Anda di halaman 1dari 16

Asuhan keperawatan klien dengan sindrom guillain-bare Deskripsi Sindrom guillain-bare (guillain-barde syndrome-GBS) merupakan sindrom klinis yang

ditunjukkan oleh onset (awitan) akut dari gejala-gejala yang mengenai saraf tepi dan kranial. Proses penyakit mencakup demielinisasi dan degenerasi selaput mielin dari saraf tepi dan kranial ( sylvia A. Price dan lorraine M.wilson, 1995). GBS merupakan sindrom klinik yang penyebabnya tidak diketahui yang menyangkut saraf tepi dan kranial (suzanne C. Smeltzer dan brenda G., 2002). Etiologinya tidak diketahui, tetapi respons alergi atau respons autoimun sangat mungkin sekali. Beberapa peneliti berkeyakinan bahwa sindrom tersebut berasal dari virus. Tetapi tidak ada virus yang dapat siisolasi sejauh ini. GBS paling banyak ditimbulkan oleh adanya infeksi (pernapasan atau gastrointestinal) 1-4minggu sebelum terjadi serangan penurunan neorologis. Pada beberapa keadaan, dapat terjadi setelah vaksinasi atau pembedahan. Ini juga dapat diakibatkan oleh infeksi virus primer, reaksi imun dan beberapa proses lain, atau sebuah kombinasi proses. Salah satu hipotesis menyatakan bahwa infeksi menyebabkan reaksi autoimun yang menyerang saraf tepi. Sindrom guillain-bare terjadi dengan frekuensi yang sama pada kedua jenis kelamin dan pada semua ras. Puncak yang agak tinggi terjadi pada kelompok usia 16-25 tahun, teta[pi mungkin juga berkembang pada setiap golongan usia. Sekitar setengah dari korban mempunyai penyakit febris ringan 2-3 minggu sebelum awitan. Infeksi febris biasanya berasal dari pernapadsan atau gastrointestinal. Bagian proksimal saraf cendrung paling seri8ng terserang dan akar saraf dalam ruang subarakhnoid biasanya terpengaruh. Otopsi yang didapat memperlihatkan beberapa infiltrasi lomfositik yang secara khusus menetap dalam akar saraf spinal. Priguna sidharta (1985) mendefinisikan bahwa GBS atau jenis idiopatik dengan karakteristik jenis infeksi yang bertanggung jawab tidak dapat ditentukan, biasanya dikenal sebagai infeksi traktus respiratorius bagian atas saja atau infeksi gastrointestinal. Manifestasi polineuropatia tersebut mulai timbul 1-3 minggu setelah penderita sembuh dari penyakit primernya. Pemeriksaan liquor serebrospinalis mengungkapkan adanya disosiasi antara jumlah sel dan protein, yakni jumlah protein tinggi sedangkan jumlah sel normal. Ini merupakan ciri khas

bagi polineuropatia subakut yang disebabkan oleh proses imunologis karena infeksi yang tidak dikenal (idiopatik). Etiologi Sekitar tiga perempat jumlah pasien memiliki riwayat penyakit infeksi sebelum onset kelemahan selema 1-2 minggu. Campylobacter jejuni atau cytomegalovirus (CMV) menginfeksi sekitar 50% diantaranya. Antibodi terhadap gangliosid GMI ditemukan pada 2030% pasien. Strain C. Jejuni khusus (serogrup penner 19), yang diduga berperan dalam patogenesis, mengandung residu B-N-asetilglukosamin yang homolog dengan residu karbohidrat terminal dari gangliosid GMI. Terdapat hubungan erat antara antibodi dengan gangliosid GQIb dan sindrom miller-fisher. Gambaran klinis Keluhan khas dimulai dengan parestesia pada ibu jari kaki, yang dengan cepat (dalam beberapa jam)diikuti oleh paralisis flasid pada ekstremitas bawah dan naik sampai mengenai otot-otot lengan dan kadang-kabdang otot wajah, otot palatum dan faring (menyebabkan disfagia), dan otot okular eksternal. Yang lebih jarang, penyakit mengenai ekstremitas atas atau saraf kranial saja, atau lebih banyak pada otot proksimal dari pada distal. Gejala sensoris biasanya minimal atau tidak ada sama sekali. Paralisis yang timbul dari jenis neuron motorik bawah dengan flasiditas dan hilangnya refleks tendon dini. Kecacatan maksimal terjadi da;lam 3-4 minggu. Komplikasi utamanya adalah: Gagal napas akibat kelemahan otot pernapasan (pada seperempat jumlah pasien); Keterlibatan otonom yang menyebabkan labilnya tekanan darah serta aritmia; dan Trombosis vena disertai emboli paru. Sindrom miller-fisher ditandai oleh gejala gangguan batang otak yaitu ataksia dan oftalmoplegia disertai arefleksia. Tidak terdapat kelemahan ekstremitas. Patofisiologi Akson bermielin mengonduksi impulssaraf lebih cepat dibanding akson tidakbermielin. Sepanjang peerjalanan serabut bermielin terjadfio gangguan dalam selaput (nodus ranvier)

tempat kotak langsung antara membran sel akson dengan cairan ekstraseluler. Membran sangat permiebel pada nodus tersebut sehingga konduksi menjadi baik. Gerakan ion-ion masuk dan keluar akson dapat terjadi dengan cepat banyak pada nodus ranvier. Sehingga impulssaraf sepanjang serabut bermielin dapat melompat dari satu nodus kenodus lain (konduksi saltatori) dengan cukup kuat. Kehilangan selaput mielkin pada GBS membuat konduksi saltatori tidak mungkin terjadi dan transmisi impuls saraf batalkan. Pengkajian Pengkajian keperawatan klien dengan GBS mekliputi anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, dan dan pengkajian psikososial. Pengkajian terhadap komplikasi GBS meliputi pemantauan terus-menerus terhadap ancaman gangguan gagal napas akut yang mengancam kehidupan. Komplikasi lain mencakup disritmia jantung, yang terlihat melalui pemantauan EKG dan mengobservasi klien terhadap tanda trombosis vena profunda dan emboli paru-paru, yang sering mengancam klien imobilisasi dan paralisis. Anamnesis Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien meminta pertolongan kesehatan adalah berhubungan dengan kelemahan otot baik kelemahan fisik secara umum maupun lokalis seperti melemahnya otot-otot pernapasan. Riwayat penyakit saat ini Keluhan yang paling sering ditemukan pada klien GBS dan merupakan komplikasi yang paling berat dari GBS adalah gagal napas. Melemahnya otot pernapasan membuat klien dengan gangguan ini berisiko lebih tinggi terhadap hipoventilasi dan infeksi

pernapasanberulang. Disfagia juga dapat timbul, mengarah pada aspirasi. Keluhan kelemahan ekstremitas atas dan bawah hampir sama seperti keluhan klien yang terdapat pada kjlien stroke. Keluhan lainnya dalah kelainan dari fungsi kardiovaskuler, yang mungkin menyebabkan gangguan sistem saraf otonom pada klien GBS yang dapat mengakibatakan disritmia jantung atau perubahan drastis yang mengancam kehidupan dalam tanda-tanda vital. Riwayat penyakit dahulu

Pengkajian penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi pernahkah klien mengalami ISPA, infeksi gastrointestinal, dan tindakan bedah saraf. Pengkajian pemakaian obat-obat yang sereing digyunakan oleh klien, seperti pemakaian obat kortikosteroid, pemakaian jenis-jenis antibiotik dan reaksinya (untuk menilai resistensi pemakaian antibiotik) dapat menambah komprehensifnya pengkajian. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengklajian dari ruwayat penyakit sekaran dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya. Pengkajian psiko-sosial-spiritual Pengkajian psikologis klien GBS meliputi beberapa penilaian yang memungkinkan perawat untuk mem[peroleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan prilaku klien. Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien juga penting untuk menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga ataupun masyarakt. Apakah ada dampak yang timbul pada klien, yaitu timbul ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandanganterhadap dirinya yang salah (gangguan ccitra tubuh). Pengkajian mengenai

mekanisme koping yang secara sadar biasa digunakan klien selama masa stres meliputi kemampuan klien untuk mendiskusikan masalah kesehatan saat ini yang telah diketahui dan perubahan perilaku akibat stres. Karena klien harus menjalani rawat inap maka apakah keadaan ini memberi dampak pada status ekonomi klien, karena biaya perawatan dan pengobatan memerlukan dana yang tidak sedikit. Perawat juga memasukkan pengkajian terhadap fungsi neurologis dengan dampak gangguan neurologis yang akan terjadi pada gaya hidup individu. Perspektif keperawatan dalam mengkaji terdiri dari dua masalah, yaitu keterbatasan yang diakibatkan oleh defisit neurologis dalam hubungannya dengan peran sosial klien dan rencana pelayanan yang akan mendukung adapatasi pada gangguan neurologis didalam sistem dukungan individu. Pemeriksaan fisik Setelah melakukan anamnesis yang mengasrah pada keluhan-keluhan klien, pemeriksa fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian anmnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan persisten (B1-B6) dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 (brain) yang terarah dan dihubungkan dengan keluhan-keluhan dari klien.

Pada klien GBS biasanya didapatkan suhu tubuh normal. Penurunan denyut nadi terjadi berhubungan dengan tanda-tanda penurunan curah jantung. Peningkatan frekuensi pernapasan berhubuyngan dengan peningkatan laju metabolisme umum dan adanya infeksi pada sistem pernapan dan adanya akumulasi sekret akibat insufisiensi pernapasan. TD didapatkan ortostatik hipotensi atau TD meningkat (hipertensi transien) berhubungan dengan penurunan reaksi saraf simpatis dan parasimpatis. B1 (breathing) Inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi pernapasan dan yang paling sering didapatkan pada kjlien GBS adalah penurunan frekuensi pernapasan karena melemahnya fungsi otot-otot pernapasan. Palpasi biasanya taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi bunyi napas tambahan seperti ronkhi pada klien dengan GBS berhubungan dengan akumulasi sekret dari infeksi saluran napas. B2 (blood) Pengkajian pada sistem kardiovaskuler pada k;lien GBS didapatkan bradikardi yang berhubungan dengan penurunan perfusi perifer. TD didapatkan ortostatik hipotensi atau TD meningkat (hipertensi transien) berhubungan dengan penurunan reaksio saraf simpatis dan parasimpatis. B3(brain) Pengkajian B3 merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya. Tingkat kesadaran Pada klien GBS biasantya kesadaran klien compos mentis (CM). Apabila klien mengalami penurun tingkat kesadaran maka penilaian GCS sangat penting untuk m,enilai tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk monitoring pemberian asuhan. Fungsi serebri Status mental : observasi penampilan klien dan tingkah lakunya, nilai gaya bicara klien dan observasi eklspresi wajah, dan aktivitas motorik yang pada klien GBS tahap lanjut disertai penurunan peningkatan kesadaran biasanya sattus mentral klien mengalami perubahan.

Pemeriksaan saraf kranial Saraf I. Biasanya pada klien GBS tidak ada kelainan dan fungsi penciuman tidak ada kelainan. Saraf II. Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal. Saraf III,IV, dan VI. Penurunan kemampuan membuka dan menutup kelopak mata, paralisis okular. Saraf V. Pada klien GBS didapatkan paralisis pada otot wajah sehingga mengganggu proses mengunyah. Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam b atas normal, wajah asimetris karena adanya paralisis unilateral. Saraf VIII. Tidak ditemukian adanya tuli konduktif dan tuli persepsi. Saraf IX dan X. Paralisis otot ororofaring, kesukaran berbicara, mengunyah, dan menelan. Kemampuan menelan kurang baik sehingga mengganggu pemenuhan nutrisi via oral. Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokloidmastoideus dan trapezius. Kemampuan mobilisasi leher baik. Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal. Sistem motorik Kekuatan otot menurun, kontrol keseimbangan dan koordinasi pada klien GBS tahap lanjut mengalmi perubahan. Klien mengalami kelemahan motorik secara umum sehingga mengganggu mobilitas fisik. Pemeriksaan refleks Pemeriksaan refleks dalam, pengetukan pada tendon, ligamentum, atau periosteum derajat refleks pada respons normal. Gerakan involunter Tidak ditemukan adanya tremor, kejang, Tic, dan distonia.

Sistem sensorik [parestesia (kesemutan kebas) dan kelemahan otot kaki, yang dapat berkembang ke ekstremitas, batang tubuh, dan oto wajah. Klien mengalami penurunan kemampuan penilaian sensorik raba, nyeri, dan suhu. B4(bladder) Pemeriksaan pada sistem kandung kemih biasanya didapatkan berkurangnya volume haluaran urine, hal ini berhubungan dengan penurunan perfusi dan penurunan curah jantung ke ginjal. B5(bowel) Mual sampai muntah dihubungkan dengan peningkatan produksi asam lambung. Pemenuhan nutrisi pada klien GBS menurun karena anoreksia dan kelemahan otot-otot pengunyah serta gangguan proses menelan menyebabkan pemenuhan via oral menjadi berkurang. B6(bone) Penurunan kekuatan otot dan penurunan tingkat kesadaran menurunkan mobilitas klien secara umum. Dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari klien lebih banyak dibantu orang lain. Pemeriksaan diagnostik Diagnosis GBS sangat bergantung pada: Riwayat penyakit dan perkembangan gejala-gejala klinik. Tidak ada satu pemeriksaan pun yang dapat memastikan GBS; pemeriksaan tersebut hanya menyingkirkan gangguan. Lumbal pungsi dapat menunjukkan kadar protein normal pada awalnya dengan kenaikan pada minggu ke-4 sampai ke-6. Cairan spinal memperlihatkan adanya peningkatan konsentrasi protein dengan menghitung jumlah sel normal. Pemeriksaan konduksi saraf mencatat transisi impuls sepanjang serabut saraf. Pengujian elektrofisiologis diperlihatkan dalam bentuk lambatnya laju konduksi saraf. Sekitar 25% orang dengan penyakit ini mempunyai antibodi baik terhadap

citomegalovirus atau virus epstein-barr. Telah ditunjukkan bahwa suatu Perubahan respons imun pada antigen saraf tepi dapat menunjang perkembangan gangguan.

Uji fungsi pulmonal dapat dilakukan jika GBS terduga, sehingga dapat ditetapkan nilai dasar untuk perbandingan sebagai kemajuan penyakit. Penurunan kapasitas fungsi pulmonal dapat menunjukkan kebutuhan akan ventilasi mekanik. Penatalaksanaan medis Tujuan utama merawat klien dengan GBS adalah memberikan pemeliharaan fungsi sistem tubuh, dengan cepat mengatasi krisis-krisis yang mengancam jiwa. Mencegah infeksi dan komplikasi imobilitas serta memberikan dukungan psikologis untuk klien dan keluarga. GBS dipertimbangkan sebagai kedaruratan medis dan klien diatasi di unit perawatan intensif. Klien yang mengalami masalah pernafasan yang memerlukan ventilator, kadangkadang untuk periode yang lama. Plasmaferesis (perubahan plasma yang menyebabkan reduksi antibiotik kedalam sirkulasi sementara, yang dapat digunakan pada serangan berat dan dapat membatasi keadaan yang memburuk pada klien dan demielinisasi. Diperlukan pemantauan EKG kontinu, untuk kemungkinan adanya perubahan kecepatan atau ritme jantung. Disritmia jantung disebabkan keadaan abnormal otonom yang diobati dengan propanolol untuk mencegah takikardia dan hipertensi. Atropin dapat diberikan untuk menghindari episode bradikardia selama pengisapan endotrakeal dan terapi fisik.

Diagnosis Keperawatan 1. Pola nafas tidak tidak efektif yang berhubungan dengan kelemahan progresif cepat otot-otot pernafasan dan ancaman gagal pernafasan. 2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan akumulasi sekret, kemampuan batuk menurun akibat penurunan kesadaran. 3. Risiko tinggi penurunan curah jantung yang berhubungan dengan perubahan frekuensi, irama, dan konduksi listrik jantung. 4. Risiko tinggi defisit cairan dan hipovolemik. 5. Risiko gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan ketidakmampuan mengunyah dan menelan makanan 6. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan neuromuscular, penurunan kekuatan otot, dan penurunan kesadaran.

7. Gangguan persepsi sensorik yang berhubungan dengan kerusakan penerima rangsang sensorik, transmisi sensorik, dan integrasi sensori. 8. Koping individu dan keluarga tidak efektif yang berhubungan dengan prognosis penyakit, perubahan psikososial, perubahan persepsi kognitif, perubahan actual dalam dalam struktur dan fungsi, ketidakbrdayaan, dan merasa tidak ada harapan. 9. Cemas yang berhubungan dengan kondisi sakit dan prognosis penyakit yang buruk.

Rencana Intervensi Tujuan utama asuhan keperawatan klien mencakup mempertahankan fungsi pernafasan, mencapai mobilitas, terpenuhinya kebutuhan nutrisi normal, mampu

berkomunikasi, menurunnya ketakutan dan ansietas, dan tidak ada komplikasi.

Pola nafas tidak tidak efektif yang berhubungan dengan kelemahan progresif cepat otot-otot pernafasan dan ancaman gagal pernafasan. Tujuan: Dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan tindakan pola nafas kembali efektif. Kriteria Hasil: Secara subjektif sesak nafas (-), RR 16-20 x/menit. Tidak menggunakan otot bantu nafas, gerakan dada normal. Intervensi Rasionalisasi bahan parameter monitoring

Kaji fungsi paru, adanya bunyi nafas Menjadi

tambahan, perubahan irama dan kedalaman, serangan gagal napas dan menjadi data dasar pengguanaan otot-otot aksesori. intervensi selanjutnya.

Evaluasi keluhan sesak napas baik secara Tanda dan gejala meliputi adanya kesukaran verbal dan nonverbal. bernapas saat bicara, pernapasan dangkal dan irregular, menggunakan otot-otot

aksesoris, takikardia, dan perubahan pola nafas. Beri ventilasi mekanik. Ventilasi mekanik digunakan jika

pengkajian sesuai kapasitas memperlihatkan

vital, klien kearah

perkembangan

kemunduran, yang mengindikasi kearah memburuknya kekuatan otot-otot

pernapasan. Lakukan pernapasan. pemeriksaan kapasitas vital Kapasitas vital klien dipantau lebih

seringdan dengan interval yang teratur dalam penambahan kecepatan pernapasan dan

kualitas pernapasan, sehingga pernapasan yang tidak efektif kapasitas dapat vital diantisipasi. dihubungkan

Penurunan

dengan kelemahan otot-otot yang digunakan saat menelan, sehingga hal ini menyebabkan kesukaran saat batuk dan menelan, dan adanya indikasi memburuknya fungsi

pernapasan. Kolaborasi: Pemberian humidifikasi oksigen 3 l/menit. Membantu pemenuhan oksigen yang sangat diperlukan tubuh dengan kondisi laju

metabolism sedang meningkat.

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan akumulasi sekret, kemampuan batuk menurun akibat penurunan kesadaran. Tujuan: Dalam waktu 3 x 24 jam setelah diberikan tindakan jalan napas kembali efektif. Kriteria Hasil: Secara subjektif sesak nafas (-), RR 16-20 x/menit, tidak menggunakan otot bantu napas, retraksi ICS (-), ronkhi (-/-), mengi (-/-), dapat mendemonstrasikan cara batuk efektif. Intervensi Rasionalisasi dan mengatasi fungsi komplikasi pernapasan

Kaji fungsi paru, adanya bunyi napas Memantau tambahan, perubahan irama dan kedalaman, potensial.

Pengkajian

penggunaan otot-otot aksesori, warna, dan dengan interval yang teratur adalah penting kekentalan sputum. karena pernapasan yang tidak efektif dan adanya kegagalan, karena adanya kelemahan atau paralisis pada otot-otot interkostal dan diafragma yang berkembang dengan cepat. Atur posisi fowler dan semifowler. Peninggian kepala tempat tidur memudahkan pernapasan, meningkatkan ekspansi dada,

dan meningkatkan batuk lebih efektif. Ajarkan cara batuk efektif. Klien berada pada risiko tinggi bila tidak dapat batuk dengan efektif untuk

membersihkan jalan nafas dan mengalami kesulitan dalam menelan, yang dapat

menyebabkan aspires saliva dan mencetuskan gagal napas akut. Lakukan fisioterafi dada; vibrasi dada. Terapi fisik dada membantu meningkatkan batuk lebih efektif. Penuhi hidrasi cairan via oral seperti minum Pemenuhan cairan dapat mengencerkan

air putih dan pertahankan intake cairan 2500 mukus yang kental dan dapat membantu ml/hari. pemenuhan cairan yang banyak keluar dari tubuh. Lakukan pengisapan lendir dijalan napas. Pengisapan mungkin diperlukan jalan untuk napas

mempertahankan menjadi bersih.

kepatenan

Risiko tinggi penurunan curah jantung yang berhubungan dengan perubahan frekuensi, irama, dan konduksi listrik jantung. Tujuan: penurunan curah jantung tidak terjadi. Kriteria hasil: stabilitas hemodinamik baik (tekanan darah dalam batas normal, curah jantung kembali meningkat, intake dan output sesuai, tidak menunjukkan tanda-tanda disritmia). Intervensi Rasionalisasi dapat terjadi sampai dengan

Auskultasi TD. Bandingkan kedua lengan, Hipotensi

ukur dalam keadaan berbaring, duduk, atau disfungsi ventrikel, hipertensi juga fenomena berdiri bila memungkinkan. umum karena nyeri cemas pengeluaran katekolamin. Evaluasi kualitas dan kesamaan nadi. Penurunan curah jantung mengakibatkan menurunnya kekuatan nadi. Catat murmur Menunjukkan gangguan aliran darah dalam jantung, (kelainan katup, kerusakan septum, atau vibrasi otot papilar).

Pantau frekuensi jantung dan irama

Perubahan frekuensi dan irama jantung menunjukkan komplikasi disritmia.

Kolaborasi Berikan O2 tambahan sesuai indikasi.

Oksigen

yang

dihirup

akan

langsung

meningkatkan saturasi oksigen darah.

Risiko gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan ketidakmampuan mengunyah dan menelan makanan. Tujuan: pemenuhan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi. Criteria hasil: setelah dirawat selama 3 hari klien tidak terjadi komplikasi akibat penurunan asupan nutrisi, Intervensi Rasionalisasi

Kaji kemampuan klien dalam pemenuhan Perhatian yang diberikan untuk nutrisi yang nutrisi oral adekuat dan pencegahan kelemahan otot karena kurang makanan. Monitor komplikasi akibat paralisis akibat Ilius insufisiensi aktivitas parasimpatis paralisis dapat disebabkan oleh

insufisiensi aktivitas parasimpatis. Dalam kejadian ini, makanan melalui intravena dipertimbangkan diberikan oleh dokter dan perawat memantau bising usus terdengar sampai

Berikan nutrisi via NGT

Jika klien tidak mampu menelan, makanan diberikan melalui selang lambung.

Berikan nutrisi via oral bila paralisis menelan Bila klien dapat menelan, makanna melalui berkurang oral diberikan perlahan-lahan dan sangat hatihati.

Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan neuromuscular, penurunan kekuatan otot, dan penurunan kesadaran. Tujuan: Dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan tindakan mobilitas klien meningkat atau teradaptasi. kriteria hasil: Peningkatan kemampuan dan tidak terjadi, trombosis vena profunda dan

emboli paru merupakan ancaman klien paralisis yang tidak mampu menggerakkan

ekstremitas, dekubitus tidak terjadi. Intervensi Kaji tingkat kemampuan klien Rasionalisasi dalam Merupakan data dasar untuk melakukan intervensi selanjutnya.

melakukan mobilitas fisik

Dekatkan alat dan sarana yang dibutuhkan Bila pemulihan mulai dilakukan, kline dapat klien dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari. mengalami disfungsi hipotensi otonom) ortostatik dan (dari

kemungkinan

membutuhkan meja tempat tidur untuk menolong mereka mengambil posisi duduk tegak. Hindari faktor yang memungkinkan Individu paralisis mempunyai kemungkinan

terjadinya trauma pada saat klien melakukan mengalami kompresi neuropati, paling sering mobilisasi. saraf ulnar dan peritoneal. Bantalan dapat ditempatkan disiku dan kepala fibula untuk mencegah terjadinya masalah ini. Sokong ekstremitas yang mengalami paralisis Ekstremitas paralisis disokong dengan posisi fungsional dan memberikan latihan rentang gerak secara pasif paling sedikit dua kali sehari. Monitor fisik. komplikasi gangguan mobilitas Deteksi awal trombosis vena profunda dan dekubitus sehingga dengan penemuan yang cepat penanganan lebih mudah dilaksanakan. Kolaborasi dengan tim fisioterapis Kolaborasi dengan ahli terapi fisik untuk mencegah deformitas kontraktur dengan menggunakan pengubahan posisi yang hatihati dan latihan rentang gerak.

Cemas yang berhubungan dengan kondisi sakit dan prognosis penyakit yang buruk. Tujuan: dalam waktu 1x24 jam setelah intervensi kecemasan hilang atau berkurang. Kriteria hasil: mengenal perasaannya, dapat mengidentifikasi penyebab atau faktor yansing mempengaruhinya, dan menyatakan cemas berkurang. Intervensi Rasionalisasi

Bantu

klien

mengekspresikan

perasaan Cemas berkelanjutan memberikan dampak serangan jantung selanjutnya.

marah, kehilangan, dan takut.

Kaji tanda verbal dan nonverbal kecemasan, Reaksi verbal/nonverbal dapat menunjukkan dampingi klien, dan lakukan tindakan bila rasa agitasi, marah, dan gelisah. menunjukkan perilaku merusak Hindari konfrontasi. Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah, menurunkan kerjasama, dan mungkin

memperlambat penyembuhan. Mulai melakukan tindakan untuk mengurangi Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak kecemasan. Beri lingkungan yang tenang dan perlu. suasana penuh istirahat. Tingkatkan kontol sensasi klien. kontrol sensasi klien (dan dengan dalam cara

menurunkan

ketakutan)

memberikan informasi tentang keadaan klien, menekankan pada penghargaan terhadap sumber-sumber koping (pertahanan diri), yang positif, membantu latihan relaksasi, dan teknik-teknik pengalihan dan memberikan respons balik yang dipositif. Orientasikan klien terhadap prosedur rutin Orientasi dapat menurunkan kecemasan dan aktivitas yang diharapkan. Beri kesempatan kepada klien untuk Dapat menghilangkan ketegangan terhadap kekhawatiran yang tidak diekspresikan. waktu untuk mengekspresikan cemas, dan

mengungkapkan kecemasannya.

Berikan privasi untuk klien dan orang Member terdekat perasaan,

menghilangkan

membentuk perilaku adaptasi. Adanya keluarga dan teman-teman yang dipilih klien melayani aktivitas membaca) dan akan

pengalihan

(misalnya

menurunkan perasaan terisolasi.

Koping individu dan keluarga tidak efektif yang berhubungan dengan prognosis

penyakit, perubahan psikososial, perubahan persepsi kognitif, perubahan actual dalam dalam struktur dan fungsi, ketidakbrdayaan, dan merasa tidak ada harapan. Tujuan: dalam waktu 1x24 jam setelah intervensi harga diri klien meningkat. Kriteria hasil: mampu menyatakan datau mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang sedang terjadi, mampu menyatakan penerimaan diri terhadap terhadap situasi, mengakui dan menggabungkan perubahan kedalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa harga diri yang negatif. Intervensi Rasionalisasi

Kaji perubahan dari gangguan persepsi dan Menentukan bantuan untuk individu dalam hubungan dengan derajat ketidakmampuan menyusun rencana perawatan atau pemilihan intervensi. Identifikasi arti dari kehilangan atau Beberapa klien dapat menerima dan

disfungsi pada klien.

mengatur perubahan fungsi secara efektif dengan sedikit penyesuaian diri, sementara klien yang lain mempunyai kesulitan

mengenal dan mengatur kekurangan Anjurkan perasaan kemarahan klien untuk mengekspresikan Menunjukkan penerimaan, membantu klien permusuhan dan untuk mengenal dan mulai menyesuaikan dengan perasaan tersebut.

termasuk

Catat ketika klien menyatakan pernyataan Mendukung penolakan terhadap bagian tubuh pengakuan terhadap penolakan tubuh, seperti atau perasaan negatif gambaran tubuh dan sekarat atau mengingkari dan menyatakan kemampuan yang menunjukkan kebutuhan ingin mati. dan intervensi serta dukungan emosional. klien untuk melihat bahwa

Ingatkan kembali fakta kejadian tentang Membantu

realitas bahwa masih dapat menggunakan sisi perawat menerima kedua bagian sebagai yang sakit dan belajar mengontrol sisi yang bagian dari seluruh tubuh. Membiarkan klien sehat. untuk merasakan adanya harapan san mulai menerima situasi baru. Bantu dan anjurkan perawatan yang baik dan Membantu meningkatkan perasaan harga diri memperbaiki kebiasaan dan mengendalikan lebih dari satu area kehidupan Bantu dan anjurkan perawatan yang baik dan Menghidupkan memperbaiki kebiasaan. kembali perasaan

kemandirian dan membantu perkembangan

harga

diri

serta

mempengaruhi

proses

rehabilitasi. Anjurkan orang yang terdekat untuk Klien dapat beradaptasi terhadap perubahan

mengizinkan klien melakukan sebanyak- dan pengertian tentang peran individu mada banyaknya hal-hal untuk dirinya. mendatang.

Dukung penggunaan alat-alat yang dapat Meningkatkan kemandirian untuk membantu membantu adaptasi klien seperti tongkat, alat pemenuhan bantu jalan, tas panjang untuk kateter. kebutuhan fisik dan

menunjukkan posisi untuk lebih aktif dalam kegiatan sosial.

Monitor

gangguan

tidur

peningkatan Dapat mengindikasikan terjadinya depresi

kesulitan konsentrasi, letargi, dan menarik umumnya terjadi sebagai pengaruh dari diri. stroke, ketika intervensi dan evaluasi lebih lanjut diperlukan. Kolaborasi: rujuk pada ahli neuropsikologi Dapat memfasilitasi perubahan peran yang dan konseling bila ada indikasi. penting untuk perkembangan perasaan.

Pendidikan klien dan pertimbangan perawatan dirumah Banyak klien GBS mengalami pemulihan yang sempurna dalam beberapa minggu atau bulan Klien-klien yang pernah mengalami paralisis total ata lama mungkin membutuhkan beberapa tipe rehabilitasi yang dilakukan terus setelah keluar dari rumah sakit. Program yang luas bergantung pada pengkajian yang dibutuhkan dibuat oleh anggota tim kesehatan. Alternative program yang komprehensif bagi klien jika dikurangi adalah penting dan dukungan sosial dibatasi untuk program dirumah terhadap terapi fisik dan okupasi. Fase pemulihan mungkin lama dan akan membutuhkan kesabaran serta keterlibatan pihak klien dan keluarga untuk mengembalikan kemampuan sebelumnya. Awitan akut dan perkembangan yang dramatic dari gejala-gejala yang ada tidak dapat dilakukan penyelesaiannya dengan tiba-tiba dalam mengubah fungsi-fungsi. Kelompok pendukung GBS menawarkan kedua informasi dan berinteraksi dengan kelompok, yang dapat membantu selama fase pemulihan.

Anda mungkin juga menyukai