Anda di halaman 1dari 4

RESUME MATERI NLS GRAND LECTURE UHC DEWI SURYANDARI PHCO Universal Health Care di Indonesia He who has

health, has hope. And he who has hope, has everything. (English proverb) Universal Health Care didefinisikan sebagai akses yang terjangkau bagi semua orang ke pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dengan harga yang terjangkau." Konsep ini merupakan realisasi dari semangat "health for all", yang menyatakan bahwa kesehatan adalah hak bagi setiap orang. Konsep ini dinyatakan oleh World Health Organization pada 58th World Health Assembly 2005 sebagai target bagi semua negara di dunia.

Deklarasi Alma Alta (1978) Sesungguhnya semangat health for all itu telah ada pertama kali dalam Deklarasi Alma Alta pada tahun 1978 yang ditandatangani oleh 134 negara. Semangat health for all ini menyatakan bahwa kesehatan adalah hak asasi manusia dan bahwa pencapaian tingkat kesehatan yang tertinggi adalah tujuan sosial yang paling penting di seluruh dunia."

58th World Health Assembly (2005)

Berdasarkan laporan oleh Stuckler et all dalam First Global Symposium Health Systems Research, dari 192 negara yang diteliti, 75 negara memiliki undang-undang memandatkan universal health care. Namun, hanya 58 negara memenuhi kriteria standar universal health care. Kriteria yang dipergunakan adalah >90% dari populasi memiliki akses ke bidan terampil dan cakupan asuransi kesehatan. Adapun, Indonesia tidak masuk dalam negara-negara tersebut, dikarenakan kita belum memiliki sistem kesehatan yang menerapkan universal health care dan belum adanya undang-undang yang menjelaskan mengenai pelaksanaan sistem tersebut dalam negara kita. Sejujurnya, telah ada beberapa peraturan yang menegaskan bahwa negara kita wajib memiliki universal health care. Undang-Undang Dasar 1945 setelah amandemen keempat pada bulan Agustus 2002 telah menyatakan bahwa "Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai martabat kemanusian." (UUD 1945 Pasal 34 ayat 2). Jelaslah bahwa pelaksanaan universal health care dalam negara kita didukung undang-undang. Selain itu, jelaslah pula bahwa sistem jaminan sosial menjadi sistem universal health care yang dipilih oleh negara kita. Kemudian pada tahun 2004, disahkanlah Undang-Undang No 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Undang-undang tersebut menyatakan bahwa SJSN diselenggarakan oleh Badan Pengawas Jaminan Sosial. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sendiri berasal dari penyatuan Jamsostek, Taspen, Asabri, dan Askes. Meskipun demikian, undang-undang ini tidak membahas mengenai mekanisme pelaksanaan SJSN oleh BPJS. Hampir seluruh negara di dunia memiliki sistem jaminan sosial berdasarkan iuran wajib. Bahkan, negara kapitalis seperti Amerika, Jepang, Jerman, Inggris memiliki sistem jaminan sosial. Amerika kini membahas Health Care Reform Obama yang juga bertujuan untuk cakupan semesta, asuransi kesehatan untuk semua penduduk Di banyak negara, program jaminan sosial dimulai dan dapat terselenggara dengan pendapatan per kapita lebih dari US$ 2.000. Jerman memulai program asuransi kesehatan sosial saat pendapatan per kapita US$ 2.237, Austria US$ 2.420, dan Jepang US$ 2.140.

Pendapatan per kapita saat ini mulai menginjak US$ 2.000. Meski demikian, struktur ekonomi terutama sektor formal, harus diperkuat. Penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) sudah menjadi komitmen nasional. Empat BUMN, yakni PT Jamsostek, PT Askes, PT Taspen, dan PT Asabri, sudah menunjukkan komitmennya menerapkan SJSN. SJSN diharapkan melayani sekitar 140 juta penduduk, terdiri dari kelompok masyarakat miskin, PNS, TNI, Polri, dan pensiunan berserta keluarga, serta pegawai swasta dan keluarga yang telah mengikuti asuransi yang dikelola swasta. Pemerintah melalui program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) telah melayani 76 juta penduduk miskin. Kemudian, 15 juta PNS dan pensiunan serta 2,5 juta TNI, Polri, purnawirawan beserta keluarga dilayani PT Askes dan Asabri. Selain itu, sekitar 50 juta pegawai swasta beserta keluarga dilayani Jamsostek dan asuransi swasta. Setelah bertahun-tahun menunggu, akhirnya keluarlah Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 yang menyatakan fungsi Badan Pengawas Jaminan Sosial dalam pelaksanaan SJSN. Meskipun demikian, implementasi SJSN sendiri masih belum dibahas dalam undang-undang ini. Implementasi dari SJSN itu sendiri akan dikeluarkan dalam Peraturan BPJS. Saat ini, titik terang dari implementasi SJSN masih belum jelas. Meskipun demikian, kita sebagai mahasiswa kedokteran Indonesia memiliki peran untuk mendorong tercapainya SJSN ini yaitu dengan menyebarluaskan pentingnya dari SJSN dan mendorong pemerintah untuk melaksanakan SJSN ini ke arah pelayanan rakyat yang lebih baik. Sebelum menutup artikel kita, ada kutipan dari presiden asing favorit penulis, Barack Obama. Semoga seperti kutipan ini, kita dapat menjadi pembawa perubahan. Ingatlah, bahwa generasi muda selalu menjadi pembawa perubahan.

Asas, Tujuan dan Prinsip SJSN


Asas

Asas kemanusiaan Asas manfaat Asas keadilan sosial

Tujuan Untuk terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak Prinsip SJSN Asuransi kegotongroyongan nirlaba keterbukaan keberhati-hatian akuntabilitas dan probabilitas kepesertaan bersifat wajib dana amanat dan hasil pengelolaan seluruhnya untuk pengembangan program dan sebesarbesarnya kepentingan peserta. Suatu cara kegotongroyongan yang terorganisasikan dengan memberikan santunan/pertolongan pada sesama yang meng-iur.

Dengan iuran yang dibayar secara rutin akan mendapatkan manfaat: Meringankan beban biaya ketika sakit (jaminan kesehatan) atau mengalami kecelakaan kerja (jaminan kecelakaan kerja). Menerima sejumlah uang tunai ketika memasuki usia pensiun/hari tua (jaminan hari tua). Menerima sejumlah uang bulanan seumur hidupnya ketika menjalani pensiun (jaminan pensiun). Ahli waris menerima sejumlah uang ketika peserta meninggal dunia (jaminan kematian).

Anda mungkin juga menyukai