Anda di halaman 1dari 2

Perumpaan 1,5 jam yang Berarti dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, Padahal Allah

sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari disisi Tuhanmu adalah seperti seribu menurut perhitunganmu. (Al-Hajj: 47)

Momen tanggal 1 Januari sebagai tahun baru telah berlalu. Apakah yang telah kita petik dari momentum tersebut? Sekedar seremoni (perayaan) belaka ataukah ada keadaan mawas dan introspeksi diri sehingga kita sebagai hamba yang beriman senantiasa bertambah kebaikan setiap waktunya? Cobalah kita simak sedikit, bagaimana Allah sangat mewanti-wanti hambaNya terhadap waktu. Beberapa ayat telah kita perhatikan bahkan mungkin telah kita hafal. Sumpah Allah terhadap makhluk bernama waktu sudah sering kita baca, semisal di surat Al-Ashr, Adh-Dhuhaa, Asy-Syams dsb. Hampir di setiap keadaan waktu selalu disebut oleh Allah, mulai dari terbit fajar, waktu dhuhaa hingga kembali malam tidak luput sedikitpun dari perhatian Allah agar manusia memperhatikan betapa berharganya waktu yang sedemikian singkat. Kemudian, apakah kita telah mencoba untuk lebih berhati-hati terhadapnya? Banyak yang telah kehilangan momen waktunya untuk hal yang sia-sia. Ada yang menghabiskan waktunya untuk foya-foya ada pula untuk sekedar memupuk harta semata. Ketika dia diperingatkan oleh Allah dengan sakit, apa yang telah diusahakannya tidak menjadikannya bahagia, tidak pula dapat dinikmatinya karena tempat tidurnya beralih ke rumah sakit. Golongan yang selalu memupuk harta tidak pernah merasa puas atas apa yang mereka punya sehingga akan selalu kekurangan terhadap apa yang mereka punya. Sedang di akhirat, tentu saja balasan neraka yang akan didapat. Tengoklah firman Allah dalam surat Al-Isra: 18, Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang kami kehendaki bagi orang yang kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. Sungguh sebuah perbandingan yang tidak sepadan ketika kita membandingkan waktu hidup kita di dunia dan di akhirat. Dijelaskan dalam Al-Quran surat Al-Hajj:47, Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari disisi Tuhanmu adalah seperti seribu menurut perhitunganmu Dan juga pada Surat As-Sajdah:5, Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadaNya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu Mari sedikit kita hitung hidup kita menurut apa yang Allah sebutkan tersebut. Jika sehari adalah 1000 tahun, dimana 1 hari adalah 24 jam. Maka 24 jam setara dengan 1000 tahun. Setara pula bahwa 3 jam adalah 125 tahun. Jika umur manusia berkisar 60-70 tahun, maka sekitar 1,5 jam saja (62,5 tahun) hidup kita menurut perhitungan Allah. Apakah sebanding 1,5 jam yang kita habiskan berdampak pada siksaan yang belum pernah kita lihat untuk waktu yang tidak pernah berakhir? Di sinilah hal terpenting tersebut. Orang yang beriman serta unggul adalah yang sukses di akhirat dan dunianya. Kesuksesan ini tergantung pada bagaimana seorang mukmin mengatur waktunya, porsi untuk

kehidupan akhirat dengan memuliakan Penciptanya serta porsi untuk dunianya untuk mencukupi kehidupan dunia serta menyokong pergerakan dakwah. Mereka yang menyia-nyiakan masa mudanya, akan menyesal di hari tuanya. Mereka yang menyia-nyiakan hari tuanya, akan menyesal di hari akhiratnya. Masa tua semestinya dipergunakan untuk mengevaluasi dan memperbaiki diri, bijak menjalai hidup serta memberikan teladan kepada yang muda. Yang menyia-nyiakan hidupnya di dunia, akan terseok-seok di akhirat. Yang terlena dengan waktu luangnya tentu akan lebih disibukkan di masa sibuknya. Yang keadaanya sekarang kaya dan mampu, manakala tidak dapat memanfaatkan waktunya, akan benar-bener tersiksa ketika dia miskin dan yang hari ini sehat namun menyia-nyiakan kesehatannya, tentu akan menyesal ketika dia sakit. Karena kehidupan dunia adalah seperti roda yang berputar, terkadang manusia berada keadaan terbaiknya, kadang pula dia berada pada keadaan terburuknya. Inilah mengapa Allah sering menegur manusia supaya memperhatikan waktu, karena dia tidak dapat dikembalikan tidak pula dapat dimajukan.

Anda mungkin juga menyukai