin-minipil. Suntikan dan kontrasepsi implant (mekanik) mengandung progestin saja atau kombinasi progestin dan estrogen.7,8 a. Kontrasepsi oral kombinasi (pil) Kontrasepsi oral kombinasi (pil) mengandung sintetik estrogen dan preparat progestin yang mencegah kehamilan dengan cara menghambat terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur oleh indung telur) melalui penekanan hormon LH dan FSH, mempertebal lendir mukosa servikal (leher rahim), dan

menghalangi pertumbuhan lapisan endometrium.3,4,6 Oral kombinasi tidak direkomendasikan untuk wanita menyusui sampai minimal usia 6 bulan setelah melahirkan. Pil kombinasi yang diminum oleh ibu menyusui bisa mengurangi jumlah air susu dan kandungan zat lemak serta protein dalam air susu. Hormon dari pil terdapat dalam air susu sehingga bisa sampai ke bayi. Karena itu untuk ibu menyusui sebaiknya diberikan tablet yang hanya mengandung progestin, yang tidak mempengaruhi pembentukan air susu.7,8

15

Gambar 3. Pil KB Wanita yang tidak menyusui harus menunggu setidaknya 3 bulan setelah melahirkan sebelum memulai oral kombinasi karena peningkatan risiko terbentuknya bekuan darah di tungkai. Apabila 1 pil lupa diminum, 2 pil harus diminum sesegera mungkin setelah ingat dan pack tersebut harus dihabiskan seperti biasa. Bila 2 atau lebih pil lupa diminum, maka pack pil harus tetap dihabiskan dan metode kontrasepsi lain harus digunakan (seperti kondom) untuk mencegah kehamilan.7,8,9 Pil KB tidak berpengaruh terhadap obat lain, tetapi obat lain (terutama obat tidur dan antibiotik) bisa menyebabkan berkurangnya efektivitas dari pil KB. Obat anti-kejang (fenitoin dan fenobarbital) bisa menyebabkan meningkatkan perdarahan abnormal pada wanita pemakai pil KB. Beberapa kondisi dimana kontrasepsi oral kombinasi tidak boleh diigunakan pada wanita dengan : 7,8 1. Hamil atau dicurigai hamil

16

2. 3.

Menyusui atau kurang dari 6 minggu setelah melahirkan Pendarahan penyebabnya pervaginam yang belum diketahui

4. 5. 6.

Penyakit hati akut (hepatitis) Perokok usia >35 tahun Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah> 180/110

7. 8. 9.

Kanker payudara Migrain dengan gejala neurologi fokal (dengan aura) Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari

a.

Efektivitas Kehamilan dapat terjadi pada 0,1 5/100 wanita pada 1 tahun penggunaan pertama

b.

Keuntungan i. ii. iii. iv. v. Sangat efektif Resiko terhadap kesehatan sangat kecil Tidak mengganggu hubungan seksual Mencegah kanker indung telur dan kanker endometrium Menurunkan ketidakteraturan menstruasi dan anemia yang berkaitan dengan menstruasi vi. vii. Dapat dipergunakan jangka panjang Mudah dihentikan setiap saat

17

viii. c.

Menghaluskan kulit dengan jerawat sedang

Kerugian i. ii. iii. Tidak direkomendasikan untuk menyusui Tidak melindungi dari Penyakit Menular Seksual (PMS) Harus diminum setiap hari

d.

Efek samping lokal i. ii. iii. Mual Nyeri tekan pada payudara Sakit kepala

e.

Pengembalian kesuburan Ketika dihentikan maka kesuburan akan kembali seperti semula. Kesuburan ini bervariasi, dalam waktu 3-12 bulan setelah dihentikan maka tidak ada perbedaan kesuburan antara wanita yang memakai kontrasepsi oral dan yang tidak.

b. Kontrasepsi oral progestin Kontrasepsi oral progestin (minipil) mencegah kehamilan dengan cara menghambat terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur oleh indung telur), mempertebal lendir mukosa leher rahim, mengganggu pergerakan silia saluran tuba dan menghalangi pertumbuhan lapisan endometrium. Keefektifan berkurang bila pil tidak diminum di waktu yang sama setiap harinya. Kontrasepsi ini diberikan pada wanita yang menginginkan kontrasepsi oral namun tidak bisa menggunakan oral kombinasi karena

18

pengaruh estrogen dapat membahayakan, misalnya pada wanita yang sedang menyusui.7,8 a. Efektivitas Kehamilan terjadi pada 0,5 5 per 100 wanita pada 1 tahun penggunaan pertama b. Keuntungan i. Mula kerja cepat (24 jam setelah pemakaian pil), menurunkan kejadian menoragia dan anemia ii. iii. iv. Dapat digunakan pada wanita menyusui Mencegah terjadinya kanker endometrium Tidak memiliki efek samping yang berkaitan dengan estrogen c. Kerugian i. ii. iii. d. Harus diminum di waktu yang sama setiap hari Kurang efektif dibandingkan oral kombinasi Membutuhkan resep dokter

Efek samping i. ii. iii. iv. v. Penambahan berat badan Jerawat Kecemasan Angka kejadian terjadinya perdarahan tidak teratur tinggi Pengembalian kesuburan cepat ketika pil dihentikan.

19

c.

Kontrasepsi suntikan progestin Kontrasepsi suntikan progestin mencegah kehamilan dengan mekanisme yang sama seperti progestin pil namun kontrasepsi ini menggunakan suntikan intramuskular (dalam otot bokong atau lengan atas). Yang sering digunakan adalah medroxyprogesterone asetat (DepoProvera) 150 mg yang diberikan setiap 3 bulan.7,8

Gambar 4. Suntikan progestin. a. Efektivitas Kehamilan terjadi pada 0,3 per 100 wanita pada 1 tahun penggunaan pertama

b. i. ii. iii.

Keuntungan Mula kerja cepat dan sangat efektif Bekerja dalam waktu lama Tidak mengganggu menyusui

20

iv.

Dapat dipakai segera setelah keguguran atau setelah masa nifas

c.

Kerugian Suntikan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan secara teratur dan tidak melindungi dari PMS

d.

Efek samping lokal Peningkatan berat badan dan rambut rontok

e. i. ii. iii.

Efek samping Tulang menjadi keropos Kelainan metabolisme lemak Ketidakteraturan menstruasi termasuk menometroragi

(umumnya beberapa bulan pertama) dan amenorea ( 1 tahun pertama) iv. Jika pemakaian suntikan KB dihentikan, siklus menstruasi yang teratur akan kembali terjadi dalam waktu 6 bulan-1 tahun v. Pengembalian kesuburan 5-7 bulan setelah penghentian suntikan

d. Kontrasepsi suntikan estrogen-progesteron Suntikan ini diberikan secara intramuskular setiap bulan, mengandung 25 mg depo medroxyprogesteron asetat dan 5 mg estradiol cypionat. Mekanisme kerja, efek samping, kriteria, dan keamanan sama

21

seperti kontrasepsi oral kombinasi. Siklus menstruasi terjadi lebih stabil setiap bulan.7,8

e. Implant progestin Kapsul plastik, tipis, fleksibel, yang mengandung 36 mg levonorgestrel yang dimasukkan ke dalam kulit lengan wanita. Setelah diberi obat bius, dibuat sayatan dan dengan bantuan jarum dimasukkan kapsul implan. Tidak perlu dilakukan penjahitan. Kapsul ini melepaskan progestin ke dalam aliran darah secara perlahan dan biasanya dipasang selama 5 tahun. Mencegah kehamilan dengan cara menghambat terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur oleh indung telur), mempertebal lendir mukosa leher rahim, mengganggu pergerakan saluran tuba, dan menghalangi pertumbuhan lapisan endometrium. Kontrasepsi ini efektif dalam waktu 48 jam setelah diimplan dan efektif selama 5-7 tahun.7,8 a. Efektivitas Kehamilan terjadi pada 0,05 per 100 wanita pada 1 tahun penggunaan pertama b. Keuntungan Sangat efektif dan bekerja untuk jangka waktu lama c. Kerugian Membutuhkan prosedur operasi kecil untuk pemakaian dan pelepasan serta tidak melindungi dari PMS

22

6.

IUD (spiral) Alat ini merupakan alat yang terbuat dari plastik yang dimasukkan ke dalam rahim dan mencegah kehamilan dengan cara menganggu lingkungan rahim, yang menghalangi terjadinya pembuahan maupun implantasi. Spiral jenis copper T (melepaskan tembaga) mencegah kehamilan dengan cara menganggu pergerakan sperma untuk mencapai rongga rahim dan dapat dipakai selama 10 tahun.7,8

Gambar 5. Coopper T. Untuk wanita menyusui, IUD dengan progestin sebaiknya tidak dipakai sampai 6 bulan setelah melahirkan. IUD juga dapat dipasang segera setelah abortus spontan triwulan pertama, tetapi direkomendasikan untuk ditunda sampai involusi komplit setelah triwulan kedua abortus. Setelah IUD dipasang, seorang wanita harus dapat mengecek benang IUD setiap habis menstruasi. Kondisi dimana seorang wanita tidak seharusnya menggunakan IUD adalah :7,8 23

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Kehamilan Sepsis Aborsi postseptik dalam waktu dekat Abnormalitas anatomi yang mengganggu rongga rahim Perdarahan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya Penyakit tropoblastik ganas Kanker leher rahim, kanker payudara, kanker endometrium Penyakit radang panggul Imunokompromise (penurunan kekebalan tubuh) TBC panggul

a. Efektivitas Kehamilan dapat terjadi pada 0,3-0,8 per 100 wanita pada 1 tahun penggunaan pertama b. Keuntungan i. ii. iii. Sangat efektif Bekerja cepat setelah dimasukkan ke dalam rahim Bekerja dalam jangka waktu lama

c. Kerugian i. ii. Risiko infeksi panggul Dismenorea (nyeri saat haid)

24

iii. iv. v.

Menoragia pada bulan-bulan pertama Peningkatan risiko perforasi (robek) rahim Risiko kehamilan ektopik

d. Efek samping Nyeri, perdarahan dan peningkatan jumlah darah menstruasi

7.

Kontrasepsi Mantap Vasektomi dan sterilisasi tuba adalah metode kontrasepsi permanen dan hanya dilakukan pada pria maupun wanita yang sudah diberikan penjelasan mengenai metode ini dan berkeinginan untuk secara permanen mencegah kehamilan. Sterilisasi pada pria dilakukan melalui vasektomi, sedangkan pada wanita dilakukan prosedur ligasi tuba (pengikatan saluran tuba) .7,8 Vasektomi sendiri dilakukan dengan bius lokal sedangkan ligasi tuba menggunakan prosedur intraabdominal. Konseling sebelum

melakukan prosedur ini sangat diperlukan. Bukan hanya konseling mengenai risiko ataupun keuntungan operasi, namun juga kemungkinan menyesali keputusan ini di masa depan nanti. Vasektomi adalah pemotongan vas deferens (saluran yang membawa sperma dari testis). 7,8

25

Gambar 6. Vasektomi. Pria yang menjalani vasektomi sebaiknya tidak segera

menghentikan pemakaian kontrasepsi, karena biasanya kesuburan masih tetap ada sampai sekitar 15-20 kali ejakulasi. Setelah pemeriksaan laboratorium terhadap 2 kali ejakulasi menunjukkan tidak ada sperma, maka dikatakan bahwa pria tersebut telah mandul.7,8 Komplikasi dari vasektomi adalah:7,8 a. Perdarahan b. Respon peradangan terhadap sperma yang merembes c. Pembukaan spontan Ligasi tuba adalah pemotongan dan pengikatan atau penyumbatan tuba falopii (saluran telur dari ovarium ke rahim). Pada ligasi tuba dibuat sayatan pada perut dan dilakukan pembiusan total. Ligasi tuba bisa dilakukan segera setelah melahirkan atau dijadwalkan di kemudian hari. 7,8

26

Gambar 7. Ligasi tuba dengan kauterisasi. Sterilisasi pada wanita seringkali dilakukan melalui laparoskopi. Selain pemotongan dan pengikatan, bisa juga dilakukan kauterisasi (pemakaian arus listrik) untuk menutup saluran tuba. Untuk menyumbat tuba bisa digunakan pita plastik dan klip berpegas. Pada penyumbatan tuba, kesuburan akan lebih mudah kembali karena lebih sedikit terjadi kerusakan jaringan.Teknik sterilisasi lainnya yang kadang digunakan pada wanita adalah histerektomi (pengangkatan rahim) dan ooforektomi (pengangkatan ovarium/indung telur).7,8

II.4.

Posyandu dan Kader Kesehatan Dalam rangka menuju masyarakat yang adil dan makmur maka pembangunan dilakukan disegala bidang. Pembangunan bidang kesehatan yang merupakan bagian dari pembangunan nasional yang secara keseluruhannya perlu digalakkan pula. Hal ini telah digariskan dalam sistem kesehatan nasional antara lain disebutkan bahwa, sebagai tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi

27

setiap penduduk atau individu agar dapat menwujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan penmbangunan nasional.4 Pengembangan sumber daya manusia merupakan suatu upaya yang besar, sehingga tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja tanpa adanya keterlibatan masyarakat.4 Dalam upanya untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak balita, angka kelahiran agar terwujud keluarga kecil bahagia dan sejahtera, pelaksanaannya tidak saja melalui, program-program kesehatan melainkan berhubungan erat dengan program keluarga berencana.4 Upaya menggerakkan masyarakat dalam keterpaduan ini

digunakan pendekatan melalui pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD), yang pelaksanaanya secara operasional dibentuklah pos pelayanan terpadu (posyandu). Posyandu awalnya adalah sebuah organisasi pelayanan

pencegahan penyakit dan keluarga berencana bagi kalangan istri berusia subur dan balita. Sasaran penduduk Posyandu adalah balita, Ibu hamil, Ibu menyusui, dan Pasangan Usia Subur (PUS) .10 Pos pelayanan terpadu ini merupakan wadah titik temu antara pelayanan profesional dari petugas kesehatan dan peran serta masyarakat dalam menanggulangi masalah kesehatan masyarakat, terutama dalam upaya penurunan angka kematian bayi dan angka kelahiran.4

28

Secara umum

istilah kader kesehatan yaitu kader-kader yang

dipilih oleh masyarakat tadi menjadi penyelenggara Posyandu. Banyak para ahli mengemukakan mengenai pengertian tentang kader kesehatan antara lain:4 Direktorat bina peran serta masyarakat Depkes RI memberikan batasan Kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditinjau oleh masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela .4 L.A. Gunawan memberikan batasan kader kesehatan dinamakan juga promotor kesehatan desa (prokes) adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh dari masyarakat dan bertugas mengembangkan masyarakat.4

II.5. Tujuan Pembentukan Kader Posyandu Dalam rangka mensukseskan pembangunan nasional, khusus dibidang kesehatan, bentuk pelayanan kesehatan diarahkan pada prinsip bahwa masyarakat bukanlah sebagai objek akan tetapi merupakan subjek dari pembangunan itu sendiri. Pada hakekatnya kesehatan dipolakan mengikut sertakan masyarakat secara aktip dan bertanggung jawab. Keikutsertaan masyarakat dalam meningkatkan efisiensi pelayanan adalah atas dasar terbatasnya daya dalam operasional pelayanan kesehatan masyarakat akan memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat seoptimal mungkin. Pola pikir yang semacam ini merupakan penjabaran dari karsa pertama yang berbunyi, meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya dalam bidang kesehatan.4

29

Menurut Santoso Karo-Karo, kader yang dinamis dengan pendidikan rata-rata tingkat desa teryata mampu melaksanakan beberapa hal yang sederhana, akan tetapi berguna bagi masyarakat sekelompoknya meliputi: .4 1. Pengobatan/ringan sederhana, pemberian obat cacing pengobatan terhadap diare dan pemberian larutan gula garam, obat-obatan sederhana dan lain-lain. 2. 3. Penimbangan dan penyuluhan gizi. Pemberantasan penyakit menular, pencarian kasus, pelaporan vaksinasi, pemberian distribusi obat/alat kontrasepsi KB,

penyuluhan dalam upaya menanamkan NKKBS. 4. Penyediaan dan distribusi obat/alat kontasepsi KB, penyuluhan dalam upaya menanamkan NKKBS. 5. Penyuluhan kesehatan dan bimbingan upaya keberhasilan

lingkungan, pembuatan jamban keluarga da sarana air sederhana. 6. Penyelenggaraan dana sehat dan pos kesehatan desa dan lain-lain.

Perilaku

kesehatan

tidak

terlepas

dari

pada

kebudayaan

masyarakat. Dalam upaya untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat harus pula diperhatikan keadaan sosial budaya masyarakat. Sehingga untuk mengikutsertakan masyarakat dalam upaya pembangunan

khususnya dalam bidang kesehatan, tidak akan membawa hasil yang baik bila prosesnya melalui pendekatan dengan edukatif yaitu, berusaha

30

menimbulkan kesadaran untuk dapat memecahkan permasalahan dengan memperhitungkan sosial budaya setempat.4,11 Dengan terbentuknya kader kesehatan, pelayanan kesehatan yang selama ini dikerjakan oleh petugas kesehatan saja dapat dibantu oleh masyarakat. Dengan demikian masyarakat bukan hanya merupakan objek pembangunan, tetapi juga merupakan mitra pembangunan itu sendiri. Selanjutnya dengan adanya kader, maka pesan-pesan yang disampaikan dapat diterima dengan sempurna berkat adanya kader, jelaslah bahwa pembentukan kader adalah perwujudan pembangunan dalam bidang kesehatan.4,12

II.6.

Persyaratan Menjadi Kader Bahwa pembangunan dibidang kesehatan dapat dipengaruhi dari keaktifan masyarakat dan pemuka-pemukanya termasuk kader, maka pemilihan calon kader yang akan dilatih perlu mendapat perhatian. Secara disadari bahwa memilih kader yang merupakan pilihan masyarakat dan memdapat dukungan dari kepala desa setempat kadang-kadang tidak gampang.4 Namun bagaimanapun proses pemilihan kader ini hendaknya melalui musyawarah dengan masyarakat, sudah barang tentu para pamong desa harus juga mendukung. Dibawah ini salah satu persaratan umum yang dapat dipertimbangkan untuk pemilihan calon kader.4 a. Dapat baca, tulis dengan bahasa Indonesia.

31

b. Secara fisik dapat melaksanakan tugas-tugas sebagai kader. c. Mempunyai penghasilan sendiri dan tinggal tetap di desa yang bersangkutan. d. Aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial maupun pembangunan desanya e. Dikenal masyarakat dan dapat bekerjasama dengan masyarakat calon kader lainnya dan berwibawa. f. Sanggup membina paling sedikit 10 KK untuk meningkatkan keadaan kesehatan lingkungan. g. Diutamakan telah mengikuti KPD atau mempunyai keterampilan.

II. 7. Tugas kegiatan kader Tugas kegiatan kader akan ditentukan, mengingat bahwa pada umumnya kader bukanlah tenaga profesional melainkan hanya membantu dalam pelayanan kesehatan. Dalam hal ini perlu adanya pembatasan tugas yang diemban, baik menyangkut jumlah maupun jenis pelayanan.4,13 Adapun kegiatan pokok yang perlu diketahui oleh dokter, kader dan semua pihak dalam rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan baik yang menyangkut didalam maupun diluar Posyandu antara lain: .4 a. Kegiatan yang dapat dilakukan kader di Posyandu adalah: i. ii. iii. iv. Melaksanakan pendaftaran. Melaksanakan penimbangan. Melaksanakan pencatatan hasil penimbangan. Memberikan penyuluhan.

32

v. vi.

Memberi dan membantu pelayanan. Merujuk.

b. Kegiatan yang dapat dilakukan kader diluar Posyandu KB-kesehatan adalah: i. ii. iii. Bersifat yang menunjang pelayanan KB. Mengajak ibu-ibu untuk datang para hari kegiatan Posyandu. Kegiatan yang menunjang upanya kesehatan lainnya yang sesuai dengan permasalahan yang ada : pemberantasan penyakit menular, penyehatan rumah, pembersihan sarang nyamuk, pembuangan sampah, penyediaan sarana air bersih, menyediakan sarana jamban keluarga, pembuatan sarana pembuangan air limbah, pemberian pertolongan pertama pada penyakit, P3K, dana sehat, degiatan pengembangan lainnya yang berkaitan dengan kesehatan. c. Peranan Kader diluar Posyandu KB-kesehatan: i. Merencanakan kegiatan, antara lain a. b. c. Menyiapkan dan melaksanakan survei mawas diri. Membahas hasil survei. Menentukan masalah dan kebutuhan kesehatan masyarakat desa. d. Menentukan kegiatan penanggulangan masalah kesehatan bersama masyarakat. e. Membahas pembagian tugas menurut jadwal kerja.

33

ii.

Melakukan komunikasi, informasi dan motivasi (kunjungan), alat peraga dan percontohan.

iii.

Menggerakkan masyarakat seperti : a. b. Mendorong masyarakat untuk gotong royong. Memberikan informasi dan mengadakan kesepakatan kegiatan apa yang akan dilaksanakan dan lain-lain.

iv.

Memberikan pelayanan yaitu, : a. b. c. d. e. Membagi obat. Membantu mengumpulkan bahan pemeriksaan. Mengawasi pendatang didesanya dan melapor. Memberikan pertolongan pemantauan penyakit. Memberikan pertolongan pada kecelakaan dan lainnya.

v.

Melakukan pencatatan, yaitu: a. b. KB atau jumlah PUS dan jumlah peserta aktif. Jumlah ibu hamil.

d. Melakukan pembinaan mengenai lima program keterpaduan KB-kesehatan dan upanya kesehatan lainnya. e. Keluarga pembinaan yang untuk masing-masing untuk berjumlah 10-20 KK atau diserahkan dengan kader setempat hal ini dilakukan dengan memberikan informasi tentang upanya kesehatan dilaksanakan. f. Melakukan kunjungan rumah kepada masyarakat terutama keluarga binaan. g. Melakukan pertemuan kelompok.

34

II.8.

Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Kader Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi kader yaitu :4 1. Faktor masyarakat umum a. Manfaat kegiatan yang dilakukan Jika kegiatan yang diselenggarakan memberikan manfaat yang nyata dan jelas bagi kader maka kesediaan kader untuk berpartisipasi menjadi lebih besar. b. Adanya kesempatan untuk berperan serta Kesediaan berpartisipasi juga dipengaruhi oleh adanya kesempatan atau ajakan untuk berpartisipasi dan kader melihat bahwa memang ada hal-hal yang berguna dalam kegiatan itu. c. Memiliki keterampilan tertentu yang bisa disumbangkan Jika kegiatan yang dilaksanakan membuktikan orang-orang dengan memiliki ketrampilan tertentu, maka hal ini akan menarik bagi orang-orang yang memiliki ketrampilan tersebut, untuk ikut berpartisipasi. d. Rasa memiliki Rasa memiliki suatu kegiatan akan tumbuh jika sejak awal kegiatan masyarakat sudah diikutsertakan. Jika rasa memiliki bisa ditumbuhkan dengan baik, maka partisipasi kader dalam kegiatan di desa akan dapat dilestarikan.

35

2. Faktor tokoh masyarakat Jika dalam kegiatan yang diselenggarakan masyarakat melihat bahwa tokoh-tokoh masyarakat yang disegani ikut serta maka mereka akan tertarik juga untuk berpartisipasi. 3. Faktor Petugas Petugas yang memiliki sikap yang baik seperti akrab dengan masyarakat, menunjukkan perhatian pada kegiatan

masyarakat dan mampu mendekati para tokoh masyarakat untuk berpartisipasi.

II. 9. Peran Kader kesehatan dalam Pelayanan Keluarga Berencana Kader kesehatan mempunyai peran yang besar dalam upaya meningkatkan kemampuan masyarakat menolong dirinya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, khususnya dalam hal berKB. Selain itu peran kader ikut membina masyarakat dalam bidang kesehatan dengan melalui kegiatan yang dilakukan dengan cara mengajak dan memberikan informasi melalui konseling kepada masyarakat sehingga diharapkan bisa meningkatkan peserta KB aktif di puskesmas.4 Konseling adalah proses pertukaran informasi dan interaksi positif antara klien-petugas untuk membantu klien mengenali kebutuhannya, memilih solusi terbaik dan membuat keputusan yang paling sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi.14

36

Maksud dari konseling dan persetujuan tindakan medik adalah untuk mengenali kebutuhan klien, membantu klien membuat pilihan yang sesuai dan memahami tujuan dan risiko prosedur klinik terpilih.14,15 Proses konseling dalam praktik pelayanan kebidanan terutama pada pelayanan keluarga berencana, tidak terlepas dari peran konselor. Tugas seorang konselor adalah sebagai berikut:14 i. Sahabat, pembimbing dan memberdayakan klien untuk membuat pilihan yang paling sesuai dengan kebutuhannya. ii. Memberi informasi yang obyektif, lengkap, jujur dan akurat tentang berbagai metode kontrasepsi yang tersedia. iii. Membangun rasa saling percaya, termasuk dalam proses pembuatan persetujuan tindakan medik.

a.

Konseling KB bertujuan membantu klien dalam hal:14 i. Menyampaikan informasi dari pilihan pola reproduksi (dilakukan oleh kader). ii. Memilih metode KB yang diyakini(dirujuk oleh kader). iii. Mempelajari tujuan dan ketidakjelasan informasi tentang metode KB yang tersedia (dilakukan oleh kader). Konseling KB yang diberikan pada klien memberikan keuntungan

kepada pelaksana kesehatan maupun penerima layanan KB. Adapun keuntungannya adalah:14

37

a.

Klien dapat memilih metode kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhannya.

b. c. d. e. f. g.

Puas terhadap pilihannya dan mengurangi keluhan atau penyesalan. Cara dan lama penggunaan yang sesuai serta efektif. Membangun rasa saling percaya. Mengormati hak klien dan petugas. Menambah dukungan terhadap pelayanan KB. Menghilangkan rumor dan konsep yang salah.

Berikut cara komunikasi informasi dan edukasi (KIE) dalam pelayanan KB yang harus diketahui kader kesehatan: Prinsip Konseling KB Prinsip konseling KB meliputi: percaya diri (confidentiality); Tidak memaksa (voluntary choice); Informed consent; Hak klien (clients rights) dan Kewenangan (empowerment).14 Komunikasi interpersonal dalam pelayanan kesehatan menggunakan :14 a. Motivasi pada pasien KB meliputi: i. Berfokus untuk mewujudkan permintaan, bukan pada kebutuhan individu klien. ii. iii. Menggunakan komunikasi satu arah. Menggunakan komunikasi individu, kelompok atau massa.

b. Edukasi/pendidikan : pelayanan KB yang diberikan pada pasien mengandung unsur pendidikan sebagai berikut i. Menyediakan seluruh informasi metode yang tersedia.

38

ii. iii. iv. v.

Menyediakan informasi terkini dan isu. Menggunakan komunikasi satu arah atau dua arah. Dapat melalui komunikasi individu, kelompok atau massa. Menghilangkan rumor dan konsep yang salah.

c. Konseling KB antara lain:

i. ii. iii. iv.

Mendorong klien untuk mengajukan pertanyaan Menjadi pendengar aktif. Menjamin klien penuh informasi. Membantu klien membuat pilihan sendiri.

Pasien sebagai calon maupun akseptor KB mempunyai hak sebagai berikut: a. Terjaga harga diri dan martabatnya. b. Dilayani secara pribadi (privasi) dan terpeliharanya kerahasiaan. c. Memperoleh informasi tentang kondisi dan tindakan yang akan dilaksanakan. d. Mendapat kenyamanan dan pelayanan terbaik. e. Menerima atau menolak pelayanan atau tindakan yang akan dilakukan. f. Kebebasan dalam memilih metode yang akan digunakan.14
Peran kader secara umum yaitu melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan bersama dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat sedangkan peran kader secara khusus terdapat beberapa tahap yang meliputi: 11 a. Tahap Persiapan

39

Memotivasi masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan dan bersama-sama masyarakat merencanakan kegiatan pelayanan kesehatan ditingkat desa. b. Tahap Pelaksanaan Melaksanakan penyuluhan kesehatan secara terpadu, mengelola kegiatan UKBM. c. Tahap Pembinaan Menyelenggarakan pertemuan bulanan dengan dasawisma untuk membahas perkembangan program dan masalah yang dihadapi keluarga, melakukan kunjungan ke rumah pada keluarga binaannya, warga yang memiliki potensi kehamilan dengan 4T, dan ibu hamil, membina kemampuan diri melalui pertukaran pengalaman antar kader.

BAB III PENUTUP

Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah:

40

1.

Laju pertumbuhan penduduk dapat ditekan melalui program KB.

2.

KB adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai alat kontrasepsi.

3.

Metode kontrasepsi terdiri atas metode amenorea menyusui, KBA, senggama terputus, kontrasepsi barier, kontrasepsi hormonal, IUD dan kontrasepsi mantap.

4.

Kader kesehatan mempunyai peran yang besar dalam upaya meningkatkan kemampuan masyarakat menolong dirinya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, khususnya dalam hal ber-KB. Selain itu peran kader ikut membina masyarakat dalam bidang kesehatan dengan melalui kegiatan yang dilakukan dengan cara mengajak dan memberikan informasi kepada masyarakat sehingga diharapkan bisa meningkatkan peserta KB aktif di puskesmas. Sehingga peran kader sangat dibutuhkan dalam upaya meningkatkan jumlah pengguna KB.

41

Anda mungkin juga menyukai