Anda di halaman 1dari 56

PERILAKU AGRESIF PADA KOMUNITAS SCOOTER

DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSIONAL




SKRIPSI

Oleh :
MARDANUS TRIAS WIDIATMOKO
03.40.0262









FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2007

Perpustakaan Unika
DAFTAR ISI


Halaman J udul i
Halaman Pengesahan. ii
Halaman Persembahan... iii
Halaman Motto. Iv
Ucapan Terima Kasih v
Daftar Isi viii
Daftar Tabel.. xi
Daftar Lampiran xii
BAB I PENDAHULUAN. 1
A. Latar Belakang Masalah.. 1
B. Tujuan Penelitian. 6
C. Manfaat Penelitian.. 6
1. Manfaat Teoritis.. 6
2. Manfaat Praktis 6
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA.. 7
A. PERILAKU AGRESIF KOMUNITAS SCOOTER.. 7
1. Pengertian Perilaku Agresif Komunitas Scooter. 7
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Agresif.. 8
a. Faktor Internal. 8
b. Faktor Eksternal.. 10
3. Aspek-aspek Perilaku Agresif. 12
4. Bentuk-bentuk Perilaku Agresif.. 13
viii
Perpustakaan Unika
B. KECERDASAN EMOSIONAL 14
1. Pengertian Kecerdasan Emosional. 14
2. Wilayah Kecerdasan Emosional. 16
C. Hubungan antara Kecerdasan EMosional dengan Perilaku Agresif
Pada Komunitas Scooter.. 19
D. Hipotesis.. 21
BAB III METODE PENELITIAN 23
A. Identifikasi Variabel Penelitian 23
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian. 23
1. Perilaku Agresif pada Komunitas Scooter... 23
2. Kecerdasan Emosional. 24
C. Subyek Penelitian. 24
1. Populasi... 24
2. Teknik Pengambilan Sampel... 25
D. Metode Pengumpulan Data. 25
1. Skala Perilaku Agresif. 26
2. Skala Kecerdasan Emosional.. 27
E. Uji Coba Alat Ukur. 28
1. Validitas Alat Ukur 28
2. Reliabilitas Alat Ukur 30
F. Metode Analisis Data. 30
BAB IV LAPORAN PENELITIAN 32
A. Orientasi Kancah Penelitian... 32
B. Persiapan Penelitian 32
a. Penyusunan Alat Ukur.... 33
ix
Perpustakaan Unika
1. Skala Perilaku Agresif.. 33
2. Skala Kecerdasan Emosional 34
b. Perijinan Penelitian 35
C. Pelaksanaan Penelitian. 35
D. Uji Validitas dan Reliabilitas.. 36
1. Uji Validitas.. 36
2. Uji Reliabilitas.. 38
BAB V HASIL PENELITIAN. 39
A. Uji Asumsi. 39
1. Uji Normalitas Sebaran.. 39
2. Uji Linieritas.. 39
B. Hasil Analisis Data 39
C. Pembahasan 40
BAB VI PENUTUP.. 43
A. Kesimpulan. 43
B. Saran... 43
1.Bagi Subyek Penelitian... 43
2. Bagi peneliti Selanjutnya... 43
DAFTAR PUSTAKA. 45






x
Perpustakaan Unika
DAFTAR TABEL

TABEL 1 : Rancangan Skala Perilaku Agresif... 26
TABEL 2 : Rancangan Skala Kecerdasan Emosional. 27
TABEL 3 : Sebaran Item Skala Perilaku Agresif 32
TABEL 4 : Sebaran Item Kecerdasan Emosional........... 33
TABEL 5 : Sebaran Nomor Item Valid dan Gugur Skala Perilaku Agresif 36
TABEL 6 : Sebaran Nomor Item Valid dan Gugur Skala Kecerdasan Emosional.. 36

xi
Perpustakaan Unika
1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dunia otomotif di Indonesia semakin bertambah maju dan berkembang
sangat pesat, ini terlihat dari banyaknya penggemar-penggemar motor atau
mobil dengan merk tertentu yang sering terlihat sedang berkumpul di suatu
tempat atau sedang melintas di jalan. Kontes-kontes modifikasi juga hampir
setiap bulan diadakan bahkan sudah dijadikan agenda rutin oleh beberapa
perusahaan otomotif dan diikuti oleh banyaknya komunitas atau klub-klub
yang mendaftarkan motor atau mobilnya untuk dipamerkan yang juga
sebagai ajang promosi klubnya untuk menarik anggota baru dari
pengunjung yang datang untuk melihat.
Banyaknya komunitas atau klub yang bermunculan tentunya membawa
dampak positif bagi dunia otomotif maupun bagi pecinta otomotif, karena
disini selain mereka bisa menyalurkan hobi modifikasi atau yang lainnya,
lewat komunitas juga diharapkan tumbuh jiwa sosial, rasa solidaritas, rasa
saling memiliki, dan lain-lain. Sebuah komunitas juga mampu membuat
anggotanya menjadi berdedikasi tinggi dan mempunyai loyalitas yang kuat.
Tidak jarang komunitas-komunitas otomotif tertentu menyelenggarakan
acara yang di dalam acara tersebut juga ada kegiatan berupa bakti sosial
dan pencarian dana bagi anak-anak panti asuhan, korban bencana alam atau
yang sering dilakukan adalah perjalanan ke luar kota namun disertai

Perpustakaan Unika
2
kunjungan ke tempat tertentu yang dianggap memerlukan uluran tangan. Ini
merupakan hal yang sangat menggembirakan mengingat komunitas
otomotif yang rata-rata anggotanya adalah remaja sudah mempunyai
kesadaran yang tinggi untuk berbagi kepada sesamanya.
Semarang sendiri mempunyai sebuah wadah untuk para pecinta
otomotif, yaitu IMI (Ikatan Motor Indonesia) yang bersekretariat di Stadion
J atidiri dan mempunyai jumlah anggota dari berbagai klub yang berjumlah
ratusan, diantaranya adalah : TKCI da ri komunitas mobil Kijang,
mempunyai anggota kurang lebih 70 orang, MIO Club dari komunitas
motor bermerk Yamaha Mio mempunyai anggota lebih dari 30 orang, Plat
G di komunitas motor yang anggotanya berasal dari kota yang mempunyai
plat bernomor G, anggotanya lebih dari 50 orang dan lain sebagainya, tetapi
juga di luar IMI banyak juga komunitas motor, diantaranya GAM
komunitas Vespa yang sifatnya Independent dan mempunyai anggota lebih
dari 30 orang, Semoc juga komunitas Vespa yang mempunyai anggota
lebih dari 40 orang dan masih banyak lagi.
Bila komunitas otomotif hanya dipakai sebagai tempat untuk kumpul-
kumpul tanpa adanya suatu kegiatan yang positif sangat disayangkan
tentunya. Tidak jarang suatu komunitas tertentu, seperti di sebuah jalan di
Semarang, yang anggotanya adalah remaja terlihat sedang berkumpul
seakan-akan ada kegiatan, tetapi ternyata mereka hanya duduk-duduk,
mengobrol, bernyanyi dengan suara agak keras dan sesekali menggoda
wanita yang kebetulan melintas di depan mereka. Terkadang sampai larut

Perpustakaan Unika
3
malam tanpa adanya kegiatan yang berarti dan hal ini tampaknya sudah
menjadi suatu kebiasaan pada hari-hari tertentu, terutama hari libur.
Peneliti mencoba mewawancarai beberapa orang dari suatu komunitas
yang anggotanya adalah para remaja, dalam hal ini komunitas Scooter.
Lewat pengakuan subyek yang diwawancarai, mereka mengaku memang
sering berkumpul sampai larut malam. Mereka merasa nyaman akan hal ini
dibanding di rumah yang terlalu banyak aturan, mereka merasa bebas,
punya tempat dimana mereka merasa diterima dan adanya kesenangan.
Bahkan kegiatan ini hampir setiap hari mereka lakukan. Di hari-hari
tertentu jumlah mereka malah lebih banyak dibanding hari biasa.
Pada saat ini, remaja juga mengalami berbagai perubahan yang sangat
cepat pada seluruh aspek hidupnya, dalam hal ini juga terjadi pada
komunitas Scooter yang anggotanya adalah para remaja. Perubahan-
perubahan ini menyebabkan remaja berada dalam kondisi tidak nyaman. Di
pihak lain lingkungan sosial juga memiliki tuntutan-tuntutan yang semakin
menambah berat beban remaja. Tidak jarang proses penyesuaian tersebut
menimbulkan berbagai konflik, terlebih jika kondisi lingkungan sosial tidak
dapat memenuhi kebutuhan remaja.
Gunarsa ( 1995,h.97) mengemukakan bahwa perubahan fisik dan
hormonal dalam diri remaja menyebakan suasana hati menjadi berubah-
ubah, emosi labil, rentan terhadap stimulus emosional dari lingkungan,
mudah jengkel. Kesal tidak menentu, menolak aturan yang ada serta sikap
antagonis lainnya. Mudah marah, mudah tersinggung, perasaan yang

Perpustakaan Unika
4
tertekan serta kejengkelan yang berlarut-larut merupakan ciri khas ketika
memasuki dunia remaja. Hurlock (1996, h.228) mengidentifikasikan masa
ini sebagai masa negatif, yakni suatu fase dimana perilaku remaja
mendadak sulit diduga dan seringkali agak melawan norma sosial yang
berlaku di masyarakat.
Menurut pengakuan dari subyek yang lain dalam komunitas Scooter,
terkadang mereka juga terlibat perkelahian dengan orang lain meskipun
tanpa ada sebab yang jelas, dalam hal mengemudi mereka juga jarang
sekali mentaati peraturan lalu lintas di jalan raya, seperti tidak
menggunakan helm yang layak, melanggar lampu lalu lintas, marka jalan,
bahkan kendaraan mereka pun banyak yang menimbulkan gangguan,
seperti polusi suara dan mereka memang sengaja membuat saluran
pembuangan motor mereka atau yang sering disebut knalpot, dibuat untuk
menimbulkan suara yang besar.
Menurut pendapat Kartono (1998, h.35) jika remaja tidak berhasil
menyelesaikan masalahnya akan timbul ketegangan dalam dirinya. J ika
individu tersebut tidak tahu bagaimana menghadapi hal itu maka ia akan
mencari jalan keluar untuk mengurangi ketegangan seperti kecenderungan
ingin marah, merusak barang-barang milik orang lain, membunuh, atau
tindakan lain yang mengarah kepada perilaku agresif. Perilaku agresif
remaja muncul apabila ada tantangan atau halangan yang mengakibatkan
gangguan-gangguan pada keinginan-keinginan si remaja ( Soekanto, 1996,
h.35).

Perpustakaan Unika
5
Mengingat bahwa remaja sering menggunakan emosinya dalam
berperilaku, maka seorang remaja diharapkan untuk memiliki suatu
ketrampilan emosi dan sosial atau yang lebih dikenal dengan istilah-istilah
kecerdasan emosional. Salovey dan Mayer mula-mula mendefinisikan
kecerdasan emosional sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial
yang melibatkan kemampuan memantau perasaan dan emosi baik pada diri
sendiri maupun pada orang lain, memilah-milah semuanya dan
menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan (
Shapiro, 1999,h.8).
Goleman ( 2001, h.572) mengartikan bahwa kecerdasan emosional
adalah kemampuan untuk mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan
orang lain, kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan kemampuan
mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan
orang lain. Kecerdasan emosional dalam pengertian Goleman tempaknya
lebih ditujukan pada upaya mengenali, memahami dan mewujudkan emosi
dalam porsi yang tepat. Selain itu, satu hal penting dalam kecerdasan
emosional ini adalah upaya untuk mengelola emosi agar terkendali dan
dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah kehidupan terutama yang
terkait dengan hubungan antar manusia ( Rostina,1997,h.44 ). Menurut
Shapiro (1999,h.5) kecerdasan emosional merupakan suatu istilah yang
menerangkan kualitas-kualitas emosional. Adanya kecerdasan emosional
yang tinggi pada remaja, maka dia mampu untuk memecahkan masalah
yang berkaitan dengan interaksi sosial atau mampu mengendalikan emosi.

Perpustakaan Unika
6
Dengan demikian perilaku agresif yang bisa menimbulkan penolakan sosial
tidak akan terjadi bila remaja memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.
Hasil penelitian Djuwariah (2002,h.74) menunjukkan bahwa ada hubungan
yang signifikan dengan arah negatif antara kecerdasan emosional dengan
agresivitas pada remaja.
Dari berbagai gambaran diatas, penulis merasa tertarik untuk
mengadakan penelitian mengenai perilaku agresif dalam komunitas
Scooter, apakah ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan
perilaku agresif pada komunitas Scooter?

B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji adanya hubungan antara
kecerdasan emosional dengan perilaku agresif pada komunitas Scooter.

C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Sebagai sumbangan bagi pengembangan Psikologi Sosial maupun
Psikologi Perkembangan mengenai hubungan antara kecerdasan emosional
dengan perilaku agresif pada komunitas Scooter.
2 Manfaat Praktis
Menjadi acuan untuk mengurangi dan bila mungkin menekan perilaku
agresif pada remaja khususnya dalam komunitas Scooter, dalam kaitan
dengan kecerdasan emosional.

Perpustakaan Unika
7



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PERILAKU AGRESIF KOMUNITAS SCOOTER
1. Pengertian Perilaku Agresif Komunitas Scooter
Perilaku adalah tindakan manusia atau hewan yang dapat dilihat (Kartono
dan Gulo 1987.h.45). Perilaku merupakan reaksi total, motor, dan kelenjar yang
diberikan suatu organisme terhadap suatu situasi yang dihadapi (Drever, 1986
h.38).
Agresi adalah perilaku yang ditujukan untuk melukai orang lain, baik
secara fisik maupun psikologis (Brigham 1991,h..412). Agresi menurut Murray
(dalam Chaplin 1995,h.15) adalah kebutuhan untuk menyerang, memperkosa
atau melukai orang lain untuk meremehkan, merugikan, mengganggu,
mencemooh, merusak, menjahati, mengejek, dan menuduh secara jahat,
menghukum berat dan melakukan tindakan secara sadis.
Chaplin (1995.h.7) mendefinisikan agresi sebagai suatu istilah umum
yang dikaitkan dengan perasaan-perasaan marah atau permusuhan. Dalam hal ini
agresi sebagai suatu motif untuk melakukan respon terhadap perilaku kasar,
penghinaan, dan frustasi.
Johnson dan Medinus (1976,h.577) menjelaskan pengertian perilaku
agresif sebagai tindakan yang bertentangan dengan persahabatan dan hubungan
sosial dimana hak serta kehendak orang lain diabaikan atau dibatasi.

Perpustakaan Unika
8



Dapat disimpulkan bahwa perilaku agresif adalah bentuk perilaku yang
ditujukan untuk melukai orang lain baik secara fisik maupun secara psikologis
Komunitas adalah kelompok organisme yang hidup dan saling
berinteraksi di dalam daerah tertentu ( kamus besar Bahasa Indonesia,
2005,h.586). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku agresif
komunitas scooter adalah sekelompok orang yang mempunyai scooter dan
menimbulkan perilaku yang ditujukan untuk melukai orang lain baik secara
fisik maupun psikologis.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Agresif
Koeswara (1988,h.21) menyatakan faktor-faktor yang menimbulkan
perilaku agresif dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal.
a. Faktor Internal
1) Frustrasi
Koeswara (1988,h.82) dikatakan bahwa frustrasi adalah situasi dimana individu
terhambat atau gagal dalam usaha mencapai tujuan tertentu yang diinginkannya
atau mengalami hambatan untuk bebas bertindak dalam rangka mencapai
tujuan. Menurut Ulrich (dikutip Koeswara, 1988,h.86) kecenderungan individu
memilih agresi untuk mengatasi frustrasi itu dipengaruhi oleh pengalaman atau
belajar.
2) Stres
Koeswara (1988,h.82) mengatakan bahwa stres merupakan stimulus yang
menimbulkan gangguan terhadap keseimbangan intrapsikis dan dapat muncul
berupa stimulus eksternal (sosiologis atau situasional) dan bisa muncul berupa

Perpustakaan Unika
9



stimulus internal (intrapsikis) yang diterima atau dialami oleh individu sebagai
hal yang tidak menyenangkan dan menyakitkan serta menuntut penyesuaian.
3) Deindividuasi atau Depersonalisasi
Lorenz (dalam Koeswara,1988,h.95) mengatakan bahwa deindividuasi adalah
proses atau kondisi yang muncul akibat penggunaan teknikteknik dan senjata
modern, sehingga agresi sebagai tindakan non emosional.
4) Kekuasaan dan Kepatuhan
Koewara (1988,h.82) mengatakan kekuasaan cenderung disalah gunakan,
sehingga berubah menjadi kekuatan yang memaksa dan mempunyai efek lang
sung dan efek tidak langsung terhadap munculnya agresi, dan tidak dapat
dipisahkan dari salah satu aspek penunjang kekuasaan yaitu kepatuhan.
5) Kepribadian
Baron dan Byrne (1984,h.345) mengatakan bahwa kepribadian tipe A lebih
agresif dibanding kepribadian tipe B, karena kepribadian tipe A bersifat
kompetitif tinggi, mudah tersinggung dan selalu terburu-buru.
6) Kelainan Genetik
Baron dan Byrne (1984,h.345) mengatakan bahwa kelebihan kromosom Y pada
pria mengakibatkan individu menjadi lebih agresif
7) J enis Kelamin
Wanita jarang melakukan perilaku agresif, karena berdasarkan peran
tradisional wanita lebih pasif dibandingkan pria yang lebih kuat dan asertif (
Baron dan Byrne, 1984,h.345).


Perpustakaan Unika
10



8) Insting Manusia
Menurut Freud (dalam Brigham,1991,h.414) tiap manusia mempunyai dorongan
untuk merusak, yang dinamakan Thanatos, yaitu insting kematian, dorongan
tersebut dapat dilepas melalui perilaku agresif
9) Ketrampilan memecahkan masalah
Dogde (de Clerg,1994,h.178-183) bahwa perilaku agresif cenderung untuk
mengatribusikan maksud teman-temannya sebagai sikap bermusuhan terutama
dalam situasi dimana maksud ambigu atau tidak jelas. Mereka cenderung
memikirkan pemecahan yang agresif terhadap suatu situasi masalah.
10) Kecerdasan Emosional
Hasil penelitian Djuwariah (2002,h.74) menunjukkan bahwa ada hubungan
yang signifikan dengan arah negatif antara kecerdasan emosional dengan
perilaku agresif. Orang yang kurang memiliki kemampuan dalam mengenali
emosi dan memahami emosi, serta mengelola emosi dalam porsi yang tepat,
sehingga tidak terkendali, emosi dalam diri menyebabkan mereka mudah
terlibat dalam tindak kekerasan dan kejahatan serta tindakan lain yang
mengarah pada perilaku agresif
b. Faktor Eksternal
1) Provokasi
Glenn (Koeswara,1988,h.107) percaya bahwa provokasi bisa
mencetuskan agresi karena provokasi itu sering merupakan serangan terhadap
sesuatu yang oleh setiap orang selalu dipelihara keutuhannya, yakni rasa harga
diri ( self esteem). Sementara itu Schachter dengan teori emosi menekankan

Perpustakaan Unika
11



bahwa kemungkinan tercetusnya agresi akan lebih besar apabila individu yang
menerima provokasi mengalami peningkatan emosi (Koeswara, 1 988,h. 108).
2) Senjata
Koeswara (1988,h.82) mengatakan bahwa senjata mempunyai peranan
dalam agresi karena efek kehadirannya dan fungsinya untuk mengefektifkan
dan mengefisienkan pelaksanaan agresi.
3) Model Sosial
Beberapa penelitian Baron dan Byrne (1984,h.339) menunjukkan bahwa
individu yang melihat film agresif menunjukkan peningkatan beberapa bentuk
agresi terhadap orang lain, dan individu yang tidak menonton film agersif, tidak
menunjukkan perubahan perilaku.
4) Alkohol dan Obat-obatan
Koeswara (1988,h.82) yang mengatakan bahwa alkohol dapat
berpengaruh jika dikonsumsi secara berlebihan dalam takaran tertentu oleh
individu yang mempunyai karakter tertentu. Obat-obatan termasuk kategori
proaktif diduga kuat mempunyai pengaruh yang dapat menyerahkan
pemakainya pada perilaku agresif
5) Suhu Udara
Carlsmith dan Anderson (Koeswara,1988,h.113) menyimpulkan bahwa
pada musim panas terjadi lebih banyak tingkah laku agresif karena pada musim
panas hari-hari terasa lebih panjang serta individu mempunyai keleluasaan
bertindak yang lebih besar dari pada musimmusim yang lain.


Perpustakaan Unika
12



6) Semangat Tinggi
Permainan kompetitif dan musik yang dapat menimbulkan perilaku
semangat tinggi pada individu, dapat menimbulkan perilaku agresif (Baron dan
Byrne,1984,h.339) Schachter (dalam Brigham,1991,h.421) mengatakan bahwa
ketika individu sangat bersemangat, ia akan rentan dan lebih sering
menimbulkan perilaku agresif.
7) Serangan atau Ancaman
Serangan dan ancaman sering menimbulkan respon agresif yang berbeda
antara pria dan wanita. Pria lebih sering merespon dengan agresi dibanding
wanita (Hokanson dkk,dalam Brigham,1991,h.424).
8) Karakteristik dari target (tujuan)
Anggota dari kelompok yang tidak disukai atau kelompok minoritas lebih
banyak menerima agresi (Donnerstein dalam Brigham,1991,h.425).
3. Aspek-aspek Perilaku Agresif
Schneiders ( Aman, 2004,h.12) mengemukakan tentang aspek-aspek
perilaku agresif yaitu :
a. Pertahanan diri, yaitu individu mempertahankan dirinya dengan cara
menunjukkan permusuhan, pemberontakan, dan pengerusakkan.
b. Perlawanan disiplin, yaitu individu melakukan hal-hal yang menyenangkan
tetapi melanggar aturan.
c. Ego sentris, yaitu individu mengutamakan kepentingan pribadi seperti yang
ditunjukkan dengan kekuasaan dan kepemilikan.
d. Superior, yaitu individu merasa lebih baik dari pada yang lainnya.

Perpustakaan Unika
13



e. Prasangka, yaitu memandang orang lain dengan tidak rasional.
f. Otoriter, yaitu seseorang memiliki ciri kepribadian yang cenderung kaku
dalam memegang keyakinan, cenderung memegang nilai-nilai
konvensional, tidak bisa toleran terhadap kelemahan-kelemahan yang ada
pada dirinya sendiri ataupun orang lain dan selalu curiga.
Sementara Allport dan Ardono (dalam Koeswara, 1988,h.114-121)
mengemukakan dua aspek agresivitas, yaitu :
a. Prasangka disebut Allport sebagai thinking ill of others. Definisi ini
mengimplikasikan bahwa dengan prasangka individu atau kelompok yang
menganggap buruk atau memandang negatif secara tidak rasional. Ini dapat
dilihat dari bagaimana individu berprasangka terhadap segala sesuatu yang
dihadapinya.
b. Otoriter menurut Ardono, orang-orang yang berkepribadian otoriter
memiliki ciri-ciri cenderung kaku dalam memegang keyakinan, cenderung
memegang nilai-nilai konvensional, tidak bisa toleran terhadap kelemahan-
kelemahan diri sendiri maupun dalam diri orang lain, cenderung bersifat
sangat menghukum, selalu curiga, sangat menaruh hormat dan pengabdian
pada otoritas secara tidak wajar.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek
perilaku agresi adalah pertahanan diri, perlawanan disiplin, egosentris,
superior, prasangka dan otoriter.
4. Bentuk-bentuk Perilaku Agresif
Berkowitz ( dalam Koeswara, 1988, h.5) membedakan bentuk-bentuk

Perpustakaan Unika
14



perilaku agresif menjadi dua macam :
a. Agresi Instrumental
Adalah agresi yang dilakukan oleh organisme atau individu sebagai alat atau
cara untuk mencapai tujuan tertentu.
b. Agresi benci atau disebut juga Agresi Impulsif
Adalah agresi yang dilakukan semata-mata sebagai pelampiasan keinginan
untuk melukai atau menyakiti atau agresi tanpa tujuan selain menimbulkan
efek kerusakan, kesakitan atau kematian pada sasaran atau korban.
Medinus dan Johnson ( 1976, h. 21) menggolongkan bentuk tingkah laku
agresif yang muncul tersebut secara lebih ringkas :
a. Penyerangan secara fisik, misalnya : memukul
b. Penyerangan dalam bentuk verbal, misalnya : memaki, mengejek.
c. Penyerangan dengan menggunakan obyek atau benda, misalnya : melempar
dengan batu, memukul dengan kayu.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bentuk perilaku agresif
menurut tujuannya terdiri dari agresi instrumental, agresi benci, sedangkan
menurut cara melakukannya adalah, penyerangan secara fisik, penyerangan
dalam bentuk verbal, penyerangan dengan menggunakan obyek.
B. KECERDASAN EMOSIONAL
1. Pengertian Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional dipopulerkan pertama kali pada tahun 1990 oleh
Pater Salovey dari Harvard University dan J ohn Mayer dari Universitas
Hampshire, mereka mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai himpunan

Perpustakaan Unika
15



bagian kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan
dan emosi, baik pada diri sendiri atau orang lain, memilah-milah semuanya
dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan (
Shapiro,1999,h.8). Kemudian Shapiro (1999,h.9) juga mengatakan bahwa
kecerdasan emosi adalah kemampuan mengatur perasaan dengan baik, mampu
memotivasi diri sendiri, berempati ketika menghadapi gejolak emosi diri
sendiri maupun orang lain. Kecerdasan emosi juga merupakan kemampuan
emosional yang dimiliki individu yang meliputi kemampuan mengontrol diri
sendiri (self control), memiliki semangat dan ketekunan (zeal and
persistance), kemampuan mengatur suasana hati (mood) dan kemampuan
menunjukkan empati, harapan dan optimisme.
Goleman (2001,h.572) mengartikan bahwa kecerdasan emosional adalah
kemampuan untuk mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain,
kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan
baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Kecerdasan
emosional dalam pengertian Goleman tampaknya lebih ditujukan pada upaya
mengenali, memahami dan mewujudkan emosi dalam porsi yang tepat. Selain
itu, satu hal penting dalam kecerdasan emosional ini adalah upaya untuk
mengelola emosi agar terkendali dan dapat dimanfaatkan untuk memecahkan
masalah kehidupan terutama yang terkait dengan hubungan antar manusia
(Rostina,1997,h.44).
Zamralita (dikutip Adventi,2004.h.11) mengemukakan kecerdasan
emosioanal merupakan kemampuan untuk mengenali, mengolah dan

Perpustakaan Unika
16



mengontrol emosi agar seseorang mampu berespon secara positif terhadap
setiap kondisi yang merangsang munculnya emosi-emosi tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
emosional merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mengenali,
mengelola, dan mengendalikan emosi pada diri sendiri, memahami perasaan
orang lain, menjalin hubungan yang baik dengan orang lain, memecahkan
masalah serta berpikir realistis sehingga mampu merespon secara positif
terhadap setiap kondisi yang merangsang munculnya emosi-emosi tersebut.
2. Wilayah Kecerdasan Emosional
Salovey dan Mayer ( Goleman, 1997,h.57-59) membagi kecerdasan
emosional kedalam wilayah utama yaitu :
a. Mengenali emosi diri sendiri ; mengenali perasaan sewaktu perasaan itu
terjadi merupakan dasar dari kecerdasan emosional. Kemampuan untuk
memantau perasaan dari waktu ke waktu merupakan hal penting bagi
pemahaman diri. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan diri yang
sesungguhnya membuat individu berada dalam kekuasaan perasaan.
b. Mengelola emosi diri ; menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap
dengan baik adalah kecakapan yang bergantung pada kesadaran diri.
Mengelola emosi ini meliputi kemampuan menghibur diri sendiri,
melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-
akibat yang timbul karena gagalnya ketrampilan dasar.
c. Memotivasi diri sendiri ; menata emosi merupakan alat untuk mencapai
tujuan dan hal sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian,

Perpustakaan Unika
17



memotivasi dan menguasai diri sendiri serta untuk berkreasi.
d. Mengenali emosi orang lain atau empati ; mampu menangkap sinyal-sinyal
sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan sesuatu yang dibutuhkan
atau dikehendaki oleh orang lain.
e. Membina hubungan dengan orang lain atau keterampilan sosial ;seseorang
yang terampil dalam kecerdasan sosial dapat membentuk dan membina atau
menjalin hubungan dengan orang lain dengan cukup lancar, peka membaca
reaksi dan perasaan orang lain, dapat membuat orang lain merasa nyaman
serta dapat menjadi pendengar yang baik, juga pandai menangani
perselisihan yang muncul.
Menurut Goleman ( 2001, h. 513) kecerdasan emosional terdiri dari lima
aspek, yaitu:
a. Kesadaran diri
Individu mampu mengetahui perasaan yang ada dalam dirinya dan
menggunakan pilihannya dalam membuat keputusan, memiliki rasa percaya
diri.
b. Pengaturan diri
Pengaturan diri merupakan kemampuan individu dalam menangani
emosinya sendiri sehingga berdampak positif dalam pelaksanaan tugas,
memiliki kepekaan terhadap hati, sanggup menunda kenikmatan sebelum
tercapainya suatu sasaran dan mampu pulih dari tekanan hati.

Perpustakaan Unika
18



c. Motivasi
Kemampuan memotivasi diri dalam melakukan tindakan untuk mencapai
tujuan, membantu untuk membangun keterampilan emosi. Konsep
kecerdasan emosi tentang memotivasi diri yaitu dorongan dalam diri dan
kemampuan mengatasi kebiasaan-kebiasaan yang tidak produktif ( Patton,
2002, h.48)
d. Empati
Empati merupakan kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan oleh
orang lain, mampu memahami perspektif orang lain dan menumbuhkan
hubungan saling percaya, serta mampu menyelaraskan diri dengan berbagai
tipe individu.
e. Keterampilan sosial
Keterampilan sosial merupakan kemampuan untuk menangani emosi
dengan baik ketika berhubungan sosial dengan orang lain, mampu
membaca situasi dan jaringan sosial secara cermat, berinteraksi dengan
lancar, menggunakan keterampilan ini untuk mempengaruhi, memimpin,
bermusyawarah, menyelesaikan permasalahan dan kerjasama dengan tim.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti menekankan lima wilayah
kecerdasan emosional yang dikemukakan oleh Salovey dan Mayer, yaitu
mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri, mengenali
emosi orang lain dan membina hubungan dengan orang lain.

Perpustakaan Unika
19




C. Hubungan antara Kecerdasan Emosional Dengan Perilaku Agresif
Pada Komunitas Scooter
Perilaku agresif digambarkan sebagai orang yang mengekspresikan
perasaan, pikiran, dan kepercayaannya secara berlebihan, sehingga
mengganggu hak orang lain (Townend.1993). Lange dan J okubowski
(Hare.1996) menyatakan bahwa orang agresif dalam menyatakan hanya kurang
jujur dan sering tidak menghormati hak orang lain, sebagai contoh yang terjadi
dalam komunitas scooter ketika ada orang yang melintas di depan mereka, bila
laki-laki mereka sengaja bernyanyi dengan lebih kencang seakan-akan ingin
menantang, dan terkadang menyebabkan perkelahian, ini menunjukkan bahwa
mereka kurang dapat membina hubungan dengan orang lain dengan cukup
lancar dan kurang peka membaca reaksi dan perasaan orang lain.
Seringkali mereka dihadapkan pada suatu masalah yang mereka tidak
bisa menyelesaikan masalah tersebut dengan baik. Menurut pendapat Kartono
(1998, h.35) jika remaja tidak berhasil menyelesaikan masalahnya akan timbul
ketegangan dalam dirinya. J ika individu tersebut tidak tahu bagaimana
menghadapi hal itu maka ia akan mencari jalan keluar untuk mengurangi
ketegangan seperti kecenderungan ingin marah, merusak barang-barang milik
orang lain, membunuh, atau tindakan lain yang mengarah kepada perilaku
agresif. Perilaku agresif remaja muncul apabila ada tantangan atau halangan
yang mengakibatkan gangguan-gangguan pada keinginan-keinginan si remaja (
Soekanto, 1996, h.35).

Perpustakaan Unika
20




Mengingat bahwa remaja sering menggunakan emosinya dalam
berperilaku, maka seorang remaja diharapkan untuk memiliki suatu
ketrampilan emosi dan sosial atau yang lebih dikenal dengan istilah-istilah
kecerdasan emosional. Hurlock (1996, h.213) mengatakan bahwa bila remaja
tidak meledakkan emosinya di hadapan orang lain, melainkan menunggu saat
dan tempat yang tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara yang lebih
dapat diterima, menunjukkan bahwa orang tersebut telah mencapai kecerdasan
emosional yang tinggi. Maka itu seseorang diharapkan untuk memiliki suatu
ketrampilan emosi dan sosial, atau yang lebih dikenal dengan istilah
kecerdasan emosional.
Salovey dan Mayer mula-mula mendefinisikan kecerdasan emosional
sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan
memantau perasaan dan emosi baik pada diri sendiri maupun pada orang lain,
memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing
pikiran dan tindakan ( Shapiro, 1999,h.8).
Kecerdasan emosional diartikan sebagai kemampuan untuk menangkap
emosi diri sendiri dan orang lain, memisahkan antara keduanya, dan
menggunakan informasi yang ada guna mengarahkan pemikiran dan tindakan
seseorang (Salovey dan Mayer,1990). Kecerdasan emosional merupakan kunci
menuju pengetahuan diri dan didalamnya mencantumkan akses menuju ke
perasaan-perasaan diri seseorang dan kemampuan untuk membedakan
perasaan-perasaan tersebut serta memanfaatkannya untuk menuntun tingkah

Perpustakaan Unika
21



laku yang salah satunya adalah perilaku agresif, dimana seharusnya seseorang
dapat mengelola gejolak emosi yang ada, mampu mengelola stres yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Kesemuanya itu sesuai dengan kriteria
kecerdasan emosional yang dikemukakan oleh Pertiwi dkk (1997,h.10),
menyatakan orang dengan kecerdasan emosional yang baik adalah orang yang
dapat menguasai gejolak emosi, menjalin hubungan baik dengan orang lain,
mampu mengelola stres dan memiliki kesehatan mental yang baik, misalnya
saja dengan tidak membuat ketegangan yang dapat menimbulkan konflik.
Kecerdasan emosional inilah yang tentunya diharapkan dapat membuat
seseorang lebih mampu menghadapi konflik-konflik dalam kehidupan sehari-
hari, sehingga dapat tercipta suatu hubungan yang harmonis dengan tidak
bernyanyi dengan keras di tempat umum yang dapat mengganggu
kenyamanan. Kecerdasan emosional menyebabkan individu dapat
mengembangkan empati, kemampuan dalam berinteraksi sosial melalui humor,
persahabatan, dan tata krama, kemampuan berpikir realistis, optimisme,
kemampuan memecahkan masalah dengan baik, kemampuan memotivasi diri
sendiri dan memacu untuk berprestasi.
Menurut Goleman (2001,h.513) individu yang mempunyai kecerdasan
emosional mampu memahami dan membeda-bedakan perasaan-perasaan di
dalam diri serta memanfaatkannya untuk menuntun tingkah laku. Ini berarti
bila menghadapi kesulitan ia tidak lekas marah namun peka dalam
mencermati perasaannya, yakni bahwa ia sanggup mengatasi dan mampu
memotivasi diri sendiri sehingga dapat bangkit kembali dengan jauh lebih

Perpustakaan Unika
22



cepat dari masalah yang menekan. Selain itu dengan kecerdasan emosional
seseorang juga dapat memahami sekaligus mengendalikan emosi dirinya
sendiri (Shapiro,1999,h.45-47).
Individu yang mempunyai emosi yang cerdas akan mampu
mengendalikan diri dan dorongan hati terhadap setiap peristiwa yang dialami
dengan kadar yang sesuai, pada waktu yang tepat, demi tujuan yang benar dan
dengan cara yang baik, lebih mampu mengelola gejolak emosi, mampu
menjalin hubungan yang akrab dengan orang lain, dapat mengelola stres, serta
mampu mengatasi tantangan dalam hidup, tidak mudah putus asa, tidak
mudah tegang, tidak mudah terprovokasi, tidak mudah frustrasi, serta mampu
bertahan menghadapi masalah dan mempunyai keterampilan dalam
memecahkan masalah. Block (dalam Goleman,1995,h.60) menambahkan
bahwa individu yang cerdas emosinya secara sosial akan mantap,mudah
bergaul, sehingga memiliki kemampuan yang besar untuk melibatkan diri
dengan orang-orang atau permasalahan, begitupun sebaliknya, sehingga
terjalin kerjasama dalam suatu komunitas dan tidak diwarnai persaingan.

D. Hipotesis
Ada hubungan negatif antara kecerdasan emosional dengan perilaku
agresif pada komunitas Scooter. Semakin tinggi kecerdasan emosionalnya
maka semakin rendah perilaku agresif yang dimunculkannya, dan sebaliknya.



Perpustakaan Unika

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian
Untuk menguji hipotesis penelitian yang diajukan, terlebih dahulu
dilakukan identifikasi variabel yang akan digunakan dalam penelitian.
Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Tergantung : Perilaku Agresif pada Komunitas Scooter
2. Variabel Bebas : Kecerdasan Emosional

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Batasan operasional dari variabel penelitian ini perlu peneliti jelaskan
untuk menghindari kesalah pahaman dan kesesatan dalam menentukan alat
penelitian. Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Perilaku Agresif pada Komunitas Scooter
Perilaku agresif komunitas scooter adalah sekelompok orang yang
mempunyai scooter dan mempunyai bentuk perilaku yang dimaksudkan
untuk menyakiti seseorang baik secara fisik maupun psikologis.
Tinggi rendahnya perilaku agresif diukur dengan menggunakan
skala perilaku agresif yang disusun berdasarkan pada aspek pertahanan diri,
prasangka, superior, egosentris, otoriter dan perlawanan disiplin. Semakin
23
Perpustakaan Unika

tinggi skor yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin tinggi perilaku
agresif subyek, dan sebaliknya.
2. Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang
dalam mengenali, mengelola, dan mengendalikan emosi pada diri sendiri,
memahami perasaan orang lain, menjalin hubungan yang baik dengan orang
lain, memecahkan masalah serta berpikir realistis sehingga mampu merespon
secara positif terhadap setiap kondisi yang merangsang munculnya emosi
tersebut. Tinggi rendahnya kecerdasan emosional diukur dengan menggunakan
skala kecerdasan emosional. Skala kecerdasan disusun penulis berdasarkan
wilayah dari kecerdasan emosi yaitu mengenali emosi diri, mengolah emosi,
memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain dan membina hubungan
dengan orang lain. Skor kecerdasan emosional diperoleh dari skala kecerdasan
emosional, semakin tinggi skor yang diperoleh menunjukkan kecerdasan
emosional yang tinggi, dan sebaliknya.

C. Subyek Penelitian
1. Populasi
Hadi (2000,h.220) membatasi populasi atau universum sebagai jumlah
penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat sama. Data
dari subyek yang akan digunakan dalam penelitian dapat diketahui dan
ditetapkan melalui populasi yang nantinya akan dikenai generalisasi hasil
penelitian. Populasi dari penelitian ini adalah komunitas Scooter yang
24
Perpustakaan Unika

tergabung dalam Gank Air Mancur (GAM)
Adapun ciri-ciri populasi yang akan diambil adalah sebagai berikut :
1. Tergabung dalam komunitas GAM.
2. Mempunyai scooter.
2. Teknik Pengambilan Sampling
Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi sumber data
sebenarnya dalam suatu penelitian, dapat juga diartikan bahwa sampel adalah
sebagian dari populasi untuk mewakili dari seluruh populasi (Nawawi dalam
Warsito, 1995,h.51). Teknik penentuan sampel adalah cara untuk menentukan
sampel yang jumlahnya sesuai ukuran sampel yang akan dijadikan data
sebenarnya. dan memperhatikan sifat dan penyebarannya populasi agar
diperoleh sampel yang representatif atau benar-benar mewakili populasi
(Warsito,1995,h.53).
Metode pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan teknik incidental sampling, yaitu pencarian
subyek dari individu-individu yang kebetulan dijumpai atau dapat dijumpai
saja yang diselidiki (Hadi, 2001, h 80).

D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data yang
dibutuhkan dalam penelitian ini adalah metode skala. Skala merupakan suatu
instrumen untuk mengukur aktivitas yang merupakan manifestasi dari tingkah
laku tersebut digambarkan sebagai himpunan lambang atau simbol atau angka.
25
Perpustakaan Unika

Didalam penelitian digunakan dua macam skala yang akan dgunakan untuk
mengukur variabel-variabel penelitian, yaitu :
1. Skala Perilaku Agresif
Skala ini dipakai untuk mengukur perilaku agresif yang dimiliki atau
dimunculkan seseorang, dalam hal ini komunitas Scooter. Skala perilaku
agresif memuat enam aspek yang terdiri dari :
a. Pertahanan diri.
b. Perlawanan disiplin.
c. Egosentris.
d. Superior.
e. Prasangka.
f. Otoriter.
Skala ini disusun dengan skala tertutup dan terbagi menjadi dua jenis item,
yaitu yang mendukung atau favorable dan item yang tidak mendukung atau
unfavorable yang masing-masing terdiri dari empat jenis jawaban, yaitu Selalu
(SL), Sering (S), J arang (J ), dan Tidak Pernah (SJ ). Sistem scoring pada item
favorable adalah 4 jika jawaban Selalu(SL), 3 jika jawaban Sering (S), 2 jika
jawaban J arang (J ), dan 1 jika jawaban Tidak Pernah (TP), sebaliknya untuk
item unfavorable adalah 4 jika jawaban Tidak Pernah (TP), 3 jika jawaban
J arang (J ), 2 jika jawaban Sering (S), dan 1 jika jawaban Selalu (SL).
J umlah item pada skala perilaku agresif dapat dilihat pada tabel 1 berikut
ini:

26
Perpustakaan Unika

Tabel 1
Blue Print Skala Perilaku Agresif

Jumlah Item

Aspek
Favorable Unfavorable

Total
Pertahanan Diri 3 3 6
Perlawanan Disiplin 3 3 6
Egosentris 3 3 6
Superior 3 3 6
Prasangka 3 3 6
Otoriter 3 3 6
Total 18 18 36

2. Skala Kecerdasan Emosional
Skala kecerdasan emosional ini disusun berdasarkan lima wilayah yaitu:
a. Mengenali emosi diri.
b. Mengelola emosi diri.
c. Memotivasi diri sendiri.
d. Mengenali emosi orang lain.
e. Membina hubungan dengan orang lain.
Kelima wilayah ini mempunyai dasar untuk menyusun item-item dalam
skala kecerdasan emosional yang bersifat favorable dan unfavorable. Desain
skala kecerdasan emosional dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini:




27
Perpustakaan Unika

Tabel 2
Blue Print Skala Kecerdasan Emosional
Jumlah Item
Wilayah Favorable Unfavorable

Total
Mengenali emosi diri 4 4 8
Mengelola emosi diri 4 4 8
Memotivasi diri 4 4 8
Mengenali emosi orang 4 4 8
Membina hubungan 4 4 8
Total 20 20 40

Skala kecerdasan emosional disusun dengan skala tertutup dan terdiri dari
lima wilayah. Tiap-tiap wilayah terdiri dari dua jenis pernyataan yang bersifat
favorable dan unfavorable. Skala kecerdasan emosional ini menggunakan
empat pilihan jawaban, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai
(TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Pada pernyataan favorable, jawaban
Sangat Sesuai (SS) mempunyai nilai 4, Sesuai (S) mempunyai nilai 3, Tidak
Sesuai (TS) mempunyai nilai 2, dan Sangat Tidak Sesuai mempunyai nila 1.
Sebaliknya untuk pernyataan unfavorable adalah 1 jika jawaban Sangat
Sesuai (SS), 2 jika jawaban Sesuai (S), 3 jika jawaban Tidak Sesuai (TS), dan
4 jika jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS).
E. Uji Coba Alat Ukur
1. Validitas Alat Ukur
Validitas alat ukur adalah seberapa jauh ketepatan dan kecermatan sebuah
alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Menurut Azwar (1986, h.55)
sebuah tes dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi bila alat ukur tersebut
menjalankan fungsi ukurnya sesuai dengan tujuan pengukuran.
28
Perpustakaan Unika

Pada penelitian ini uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan skor
tiap item dengan skor total, teknik korelasi yang digunakan adalah teknik
Korelasi Product Moment. Adapun rumus teknik korelasi Product Moment
yang dipakai adalah sebagai berikut :

( ) ( )( )
( ) ( ) { } ( ) ( ) { }
2
2
2
2
xy
Y Y N X X N
Y X XY N
r




=
Keterangan :
r
xy
=Koefisien korelasi antara item dengan total item

XY =J umlah perkalian item dengan total item

X =J umlah skor tiap item

Y =J umlah skor total item


N =J umlah subyek

Untuk menghindari kelebihan bobot yang terjadi karena skor butir yang
dikorelasikan dengan skor total sebagai komponen skor total, dan dalam hal
ini menyebabkan angka korelasi menjadi lebih besar, maka perlu dikoreksi
dengan menggunakan korelasi Part Whole (Azwar, 2000, h.98). Rumus
korelasi Part Whole adalah sebagai berikut :

( )( ) ( )
( ) ( ) ( )( )( )
x y xy
2
x
2
y
x y xy
pq
SD SD r 2 SD SD
SD SD r
r
+

=
Keterangan :
r
pq
=angka korelasi setelah dikoreksi
r
xy
=angka korelasi sebelum dikoreksi
SD
y
=standar deviasi skor total
SD
X
=standar deviasi skor item


29
Perpustakaan Unika

2. Reliabilitas Alat Ukur
Ancok (1987, h.9) berpendapat bahwa realiabilitas adalah indeks yang
menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan.
Reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten apabila
dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan alat
ukur yang sama.
Pengujian reliabilitas terhadap item-item valid pada angket penelitian ini
menggunakan teknik Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut :

2
tot
2
x
S
S
1
1 - k
k

Keterangan :
=Koefisien Alpha Cronbach
k =J umlah item

2
x
S =J umlah varians butir soal

2
tot
S =Varians total
1 =Bilangan konstan


F. Metode Analisis Data
Data yang diperoleh dari suatu dipergunakan begitu saja. Agar data
yang diperoleh memberikan suatu keterangan yang dapat dipahami, tepat,
dan teliti, maka dibutuhkan suatu pengolahan lebih lanjut pada data tersebut.
Sesuai dengan sifat data yang diperoleh, yaitu data yang bersifat
dipergunakan metode analisis statistik.
30
Perpustakaan Unika

Berdasarkan hipotesis yang diajukan, maka teknik analisis statistik
yang digunakan adalah dengan korelasi Product Moment dari Pearson,
dengan rumus sebagai berikut :
( ) ( )( )
( ) ( ) { } ( ) ( ) { }
2
2
2
2
xy
Y Y N X X N
Y X XY N
r




=
Keterangan :
r
xy
= Kosefisien korelasi antara kecerdasan emosional
dengan perilaku agresif komunitas scooter.

XY = J umlah perkalian antara kecerdasan emosional


dengan perilaku agresif komunitas scooter.

X =J umlah skor variabel kecerdasan emosional

Y =J umlah skor variabel perilaku agresif komunitas


scooter.
N =J umlah subyek







31
Perpustakaan Unika
32
BAB IV
LAPORAN PENELITIAN
A. Orientasi Kancah Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui hubungan antara
perilaku agresif dengan kecerdasan emosional pada komunitas scooter.
Langkah pertama yang dilakukan sebelum mengadakan penelitian adalah
menentukan kancah atau tempat penelitian untuk memberikan gambaran
singkat yang menyeluruh mengenai kondisi dari tempat dan segala
persiapan penelitian yang dilakukan.
Pada penelitian ini, peneliti melakukan penelitian di sebuah
komunitas scooter bernama GAM yang beranggotakan 40 orang aktif yang
diketuai oleh Casnani, mereka mempuyai sekretariat terletak di Payung
Prasetya 13 Kelurahan Pudak Payung, dan tempat berkumpul komunitas
mereka adalah di jalan Pahlawan tepatnya di depan air mancur, rata-rata
anggotanya sudah bekerja sebagai wiraswasta dan sebagai karyawan sebuah
perusahaan swasta, mereka juga sering mendapatkan pekerjaan yang
sifatnya tidak tetap, seperti sebagai keamanan event organizer produk rokok
atau yang lainnya, mereka juga sering sekali melakukan perjalanan keluar
kota bila ada acara-acara yang berkaitan dengan Scooter dan sesekali
melakukan perjalanan ke luar kota untuk mengunjungi komunitas-
komunitas Scooter lainnya. Untuk itu penelitian ini dilakukan dengan
didasarkan pertimbangan sebagai berikut :

Perpustakaan Unika
33
a. Belum pernah dilakukan penelitian mengenai perilaku agresif pada
komunitas scooter ditinjau dari kecerdasan emosional.
b. J umlah dan karakteristik subyek memenuhi syarat penelitian.
c. Lokasi penelitian mudah dijangkau oleh peneliti.


B. Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian dilakukan mulai dari penyusunan alat ukur dan
persiapan administrasi yang menyangkut tentang masalah perijinan dan uji
coba.
a. Penyusunan Alat Ukur
Dalam penelitian ini menggunakan skala sebagai alat pengumpul
data. Kedua skala ini bersifat tertutup, dalam arti subyek hanya diminta
untuk memilih alternatif jawaban yang telah disediakan dan yang paling
sesuai dengan keadaaan dirinya. Tiap item disediakan empat alternatif
jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat
Tidak Sesuai (STS) untuk skala kecerdasan emosional dan Selalu (SL),
Sering (S), J arang (J ), Tidak Pernah (TP) untuk skala perilaku agresif.
1. Skala Perilaku Agresif
Skala ini disusun berdasarkan enam aspek yang terdiri dari
pertahanan diri, perlawanan disiplin, egosentris, superior, prasangka.
Pernyataan dalam skala ini dibuat dalam dua bentuk, yaitu pernyataan yang
bersifat mendukung (favorable) dan yang bersifat tidak mendukung

Perpustakaan Unika
34
(unfavorable), dengan item favorable sebanyak 18 dan unfavorable
sebanyak 18 item. Rancangan sebaran item dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3
Sebaran Nomor item Skala Perilaku Agresif

Jumlah Item

Aspek
Favorable Unfavorable

Total
Pertahanan Diri 1,13,25 2,14,26 6
Perlawanan Disiplin 3,15,27 4,16,28 6
Egosentris 5,17,29 6,18,30 6
Superior 7,19,31 8,20,32 6
Prasangka 9,21,33 10,22,34 6
Otoriter 11,23,35 12,24,36 6
Total 18 18 36

2. Skala Kecerdasan Emosional
Skala kecerdasan emosional disusun berdasarkan lima wilayah, yaitu
menegenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri,
mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan dengan orang lain
dengan jumlah keseluruhan pernyataan sebanyak 40 item dan pernyataan-
pernyataan yang disusun memiliki sifat favorable dan unfavorable.
Rancangan sebaran item dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4
Sebaran Item Skala Kecerdasan Emosional
Jumlah Item
Wilayah Favorable Unfavorable

Total
Mengenali emosi diri 1,11,21,31 2,12,22,32 8
Mengelola emosi diri 3,13,23,33 4,14,24,34 8
Memotivasi diri 5,15,25,35 6,16,26,36 8
Mengenali emosi orang 7,17,17,37 8,18,28,38 8
Membina hubungan 9,19,29,39 10,20,30,40 8
Total 20 20 40

Perpustakaan Unika
35

b. Perijinan Penelitian
Perijinan merupakan langkah awal dalam melakukan suatu
penelitian. Berkaitan dengan hal tersebut maka sebelum melakukan
penelitian, peneliti terlebih dahulu mengajukan ijin informal secara lisan
kepada ketua komunitas scooter GAM. Setelah disetujui oleh ketua
komunitas GAM. Langkah selanjutnya peneliti mengajukan ijin secara
formal dengan surat permohonan perijinan untuk melakukan penelitian dari
Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang dengan
surat nomor 668/B.7.2/FP/V/2007 tanggal 11 Mei 2007 yang ditujukan
kepada ketua komunitas scooter GAM. Setelah mendapat ijin penelitian,
penulis segera melakukan penelitian.
C. Pelaksanaan Penelitian
Dalam pelaksanaannya, penelitian ini meliputi satu kali
pengambilan data baik untuk uji coba maupun penelitian. Dengan kata lain
penulis menggunakan sistem try out terpakai. Alasan digunakan try out
terpakai adalah berdasarkan pertimbangan penulis, yaitu kesadaran akan
keterbatasan jumlah subyek, waktu dan kemudahan operasional.
Penelitian dilakukan pada tanggal 12 Mei 2007 sampai dengan 2
J uni 2007. penelitian dilaksanakan pada pukul 21.00 24.00 di tempat
berkumpulnya para anggota komunitas scooter GAM, yaitu di jalan
Pahlawan.
Penelitian ini menggunakan incidental sampling, dimana seluruh
subyek yang ditemui dan memenuhi syarat diminta untuk mengisi skala.

Perpustakaan Unika
36
Peneliti membagikan 30 eksplementer skala, dari 30 eksemplar skala yang
dibagikan, semua kembali kepada peneliti dan semua memenuhi syarat
untuk diskoring.
Setelah mendapatkan skala yang terisi jawaban, langkah
selanjutnya adalah melakukan penyekoran, dan mentabulasi skor. Hasil
tabulasi dijadikan data uji coba skala yang dapat dilihat pada lampiran B.
Setelah uji coba dan diketahui item yang valid dan yang gugur maka skor
item yang gugur disisihkan dan data skor item valid ditabulasi ulang dan
dijadikan data penelitian. Hasil tabulasi ulang ini dapat dilihat pada
lampiran D.

D. Uji Validitas dan Reliabilitas
Perhitungan validitas dan reliabilitas dari dua skala yang digunakan
dalam penelitian ini dianalisis dengan bantuan program komputer
Statistical Packages For Social Sciences (SPSS) for Windows.
1. Uji Validitas
Pada penelitian ini termasuk tipe validitas konstruk, yaitu
berpangkal pada konstruksi teoritis mengenai aspek-aspek yang akan
diukur ( Hadi, 2001, h.12). dari konstruksi teoritis tersebut lahirlah
kemudian definisi yang dipakai sebagai pangkal kerja dan sebagai standar
bagi valid atau tidaknya suatu alat pengukur, yang dilanjutkan dengan
penyusunan item sesuai dengan definisi tersebut.


Perpustakaan Unika
37
a. Skala Perilaku Agresif
Berdasarkan uji validitas dan reliabilitas alat ukur tersebut diperoleh hasil
dari 36 item terdapat 27 item yang dinyatakan valid, sedangkan 9 item
dinyatakan gugur. Item valid mempunyai koefisien validitas antara 0,4149
sampai dengan 0,8425. Sebaran item valid pada skala penyesuaian diri
dapat dilihat pada tabel 5. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada lampiran
C-1.
Tabel 5
Sebaran Nomor Item Valid dan Gugur Skala Perilaku Agresif

Aspek

Jumlah Item

Jumlah item
Favorable Unfavorable Valid Gugur
Pertahanan Diri 1,13,25 2,14,26* 5 1
Perlawanan Disiplin 3,15,27 4,16,28 6 0
Egosentris 5,17,29 6,18,30* 5 1
Superior 7,19,31 8*,20*,32 4 2
Prasangka 9*,21,33* 10*,22,34 3 3
Otoriter 11,23,35 12,24*,36* 4 2
Total 27 9
Keterangan :
Dengan tanda * =item gugur
Tanpa tanda * =item valid


b. Skala Kecerdasan Emosional
Berdasarkan uji validitas dan reliabilitas alat ukur tersebut diperoleh hasil
dari 40 item terdapat 22 item dinyatakan valid, sedangkan 18 item
dinyatakan gugur, item valid mempunyai koefisien validitas antara 0,3156
sampai dengan 0,9345. Sebaran item valid pada skala kecerdasan

Perpustakaan Unika
38
emosional dapat dilihat pada tabel 6. Hasil perhitungannya dapat dilihat
pada lampiran C-2.
Tabel 4
Sebaran Item Valid dan Gugur Skala Kecerdasan Emosional
Jumlah Item Jumlah item
Wilayah Favorable Unfavorable Valid Gugur
Mengenali emosi diri 1,11,21*,31* 2,12*,22*,32* 3 5
Mengelola emosi diri 3,13*,23,33* 4*,14*,24,34 4 4
Memotivasi diri 5,15,25,35* 6*,16,26,36* 5 3
Mengenali emosi orang 7,17,27*,37* 8,18,28*,38 5 3
Membina hubungan 9,19,29*,39 10,20*,30*,40 5 3
Total 22 18
Keterangan :
Dengan tanda * =item gugur
Tanpa tanda * =item valid


2. Uji Reliabilitas
a. Skala Perilaku Agresif
Berdasarkan uji reliabilitas dikatakan bahwa koefisien reliabilitas
sebesar 0,9473, yang berarti skala perilaku agresif mempunyai
reliabilitas yang baik. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada lampiran
C-1.
b. Skala Kecerdasan Emosional
Berdasarkan uji reliabilitas dikatakan bahwa koefisien reliabilitas
sebesar 0,9724, yang berarti skala kecerdasan emosional mempunyai
reliabilitas yang baik. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada lampiran
C-2.


Perpustakaan Unika
39
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Uji Asumsi
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji
asumsi, yaitu uji normalitas sebaran dan uji linieritas. Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasi product moment dimana
sebelumnya harus dilakukan uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji
linieritas terlebih dahulu.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas yang dilakukan adalah dengan menggunakan uji
Kolmogorov Smirnov. Dengan uji ini diperoleh K-S Z untuk perilaku agresif
sebesar 0.773 dengan p>0.05, berarti data tersebut normal. Sedangkan K-S Z
untuk kecerdasan emosional sebesar 1.186 dengan p>0.05, maka sebaran data
tersebut normal. Hasil penelelitian dapat dilihat pada lampiran E-1.
2. Uji Linieritas
Hasil perhitungan uji linieritas dengan menggunakan program computer
SPSS 11.0 menunjukkan korelasi yang linier antara variabel den kecerdasan
emosional dengan perilaku agresif. Hal ini ditunjukkan dengan F
linier
=38.22
dengan p<0.05. hal ini berarti hubungan antara kecerdasan emosional pada
komunitas scooter dengan perilaku agresif adalah linier. Hasil penelelitian
dapat dilihat pada lampiran E-2.

B. Hasil Analisis Data
Setelah dilakukan uji asumsi, maka selanjutnya dilakukan uji hipotesis
dengan teknik korelasi product moment. Dari hasil perhitungan SPSS diperoleh

Perpustakaan Unika
40
nilai r
xy
=-0.760 dengan p<0.01. Hal ini berarti ada korelasi negatif yang
sangat signifikan antara kecerdasan emosional dengan perilaku agresif pada
komunitas scooter, berarti bahwa semakin baik kecerdasan emosionalnya maka
makin rendah perilaku agresifnya, dan sebaliknya. Hasil penelelitian dapat
dilihat pada lampiran F.

C. Pembahasan
Hasil penelitian dengan menggunakan uji statistik korelasi product
moment diperoleh nilai r
xy
=-0.760 dengan p<0.01 yang artinya ada hubungan
negatif yang sangat signifikan antara kecerdasan emosional dengan perilaku
agresif pada komunitas scooter, berarti bahwa semakin baik kecerdasan
emosionalnya maka makin rendah perilaku agresifnya, dan sebaliknya. Dengan
demikian hipotesis yang diajukan dapat diterima.
Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (1996, h.213) yang mengatakan
bahwa bila remaja tidak meledakkan emosinya di hadapan orang lain,
melainkan menunggu saat dan tempat yang tepat untuk mengungkapkan
emosinya dengan cara yang lebih dapat diterima, menunjukkan bahwa orang
tersebut telah mencapai kecerdasan emosional yang tinggi. Orang yang
mempunyai kecerdasan emosional juga ditandai oleh kemampuan mengenali ,
memahami dan mengelola serta membedakan perasaan-perasaan di dalam diri,
memanfaatkannya untuk menuntun tingkah laku dimana saat menghadapi
kesulitan, tidak lekas marah, tidak mudah tegang, dan juga tidak mudah putus
asa namun peka dalam mencermati perasaannya dan sanggup mengatasi
kesulitan atau gejolak emosi serta konflik dalam kehidupan sehari-hari.

Perpustakaan Unika
41
Dengan mempunyai emosi yang cerdas akan mampu menekan
timbulnya perilaku agresif. Dimana kecenderungan memperthankan diri
dengan menunjukkan sikap permusuhan dapat diubah dengan belajar
mengenali emosi orang lain, sehingga mampu mengembangkan empati
terhadap orang lain (Salovey dan Mayer,1990). Dengan empati orang mampu
memahami sinyal-sinyal sosial yang mengisyaratkan hal-hal yang dibutuhkan
dan dikehendaki orang lain. Seseorang yang berempati akan memikirkan
perasaan atau harapan orang lain akan dirinya, sehingga dapat tercipta
hubungan yang baik dengan orang-orang yang berada di sekitar, hal ini dapat
menekan timbulnya sikap agresif. Perilaku agresif digambarkan sebagai orang
yang mengekspresikan perasaan, pikiran, dan kepercayaannya secara
berlebihan, sehingga mengganggu hak orang lain (Townend.1993).
Sumbangan efektif kecerdasan emosional terhadap perilaku agresif
sebesar 57,7% sedangkan sisanya 42,3% dipengaruhi oleh variabel-variabel
lainnya. Koeswara (1988,h.21) menyatakan faktor-faktor yang menimbulkan
perilaku agresif dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor internal yang terdiri dari
frustrasi, stres, kelainan genetik, jenis kelamin, insting manusia, deindividuasi
atau depersonalisasi, kekuasaan dan kepatuhan, ketrampilan memecahkan
masalah, dan faktor eksternal yang terdiri dari provokasi, model sosial,
semangat tinggi, senjata, serangan atau ancaman, alkohol dan obat-obatan, suhu
udara, dan karakteristik dari target.
Berdasarkan hasil perhitungan data variabel perilaku agresif Mean
empirik menunjukkan 66,00 dan Mean hipotetiknya 67,5, hal ini
mengindikasikan bahwa rata-rata perilaku agresif komunitas scooter yang
tergabung dalam GAM tergolong sedang. Ini juga terlihat dari perilaku agresif

Perpustakaan Unika
42
dari responden yang timbul bila barada dalam komunitasnya saja sedangkan
dalam komunitas lainnya belum tentu perilaku tersebut timbul.
Mean empirik dari hasil perhitungan data variabel kecerdasan emosional
diperoleh 45,00 dan Mean hipotetik 55,0, hal ini mengindikasikan bahwa rata-
rata kecerdasan emosional komunitas scooter GAM tergolong sedang.
Dalam penelitian ini peneliti menyadari adanya kelemahan-kelemahan,
yaitu :
1. Adanya social desirability
Sebab kalimat alat ukur yang berbentuk skala yang berisi pernyataan-
pernyataan yang menunjuk pada kondisi subyek adalah adanya
kecenderungan subyek untuk memenuhi harapan-harapan sosial dalam
mengisi skala, sehingga dapat mempengaruhi hasil penelitian.
2. Penelitian ini menggunakan try out terpakai, yaitu hanya menggunakan satu
kali pengambilan data yang mungkin mengakibatkan hasil dari penelitian
dipengaruhi oleh item-item yang tidak valid.











Perpustakaan Unika
43
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan negatif antara kecerdasan emosional dengan perilaku
agresif komunitas scooter. Artinya semakin baik kecerdasan emosionalnya
maka semakin rendah perilaku agresif yang dimunculkannya, dan
sebaliknya. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dapat diterima.
2. sumbangan efektif kecerdasan emosional terhadap perilaku agresif sebesar
57,7%.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka peneliti
mengajukan beberapa saran sebagai berikut :
1. Bagi subyek penelitian
Diharapkan dalam sebuah komunitas otomotif tidak hanya menjadi
tempat untuk menyalurkan hobi, tetapi juga dapat dijadikan tempat
meningkatkan kebersamaan antar sesama, dapat mengendalikan emosi pada
diri sendiri sehingga tidak mudah meledak-ledak, memahami perasaan orang
lain, menjalin hubungan yang baik dengan orang lain, mengurangi
permusuhan, sehingga diharapkan dapat terbina suatu hubungan yang
harmonis baik sesama komunitas otomotif maupun di luar komunitas.
2. Bagi peneliti yang lain
Peneliti yang lain disarankan untuk mengadakan penyempurnaan alat
ukur yang digunakan, memperbanyak jumlah item, dan perlu diuji cobakan lagi

Perpustakaan Unika
44
untuk mengetahui validitas dan reliabilitas jika digunakan pada subyek
penelitian yang berbeda. Bila tertarik melakukan penelitian yang sejenis,
disarankan untuk melibatkan variabel-variabel lain yang mempengaruhi perilaku
agresif, seperti faktor internal yang terdiri dari frustrasi, stres, jenis kelamin,
deindividuasi atau depersonalisasi, ketrampilan memecahkan masalah, dan
faktor eksternal yang terdiri dari provokasi, model sosial, serangan atau
ancaman, alkohol dan obat-obatan.








Perpustakaan Unika
45
DAFTAR PUSTAKA

Adventi,A. 2004. Kecerdasan Emosional Anak Berbakat Ditinjau Dari
Kematangan Pribadi Orang Tua. Skripsi (tidak diterbitkan). Semarang :
Fakultas Psikologi Universita Katolik Soegijapranata

Aman,T.P. 2004. Perbedaan Agresivitas Pada Anggota Pencak Silat THS-
THM Ditinjau Dari Tingkat Pratama Dan Tingkat Tamtama. Skripsi
(tidak diterbitkan). Semarang : Fakultas Psikologi Universita Katolik
Soegijapranata

Ancok,D. 1987. Teknik Penyusunan Skala Pengukuran. Yogyakarta : Pusat
Penelitian Kependudukan UGM.

Azwar,S. 1999. Reliabilitas Dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Baron,R.A ; Byrne. 1984. Social Psychology, Fourth Edition London : Allyn
And Bacon Inc

Brigham,J .C. 1991. Social Psychology : Second Edition, New York : Harper,
Colins Publisher

Chaplin,J .P. 1995. Kamus Lengkap, Alih Bahasa : Kartini Kartono, Edisi I
Cetakan Ke 2, J akarta : PT.Grafindo

De Clerg,L. 1994. Tingkah Laku Abnormal Dari Sudut Pandang
Perkembangan, Alih Bahasa : J oerban Walia, J akarta : PT.Gramedia
Pustaka Utama

Djuwariah, 2002. Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dan
Agresivitas Pada Remaja, Psikologika, No 13

Drever,J . 1986. Kamus Psikologi. Alih Bahasa : Kartini Simanjuntak. J akarta :
PT.Bina Aksara

Gunarsa,S.D. 1995. Psikologi Perkembangan. J akarta : Rajawali

Goleman,D. 1997. Kecerdasan Emosioal : Alih Bahasa : Hermaya. PT
Gramedia Pustaka Utama

Perpustakaan Unika
46

. 2001. Kecerdasan Emosional : Mengapa EI lebih Penting
Dari EQ. Alih Bahasa : T. Hermaya. J akarta : PT.Gramedia Pustaka
Utama.

Hadi,S. 2001. Metodologi Research- Untuk Paper, Skripsi, Tesis, Dan
Disertasi. J ilid 2. Yogyakarta : Andi Offset

Hurlock,E. 1996. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan : Edisi Ke-5. Alih Bahasa : Isti Widayanti dan
Soejarwo. J akarta : PT.Erlangga

Harre,R. And Lamb,R. 1996. Ensiklopedi Psikologi. J akarta : Arcan

J honson Dan Medinus,G.R. 1976. Child Psychological Behavior And
Development, New York : J hon Willy, Second Edition

Kartono,K. Dan Gulo,D. 1987. Kamus Psikologi. Bandung : Pionis J aya

Koeswara,C. 1988. Agresi Manusia. Bandung : PT.Eresco

Patton,P. 2002. Kecerdasan Emosional : Pengembangan Sukses Lebih
Bermakna. J akarta : Mitra Media

Pertiwi,D. 1997. Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak. J akarta :
Yayasan Aspirasi Pemuda

Rostiana. 1997. Peranan Kecerdasan Emosional Dalam Proses
Pembelajaran. J urnal Ilmiah psikologi ARKHE : Tahun Kedua No 3

Scheneiders,A.A. 1975. Personal Adjusment And Mental Health. New York
: Holt Richart And Winston, Inc

Shapiro,L.E. 1999. Mengajarkan Emosional Intelegence Pada Anak. Alih
Bahasa : Alex Tri Kantjono. J akarta : PT.Gramedia Pustaka Utama

Warsito,H. 1995. Pengantar Metodologi Penelitian : Buku Panduan
Mahasiswa. J akarta : PT.Gramedia Pustaka Utama


Perpustakaan Unika
Nama :

Umur :

1 Saya tahu ketika saya dalam kondisi kesal dan marah SS S TS STS
2 Saya tidak tahu dengan pasti alsan saya marah SS S TS STS
3 J ika saya sedang marah saya akan diam dan meneangkan diri SS S TS STS
4 Saya tidak mampu mengendalikan emosi saya yang meledak-ledak SS S TS STS
5 Saya bisa menyemangati diri saya ketika menghadapi kesulitan SS S TS STS
6 Saat merasa jenuh saya akan berhenti berusaha SS S TS STS
7 Saya tahu ketika teman saya sedang marah SS S TS STS
8 Ketika saya bertemu teman lama, saya akan berteriak memanggilnya
tanpa melihat situasi saat itu
SS S TS STS
9 Saya terbiasa menyapa terlebih dahulu pada teman yang saya jumpai SS S TS STS
10 Saya tidak dapat memulai percakapan terlebih dahulu SS S TS STS
11 Saya mampu memahami apa yang sedang terjadi pada diri saya SS S TS STS
12 Saya bingung dengan perasaan saya sendiri SS S TS STS
13 Ketika saya tersinggung dengan ucapan teman saya bisa menahan diri SS S TS STS
14 Saya mudah merasa cemas terhadap masalah yang saya hadapi SS S TS STS
15 Saya berusaha tetap tegar ketika menghadapi kegagalan SS S TS STS
16 Ketika gagal mengatasi masalah, saya malas mencari jalan keluarnya
lagi
SS S TS STS
17 Saya turut bahagia bila teman saya mampu mengatasi masalah
pribadinya
SS S TS STS
18 Saya tidak tahu perbedaan teman saya bila sedang merasa senang
dan sedih
SS S TS STS
19 Saya mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru SS S TS STS
20 Saya merasa kaku bila berdekatan dengan teman SS S TS STS
21 Saya dapat membedakan kesal dan marah saya kepada orang lain SS S TS STS
22 Saya tidak tahua alasannya mengapa saya sedih SS S TS STS
23 Saya berusaha tetap tersenyum dihadapan teman-teman walaupun
saya
sedang sedih
SS S TS STS
24 Saya memukul teman yang membuat saya jengkel SS S TS STS
25 Saya tidak berkeluh kesah jika sedang menghadapi suatu masalah SS S TS STS
26 Saya mudah putus asa SS S TS STS
27 Saya bisa memahami keinginan orang lain SS S TS STS
28 Saya menertawakan teman yang menangis SS S TS STS
29 Saya merasa nyaman dengan orang-orang di sekitar saya SS S TS STS
30 Saya tidak terbiasa berbicara dengan orang yang belum dekat dengan
saya
SS S TS STS
31 Saya mudah sakit hati bila ada yang menggujingkan saya SS S TS STS
32 Saya tidak tahu dengan pasti mengapa saya mudah melampiaskan
kemarahan saya kepada siapapun
SS S TS STS
33 Saya mampu menenangkan diri saat cemas SS S TS STS
Perpustakaan Unika
34 Saya akan memaki orang yang membuat saya kesal SS S TS STS
35 Saya tidak ingin berlama-lama larut dalam kesedihan bila sedang berada
dalam suatu masalah
SS S TS STS
36 Saya mudah patah semangat SS S TS STS
37 Ketika dibutuhkan teman, saya selalu siap membantunya SS S TS STS
38 Saya tidak ikut merasa sedih ketika teman sedang berduka cita SS S TS STS
39 Saya mudah berkenalan dengan orang lain SS S TS STS
40 Saya hanya punya sedikit teman SS S TS STS






































Perpustakaan Unika
Petunjuk Pengisian Skala :

1. Tulislah terlebih dahulu identitas diri anda
2. Isilah kolom-kolom yang tersedia dengan cara memberikan tanda silang ( X )
3. Pilihan jawaban hendaknya disesuaikan dengan keadaan diri anda yang sebenar-
benarnya
4. J awaban yang dipilih semuanya adalah baik dan benar, tidak ada jawaban yang
salah
5. Apabila akan mengganti jawaban yang tidak tepat, berilah tanda sama dengan
( =) pada jawaban yang salah, kemudian berilah silang pada jawaban yang
dikehendaki.
Misalnya :
Saya seorang yang humoris SS S TS STS
6. Setelah jawaban terisi, telitilah kembali jawaban yang sudah dijawab, jangan
sampai ada yang terlewat
7. Keterangan :
SS : Sangat Sesuai
S : Sesuai
TS : Tidak Sesuai
STS : Sangat Tidak Sesuai





Terima Kasih Atas Kerja Sama Anda

Perpustakaan Unika
1. . Saya tidak segan-segan memukul orang yang membuat
saya tersinggung
SL S J TP
2. Saya memaafkan orang yang telah menyakiti saya SL S J TP
3. Saya tidak menggunakan helm dalam berkendara SL S J TP
4. Saya mentaati marka-marka di jalan SL S J TP
5. Saya memaksa orang lain untuk mengikuti keinginan saya SL S J TP
6. Saya membiarkan orang yang menyerobot dalam antrian SL S J TP
7. Saya suka meremehkan klub motor lain SL S J TP
8. Saya tidak suka menyombongkan diri dihadapan orang lain SL S J TP
9. Saya akan mempelototi orang yang mencurigakan SL S J TP
10. Saya membiarkan orang mengamati motor saya SL S J TP
11. Saya tetap mempertahankan pendapat saya walaupun
belum pasti benar
SL S J TP
12. Saya bisa menerima kritikyang saya anggap baik SL S J TP
13. Apabila saya aditantang berkelahi, saya akan menerimanya SL S J TP
14. Saya lebih memilih berdamai daripada berkelahi SL S J TP
15. Saya ikut kebut-kebutan di jalan raya SL S J TP
16. Walaupun keadaan jalan sepi, saya mengikuti petunjuk
lampu lalu lintas
SL S J TP
17. Saya akan memarahi orang yang memakai barang milik
saya
SL S J TP
18. Bila berebut barang, saya lebih baik mengalah SL S J TP
19. Saya suka menggoda wanita yang cantik SL S J TP
20. Saya memuji motor orang lain yang lebih baik dari motor
saya
SL S J TP
21. Saya menegur orang yang melihat ke arah saya terus SL S J TP
22. Banyak orang perhatian terhadap saya SL S J TP
23. Saya menolak masukan dari orang lain SL S J TP
24. Saya tidak memotong pembicaraan orang lain SL S J TP
25. Saya memaki orang yang hampir menyerempet saya SL S J TP
26. Saya tidak mudah marah meskipun ada orang yang
menghina saya
SL S J TP
27. Saya melanggar peraturan-peraturan lalu lintas SL S J TP
28. Dalam berkendara saya tetap berada pada jalur yang benar SL S J TP
29. Saya suka menyerobot antrian SL S J TP
30. Saya tidak tersinggung bila dinomor duakan oleh orang lain SL S J TP
31. Saya suka membuat suara yang besar pada motor saya SL S J TP
32. Saya berhati-hati dalam berbicara untuk menjaga perasaan
orang lain
SL S J TP
33. Saya tidak suka motor saya dipinjam oleh orang lain SL S J TP
34. Saya tidak memperdulikan orang yang berbisik-bisik
sambil melihat ke arah saya
SL S J TP
35. Saya memarahi orang yang tidak mematuhi perintah saya SL S J TP
36. Saya tidak perduli dengan pendapat orang lain SL S J TP
Perpustakaan Unika



Petunjuk Pengisian Skala :

1. Tulislah terlebih dahulu identitas diri anda
2. Isilah kolom-kolom yang tersedia dengan cara memberikan tanda silang ( X )
3. Pilihan jawaban hendaknya disesuaikan dengan keadaan diri anda yang sebenar-
benarnya
4. J awaban yang dipilih semuanya adalah baik dan benar, tidak ada jawaban yang
salah
5. Apabila akan mengganti jawaban yang tidak tepat, berilah tanda sama dengan ( =
) pada jawaban yang salah, kemudian berilah silang pada jawaban yang
dikehendaki.
Misalnya :
Saya seorang yang humoris SL S J TP
6. Setelah jawaban terisi, telitilah kembali jawaban yang sudah dijawab, jangan
samapai ada yang terlewat
7. Keterangan :
SL : Selalu
S : Sering
J : J arang
TP : Tidak Pernah





Terima Kasih Atas Kerja Sama Anda

Perpustakaan Unika

Anda mungkin juga menyukai