Anda di halaman 1dari 82

Komunitas Musik Malang Blues Colony (MBC)

Dan Upaya Membangun Identitas Bermusik Di Kota Malang


(Studi Deskripsi Di Kota Malang)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosiologi


di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Disusun Oleh :

OKFRIDO SUSLIAN KUSUMA


115120100111022

JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi
Nama : Okfrido Suslian Kusuma
Tempat/Tanggal lahir : Malang, 19 Oktober 1992
Jenis kelamin : Laki-laki
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Umur : 23 Tahun
Tinggi/Berat Badan : 171 cm/65 kg
Alamat : Jl. Morcoyo Gondanglegi – kab Malang no 36
Telepon : 082165685984
Email : okfrydokusuma@gmail.com

Latar Belakang Pendidikan


Formal
1997 - 1999 : TK Bhayangkari Gondanglegi
1999 - 2005 : SDN 3 Turen Kabupaten Malang
2005 - 2008 : SMPN 1 Turen Kabupaten Malang
2008 - 2011 : SMAN 1 Turen Kabuaten Malang
20011 – 2018 : Sarjana di Universitas Brawijaya Malang

Pengalaman kerja

(2016) Sebagai admin staff di CV. HR Karya yang bergerak di bidang kontraktor perkebunan (peserta PTPN
12)

(2017) Sebagai Karyawan di perusahaan swasta OPPO Smarphone

Pengalaman Organisasi

(2016) Anggota aktif di komunitas musik Malang Blues Colony (MBC) Malang

(2016) Tim sukses anggota DPR pada salah satu fraksi partai.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan berkat dan perlindungan-Nya kepada penulis, sehingga saya

dapat dapat menyelesaikan penelitian skripsi berjudul “Komunitas Musik

Malang Blues Colony (MBC) Dan Upaya Membangun Identitas Bermusik Di

Kota Malang (Studi Deskripsi Di Kota Malang)”. Skripsi ini merupakan tugas

akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa

adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis menyampiakan ucapan terimakasih kepada :

1. Kepada Allah SWT yang memberikan segala rahmatnya kepada

penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir peneliti.

2. Kepada kedua orang tua (Bapak Poerwono, ST dan Ibu Sri Utami), yang

selalu memberikan doa, restu dan kepercayaan kepada saya.

3. Kepada kedua Dosen pembimbing Bapak Dhanny S Sutopo, M.Si dan

Bapak Lutfi Amiruddin, M.Sc, yang selalu merelakan waktu, tenaga dan

membagikan pengetahuan kepada penulis, yang pada akhirnya penulis

mampu menghasilkan sebuah karya tulis dalam bentuk skripsi.

4. Kepada kedua dosen penguji Bapak Arief Budi Nugroho, M.Si dan Ibu

Wida Ayu Puspitosari, S.Sos., M.Si yang bersedia memberikan masukan

dan saran terkait dengan skripsi penulis.

5. Kepada para senior MBC, yang membantu memberikan masukan dan

saran dalam pembuatan skripsi.


6. Kepada kakak saya yang bernama Anna Afida S, S.Sos dan dr. Mirsa Arista

S, Kapten Infanteri Kasrun Hamid (AD) dan Kapten Kes. Aulia Rachman

(AU) yang telah memabantu secara financial percetakan skripsi saya. Serta

keponakan saya tercinta Kayta Atthaya Manggala Algifari yang selalu

mengganggu saat proses pengerjaan skripsi.

7. Kepada teman-teman saya Caltha Firosan S.Pd yang telah meminjamkan

Printernya untuk mencetak hasil skripsi saya, serta Gaguk Arief A S.Pd yang

selalu menemani mencetak skripsi walaupun selalu meminta imbalan rokok,

dan Agung Krizna (owner Omah Sambel CoffeShop), Ega Aris, dan Sintya

Kusmelisa Amd, Dwi Yuliandari S.Pd yang selalu cerewet bawel banyak

omong dengan memberikan semangat untuk mengerjakan skripsi walaupun

selalu diajak holiday terus menerus ke wisata alam.

8. Terimakasih kepada Onni Mandala S.Sos yang selalu memberikan masukan

saat mengerjakan skripsi, dan Moch Febrianto S.AB yang menemani saat

ujian kompre saat di bulan puasa walaupun diajak mokel tidak mau. Serta

teman – teman jurusan Sosiologi dan jurusan lain yang telah membantu.

9. Terimakasih kepada pihak informan selaku jajaran senior MBC (Malang

Blues Colony) Mas Lukgin, Firman Hartanto, Mas koko, Mas popo, Mas

Slamet Hidayat, Mas Sammy Mulya dan kepada Mas Randhem (Yayasan

Musik Indonesia) yang selalu memberikan masukan mengajarkan tentang

music beraliran Blues dan kepada seluruh musisi Malang Raya yang terlibat

dalam pembuatan skripsi saya.

Malang, Juli 2018


DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... i
ABSTRACT ....................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 6
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 7
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu ........................................................................ 8
2.2 Definisi Konseptual........................................................................... 10
2.2.1 Musik Blues dan Musik Populer ............................................ 10
2.3 Landasan Teori ................................................................................. 11
2.3.1 Identitas .................................................................................... 11
2.4 Alur Pemikiran ................................................................................. 17
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian ............................................................................. 18
3.2 Lokasi Penelitian............................................................................... 19
3.3 Fokus Penelitian ................................................................................ 19
3.4 Teknik Penentuan Informan ........................................................... 19
3.5 Sumber dan Jenis Data .................................................................... 20
3.5.1 Data Primer .............................................................................. 20
3.5.2 Data Sekunder.......................................................................... 20
3.6 Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 21
3.7 Teknik Analisis Data ........................................................................ 24
BAB IV GAMBARAN UMUM
4.1 Sejarah Musik Blues di Kota Malang ............................................. 28
4.2 Sejarah dan Perkembangan MBC .................................................. 30
4.3 Keanggotaan MBC ........................................................................... 34
4.4 Kegiatan MBC .................................................................................. 36
4.5 Deskripsi Informan........................................................................... 55
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Posisi Musik Blues di Kota Malang ................................................ 56
5.2 Penguatan Identitas Musik Blues di Kota Malang ........................ 61
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan........................................................................................ 70
6.2 Saran .................................................................................................. 71
DAFAR PUSTAKA 72
ABSTRAK

Okfrido Suslian Kusuma, 2018. Komunitas Musik Malang Blues


Colony (MBC) Dan Upaya Membangun Identitas Bermusik Di Kota Malang
(Studi Deskripsi Di Kota Malang). Dhanny S. Sutopo, S.Sos, M.Si, Lutfi
Amirudin, S.Sos, M.Si. 70 Hal + v.
Malang Blues Colony atau MBC merupakan salah satu komunitas
pecinta musik blues yang dibentuk untuk menyatukan para pecinta musik blues di
area Malang. Malang Blues Colony ini sendiri dibentuk sebagai wadah untuk
orang-orang yang memiliki ketertarikan dengan musik blues. Musik blues masih
kalah untuk sekedar dikenal banyak orang kususnya masyarakat di kota Malang.
Sering diadakannya acara atau pagelaran musik yang jarang diadakan untuk musik
blues. Hal tersebut dapat dilihat melalui papan reklame hingga spanduk – spanduk
yang terpasang di tepian jalan raya masih tetap langkah ditemukannya acara yang
terdapat musik blues di dalamnya. serta menarik terbilang muda yang sudah mulai
menggeluti musik blues. Sejarah musik yang panjang di Kota Malang membuat
penulis tertarik untuk melihat perkembangan musik di Kota Malang terutama
musik Blues dikarenakan aliran musik lain seperti pop,rock dan jazz mempunyai
identitas yang cukup kuat di Malang dan eksistensinya terasa hingga sekarang di
bandingkan musik blues eksistensinya sangat minim di Kota Malang.
Perkembangan MBC sendiri dimulai dari radio lokal Malang yaitu radio Mas FM
yang kemudian membentuk sebuah program di stasium radio tersebut. Antusias
penikmat musik di Malang terhadap musik blues yang cukup bagus ditandai
dengan seringnya berkumpul anggota MBC. MBC dalam menjaga eksistensinya
dengan selalu mengadakan pagelaran musik yang di dalamnya terdapat band –
band yang beraliran blues, jadi band-band tersebut kebanyakan di undang untuk
mengisi acara blues di Malang.
Pebelitian ini bertujuan untuk memahami Malang Blues Colony dalam
membangun identitas bermusiknya di Kota Malang serta memahami cara-cara
yang dilakukan Malang Blues Colony untuk terus eksis di belantika musik di Kota
Malang. Pada penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif untuk
mendukung penelitian yang penulis lakukan. Menggunakan data primer berupa
kata yang diucapkan oleh subyek dan data sekunder berupa data penelitian
terdahlu. Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
dengan cara observasi, dokumentasi, dan wawancar, kemudian dianalisis secara
kualitatif serta diuraikan dalam bentuk deskriptif.

Kata Kunci: Musik Blues, Identitas, Eksistensi


ABSTRACT

Okfrido Suslian Kusuma, 2018. Komunitas Musik Malang Blues Colony


(MBC) Dan Upaya Membangun Identitas Bermusik Di Kota Malang (Studi
Deskripsi Di Kota Malang). Dhanny S. Sutopo, S.Sos, M.Si, Lutfi Amirudin,
S.Sos, M.Si. 70 Hal + v.
Malang Blues Colony or MBC is a community of blues music lovers
which formed to unify the blues music lovers in Malang. Malang Blues Colony
formed as a place for people who have an interest in blues music. Blues music is
less to be known by many people in Malang. Blues music are rarely to be hold. It
can be seen through the billboards and banners of the highway still remains the
step of finding an event that there is blues music in it. as well as attracting fairly
young who have started wrestling in blues music. The long history of music in
Malang makes the writer interested to see the development of music in Malang,
especially Blues music because the flowing of other music such as pop, rock and
jazz has a strong enough identity in Malang and its existence was felt today
compared to the blues music existence is minimal in Malang. MBC's development
started from local radio Malang, Mas FM radio, which formed a program in the
radio station. The enthusiastic of music lovers in Malang to blues music is pretty
good marked by the frequent gathering of MBC members. MBC in maintaining its
existence by always holding a music show in which there are blues bands, so the
bands are mostly invited to fill the blues event in Malang.
This research is aimed to comprehend Malang Blues Colony in
establishing musical identity in Malang City and understand the ways that Malang
Blues Colony is done to continue to exist in music in Malang. In this study the
writer uses qualitative method. By using primary data in the form of words spoken
by subjects and secondary data in the form of previous research, in this study the
researchers used data collection techniques by using observation, documentation,
and interview, then analyzed qualitatively and described in the form of
descriptive.

Keywords: Blues Music, Identity, Existence


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Malang Blues Colony atau lebih biasa disebut dengan nama MBC

merupakan salah satu komunitas pecinta musik blues yang dibentuk untuk

menyatukan para pecinta musik blues di area Malang. Malang Blues Colony

ini sendiri dibentuk sebagai wadah untuk orang-orang yang memiliki

ketertarikan dengan musik blues. Secara pelan namun pasti Malang Blues

Colony kemudian berkembang dan mulai dikenal oleh sebagian besar orang-

orang. Dari awal pembentukan Malang Blues Colony ini yang sangat sedikit

anggotanya seiring perkembangan waktu mulai memiliki banyak anggota.

Perjalanan yang begitu panjang membuat musik blues sendiri mulai

digemari oleh banyak orang terlebih ketika ada komunitas yang menjadi

wadah bagi pecinta musik blues, perjalanan panjang tersebut nampaknya

membuat para pecinta musik blues memiliki identitas bermusiknya dengan

aliran musik blues yang menjadi ketertarikannya. Tentu dengan adanya

Malang Blues Colony ini membuat para pecinta musik blues untuk

membangun dan menunjukkan identitas bermusik pada pecintanya.

Blues adalah sebuah aliran musik vokal dan instrumental yang berasal

dari Amerika. Nama blues lahir dari istilah blue yang dikonotasikan dengan

perasaan frustatif dan melankolis. Musik blues berangkat dari musik-

musik spiritual dan pujian yang muncul dari komunitas mantan budak-budak

1
Afrika di Amerika. Musik Blues mulai berkembang dan menjadi aliran

musik pada era 90 an (Artharadio, 2015).

Musik blues sebagai aliran musik yang kurang populer di Indonesia

setidaknya cukup berkembang walaupun perkembangannya sangat jauh bila

dibandingkan dengan musik pop, rock maupun jazz. Sudah banyak usaha dari

kelompok musisi blues ataupun komunitas musik di tanah air yang dapat

dikatakan berjuang untuk memajukan, minimal melestarikan musik blues di

tanah air.

Komunitas – komunitas tersebut antara lain INA Blues yang didalangi

oleh bung Oding Nasution yang sudah konsisten dengan musik blues,

demikian pula dengan komunitas Bandung Blues Society yang tidak kurang

dikelola oleh musisi senior yang sudah lama menggeluti dunia musik blues

(Artharadio,2015:).

Jogja Blues Forum yang juga dimotori oleh musisi senior di Kota Jogja.

Bali Blues Island di Denpasar yang juga musisi seniornya serta masih banyak

lagi komunitas musik blues di tanah air kita yang kondisinya mungkin masih

belum muncul kepermukaan (Artharadio,2015:).

Upaya untuk memajukan musik blues di tanah air juga pernah

dilakukan oleh komunitas INA Blues Jakarta yang menjadi harapan dapat

secara rutin menyelengarakan Festival Blues International dan belakangan ini

di Kota Bandung di ramaikan pula oleh pagelaran musik Jakarta International

Blues Festival Competition yang banyak diikuti oleh musisi blues yang masih

dulu berkembang banyak penikmat dan pemain musiknya.

2
Demikian halnya yang terjadi di kota Malang, musik blues masih kalah

untuk sekedar dikenal banyak orang kususnya masyarakat di kota Malang.

Sering diadakannya acara atau pagelaran musik yang jarang diadakan untuk

musik blues. Hal tersebut dapat dilihat melalui papan reklame hingga

spanduk – spanduk yang terpasang di tepian jalan raya masih tetap langkah

ditemukannya acara yang terdapat musik blues di dalamnya. serta menarik

terbilang muda yang sudah mulai menggeluti musik blues.

Wilayah cakupan INA Blues yang luas membuat penulis memfokuskan

penelitian di Kota Malang. Kota Malang dipilih karena mempunyai sejarah

musik yang cukup kuat. Barometer musik tanah air bahkan mampu disandang

oleh Malang hal ini disebabkan, musisi dan band-band potensial dengan

beragam genre tumbuh subur di sini (Jawa pos,2016) .

Bahkan di era tahun 90-an, Malang pernah memiliki gelar prestisius

sebagai barometer musik di Tanah Air. Penahbisan itu layaknya sebuah

penghargaan kolektif tertinggi dari seluruh musisi rock di Indonesia sehingga

gelar membanggakan itu lebih dari sekedar gelar. Karena secara langsung,

dominan ditujukan kepada sikap kritis dan fanatisme masyarakat Malang

terhadap selera menikmati musik (Berita Jatim,2015).

Sejarah musik yang panjang di Kota Malang membuat penulis tertarik

untuk melihat perkembangan musik di Kota Malang terutama musik Blues

dikarenakan aliran musik lain seperti pop,rock dan jazz mempunyai identitas

yang cukup kuat di Malang dan eksistensinya terasa hingga sekarang di

bandingkan musik blues eksistensinya sangat minim di Kota Malang.

3
Seharusnya di Bandingkan musik jazz yang jauh lebih muda komunitasnya

yaitu Malang Jazz Forum (MJF) yang berdiri tahun 2008 (Portal Musik,2015)

tetapi identitasnya sudah sangat kuat dan berkembang cukup pesat bila di

bandingkan dengan Malang Blues Coolony (MBC) yang sudah ada sejak

1997.

Perkembangan MBC sendiri dimulai dari radio lokal Malang yaitu radio

Mas FM yang kemudian membentuk sebuah program di stasium radio

tersebut. Antusias penikmat musik di Malang terhadap musik blues yang

cukup bagus ditandai dengan seringnya berkumpul anggota MBC.

Perlu diketahui bagi komunitas MBC dalam menjaga eksistensinya

dengan selalu mengadakan pagelaran musik yang di dalamnya terdapat band

– band yang beraliran blues, jadi band-band tersebut kebanyakan di undang

untuk mengisi acara blues di Malang. Selain itu perwakilan komunitas blues

di luar malang biasanya di wakili oleh band- band senior dan junior.

MBC sering mengundang komunitas band beraliran blues di berbagai

kota misalnya, dari Surabaya, Nganjuk, Lamongan, bahkan hingga luar Jawa

timur. Dengan adanya acara seperti itu bisa mempererat relasi antar

komunitas musik blues. Acara ini tergolong rutin, karena setiap bulan pasti di

adakan pagelaran musik blues dengan menggunakan tempat makan atau caffe

di kota Malang.

Di dalam MBC terdapat band – band seperti junior dan senior. Hal ini

perlu diketahui bahwa tidak ada perbedaan sama sekali disetiap kalangan

dianggap sama dan mempunyai peluang sama untuk membesarkan nama

4
group bandnya masing – masing. Jadi intinya junior dan senior bisa saling

bekerjasama demi nama MBC di kota Malang.

Pada dasarnya seorang senior di MBC memiliki tugas untuk

membimbing para junior yang sudah lama masuk ataupun yang baru

bergabung dengan MBC, dengan kata lain memberikan fasilitas untuk

mengembangkan bakatnya. Sementara itu untuk para personil band junior

juga memiliki peran untuk mencari sponsor dan lokasi yang dapat menggelar

musik blues. Sehingga hal ini merupakan salah satu bentuk kerjasama dari

komunitas MBC Malang dalam memajukan eksistensinya dikalangan

masyarakat umum.

Dengan demikian, dari penelitian terdahulu dapat membantu penulis

dalam memahami bagaimana Malang Blues Colony (MBC) sebagai

kelompok musik minoritas dalam membangun identitas bermusik di tengah

maraknya musik popular di Malang. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan teori dari Stuart Hall dan jenis penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif deskriptif karena penting bahwa dalam studi untuk

mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki

pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber

informasi.

Bagi Stuart Hall dalam teorinya berusaha menekankan bahwa sebuah

identitas terus bertransformasi terus menerus sesuai dengan perkembangan

jaman. Pembentukan identitas ini nantinya akan terus bersinergi dalam

perkembangan jaman agar identitas ini dapat diterima oleh masyarakat.

5
Identitas pada dasarnya dikaji Hall terbagi menjadi tiga konsep subyek yang

berbeda, yakni (a) Enlightenment subject (b) Sociological subject, dan (c)

post-modern subject (Stuart Hall,1996).

Dengan demikian, fokus penelitian pada permasalahan ini penulis

kemudian tertarik untuk memahami proses pembangunan identitas MBC

hingga kurang berkembang di Kota Malang dan melihat cara yang dilakukan

MBC untuk terus membangun identitasnya agar terus eksis ditengah

gempuran musik popular seperti Pop, Rock maupun Jazz. Dalam hal ini

penulis ingin melihat MBC membangun paradigma baru identitas musik

blues yang dapat diterima masyarakat luas dan membuat blues terus eksis di

Kota Malang. Maka dapat dirumuskan Bagaimana Malang Blues Colony

(MBC) sebagai kelompok musik membangun identitas bermusik di tengah

maraknya musik populer di Kota Malang, karena hal inilah menjadi perhatian

penelitian penulis dalam memahami lebih jauh mengenai MBC Malang

dalam menjaga identitas di lingkungannya.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana Malang Blues Colony (MBC) membangun identitas sebagai

komunitas pecinta musik blues di tengah maraknya musk populer di Kota

Malang?

6
1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk memahami Malang Blues Colony dalam membangun identitas

bermusiknya di Kota Malang.

2. Untuk memahami cara-cara yang dilakukan Malang Blues Colony untuk

terus eksis di belantika musik di Kota Malang.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai sarana pembelajaran sosiologi khususnya tentang membangun

identitas bermusik bagi aliran musik minoritas,

2. Sebagai sarana pendukung bagi penelitian selanjutnya yang berfokus pada

pembangunan identitas bagi kelompok minoritas.

3. Sebagai pengetahuan baru tentang macam-macam aliran musik dan

khusunya perkembangan musik blues di Indonesia

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penulis memakai studi terdahulu pertama milik Naldo (2012) yang

berupa thesis. Thesis ini melakukan penelitian terhadap Musik indie. Judul

dari penlitian ini adalah Musik Indie sebagai perlawanan terhadap industri

musik mainstream Indonesia (Studi kasus : Resistensi band Mocca dalam

menyikapi industry musik Indonesia). Tesis ini membahas mengenai

resistensi band mocca dalam industry musik Indonesia dalam konteks band

indie sebagai agen perubahan strukturisasi industry musik di Indonesia.

Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan studi kasus. Hasil

penelitian ini menyimpulkan bahwa industry musik Indonesia mengalami

penurunan kualitas oleh karena itu muncul musik indie sebagai musik

perlawanan terhadap musik mainstream di Indonesia.

Studi terdahulu ini menggunakan teori Strukturisasi milik Anthony

Giddens (1976) untuk menganalisa fenomena yang menjadi fokus penulis.

Teori milik Giddens ini berpendapat bahwa strukturisasi adalah akibat proses

yang tidak diharapkan dalam suatu tindakan yang menimbulkan norma,

aturan dan susunan sosial lain yang membatasi atau mempengaruhi tindakan

sosial di masa yang akan datang. Penelitian ini berkontribusi bagi penulis

sebagai bahan arahan dalam penataan alur logika dan kesamaan kasus yang

diteliti penulis. Perbedaannya penelitian ini menggunakan teori strukturisasi

dan studi kasus yang berbeda.

8
Dari penelitian yang sudah dilakukan posisi penelitian peneliti adalah

ingin mendeskripsikan dan menganlisis bagaimana orang-orang yang yang

berada dalam malang blues colony membentuk identitasnya dalam bermusik

ditengah maraknya musik populer.

Penelitian selanjutnya yang dipakai oleh penulis adalah penelitian yang

berjudul “Promotional Ubiquitous Musiks: New Identities and Emerging

Markets in the Digitalizing Musik Industry” yang di tulis oleh Leslie Meier

dari University of Western Ontario. Penelitian yang dilakukan oleh Leslie ini

berfokus pada semakin meningkatnya musik digital dewasa ini. Digital musik

ini menggeser peran musik fisik berbentuk CD dimana sekarang branding

musik sangat lekat dengan musik digital. Identitas musik digital yang digagas

para perusahaan yang berorientasi pada profit dan kapitalisasi musik tanpa

kurang memperhatikan musisi itu sendiri. Penelitian ini melihat bahwa

perkembangan jaman sangat dimaksimalakan oleh kapitalis musik didukung

pemasaran yang baik mampu membranding identitas musik digital untuk

diterima masyarakat luas.

Dari penelitian ini juga didapatkan sebuah temuan bahwa komersialisasi

musik hanya menguntungkan perusahaan musik besar dengan artis musik

popular dan mengesampingkan musik minoritas dan perusahaan musik idealis

pada aliran musik tertentu. Penelitian ini mencoba menjelaskan fenomena

tersebut melalui kerangka teori Neo Adamian yang memiliki pandangan

bahwa “budaya industry” mengasumsikan relevansi yang baru antara

perkembangan teknologi dan permintaan konsumen yang ingin dipermudah.

9
Hal ini kemudian mendukung brand identity pada musik digital lebih mudah

dilakukan di era sekarang. Penelitian ini berkontribusi dalam penelitian

penulis sebagai bahan pembuatan alur logika pemikiran brand identity karena

memiliki persamaan dengan tujuan penulis yaitu membangun identitas musik

blues di kota Malang. Perbedaannya terletak pada lingkup musik yang lebih

luas dan teori yang digunakan dimana teori yang digunakan pada studi

terdahulu ini berasal dari teorisasi oleh Leslie.

Posisi peneliti adalah ingin memberikan data yang jelas dan detail terkait

dengan proses pembentukan identitas Malang Blues Colony sebagai

penggemar musik blues yang mana diketahui bahwa musik blues sendiri

menjadi salah satu jenis musik yang tidak banyak peminat karena maraknya

musik populer yang lebih menarik minat para penggemar musik.

2.2 Definisi Konseptual

2.2.1 Musik Blues dan Musik Populer

Musik blues sebagai aliran musik minoritas mencoba untuk

membangun identitas nya di tengah musik popular di di Kota Malang.

Musik blues adalah musik yang berasal dari Amerika lahir dari etnis Afrika-

Amerika di semenanjung Delta Mississippi pada akhir abad XIX sekitar

tahun 1895 dan berlangsung hingga kini. Musik ini lahir dari kehidupan

para budak yang bekerja sebagai buruh tani ras Afrika di Amerika, di mana

pada saat mereka bekerja atau istirahat sore hari mereka mengalunkan lagu-

lagu sedih (blues) yang khas melodi ras Afrika, dan tentu saja dengan lirik-

10
lirik budak yang tertindas pada waktu itu. Pada awalnya lagu blues hanya

dinyanyikan tanpa iringan instrument, kemudian baru meraka

mempergunakan alat petik gitar sebagai iringan.

Belakangan musik blues ini memengaruhi perkembangan musik jazz,

country, dan rock. Perhatikan bahwa irama dan melodi musik blues sangat

kental dengan ras Afrika. Kadang-kadang dalam syair timbul cerita tentang

kesedihan mereka sebagai budak dan buruh tani, dan tentu saja

perkembangannya sangat dipengaruhi lingkungan urban maupun desa

Amerika, di mana ras Afrika mendominasi gaya musik blues.

Para pemusik blues dan pencipta blues, rata-rata orang hitam Amerika,

adalah di mana W.C. Handy (1873-1958) adalah bapak blues. Lagu Aunt

Hagar's Children dan Saint Louis Blues diterbitkan masing-masing pada

tahun 1914 dan 1921. Di tengah minoritas musik blues para pecinta aliran

ini mendirikan komunitas-komunitas pecinta musik blues untuk membuat

identitas musik baru di tengah musik popular dewasa ini seperti Pop, Rock

dan Jazz.

2.3 Landasan Teori

2.3.1 Identitas

Penulis akan menjelaskan fenomena komunitas pecinta musik blues di

kota malang untuk membangun identitasnya dengan menggunakan teori

milik Stuart hall. Identitas menurut Stuart Hall (1990:223), dalam artikelnya

yang berjudul Cultural Identity and Diaspora, menafsirkan identitas sebagai

11
sebuah budaya milik bersama, semacam ‘aneka diri’ (selves) yang dimiliki

seacara bersama-sama oleh orang-orang yang memiliki sejarah dan asal-usul

yang sama.

Dalam pengertian yang kedua, ‘identitas’ lebih dilihat sebagai sebuah

proses ‘menjadi’, sebagai sebuah rantai perubahan terus-menerus. Sebagai

sebuah rentang sejarah, yang seperti dikatakan Michael Faulcault, dibentuk

berdasarkan rantai ‘keterputusan’ ketimbang rantai kontuinitas historis.

Identitas, dalam pengertian ini, mempunyai peluang yang sama sebagai

bentuk pelestarian masa lalu, di satu pihak, serta sebagai transformasi dan

perubahan masa depan, di pihak lain. Artinya, identitas tidak lagi semata

berorientasi ke masa lalu yang bersifat primordial (warisan budaya), akan

tetapi juga dapat berorientasi ke masa depan (kreativitas perubahan budaya).

Identitas bukanlah sesuatu yang telah tersedia buat kita, melampaui tempat,

waktu, sejarah, dan budaya, yang tidak dapat diubah. Identitas sebaliknya,

mempunyai sejarah.

Identitas terus bertransformasi terus menerus sesuai dengan

perkembangan jaman. Pembentukan identitas ini nantinya akan terus

bersinergi dalam perkembangan jaman agar identitas ini dapat diterima oleh

masyarakat. Dalam teorinya Stuart Hall membagi ketiga subjek dalam

menganalisa identitas. Stuart Hall dalam The Question of Cultural Identity

(1996:596-636) menegaskan bahwa perkembangan era modern kini teleh

membawa perkembangan baru dan mentranformasikan bentuk-bentuk

individualism; sebagai ‘tempat’ di mana konsepsi baru mengenai subyek

12
individu dan bagaimana identitas itu bekerja. Ada transformasi yang terjadi

dalam individu modern dimana mereka mencoba untuk melepaskan diri dari

tradisi maupun struktur (sosial) yang selama ini dianggap membelenggu.

Bukan berarti bahwa masyarakat yang hidup pada masa pra-modern tidak

individualis, melainkan tahapan ini memiliki ‘kehidupan’, ‘pengalaman’,

dan ‘konsep’ yang berbeda sesuai dengan masanya. Salah satu ciri

modernitas yang diduga kuat merubah tatanan sosial yang ada menurut Hall

adalah penemuan dan perkembangan mesin. Dari pembahasan ini, Stuart

Hall ingin menempatkan identitas menurut beberapa teori sebagai the

Enlightenment ‘subject’, identitas yang stabil dan final, sebagai de-centred

sampai kepada identitas yang terbuka, kontradiksi, tidak selesai, identitas

terfragmentasi dari subjek postmodernisme. Bagi Hall dalam Identity:

Community, Culture, Difference (1990),

“..There are two kinds of identity, identity as being (which


offers a sense of unity and commonality) and identity as becoming
(or a process of identification, which shows the discontinuity in
our identity formation)”.
Identitas pada dasarnya dikaji Hall terbagi menjadi tiga konsep subyek

yang berbeda, yakni (a) Enlightment subject (b) sociological subject, dan (c)

post-modern subject.

a. The Enlightment Subject

Secara konsep manusia merupakan subyek yang terpusat,

individu yang menyatu, subyek secara fitrahnya mewarisi apa yang

dikatakan sebagai beragam alasan (reason), kesadaran

13
(consciouness), dan aksi (action) yang bagi Hall merupakan “whose

‘center’ consists of inner core which first emerged when the subject

was born, and unfolded with it while remaining essentially the

same—continuous or ‘identical’ with itself — troughout the

individual existence”. Pusat dari segala hal yang esensial

menyangkut diri inilah yang disebut sebagai ‘identitas’ seseorang.

Bahwa pada dasarnya manusia memiliki segala ‘kemampuan’

untuk membebaskan diri dan menentukan bagaimana

sesungguhnya eksistensi diri; sebagai diri yang mendapat

pencerahan. Dalam konteks penelitian ini adanya komunitas musik

blues Malang untuk menunjukkan kebebasan bermusiknya di

tengah dominasi musik-musik populer yang saat ini sedang

berkembang.

b. The Sociological Subject

Subyek (individu) yang dihasilkan dari relasi yang terjadi di

wilayah sosial atau yang disebut Hall sebagai “significant others”.

Identittas, dalam konsep ini, pada dasarnya menghubungkan apa

yang disebut ‘yang di dalam’ sebagai wilayah pribadi dan ‘yang di

luar’ sebagai wilayah sosial. Berkaitan dengan penjelasan ini dalam

konteks penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah adanya

lewat musik blues para individu-invidu yang tergabung didalamnya

mencoba menerjemahkan apa yang di sebut dengan significant

other oleh Hall. Individu mencoba menghubungkan kesukaaan

14
bermusik blues dengan mengikuti dan terlibat dalam komunitas

musik blues Malang.

c. The post-modern subject

Identitas itu merupakan defenisi yang harus didekati melalui

historis dan bukan dengan pendekatan ‘ilmu’ biologi. Subyek

diasumsikan memiliki identitas yang berbeda dalam waktu yang

berbeda; identitas bukanlah apa yang menyatu di dalam diri atau

self itu sendiri; secara pemetaan kultural apa yang dinamakan kelas

sosial, gender, seksualitas, etnisitas, ras, dan nasionalitas teleh

memberikan kenyataan tempat-tempat yang tegas bagi individu-

individu dalam kehidupan sosialnya sebenarnya dibedakan atas

dasar segala sesuatu yang bersifat discontinuity, fragmentation,

dan dislocation. Bagi Hall identitas yang dimiliki oleh diri dan

dibawa sejak dilahirkan sampai mati sebenarnya adalah konstruksi

diri kita sendiri dengan konstruksi pemahaman yang memuaskan

diri (construct a comforting story) atau ‘narrative of the self’

tentang diri kita sendiri.

Subyek, yang sebelumnya memiliki identitas yang stabil dan

menyatu selanjutnya akan terfragmentasi tidak hanya menjadi satu

melainkan beberapa identitas; yang terkadang hal demikian

menimbulkan kontradiksi atau identitas yang ‘unresolved

identities’. Identitas pada akkhirnya, yang tersusun dari aspek ‘the

social landscapes out there’ dan yang memberikan rasa

15
kenyamanan secara subyektif melalui kebutuhan atau ‘need’ yang

objektif yang berasal dari kultur, akan terpecah-pecah sebagai hasil

dari perubahaan struktur dan institusional. Bahwa sesungguhnya

proses dari identifikasi telah menjadi lebih terbuka, bervariasi, dan

problematik.

“The notion of the sociological subject reflected the


growing complexity of the modern world and the
awareness that this inner core of the subject was not
autonomous and self-sufficient, but was formed in relation
to ‘significant others’, who mediated to the subject the
values, meanings and symbols — the culture — of the
worlds he/she inhabited. (Hall,1996).
Dalam konteks penelitian ini sendiri mengacu pada
permasalahan yang dikaji peneliti melihat bahwa subjek penelitian
yang ada cenderung mengacu ada subjek pertama dan subjek kedua.
Sehingga dalam kajiannya nanti peneliti akan fokus pada the
enlightment subject dan the sociological subject.

16
2.4 Alur Pemikiran

KOMUNITAS MUSIK
Musik Blues Musik Populer
Colony (Pop, Jazz, Rock)

Sub Ordinat Dominan

IDENTITAS
IDENTITAS

Konsep Subjek

The The The Post


Enlightment Sociological Modern
Subject Subject Subject

Keterangan:
= Menjelaskan Fenomena

= Topik Kajian

= Alur kajian

= Keterangan kajian

17
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Pada penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif untuk

mendukung penelitian yang penulis lakukan. Metode kualitatif yaitu sebuah

cara yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam

terhadap suatu permasalahan. Adapun yang dimaksud dengan penelitian

kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena

tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan

cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus

yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong,

2007:6). Dalam konteks penelitian ini harapannya dengan menggunakan

metode kualitatif peneliti dapat mendeksripsikan bagaimana anggota MBC

membangun identitas bermusik di kalangan masyarakat.

Adapun jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Penelitian

deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan

masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data.Tujuan dari metodologi ini

ialah pemahaman secara lebih mendalam terhadap suatu permasalahan yang

dikaji, yang mana dalam konteks penelitian ini permasalahan yang di kaji

adalah bagaimana MBC membangun identitas bermusik di kalangan

masyarakat, dimana identitas bermusik ini cenderung jenis musik yang

minoritas dibandingkan dengan jenis musik yang lainnya. Penelitian kualitatif

biasanya menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi.

18
Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dikarenakan data yang

didapat langsung diperoleh dari narasumber kunci yang tepat.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah adalah objek yang nantinya akan dipilih

peneliti untuk melakukan proses pengumpulan data yang dibutuhkan peneliti

dalam menganalisa studi kasus penelitian. Oleh karena pertimbangan tersebut

peneliti mengambil lokasi penelitian di kota Malang khususnya di basecamp

Malang Blues Colony dan Café tempat pertemuan rutin Malang Blues Colony

yang biasanya juga di adakannya acara getering atau event musik blues. Hal

ini penulis lakukan dengan pertimbangan, penulis akan lebih mudah untuk

memperoleh data yang sesuai tema dan rumusan masalah yang penulis

angkat.

3.3 Fokus Penelitian

Fokus dalam penelitian ini adalah Malang Blues Colony (MBC) sebagai

salah satu komunitas pecinta musik Blues yang membangun identitas

bermusiknya di tengah maraknya musik populer. Pada umumnya masyarakat

lebih dominan mengenal jenis musik pop, jazz dan Rock sehingga kajian

tentang pecinta musik blues ini menjadi menarik bagi peneliti.

3.4 Teknik Penentuan Informan

Dalam penelitian kualitatif, hal yang menjadi bahan pertimbangan

19
utama dalam pengumpulan data adalah pemilihan informan. Peneliti

menggunakan teknik penentuan informan dengan teknik purposive sampling.

Dalam teknik purposive ini yaitu penentuan informan secara tepat dan

mendalam, sesuai dengan kebutuhan data penelitian dan memiliki tujuan

pencapain data. Peneliti memberikan kriteria untuk siapa saja yang bisa

menjadi informan dan lebihtepatnya mereka yang memiliki pemahaman luas

tentang musik blues, kriteria tersebut adalah: (a) harus anggota MBC Malang,

(b) orang yang paham tentang jenis musik Blues dan pandai dalam bermain

musik blues, (c) orang yang menyukai jenis musik blues.

3.5 Sumber dan Jenis Data

3.5.1 Data Primer

Data Primer, adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang

diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh

subjek yang dapat dipercaya, yakni subjek penelitan atau informan yang

berkenaan dengan variabel yang diteliti atau data yang diperoleh dari

responden secara langsung (Arikunto, 2010:22). Dalam hal ini data primer

didapatkan melalui wawancara peneliti dengan informan dan data yang

didapatkan ketika peneliti melakukan observasi dengan keterlibatan

langsung bersama anggota MBC

3.5.2 Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh

peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan

20
dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau

laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang

dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Untuk data sekunder peneliti

akan meminta data-data keterangan yang dimiliki oleh komunitas MBC di

Kota Malang entah data yang berupa dokumentasi file maupun foto.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti

untuk mendapatkan data dalam suatu penelitian. Pada penelitian kali ini

peneliti memilih jenis penelitian kualitatif maka data yang diperoleh haruslah

mendalam, jelas dan spesifik. Selanjutnya dijelaskan oleh Sugiyono

(2009:225) bahwa pengumpulan data dapat diperoleh dari hasil observasi,

wawancara, dokumentasi, dan gabungan/triangulasi. Pada penelitian ini

peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara observasi,

dokumentasi, dan wawancara.

1. Observasi

Observasi menurut Kusuma (1987:25) adalah pengamatan yang

dilakukan dengan sengaja dan sistematis terhadap aktivitas individu

atau obyek lain yang diselidiki. Adapun jenis-jenis observasi tersebut

diantaranya yaitu observasi terstruktur, observasi tak terstruktur,

observasi partisipan, dan observasi nonpartisipan. Dalam penelitian ini,

sesuai dengan objek penelitian maka, peneliti memilih observasi

partisipan. Observasi partisipan yaitu suatu teknik pengamatan dimana

21
peneliti ikut ambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objek

yang diselidiki. Observasi ini dilakukan dengan mengamati dan

mencatat langsung terhadap objek penelitian, yaitu dengan mengamati

kegiatan-kegiatan yang ada di Malang Blues Colony. Sehingga peneliti

dapat menentukan informan yang akan diteliti dan juga untuk

mengetahui jabatan, tugas/kegiatan, alamat, nomor telepon dari calon

informan sehingga mudah untuk mendapatkan informasi untuk

kepentingan penelitian.

Observasi yang akan peneliti lakukan yaitu dengan datang secara

langsung ke bascamp atau tempat diadakannya perkumpulan MBC

disetiap kegiatannya. Peneliti akan mengamati dan melihat bagaimana

anggota MBC ketika berdiskusi dan berbicara terkait dengan musik

blues. Selain itu peneliti juga akan bertanya secara umum tentang

pengetahuan dan pengalaman apa saja yang sudah diperoleh para

anggota MBC. Harapannya dengan adanya kegiatan observasi ini

peneliti akan bisa mengenal dan dekat dengan para anggota MBC yang

menjadi subjek dalam penelitian ini.

2. Wawancara

Dalam teknik pengumpulan menggunakan wawancara hampir

sama dengan kuesioner. Wawancara itu sendiri dibagi menjadi 3

kelompok yaitu wawancara terstruktur, wawancara semi-terstruktur,

dan wawancara mendalam (in-depth interview). Namun disini peneliti

22
memilih melakukan wawancara mendalam, ini bertujuan untuk

mengumpulkan informasi yang kompleks, yang sebagian besar berisi

pendapat, sikap, dan pengalaman pribadi, Sulistyo-Basuki (2006:173).

Dalam konteks penelitian ini wawancara akan dilakukan bersama

dengan anggota MBC di Kota Malang. Tentunya dengan mengikuti

etika dalam berwawancara Dalam proses wawancara ini tentunya akan

bertanya terkait dengan konteks dan kajian yang akan diteliti.

Pertanyaan yang akan diajukan akan tetap mengikuti pedoman guide

interview akan tetapi ketika wawancara dengan anggota tentunya

akan menggunakan bahasa yang lebih mudah dan simple sehingga

anggota MBC yang diwawancarai akan memberikan jawaban yang

mengalir dan harapannya agar data yang didapatkan lebih natural dan

apa adanya. Wawancara sendiri akan dilalukan dengan anggota MBC

secara langsung artinya ketika ada kesempatan maka akan melakukan

wawancara, hal ini dilakukan untuk menghindari data yang dibuat-

buat karena ketika akan membuat janji untuk wawancara khawatirnya

nanti akan kaku dan tidak natural jawaban-jawaban dari informan.

Seperti yang sudah disinggung untuk pendekatan dengan informan

akan dilakukan dengan mengikuti kegiatan-kegiatan MBC selain itu

disetiap kegiatan atau event yang di adakan MBC peneliti akan

mengikuti dan berpartisipasi secara langsung.

23
3. Studi Pustaka

Studi pustaka yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan mempelajari buku-buku referensi, laporan-laporan, majalah-

majalah, jurnal-jurnal dan media lainnya yang berkaitan dengan obyek

penelitian. Untuk studi dokumentasi sendiri peneliti memnafaatkan

beberapa jurnal untuk informasi pendukung dan penelitian-penelitian

yang sudah pernah dilakukan tentang komunitas pecinta musik blues

atau komunitas dengan aliran musik yang berbeda namun memiliki

tujuan yang sama.

4. Dokumentasi

Dokumentasi menurut Sugiyono, (2009:240) merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen yang digunakan peneliti disini

berupa foto, gambar, serta data-data mengenai Malang Blues Colony

saat adanya kegiatan rutin berkumpul bertukar pendaat tentang musik

blues atau dengan adanya event musik yang dilakukan oleh Malang

Blues Colony. Hasil penelitian dari observasi dan wawancara akan

semakin sah dan dapat dipercaya apabila didukung oleh foto-foto.

3.7 Teknik Analisis Data

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan lebih banyak bersifat

uraian dari hasil wawancara dan studi dokumentasi. Data yang telah diperoleh

akan dianalisis secara kualitatif serta diuraikan dalam bentuk deskriptif.

Menurut Patton (Moleong, 2001:103), analisis data adalah “proses mengatur

24
urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan uraian

dasar”. Definisi tersebut memberikan gambaran tentang betapa pentingnya

kedudukan analisis data dilihat dari segi tujuan penelitian. Prinsip pokok

penelitian kualitatif adalah menemukan teori dari data. Teknik analisis data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan langkah-langkah

seperti yang dikemukakan oleh Burhan Bungin (2003:70), yaitu sebagai

berikut:

1. Pengumpulan Data (Data Collection)

Pengumpulan data merupakan bagian integral dari kegiatan analisis

data. Kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan

menggunakan wawancara dan studi dokumentasi. Pada proses

pengumpulan data ini peneliti akan melakukan kegiatan wawancara serta

kegiatan observasi ketika MBC melakukan kegiatan acara musik blues,

peneliti akan megikuti guna proses pengumpulan data.

2. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari

catatancatatan tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan

data dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema,

membuat gugus-gugus, menulis memo dan sebagainya dengan maksud

menyisihkan data/informasi yang tidak relevan. Peneliti akan membuat

klasifikasi terhadap data-data yang telah di dapatkan, dimana ketika ada

25
klasifikasi peneliti akan lebih fokus pada data-data yang bisa menjawab

rumusan masalah yang peneliti ajukan sebagai permasalahan dalam

penelitian tentang indentitas Malang Blues Colony. Proses reduksi data

sendiri peneliti pakai untuk lebih fokus pada data yang mendukung atas

rumusan masalah.

3. Display Data

Display data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun

yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk

teks naratif. Penyajiannya juga dapat berbentuk matrik, diagram, tabel dan

bagan.

Dalam menjawab rumusan masalah tentunya membutuhkan data. Data

yang dimaksudkan oleh peneliti disini adalah setelah peneliti melakukan

proses reduksi data atau adanya klasifikasi data maka dibuatkan dalam

bentuk naratif text untuk memudahkan dalam memberikan penjelasan dan

pendeksripsian terkait dengan bagaimana MBC membangun identitas

bermusiknya di tengah maraknya musik popular.

4. Verifikasi dan Penegasan Kesimpulan (Conclution Drawing and

Verification)

Merupakan kegiatan akhir dari analisis data. Penarikan kesimpulan

berupa kegiatan interpretasi, yaitu menemukan makna data yang telah

26
disajikan. Antara display data dan penarikan kesimpulan terdapat aktivitas

analisis data yang ada. Dalam pengertian ini analisis data kualitatif

merupakan upaya berlanjut, berulang dan terus-menerus. Masalah reduksi

data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/ verifikasi menjadi

gambaran keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan

analisis yang terkait. Selanjutnya data yang telah dianalisis, dijelaskan dan

dimaknai dalam bentuk kata-kata untuk mendiskripsikan fakta yang ada di

lapangan, pemaknaan atau untuk menjawab pertanyaan penelitian yang

kemudian diambil intisarinya saja. Berdasarkan keterangan di atas, maka

setiap tahap dalam proses tersebut dilakukan untuk mendapatkan

keabsahan data dengan menelaah seluruh data yang ada dari berbagai

sumber yang telah didapat dari lapangan dan dokumen pribadi, dokumen

resmi, gambar, foto dan sebagainya melalui metode wawancara yang

didukung dengan studi dokumentasi tentang penelitian identitas MBC ini.

Tentunya ketika peneliti sudah melakukan display data maka tahap

terakhir adalah penarikan kesimpulan yaitu dari hasil data keseluruhan

yang sudah didapatkan. Penarikan kesimpulan ini merupakah tahapan

akhir yang dilakukan oleh peneliti untuk memberikan penegasan jawaban

pada rumusan masalah yang diajukan oleh peneliti.

27
BAB IV
GAMBARAN UMUM

4.1 Sejarah Musik Blues Di Kota Malang

Awal mula musik blues masuk di kota Malang yaitu hampir bersamaan

dengan masuknya musik rock di Kota Malang sekitar tahun 1970-an. Saat itu

di Malang ada band – band dan musisi ternama seperti Bentoel band , Jaguar

band, Ogel Ice bahkan hingga Silvia Sarche. Para musisi ini awalnya sering

memainkan perpaduan antara aliran rock dan blues, yang sekarang dikenal

dengan sebutan blues rock. Walaupun ada juga musisi yang membawakan

musik blues .

Sekitar tahun 1970-an di Malang musik rock sangat dominan, masih

jarang ada musisi bermain musik blues secara original, melainkan memainkan

musik rock dengan perpaduan musik blues. Musisi atau band luar yang

menjadi kiblat saat itu yaitu Led Zeppelin dari blues Inggris Raya “Blues

Britania”, untuk informasi musik yang dilantunkan sangat kental dengan

perpaduan blues dan rock dengan alunan musik yang cukup cepat.

Pada saat itu ada salah satu orang yang cukup berpengaruh didunia

musik di Malang. Orang itu bernama (gondrong), mas ini sering datang dan

menonton musik yang waktu itu ada di pasar besi Jalan Sartono Janti -

Malang dan dihalaman Slembat (zwembat) tepatnya di dekat Stadion

Gajayana. Orang yang dikenal dengan nama Najib ini selalu hadir di waktu

cek sound para musisi tersebut, datang dengan bergaya rambut gondrong dan

berpakaian ala rocker sebagai gaya yang sangat di gandrungi masyarakat.

28
Banyak pihak dari pengisi acara atau bahkan promotor acara penasaran,

mereka berpikir di kota Malang ini ada juga seseorang yang bernampilan dan

bergaya seperti Najib ini. Ternyata mas berambut gondrong ini merupakan

salah satu orang yang berpengaruh dibidang musik di Malang.

Komunikasi selalu terjalin antara pihak pengisi acara dan Najib ini.

Lalu mas Najib ini memberikan masukan tentang cara agar antusias penonton

ini benar – benar terhibur dan nyaman saat menikmati alunan musiknya,

masukannya diantaranya berupa refrensi lagu yang wajib dibawakan pada

waktu itu yaitu dari Led Zeppelin, Rolling Stone, Deep Purple dan Jimi

Hendrix yang bisa di sebut seabagai Blues Inggris raya (Blue britain; Sebab

aliran musiknya ada perpaduan blues dan rock). Seiring dengan sering

suksesnya menggelar acara akibat banyak masukan dari najib ini. Pihak artis

hingga para promotor musik sering mencari dan berkomunikasi dengan Najib

ini. Setelah ditelusuri ternyata dia mempunyai radio amatir yang bernama

Dendy’s berlokasi di Jalan Sartono Janti di Malang.

Najib memiliki ketertarikan terhadap musik blues atas latar belakang

kedua orang tuanya yang bekerja di luar negeri, ketika beliau pulang selalu

membawakan piringan warna hitam yang berisi musik-musik blues dan rock.

Dengan begitu dia sering menyiarkan lagu – lagu luar beraliran blues

bercampur dengan rock lewat radio amatirnya. Namun kebanyakan

masyarakat pendengar menyebutnya dengan musik rock, padahal bila diteliti

lebih dalam masih berpondasikan musik blues, karena musik blues meruakan

akar dari semua jenis aliran musik.

29
Berlanjut ke generasi 1980-an, tetap di Kota Malang musik aliran blues

mulai tertutupi oleh dominasi aliran rock yang kental, dan mengarah ke aliran

rok yang progressive. Baru menginjak tahun 1990-an, mengikuti

perkembangan musik di Malang Radio – radio seperti Sanaputra dan MasFM

mulai mengenalkan dan menyiarkan musisi – musisi luar seperti Eric

Clapton, B.B.King, Stevie Ray Vaughan dan Garry More yang merupakan

musisi blues dengan nuansa musik blues yang kental sekali. Sekedar info

bahwa B.B.King merupakan salah satu musisi Blues yang terkenal di Dunia.

Radio Sanaputra merupakan radio yang legal dan cukup besar saat itu di Kota

Malang. Dan radio tersebut merupakan radio yang menyiarkan khusus acara

musik.

Berlanjut ke radio MasFM di tahun 1996-1997an mereka menyiarkan

lagu – lagu khusus aliran blues dan sering menggelar acara tentang bertukar

pikiran segala tentang musik blues. Referensi lagu –lagunya untuk penyiar

radio yaitu lewat mas lukgin dan Hari sangehan yang merupakan salah satu

kolektor kaset dan jual beli kaset serta para orang orang penggila blues yang

tak lain penggagas komunitas Malang Blues Community. Jadi bisa dibilang

musik blues lebih dalam lebih spesifik dikenal masyarakat Malang yaitu

setelah siaran di Stasiun Radio MasFM hingga tahun 2000an.

4.2 Sejarah dan Perkembangan MBC

Malang Blues Colony yaitu komunitas yang berpedoman kepada musik

blues yang lebih mengarah ke soulnya. Awal terbentuknya group komunitas

30
musik blues di malang raya ini sekitar tahun 1990-an lebih tepatnya antara

1996 atau 1997, Pada saat itu setiap malam minggu pukul 22.00 sampai pukul

24.00 di radio MasFM ada sebuah acara musik yang dinamakan Bluescorner

dan pada saat itu pembawa acaranya bernama mas Dadang dan ditambah para

penggerak Bluescorner seperti Ketua MBC pertama yaitu Mas Wiwin

Widyakrisna dan para penggeraknya mas lukgin, Samy Mulya, Agus

Yuwono, Koko Jamz dan Slamet Hidayat. Perlu diketahui radio MasFM

merupakan salah satu dari radio yang menyiarkan musik blues secara rinci

dan mendalam di Malang raya.

Dengan adanya acara Bluescorner tersebut banyak masyarakat yang

secara tidak sengaja mendengarkan radio dan berada di chanel MasFM

menjadi tertarik untuk bergabung untuk datang langsung di dalam acara

tersebut. Termasuk para senior yang hobinya bermain musik di luar aliran

blues, yang dilakukan ialah menikmati musik blues, bertukar pikiran tentang

musik blues hingga adanya tukar menukar kaset.

Waktu itu ada salah satu anggota acara Bluescorner yang bernama

Lukgin dia sekaligus kolektor kaset yang isinya musik beraliran blues, dilain

itu dia juga bisnis jual beli kaset blues dan dia juga membagi informasi

tentang segala musik blues di acara radio tersebut, contohnya dengan ia

memperkenalkan para musisi blues yang sebenarnya sangat langka dan jarang

terdengar dikalangan masyarakat. Dengan adanya musisi yang langka dan

jarang terdengar ditelinga, rasa penasaran masyarakat semakin meningkat

untuk berkumpul dan bertanya-tanya tentang musik beraliran blues ini.

31
Pada saat itu orang sekedar untuk reques lagu saja sulit, mereka harus

antri di wartel (warung telepon). Bahkan untuk mencari informasi tentang

musik blues diinternet saja susah dikarenakan warnet (warung internet) sangat

langkah bahkan bisa jadi tidak ada. Para pengguna telepon genggam juga

jarang kecuali kalangan atas saja. Itu semua tidak menyurutkan animo yang

besar dari sebagian masyarakat di Malang untuk memecahkan rasa

penasarannya dengan datang langsung ke Radio MasFM hanya unntuk

mendengarkan musik blues.

Selanjutnya mereka diantaranya Ketua MBC Wiwin Widyakrisna,

Lukgin dan pembawa acara radio Dadang serta ditambah Samy Mulya, Koko,

Agus dan Dayat sebagai penggerak atau penggagas acara Bluescorner ini

memiliki tujuan dan visi misi yang sama, yang awalnya hanya untuk sekedar

mendengarkan musik blues saja. Namun Dengan seringnya mereka on air di

radio maka semakin banyak pula yang tergabung dalam acara radio tersebut,

maka terbukalah pikiran para penggerak ini untuk membuat sebuah

perkumpulan atau komunitas yang dinamakan Malang Blues Colony yang di

dalamnya terdapat orang – orang musisi dan penikmat musik blues.

Kemudian mereka mengajak para masyarakat untuk bersama bertukar

pikiran untuk mengetahui musik blues secara mendalam di acara radio

tersebut. Masyarakat yang tergabung selain hanya penikmat dan pendengar

musik blues ada juga yang pandai memainkan alat musik entah itu drum,

bass, gitar, piano, harmonika dan bahkan juga ada yang pintar olah vocal.

Mungkin yang terkumpulkan di komunitas ini bisa dibilang hanya segelincir

32
dari keseluruhan para penikmat musik blues dan juga penikmat musik aliran

pop, rock, jazz di Malang Raya. Karena bisa dikatakan masih jauh lebih

banyak penikmat musik, praktisi musik hingga musisi blues Malang raya di

luar MBC. Disebabkan masih banyak penikmat blues yang belum mengetahui

komunitas MBC ini

Perlu diketahui bahwa pada tahun 2014-2015 komunitas ini berganti

nama dengan sebutan Malang Blues Colony. Mengapa mereka mengganti

dengan sebutan Colony, karena mereka ingin membuat sebuah perkumpulan

yang lebih besar dan lebih kuat. Tidak hanya sekedar sebuah komunitas biasa,

colony merupakan sesuatu hal yang lebih besar dengan community. Orang –

orangnya masih tetap sama dengan awal berdiri, hanya ada beberapa

tambahan senior.

Perjalanan MBC sendiri sangatlah panjang dimana identitas musik

blues di Malang Raya sangat kurang penikmatnya dan jarang sekali orang

mengenalnya kecuali para musisi senior Malang yang sudah berumur masih

banyak sebagai player dan penikmat musik bluesnya. MBC sempat vakum

karena kurang adanya kordinasi di dalam komunitas tersebut sehingga tidak

ada lagi muncul konsep – konsep untuk mengadakan acara bertajuk musik

blues, tetapi sebagian dari anggota MBC sendiri sering diundang ke luar kota

Malang untuk mengahadiri gathering komunitas musik blues di luar kota

Malang.

33
4.3 Keanggotaan MBC

Dari struktur keanggotaan Malang Blues Colony sendiri, mungkin bisa

dibilang semua sama kedudukannya di dalam komunitas, namun yang sedikit

membedakannya antara senior dan junior serta yang berpengalaman atau yang

baru bergabung dengan MBC. Tetapi perlu diketahui di dalam komunitas

MBC para anggota mempunyai peranan masing - masing.

Peranan tersebut yaitu sebagai ketua dan mencari sponsor, ada juga

yang menerima peranan sebagai orang mencari cafe atau tempat yang cocok

untuk acara komunitas musik. Ada juga anggota yang memiliki peranan

untuk mengajak komunitas atau band yang berada di luar MBC, untuk

sekedar hadir atau bahkan ikut meramaikan acara dengan tampil di panggung.

Orang –orang yang ada di dalam MBC tidak semua bisa memainkan

musik, ada juga hanya sebagai penikmat saja namun mempunyai peranan

yang cukup penting di komunitas. Seperti halnya dengan memberikan

informasi tentang musik blues entah itu para musisi dari luar Malang hingga

luar negeri kepada orang yang baru bergabunng dikomunitas ini. Untuk

anggota band sendiri di dalam MBC tidak ada keterikatan kontrak atau resmi,

mereka dibebaskan untuk mengikuti acara MBC atau tidaknya.

Para anggota MBC mempunyai konsep dan ide yang cukup

mendapatkan respon baik dari para musisi dan masyarakat awam Malang,

dengan membuat rencana untuk menunjukkan dimata pencinta musik malang

yang hingga saat ini masih didominasi musik rock , pop, dan jazz, karena

musik blues selama ini hanya menjadi bayang – bayang saja. Dilain sisi

34
musik blues juga bisa menunjukkan eksistensinya di kawasan Malang Raya.

Intinya para penggerak seperti senior dan junior MBC saling bekerja sama

ingin menunjukkan identitas mereka bukan dengan sekedar wacana belaka,

namun dengan aksi dan kerja keras mereka agar musik blues juga bisa

berkembang menjadi besar di kawasan Malang Raya. MBC senantiasa

menggandeng para event organizer, sponsor, hingga para musisi senior lainya

yang tidak lain di luar aliran blues. MBC akhirnya membuat sebuah acara

yang bertajuk gathering di dalamnya akan menampilkan beberapa band

anggota MBC, atau bahkan ada band luar MBC yang ingin menampilkan

aksinya di acara tersebut.

Para pengisi acara yang dari luar MBC tidak harus membawakan musik

yang beraliran blues murni, terkadang mereka juga membawakan musik

perpaduan jazz-blues atau yang sering digemari yaitu blues-rock. Pada saat

MBC menggelar acara semua pihak yang terlibat di musisi Malang juga akan

diundang. Dengan begitu mereka akan bisa mengetahui segala tentang MBC,

dari pihak MBC juga bisa menunjukkan identitas mereka sebagai komunitas

yang bisa eksis di dunia musik Malang Raya, walaupun anggota mereka tidak

begitu banyak namun mereka bisa menggelar acara rutin yang disetia

tahunnya terdapat dua acara hingga lebih dengan tema yang berbeda – beda.

Acara gathering ini setiap bulannya selalu diadakan di café – café

ternama di Malang Raya, sasarannya masih terfokus area kota hingga

Kabupaten Malang, cafenya jelas berbeda – beda pula, selalu meriah di

gathering tersebut, menyambut hangat para musisi dengan genre yang

35
berbeda dan berdatangan di acaranya MBC. Jadi disini walaupun komunitas

Blues di Malang sangatlah minim di dalam sisi anggota, penikmat dan

playernya tetapi masih bisa menunjukkan ke eksistensinya dengan menggelar

acara di setiap bulannnya. Hal positif yang didapatkan dari acara gathering

tersebut, banyak band – band anggota MBC yang di undang café – café untuk

mengisi regular dan di undang di acara – acara besar didalam ruangan atau di

luar ruangan,.

4.4 Kegiatan MBC

Kegiatan komunitas ini di radio selain menjelaskan bagaimana musik

blues itu, di lain sisi mereka juga melakukan jamming sekedar bermain musik

yang bergenre blues, mereka menyanyikan lagu – lagu dari luar negeri seperti

B.B.King, Jimmy Hendrix, Led Zeppelin, Robert Jhonson, Garry More,

Stevie Ray Vaughan, Janis Joplin, Eric Clapton dan masih banyak lagi.

Dengan begitu bisa menjadi jurus andalan untuk para pendengar agar mereka

tertarik untuk memainkan musik bergenre blues tersebut. Terutama lagu -

lagu yang sering jadikan andalan di telinga para pendengar masyarakat

malang kota. Walaupun begitu masih banyak masyarakat yang merasa malu

hanya untuk sekedar bergabung dalam kopdar tersebut.

MBC pertama kali dikenalkan sebagai komunitas musik blues yaitu di

Warung Jeep Jalan Ki Ageng Gribik Lesanpuro Malang, Pihak warung

sendiri tertarik kepada Radio MasFm, karena mempunyai acara Bluescorner

serta mempunyai penggemar dan mempunyai komunitas di dalamnya, sekitar

36
tahun 2000an. Selanjutnya membuat acara kecil – kecilan yaitu di depan

Radio MasFM lebih tepatnya di halaman Hotel Gajahmada Graha dan acara

tersebut digagas oleh mas Dadang. Setelah itu bikin kedua kalinya pada tahun

2001 diadakan acara lagi disebuah café bernama Diva coffe (sekarang sudah

tutup) yang beralamat di Jalan Soekarno-Hatta Malang. Di acara tersebut para

musisi bisa bermain musik dengan memainkan lagu blues sesuka hati dan

para musisi juga membuat band dadakan dari animo masyarakat Malang yang

datang.

Adapun selang beberapa bulan baru diadakan acara dengan skala cukup

besar tepat di halamannya Radio MasFM dengan konsep yang sama seperti

sebelumnya, terdapat panggung yang lumayan besar di acara tersebut. Waktu

itu pembawa acaranya mas Agus Yuwono sekaligus salah satu senior MBC,.

Perpindahan dari mas Dadang ke mas Agus Yuwono ini sekitar satu tahunan

berjalannya komunitas MBC. Setelah itu MBC sempat vakum di komunitas.

Sebab utamanya vakum yaitu dikarenakan pihak radio MasFM berganti

menjadi radio berita dan keluarga saja. MBC terhenti pada sekitar tahun

2004, acara seperti Bluescorner telah ditiadakan.

Selama MBC vakum acara kopdar atau acara seperti ngejam ngeband

bersama mulai sepi. Namun di sela – sela vakumnya MBC tersebut Mas

Selamet Hidayat dan mas Firman Hartanto bertemu dengan Mas Wiwin

Widyakrisna selaku ketua pertama kali MBC dan Mas Agus Yuowono.

mereka berdua meminta ijin untuk meneruskan pergerakan komunitas MBC

ini melalui dunia maya atau media sosial pada akhir 2009an, karena dunia

37
internet mulai dikenal masyarakat dan agar jaringan komunitas ini lebih luas

hingga di kenal oleh masyarakat diluar kota Malang.

Gambar 1 Nongkrong di Tempat Kopi (sumber : peneliti)


Pada tahun 2010an akhirnya mas Dayat dan Mas Firman ini

melanjutkan kiprah MBC dengan membuat akun atau group dimedia sosial

seperti Facebook dan Twitter. Sebab media sosial lagi digandrungi oleh kaum

remaja hingga dewasa. Terutama para remaja yang selalu eksis di Facebook

atauun Twitter. Lewat media sosial pihak MBC mulai berkembang untuk

memperkenalkan lagi komunitas ini yang cukup lama vakum.

Pada jaman ini MBC mulai mengalami pembaharuan, bisa dibilang

senior MBC yang tetap eksis hanya Mas Dayat, Firman Hartanto, Samy

Mulya, Koko dan terkadang lukgin juga datang untuk sekedar ngopi di

warung kopi. Para remaja yang hanya tahu lewat media sosial mulai bersedia

untuk berpartisipasi dan bergabung dengan MBC. Fokus MBC sendiri

memang serius untuk menyerang para remaja ini. Dikarenakan para remaja

ini pemikirannya sudah berkembang terutamma terkena dunia internet dan

38
media sosial, juga mempunyai semangat yang cukup tinggi untuk bermain

musik. Keuntungan yang lain bisa diambil dengan mereka mempengaruhi

teman – teman sebayanya agar tertarik dan ikut berpartisipasi di dalam MBC.

Kinerja Mas Selamet Hidayat selaku salah satu senior serta di tambah

anggota baru sepert Firman Hartanto terus berlanjut, akhirnya mereka

mendapatkan wadah atau tempat untuk menggelar kopdar. Yaitu sebuah

studio musik yang bernama Bodidley yang bertempat di perumahan Jalan

Cengger Ayam Malang. Sekedar informasi pemilik studio tersebut yang

bernama Mas Yeppi dulunya juga sering keluar masuk mengikuti acara

bluescorner di Radio MasFM.

Dari studio ini mereka juga mendapatkan keuntungan dari segi

mengenalkan komunitas MBC, dikarenakan di studio tersebut memiliki

warung kopi selain itu juga banyak keluar masuknya para remaja hingga yang

sudah dewasa yang hendak berlatih band juga banyak, dengan begitu pihak

MBC bisa mengajak ngobrol atau bertukar pikiran tentang musik bersama

para orang – orang yang mau berlatih band.

Dengan seringnya berkumpul dan bersilaturahmi di Studio Bodidley

maka mereka berinisiatif untuk menggelar acara lagi. Waktu tahun 2010an

bertepatan dengan hari Raya Idul Fitri (hari besar umat muslim), momen yang

tepat untuk menggelar acara yang bertajuk atau bertemakan “Hallal bin hallal

dan jamming bersama”, di lingkungan halaman Studio Bodidley. Antusias

para musisi yang datang juga banyak. Karena dengan niat mereka hadir untuk

bersilaturahmi dan bermaaf – maafan, mereka juga bisa saling mengisi acara

39
dengan melakukan jamming (bermain alat musik bersama) bersama. Dan

keseruhan tersebut berlanjut hingga acara tersebut selesai.

Perjalana MBC tidak sampai disitu saja, pada tahun 2011 mereka juga

menggelar acara bertajuk “Remember Jimmy Hendrix” di Flodies café daerah

Arjosari - Malang. Sekaligus pihak MBC mendapatkan wadah kodar juga di

Flodies café. Nama-nama tema untuk menggelar acara tersebut dibuat

berganti-ganti agar masyarakat lebih tertarik dan berantusias untuk hadir dan

jamming (bermain alat musik bersama). Namun apapun temanya tetap saja

setiap acara dinaungi oleh MBC. Bisa dirasakan semakin tahun pemikiran

para MBC ini semakin berkembang, dan selalu yang ada dipikiran mereka

terisi dengan bagaimana caranya komunitas ini bisa dikenal oleh banyak

orang dan anggotanya semakin bertambah. Agar bisa bersaing dengan musik

aliran rock, jazz, pop hingga komunitas yang dirasa lebih dulu berdiri dan

dikenal oleh masyarakat Malang Raya. Perlu diketahui kegiatan MBC tidak

berhenti disitu, tahun 2012 MBC juga sempat menggelar acara dihalaman

Five Point Six di Jalan Soekarno-Hatta yang merupakan tempat atau wadah

bagi para photografi dan dunia modeling, dengan tema bertajuk “Blues Pray

To Pray”.

Selang sebulan mereka kembali mengadakan di tempat yang sama

namun dengan tema “Back To Blues, Back To Photography”. Di tahun yang

sama MBC juga sempat diundang oleh komunitas Jogja Blues yang acaranya

berlangsung di Gedung IKIP Jogjakarta. MBC mendapatkan tempat di

panggung kommunitas, perlu diketahui pihak panitia menyediakan panggung

40
utama dan panggung komunitas musik atau bukan dari musik. Dengan begitu

MBC semakin dikenal oleh masyarakat di luar Kota Malang.

MBC semakin gencar dan semakin eksis di dunia permusikan di Kota

Malang. Selanjutnya mereka mendapatkan wadah untuk berpindah lokasi

kopdarnya. Sekedar informasi mereka berpindah-pindah lokasi kopdar bukan

berarti pihak MBC mendapatkan masalah dengan tempat-tempat sebelumnya.

Ini semua memiliki tujuan yang baik yaitu untuk memperluas koneksi agar

lebih dikenal masyarakat terutama dari kalangan remaja dan dewasa di

Malang. Waktu itu ada salah satu tempat yang cocok untuk menggelar

kopdar, yaitu sebuah café di Jalan Bandung Kota Malang yang bernama Café

Jazz Corner.

Kebetulan oleh pengelola café di berikan ijin dan keleluasaan untuk

jamming (bermain alat musik bersama). Keuntungan bertambah sebab di café

terebut juga disediakan alat beserta soundnya karena juga sering diadakan

live musik di cafe tersebut. Mengapa lebih memilih kopdar di café, di

karenakan kaula muda sekarang lebih antusias untuk nongkrong di sebuah

café dari pada berkumpul di stasiun radio atau di sebuah studio musik.

Karena dengan nongkrong di café inspirasi bisa muncul, ide – ide juga bisa

muncul menurut para remaja ini. Tak hanya sampai disitu, mereka juga bisa

saling curhat dan mendapatkan informasi yang menurut masing – masing itu

sebuah hal baru. Sedangkan hari yang dipilih untuk kopdar yaitu hari kamis,

dan sekali dalam seminggu.

41
Walaupun hanya sekali dalam seminggu, namun para anggota MBC

disini memanfaatkan agar mendapatkan antusias yang banyak dari para

remaja terutama dari kalangan mahasiswa. Saat hari dimana anggota MBC

berkumpul juga bersamaan dengan para komunitas band yang ada di kampus

mereka. Salah satunya yaitu Home Band Universitas Brawijaya kata senior

MBC Mas Dayat, mas Samy Mulya dan Firman Hartanto. Saat itu juga MBC

semakin banyak di dengar dan ketahui oleh kalangan mahasiswa. Bahkan

setiap berkumpul MBC dan Home Band UB ini silih berganti untuk ngejam

(bermain alat musik bersama) bersama di Café Jazz Corner. Dengan terjalinya

pertemanan antar komunitas ini, Pada tahun 2012 saat Home Band

mengadakan suatu acara tepatnya di kampus UB lapangan parkir Samantha

Krida, acara ini bernama “Kompas Kampus” dan bertemakan “Pump Up Your

Creativity” MBC mendapatkan kehormatan untuk menjadi salah satu pengisi

di acara tersebut. Ini momen yang bisa di bilang pertama kalinya MBC di

undang secara resmi untuk mengisi sebuah acara.

Dari perwakilan MBC para senior ini tidak membedakan mana yang

lebih muda atau mana yang lebih tua. Pengurus MBC hanya memberikan

kesempatan kepada mereka yang pada saat itu mempunyai waktu luang untuk

tampil, karena kebanyakan anggotanya terbentuk dengan kesibukan lain

seperti bekerja atau mengurus anggota keluarga dan ada juga yang sibuk

dengan dunia pendidikannya. Pada nyatanya yang mewakili yaitu

pencampuran antara yang senior dan junior dan terbentuk menjadi sebuah

band dengan membawa nama MBC. Di acara Kompas Kampus MBC juga

42
mendapatkan sebuah tempat untuk mempersilakan siapa saja yang ingin

mengetahui dan bertanya segala aspek yang ada di komunitas ini.

Semakin hari komunitas MBC semakin dikenal oleh masyarakat

Malang Raya, terutama lewat promosinya mereka saat menggelar acara atau

saat diundang oleh pihak lain, serta juga lewat diskusi mereka di akun media

sosial Facebook dan Twitternya. Setelah perkenalan di media sosial para

remaja dan dewasa ini langsung datang di kopi darat MBC di Cafe Jazz

Corner.

Gambar 2 Berkumpul Di Cafe Jazz Corner (sumber : Firman HArtanto)

Semakin eksis saja komunitas ini semenjak perkumpulannya pindah ke

sebuah café. Beberapa hal yang dilakukan di kopi darat café ini tetap saja

yaitu bertukar pikiran dan saling memberikan informasi musik blues dan

memberikan informasi tentang musisi blues yang belum di ketahui oleh

43
jajaran anggota MBC. Komunitas MBC selama memiliki tempat untuk kopi

darat di Cafe Jazz Corner.

Lebih lanjut, hubungan antara pihak Home Band Universitas Brawijaya

dengan MBC terus berlanjut. MBC juga diundang oleh kampus sebagai salah

satu pengisi acara besar dan megah yaitu Kharisma Universitas Brawijaya,

perlu diketahui ini merupakan acara festival band antar fakultas di UB dan

festival ini menjunjung tinggi musik aliran jazz. Kharisma UB ini juga bagian

dari rangkaian acara HUT Universitas Brawijaya di tahun 2013. Merupakan

suatu kehormatan bagi MBC diundang di acara sekelas dan sebesar Kharisma

UB. Tidak berhenti di situ di tahun berikutnya MBC juga tetap diundang

diacara Kharisma UB. Dilain waktu MBC juga mendapatkan undangan

kehormatan dari pihak Solo blues dengan tema bertajuk “Solo Blues Fest”

berlokasi di depan Balai Kota Solo –Jogjakarta. Acara tersebut merupakan

acara terakhir komuitas MBC ditahun 2013.

Gambar 3 Tampil Pada Kharisma UB (sumber : FIrman Hartanto)

44
Gambar 4 Tampil pada acara Kharisma UB (sumber : Firman Hartanto)

Masuk tahun 2014 MBC semakin besar dan gencar dalam mengadakan

acara. Mereka menggelar sebuah acara dengan menyebarkan poster tidak

hanya melalui media sosial saja, namun mereka juga mencetak poster acara

dan membagikannya di sepanjang jalan dan menempelkan di studio musik

area Malang Raya. Pihak anggota MBC mulai mempunyai peran masing –

masing, seperti mencari sebuah sponsor, mencari tempat yang cocok untuk

acara musik blues dan mengundang group band yang masih remaja dan

dewasa yang sering ikut kopi darat bersama MBC. Acara yang digelar

pertama kali di tahun ini yaitu bertempat di Pabrik Pari Café tepatnya di jalan

wukir Temas Kota Batu.

45
Gambar 5 Tampil di Pabrik Pari Cafe, Batu (sumber: Firman Hartanto)

Para senior MBC memberi tema “Awakening”, yaitu awal kebangkitan

dan eksistensi MBC di tahun 2014. Waktu itu di dalam jadwal acara terdapat

band – band dalam kota Malang seperti Shober, Amiety, The Lokeswara dan

Broke And Sleep. Dari sini acara MBC mulai tertata secara teratur karena

waktu yang diberikan oleh pihak cafe juga terbatas.

Lanjut dipertangahan tahun 2014, MBC kembali mengadakan acara

yang bertajuk “Blues For Freedom”. Acara ini diadakan di Warung Ndeso

Jl.Pulausari 25 Malang. Tema tersebut diambil sesuai dengan hari

kemerdekaan Indonesia, karena acaranya digelar bulan Agustus. Dengan

melalui tahap – tahap dan berkaca saat acara di Pabrik Pari Cafe. Maka pihak

MBC lebih membuat acara yang besar, dengan mengundang para musisi

Malang dan organisasi GMB (Galeri Malang Bernyanyi), MMB (Malang

Musik Bersatu) serta media seperti Kapan-kapan.com dan Acaraapa.com,

Pengisi acaranya juga mulai bertambah seperi Branjang Kawat Blues, Beer

46
Us, Sweet Tone, Sugar Rush hingga Iphot. Selain band-band tersebut tetap

sama dengan pengisi acara di Pabrik Pari Cafe.

Gambar 6 Kegiatan Blues For Freedom (sumber: Firman Hartanto)

Sesudahnya MBC juga diundang untuk tanya jawab siaran langsung

oleh Radio ternama RRI (Radio Republik Indonesia) seputar komunitas

musik blues dan pengetahuan segala aspek tentang blues. Kegiatan yang

dilakukan di RRI hanya sesi tanya jawab saja seputar blues. Acara berikutnya

MBC diundang oleh pihak Home Band UB sebagai acara sebelum

berlangsungnya Kharisma UB, acara kecil-kecilan ini berlangsung di Jazz

Corner sekaligus tempat kopi daratnya MBC. Sebelum MBC berpartisipasi di

acara utamanya Kharisma Universitas Brawijaya. Pihak MBC melakukan sesi

tanya jawab dan perform dalam siaran langsung di stasiun TV ATV

(Agropolitn TV) Kota Wisata Batu. Mereka dimasukan dalam program siaran

“I Love Malang Program”.

47
Gambar 7 Undangan di RRI, Malang (sumber: Arief San Popo)

Gambar 8 Tampil di ATV (sumber : Arief San Popo)

Pergerakan musik blues dari MBC terus berjalan pada tahun 2014.

Selain acara – acara di atas MBC juga menggelar acara seperti “Blues Train”

di Cafe D’JAVU Jl. Panglima Sudirman 147 Ngadilangkung Kepanjen-

48
Kabupaten Malang dengan mengajak beberapa sponsor dari media cetak dan

media sosial. Selanjutnya diundangnya MBC di acara “Jazz and Blues

Shinig”, Di area parkir Dinas Perumahan Kota Batu. Pada saat pengunjung

tahun 2014 ada sebuah acara yang bertajuk “Decemblues Harmony”, nama

sesuai dengan bulan digelarnya acara yaitu Desember. Pihak MBC

bekerjasama dengan No-rax Enterprise yang merupakan salah satu

perusahaan ternama di Kota Malang yang bergerak dibidang musik dan

kesenian.

Perjalanan MBC cukup panjang pada tahun 2015. MBC tetap rutin

menggelar acara seperti tahun – tahun sebelumnya, dan masih adanya

undangan dari pihak luar untuk dihibur oleh komunitas blues ini. Kegiatan

acara tahun 2015 diantaranya yaitu, Diundangnya MBC oleh Cafe Mbambes

di daerah Landungsari untuk sekedar menghibur pengunjung dan penikmat

kopi, bermain di panggung acara “Malang Bluegrass Community” sebagai

bintang tamu, Menggelar acara di Baiduri Cafe dan Resto Jl. Raya Tlogomas

Malang dengan tema “Rainy Blues”.

49
Gambar 9 Poster Raini Blues (sumber: Arief San Popo)

Gambar 10 Tampil di Acara Rainy blues Baiduri Cafe (sumber : Arief San Popo)

50
Di Vivace Cafe Jl. Padjajaran no 4 Malang dengan judul acara “May

Day Blues”. Adanya acara besar sekaligus pembukaan Maco Waroeng di Jl.

Raya Kebon Agung 8a, Malang dengan tema dari pihak warung yaitu

“Borderline Blues”, perlu diketahui pemilik warung tersebut juga salah satu

senior di komunitas yang dikenal dengan nama mas Moko (Antonius Widwi),

Sesudahnya ada juga acara di GodBless Cafe I Jl. Raya Sawojajar

Kedungkandang -Malang dengan tema “Emergency Blues”. Dipengunjung

tahun 2015 MBC diundang di acara “The Election Blues” yang bertempat di

Capital Resto dan Lounge Lenmarc Mall GF 12 dan 12a, Bukit Darmo

Boulevard-Surabaya, acara ini mengundang perwakilan dari komunitas blues

di masing – masing kota mereka, seperti dari tuan rumah Surabaya, Jogja, dan

Bandung. Serta di akhir tahun MBC kembali menggelar acara yang cukup

besar bekerjasama dengan pihak sponsor seperti rokok dan lain-lain, diacara

ini bertajuk “Decemblues Harmony jilid II”, MBC mengundang cukup

banyak perwakilan dari komunitas dari Bandung, Jakarta, Jogja, Lamongan,

Probolinggo dan Ngawi. Kebetulan komunitas Blues dari Bandung yang

bernama Blues In the Art sedang mengadakan tour di kota – kota pulau Jawa.

Acara ini tetap berlokasi di Maco Waroeng.

51
Gambar 11 Acara di Maco Waroeng Cafe (sumber:Arief San Popo)

Gambar 22 Anggota MBC (sumber:Arief San Popo)

52
Karir dari MBC semakin tahun semakin bagus dan berkembang. Tahun

2016 walaupun jadwal mengadakan acara tidak sepadat atau sepenuh tahun-

tahun sebelumnya, Namun MBC tetap bisa dibilang eksis dan banyak dikenal

di dunia awal tahun ada sebuah acara yang dinamakan “Bulblueshine”, juga

disponsori oleh sebuah perusahaan rokok ternama di Malang. Acara ini

sejatinya juga tetap di Maco Waroeng, yang tidak lain juga sabagai basecamp

MBC. Pertengahan tahun tepatnya setelah Hari Raya Idul Fitri (hari besarnya

umat muslim), juga diadakan acara di Maco Waroeng Cafe dengan konsep

“Halal Blues Halal bersama MBC”. Setelah itu pada akhir tahun 2016, MBC

kembali mengadakan acara bertajuk “Decemblues In Harmony Jilid III”

,melanjutkan seperi acara Decemblues di tahun – tahun sebelumnya.

Sepak terjang MBC di dunia musik Malang Raya memang tidak bisa

diremehkan lagi. Mereka semakin dikenal sebagai komunitas musik blues

yang cukup besar, kompak dan eksis di Malang Raya. MBC tidak bisa di

pandang sebelah mata saja, karena mereka mulai bisa bersaing dengan musik

aliran seperti pop, jazz, rock yang lebih dikenal dan lebih digemari oleh

masyarakat. Para remaja yang ikut berpartisipasi dalam acara – acara yang

digelar MBC semakin bertambah. Dampaknya MBC sebagai wadah musik

blues telah mengahasilkan anggota group band yang semula tidak begitu eksis

menjadi banyak dikenal oleh masyarakat di Kota Malang.

Banyak pihak cafe kecil maupun besar di Malang Raya, satu persatu

mulai menggunakan jasa band-band yang dulunya sering berpartisipasi di

acara MBC. Group band pengisi di setiap acara MBC bergantian, disebabkan

53
ada yang sibuk bekerja, terbentur jadwal dengan keluarga, hingga terbentur

jadwal dengan pendidikannya. Namun dari situ MBC memperoleh

keuntungan, bahwa masyarakat yang datang ke acara tidak jenuh saat

menikmati alunan musik blues. Perlu diketahui bahwah MBC berdiri ini tidak

mempunyai tujuan ke arah materi atau komersil. Karena MBC juga ikut

berpartisipasi contohnya dimusik – musik sosial seperti musik Gunung Kelud.

54
4.5 Deskripsi Informan

No Nama Posisi Alasan memilih informan


1 Lukgin Pornomo Anggota senior Senior pendiri MBC
MBC
2 Slamet Hidayat Anggota senior Senior di awal mula
MBC terbentuknya MBC
3 Samy Mulya Anggota senior Mengetahui sejarah tentang
MBC MBC
4 Firman Hartanto Anggota atau admin Mempunyai koneksi dengan
MBC musisi blues dan komunitas
musik blues di luar malang
5 Koko Jamz Anggota senior Salah satu Senior pendiri dan
MBC penggerak MBC
6 Arief San (popo) Anggota MBC Mengetahui perjalanan MBC
7 Dwi Cahyo Promotor dan Merupakan promotor saat
anggota MBC di era MBC akan menggelar sebuah
2014 acara
8 Antonius Widwi Anggota MBC Salah satu senior MBC

55
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Posisi Musik Blues Di Kota Malang

Musik blues adalah salah satu genre musik yang sangat minim

peminatnya, di Kota Malang saja tidak banyak komunitas yang fokus pada

genre musik tersebut. Lebih banyak komunitas yang ada adalah untuk genre

musik rock, musik pop dan musik populer lainnya. Sangat jarang dijumpai

ada komunitas yang khusus pada musik blues. Kondisi yang seperti ini

membuat musik blues tidak dikenal oleh banyak orang.

Minimnya komunitas dan minimnya penyuka musik blues menjadikan

musik populer dengan genre pop, rock dan jazz menjadi musik yang sangat

dominan di ruang lingkup kehidupan masyarakat di Malang. Mayoritas

masyarakat yang ada di Malang mengenal genre musik pop dan jazz karena

genre tersebut sering ditampilkan dan dipertunjukkan di tempat-tempat

makan sejenis cafe ataupun di acara-acara musik yang diadakan di Kota

Malang. Sangat jarang ada genre musik blues yang dipertunjukkan.

Antusiasme masyarakat pada akhirnya merujuk pada genre musik yang

dominan pada waktu itu yaitu ada genre pop, genre jazz dan genre rock.

Tidak jarang orang-orang akan ikut bersenandung dengan genre musik

populer tersebut. Ketertarikan mayoritas orang pada musik populer nyatanya

didukung dengan adanya berbagai wadah untuk memperkenalkan musik

populer. Disetiap ada kegiatan musik cenderung genre musik pop, jazz dan

56
rock yang mendapatkan undangan dan susunan acara khusus untuk

penampilannya.

Dalam proses pengenalan musik populer dengan genre jazz, pop dan

rock membuat antusias masyarakat semakin berminat dan tertarik untuk

mendengarkan, mengikuti dan menghadiri festival musik dengan genre

tersebut. Dengan keadaan yang seperti ini semakin menunjukkan bahwa

dominasi musik populer sangat nyata terjadi di kalangan masyarakat di Kota

Malang. Lain halnya ketika berbicara tentang musik blues, sejak awal

masuknya musik blues di Kota Malang sudah jelas sangat minim peminatnya.

Minimnya minat orang-orang pada genre musik blues sebenarnya akibat dari

tidak adanya wadah untuk memperkenalkan dan mendendangkan genre musik

blues ini. Selain itu tidak adanya ruang yang diciptakan untuk kalangan

pecinta musik blues melantunkan genre musik tersebut. Hal ini sesuai dengan

yang disampaikan oleh Mas Koko, salah satu senior dari MBC

“Musik blues sepi peminat sebenarnya karena tidak adanya tempat


untuk memperkenalkan musik blues itu sendiri. Ketika ada berbagai
festival musik di Kota Malang, genre musik blues tidak ditunjukkan,
padahal tanpa disadari musik blues itu merupakan akar dari genre
musik lainnya”.
(Wawancara dilakukan pada tanggal 4 April 2018).

Dalam realitasnya di berbagai kegiatan dan festival musik tidak ada

yang menampilkan genre musik blues secara penuh. Bahkan untuk undangan

ada pengisi acara lebih dominan untuk mengundang genre pop, jazz dan rock.

Sedangkan untuk musik blues jarang ditampilkan sebagai selingan saja tidak

masuk pada susunan acara kegiatan maupun festival musik tersebut.

57
Untuk mayoritas orang hal ini nyatanya akan nampak biasa apalagi

untuk orang-orang yang tidak suka dan tidak familiar dengan genre musik

blues ini. Namun bagi peminat dan penyuka musik blues hal ini menjadi

problematika tersendiri terlebih ketika musik blues sudah sangat minim

peminat. Bagaimana bisa musik blues dikenal jika wadah untuk

memperkenalkan saja tidak ada bahkan tidak tersedia. Tidak akan ada dan

terjadi sebuah apresiasi ketika wadah untuk memperkenalkan genre musik

blues ini tidak tersedia.

Seiring perkembangan waktu dominasi musik populer ini semakin

terlihat nyata. Faktor yang menyebabkan adanya kondisi ini adalah minimnya

orang-orang yang bisa menikmati genre musik blues. Sampai pada akhirnya

ada orang yang sangat tertarik dengan genre musik blues yang akhirnya

membuat satu wadah bernama Malang Blues Community atau lebih dikenal

dengan nama MBC, yang kemudian berubah menjadi Malang Blues Colony.

MBC adalah sebuah ruang yang di bangun untuk orang-orang yang

tertarik dengan genre musik blues. Satu wadah ini dimanfaatkan oleh pecinta

musik blues untuk sama-sama mendendangkan musik blues. Komunitas ini

bisa dikatakan sepi peminat dan anggota, hal ini dibuktikan ketika awal

adanya saja anggota MBC ini tidak sampai sepuluh orang.

Sedikitnya jumlah anggota MBC tidak membuat komunitas ini bubar

begitu saja. Justru orang-orang ini semakin tertarik untuk menguatkan

komunitasnya agar wadah musik blues bisa berkembang. Meskipun di satu

58
sisi perkembangan dari komunitas musik populer semakin banyak dan tetap

menjadi yang dominan.

Adanya komunitas bagi pecinta musik populer entah dengan genre jazz,

pop maupun rock yang jumlahnya sangat banyak tidak bisa dipungkiri

esistensinya. Bahkan hal tersebut semakin menguatkan dominasi musik

populer didalam ruang kehidupan di Kota Malang. Jika dibandingkan saja

ketika komunitas musik populer mulai menjalankan kegiatan-kegiatan yang

besar dan bahkan mengikuti event-event dan festival musik yang ada,

komunitas musik blues masih saja berjalan untuk memperkenalkan genre

musik blues tersebut.

Banyaknya event acara maupun festival yang ada, tidak membuat

musik blues dikenal. Hal ini karena komunitas musik blues yaitu MBC tidak

pernah mendapatkan undangan untuk event maupun festival tersebut.

Mayoritas yang mendapat tetap komunitas dengan genre musik populer.

Sangat terlihat bagaimana apresiasi masyarakat dengan musik populer begitu

pula sangat nampak bagaimana masyarakat dalam melihat genre musik blues.

Komunitas MBC ini pada satu kesempatan mendapatkan kesempatan

untuk menghadiri event musik yang ada di Kota Malang. Akan tetapi ketika

sudah datang justru untuk melantunkan musik blues dihadapan orang-orang

tidak ada kesempatan karena didalam susunan acara kegiatan sudah penuh

dengan komunitas dari musik dengan musik populer. Sangat nampak jelas

bagaimana musik populer mendominasi antusias dan ketertarikan orang-

59
orang untuk bermusik dan mendengarkan musik. Hal ini sesuai dengan yang

disampaikan oleh mas Slamet

“Minimnya ruang dan kesempatan yang diberikan untuk kami sebagai


komunitas musik blues sudah jelas terlihat nyata. Pada satu kesempatan
MBC mendapatkan undangan untuk hadir di acara festival musik di
Malang, awalnya kami mengira bahwa dengan undangan ini bisa kami
pakai untuk memperkenalkan musik blues nyatanya ketika kami datang
kami hanya bisa menyaksikan genre musik populer karena kami sebagai
group musik dengan genre blues tidak masuk di rundown acara
tersebut”.
(Wawancara dilakukan pada tanggal 15 April 2018).

Dari kondisi tersebut dominasi juga terjadi ketika membahas tentang

anggota komunitas. Didalam MBC sendiri sebagai wadah untuk para pecinta

dan penikmat musik blues yang penikmat, pemain musiknya atau anggota

sangat minim. Jika pada komunitas yang dibentuk dengan genre musik jazz,

pop maupun rock sangat mudah untuk mendapatkan anggota,penikmat atau

antusias dari masyarakat hal lain terjadi di MBC.

Hal ini semakin menunjukkan dan menjadi bukti bahwa peminat musik

blues sangatlah rendah. Bahkan sangat jarang orang yang paham tentang

genre musik blues. Dari kondisi yang terjadi seperti ini menguatkan

bagaiamana dominasi yang terjadi dari musik populer sehingga membuat

musik blues menjadi genre yang terdengar aneh di telinga masyarakat Kota

Malang.

Dominasi yang terjadi pada nyatanya menjadikan musik blues sepi

pendengar dan penikmat yang pada akhirnya melanggengkan musik populer

untuk dipilih oleh orang-orang sebagai genre musik yang indah dan bagus.

Dalam hal ini bagus untuk didengarkan dan disaksikan. Bahkan dalam

60
berbagai event dan festival saja musik populer yang mendapatkan tempat

untuk diperdendangkan. Tentu hal ini semakin menunjukkan bahwa musik

populer menjadi musik yang lebih diapresiasi dan didukung dalam

pengembangannya.

Dari penjelasan yang sudah peneliti jabarkan dapat ditarik sebuah

kesimpulan bahwa eksistensi musik populer dibandingkan dengan musik

blues nyatanya didukung dengan kondisi yang relevan. Ketika ada sebuah

festival musik yang mendapat undangan resmi dan bahkan mendapat

kesempatan tampil untuk menghibur penonton adalah musik populer,

sedangkan musik blues tidak mendapatkan undangan, dan jarang

mendapatkan kesempatan untuk tampil di depan penonton dalam festival

tersebut.

5.2 Penguatan Identitas Musik Blues Di Kota Malang

Musik blues yang tidak mampu mendapatkan ruang dan wadah untuk

dikenal oleh masyarakat nyatanya tidak lantas membuat komunitas MBC

bubar begitu saja. Akan tetapi dengan kondisi yang terjadi membuat anggota

MBC untuk semakin memperkenalkan dan menunjukkan tentang genre musik

blues pada orang di Kota Malang. Hal yang patut diapresiasi kemudian ketika

ada usaha-usaha yang dilakukan oleh MBC ini untuk memperkenalkan musik

blues di Kota Malang.

Berbagai kegiatan ataupun agenda dibuat oleh anggota dari komunitas

MBC sebagai upaya untuk memperkenalkan dan menunjukkan tentang genre

61
musik blues. Tujuan utama dari adanya kegiatan dan agenda ini untuk

menunjukkan bahwa genre musik blues juga mampu menjadi salah satu genre

yang dapat menghibur orang-orang. Serta genre musik blues bisa dinikmati

oleh orang-orang, bahkan bukan hanya untuk kalangan tua akan tetapi oleh

semua kalangan baik tua maupun muda.

Proses awal yang dilakukan oleh anggota MBC untuk memperkenalkan

genre musik blues adalah mengikuti siaran dibeberapa radio yang ada di Kota

Malang. Kegiatan siaran ini memperkenalkan tentang musik blues dan

mempekenalkan bahwa ada sebuah wadah bagi pecinta dan penikmat musik

blues yaitu MBC. Memperkenalkan lewat siaran di radio menjadi salah satu

media yang diyakini bisa membuat musik blues dikenal oleh masyarakat.

Siaran radio pertama yang mengeluarkan musik genre blues original

pertama di Malang yaitu radio Sanaputra. Bisa dibilang radio ini merupakan

salah satu radio pertama dan tertua di Kota Malang. Radio ini sudah ada sejak

tahun 1990-an. Melalui radio ini musik aliran blues yang kental mulai sering

disiarkan di Kota Malang. Melalui radio Sanaputra pula akhirnya musik blues

yang original dari musisi luar negeri mulai dikenal oleh orang-orang di Kota

Malang. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh mas Slamet

“Awal mula mulai pemutaran musik blues yang original itu di Radio
Sanaputra. Itu radio yang tertua di Kota Malang, kebetulan genre musik
blues original diputar di radio tersebut. Sebelumnya belum pernah ada
pemutaran genre musik blues di Kota Malang”.
(Wawancara dilakukan pada tanggal 15 April 2018)

Selanjutnya setelah dari radio Sanaputra, ada sebuah radio bernama

MasFM yang khusus menyiarkan dan mempunyai acara bernama bluescorner

62
ditahun 1996-1997. Baru Dari acara ini perkumpulan dan komunitas MBC

mulai terbentuk dan berdiri. Disini MBC mendapat kesempatan untuk

melakukan siaran di radio masfm. Para anggota MBC menyampaikan tentang

musik blues yang kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan tentang MBC

sebagai wadah pagi para pecinta musik blues. Tidak lupa MBC juga

menyampaikan terkait dengan kegiatan yang diadakan disetiap minggu

sebagai pertemuan rutin bagi para anggota MBC, dan siapapun yang berminat

dipersilahkan untuk datang dan mengikuti kegiatan tersebut.

Semenjak melakukan siaran di radio tersebut dan semakin seringnya

melakukan siaran radio, anggota dari MBC mulai berdatangan dan bertambah

jumlahnya. Disini artinya bahwa proses pengenalan musik blues yang dimulai

dari promosi lewat siaran radio mampu membuat genre musik blues memiliki

penikmat dan MBC sebagai wadah memiliki anggota yang lebih banyak.

Bertambahnya anggota dari MBC adalah salah satu keberhasilan dalam

memperkenalkan musik blues di kalangan masyarakat Malang. Meskipun

ketertarikan orang-orang masih dominan pada musik populer akan tetapi

dengan adanya siaran radio tersebut membuat orang-orang memiliki

ketertarikan untuk mengetahui dan bergabung didalam MBC. Hal ini sesuai

dengan yang disampaikan oleh Mas Lugkin

“Dulu waktu pertama ada MBC anggotanya tidak lebih dari sepuluh
orang, tapi dengan usaha yang sudah kita lakukan lewat promosi MBC
di radio dan beberapa kegiatan gathering lumayan meningkatlah
anggotanya. Untuk sekarang saja kita sudah bisa membagi jobdesk
dietiap anggotanya”.
(Wawancara dilakukan pada tanggal 10 April 2018)

63
Berbagai kegiatan juga diadakan oleh MBC, kegiatan-kegiatan ini

dibuat untuk mengumpulkan orang-orang yang memiliki minat dan kesukaan

serta ketertarikan pada genre musik blues. Kegiatan yang diadakan adalah

gathering, yang mana modal untuk kegiatan ini dihimpun dari anggota MBC.

Adanya kegiatan ini adalah salah satu bentuk promosi untuk komunitas musik

blues serta untuk menyatukan para orang yang menyukai musik blues. Acara

gathering ini di adakan di cafe atau disalah satu tempat yang relatif nyaman

untuk mendendangkan musik blues.

Masuk pada proses pengembangan musik blues di Kota Malang, MBC

sebagai satu-satunya komunitas di Kota Malang memperkuat keanggotaannya

serta menunjukkan indentitasnya musik blues. Dengan promosi yang sudah

dilakukan dan adanya orang-orang yang mulai mengenal dan bergabung

dengan komunitas ini akhirnya mampu memperkuat MBC ini sebagai satu

komunitas yang mewadahi para pecinta dan penikmat blues di Kota Malang.

Keadaan ini bisa menjadi dasar yang digunakan oleh MBC untuk

menunjukkan identitas bermusiknya. Hal ini adalah proses yang disebut oleh

Stuart Hall sebagai kebebasan individu untuk menunjukkan eksistensi dirinya

maupun kelompoknya, atau lebih secara konseptual disebut sebagai the

elighment subject.

Proses penguatan keanggotaan ini bisa jadi adalah proses untuk

menunjukkan identitas yang ada pada MBC. Dengan menunjukkan kebebasan

bermusiknya yaitu bermusik dengan genre musik blues ditengah maraknya

musik populer. Sehingga dalam proses ini identitas MBC kemudian mulai

64
jelas dan dikenal sebagai wadah yang menghimpun orang-orang yang

mencintai musik blues. Identitas yang mulai nampak ini merupakan salah satu

proses penting untuk mengembangkan musik blues di Kota Malang agar lebih

dikenal dan menjadi salah satu genre musik yang bisa dinikmati dan

didengarkan oleh para khalayak, artinya bahwa musik blues sudah mulai

memiliki nama dikalangan orang-orang. Hal ini kemudian menjadi titik awal

pengembangan yang cukup bagus untuk musik blues di Kota Malang.

Adanya keanggotaan yang mulai berkembang dan bertambah

membuat komunitas MBC memperbaiki sistem managementnya. Disini

perbaikan sistem management dilakukan dengan adanya job desk yang jelas

dan pasti disetiap anggotanya. Pembagian job desk ini dibagi menjadi bagian

sponsorship, bagian promotor, dan bagian public relation.

Dengan adanya jobdesk yang terbagi secara jelas membuat MBC ini

memili sistem management yang lebih baik dan terkonsep. Tugas yang

dilakukan jika dilihat dari job desknya untuk sponsorship bertugas untuk

mencari dana sponsor ketika MBC ini akan mengadakan sebuah acara, tentu

berbeda dengan dulu sebelum memiliki management yang seperti ini, ketika

akan melakukan kegiatan maka anggota melakukan patungan dana supaya

bisa dipakai untuk mengadakan sebuah kegiatan. Adanya bagian sponsorship

ini sangat membantu malang blues dalam persoalan kebutuhan dana, dengan

adanya dana tentunya kegiatan yang diadakan juga bisa memberikan faslitas

yang baik bagi orang-orang yang terlibat secara langsung di kegiatan yang

diadakan oleh MBC.

65
Untuk promotor sendiri didalam MBC memiliki tugas untuk

melakukan kegiatan promosi. Promosi disini sebenarnya lebih fokus pada

promosi event. Tugas promotor sendiri adalah untuk melalukan promosi

ketika MBC akan mengadakan sebuah event atau acara. Promosi ini tidak lain

memiliki tujuan agar kegiatan yang diadakan akan mendapatkan respon yang

baik dan antusias yang banyak dari orang-orang.

Selanjutnya untuk mengembangkan musik blues di Kota Malang,

anggota dari MBC melakukan kegiatan gathering. Kegiatan ini diutamakan

untuk menunjukkan bahwa di beberapa kota dan daerah musik blues mulai

diminati dan dikenal oleh banyak kalangan. Bahkan dalam prosesnya sudah

ada beberapa group musik dengan genre musik blues. Kegiatan gathering

semacam ini dilakukan dengan menghadirkan band maupun komunitas dari

luar kota atau luar daerah. Band yang diundang adalah band dengan genre

musik blues pula, hal ini dilakukan agar di Kota Malang orang-orang

memiliki antusiasme yang lebih dengan genre musik blues. Begitu pula

dengan komunitas yang di undang pada acara gathering merupakan

komunitas yang mewadahi para penikmat dan pecinta musik blues. Dalam

acara gathering ini lebih kegiatan yang dilakukan adalah bermain musik

bersama dengan genre musik blues tentunya. Selain itu juga berbagi

pengalaman antara satu dengan yang lain tentang musik blues yang ada di

setiap kota atau daerah masing-masing komunitas.

Perkembangan musik blues yang ada di Kota Malang yang dilakukan

oleh MBC seiring waktu semakin menjadi dikenal masyarakat. Hal itu

66
nampak ketika MBC mulai mengadakan kegiatan antusias yang didapatkan

sudah mulai banyak dan ada apresiasi yang lebih dari masyarakat. Proses

tersebut kemudian menjadikan MBC semakin bersemangat dan memiliki

keyakinan untuk meneguhkan identitas musik blues di Kota Malang.

Dalam kondisi yang terjadi yaitu dengan jumlah anggota yang lebih

banyak dengan adanya sistem management yang lebih baik serta adnya

kegiatan yang sering dilakukan menjadikan masyarakat akhirnya membuka

mata bahwa genre musik blues juga bisa dinikmati oleh semua kalangan.

Dengan jumlah anggota yang ada dan adanya kesemptan untuk manggung

dan membuat agenda merupakan proses penguatan identitas yang terjadi pada

MBC. Penguatan identitas ini membuat individu-individu yang tergabung

dengan MBC merasa menyatu ketika sedang memainkan genre musik blues.

Mereka memiliki ruang dan kebebasan untuk menyatu antara apa yang

dilakukan dan keinginan hatinya yang berkaitan dengan bermain genre musik

blues. Dalam kondisi ini sangat jelas bahwa apa yang disebut konsep the

sociological subject pada proses pembentukan identitas oleh Hall bisa

dijelaskan. Adanya satu kesatuan antara keinginan hati untuk bermain genre

musik blues bersama dengan orang-orang yang sama menyukainya dan ada

didalam satu wadah bernama MBC.

Dalam proses ini bisa dilihat bahwa MBC semakin menunjukkan

eksistensinya dengan identitas sebagai komunitas yang mewadahi orang-

orang pencinta dan penikmat genre musik blues yang ada di Kota Malang.

Identitas itu akhirnya menjadi melekat bahwa identitas bermusik blues itu

67
bisa terbentuk ditengah maraknya musik populer. Selain itu dalam proses

penguatan musik blues dilakukan pula kerjasama antara komunitas MBC

dengan band-band populer yang ada di kampus maupun cafe yang mereka

sering megadakan event maupun gathering. Untuk saat ini saja MBC sudah

menjalin hubungan tentang bermusik dengan band dari kampus, seperti Home

Band Universitas Brawijaya.

Adanya kerjasama tersebut menjadikan MBC sering mendapatkan

undangan ketika band-band yang bekerjasama mengadakan event ataupun

kegiatan. Bahkan adanya kerjasama tersebut membuat MBC memiliki banyak

informasi ketika ada festival musik atau ada event di area Kota Malang.

Secara tidak langsung adanya kerjasama ini semakin menguatkan identitas

bermusik yang dibangun oleh para anggota MBC. Sehingga untuk saat ini

saja MBC mendapatkan perlakukan yang hampir sama dengan band maupun

komunitas genre musik populer. Bahkan ketika ada festival atau acara MBC

mendapatkan undangan.

Sebagaimana yang diteorikan oleh Stuart Hall, bahwa dalam proses

penguatan identitas yang dilakukan oleh MBC atas identitas bermusik blues

yang berada dalam posisi maraknya musik populer yang ada di Kota Malang

tidak menunjukkan post modern subject. Pada proses penguatan identitas

bermusiknya, MBC mengalami enlightment subject dan sociological subject.

Persoalan yang sering kali dihadapi MBC dalam proses penguatan

identitasnya adalah tidak adanya support serta wadah yang menanunginya

sebagai sebuah komunitas pecinta musik blues. Di bagian ini tentu tidak

68
adanya support menyebabkan proses penguatan menjadi terhambat dan tidak

mengalami kemajuan, begitupun ketika tidak ada wadah yang mau menerima

dan memberikan apresiasi kepada MBC itu sendiri maka sangat susah untuk

menguatkan identitas bermusik blues ini.

Masuk dalam konteks sosiologisnya konsep identitas yang di jelaskan

oleh Hall membuat kita setidaknya memahami bahwa dalam proses

pembentukan dan penguatan identitas jelas ada dua elemen subjek yang jelas

telah dipraktikkan untuk membantu membangun identitas MBC sendiri.

Adanya enlightment subject dan sociological subject mendorong menjadi

identitas MBC saat ini.

69
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang sudah peneliti lakukan, peneliti mendapatkan

kesimpulan sebagai berikut:

Genre musik blues adalah salah satu genre musik yang posisinya belum

begitu dominan dikalangan masyarakat di Kota Malang. Mayoritas orang di

Kota Malang masih dominan tertarik dan lebih suka pada musik populer

dengan genre rock, genre jazz maupun genre pop. Dominasi tersebut sudah

terlihat ketika ada festival musik untuk pengisi acara adalah band-band yang

memiliki genre musik populer.

Malang Blues Colony atau biasa dikenal dengan nama MBC merupakan

salah satu wadah yang fokus pada genre musik blues di Kota Malang, MBC

juga menjadi satu-satunya komunitas yang memperkenalkan dan

mengembangakan genre musik blues di Kota Malang.

Identitas MBC sebagai komunitas genre musik blues dibangun dan

dikembangkan lewat berbagai kegiatan promosi dan event. Promosi pertama

dilakukan lewat radio yang kemudian ketika sudah mulai dikenal MBC sering

melakukan event dan gathering untuk memperkuat identitas bermusik blues

di Kota Malang. Keberadaan MBC di Kota Malang menjadi salah satu wadah

dikenalkan genre musik blues sehingga membuat genre tersebut mulai banyak

penikmat. Serta dengan penguatan identitas bermusik yang dibangun

70
membuat MBC menjadi salah satu komunitas yang besar dan dikenal oleh

masyarakat Kota Malang.

Dalam proses penguatan identitasnya sendiri MBC menjalankan apa

yang disebut Hall sebagai enligement subject dan sociological sibject. Pada

enligement subject adalah ketika MBC mampu menunjukkan eksistensinya

untuk bermain musik dengan genre Blues. Serta dalam sociological subject

adalah ketika individu-individu yang tergabung dalam MBC bergabung dan

menjadi satu kesatuan dan bermain musik blues.

6.2 Saran

Untuk anggota MBC dapat memperkuat identitas bermusiknya dengan

mulai mengagendakan event-event yang lebih besar lagi terutama bisa

melakukan kerjasama bersama komunitas musik blues luar daerah. Adanya

event yang semakin besar tentu dapat memperkuat identitas dari musik blues

itu sendiri. Bisa jadi ketika melakukan event tersebut mengundang komunitas

musik populer yang ada sebagai tamu.

Untuk pembaca bisa dilakukan kajian lebih lanjut untuk fokus

penelitian ini. Terutama kajian tentang musik blues itu sendiri, kajian ini

kemudian memiliki keunikan karena posisi musik blues pada dasarnya adalah

genre musik yang belum memiliki banyak tempat dan penikmat untuk

menyanyikannya. Tentu ada hal-hal yang menarik yang bisa dikaji dengan

fokus ini. Untuk pengembangan data nantinya disarankan untuk yang akan

melakukan penelitian dengan fokus ini bisa menggunakn teori dari Adorno.

71
Daftar Pustaka
Ananta, Kusuma. 1987. Konservasi Sumber Daya Tanah dan Air. Jakarta:
Lumbung Pustaka UNY
Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
Basuki, Sulistyo. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: UMY Repository
Creswell, John W. 2015. Penelitian Kualitatif dan Desain Riset. Yogyakarta:

PUSTAKA PELAJAR. Hlm: 58 dan 277-278.

Hadari, Nawawi. 2003. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: UGM Press
Hall, Stuart. 1990. Cultural Identity and Diaspora. Dalam Jonathan Rutherford
(ed). Identity: Community, Culture, Difference. London: Lawrence and
Wishart.
--------------. 1996. Who Needs “Identity”?. Dalam Stuart Hall dan Paul Du Gay
(ed). Question of Cultural Identity. London: SAGE Publications.
Moleong, Lexy J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
--------------------. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Karya.
Nawawi. 1997. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Rineka Cipta
Naldo, 2012. Musik Indie Sebagai Perlawanan Terhadap Industri Musik
Mainstream Indonesia (Studi Kasus Resistensi Band Mocca Dalam
Menyikapi Industri Musik Indonesia), Diterbitkan di Depok Pada Fakultas
Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung:
ALFABETA.

72
Daftar Pustaka
Ananta, Kusuma. 1987. Konservasi Sumber Daya Tanah dan Air. Jakarta:
Lumbung Pustaka UNY
Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
Basuki, Sulistyo. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: UMY Repository
Creswell, John W. 2015. Penelitian Kualitatif dan Desain Riset. Yogyakarta:

PUSTAKA PELAJAR. Hlm: 58 dan 277-278.

Hadari, Nawawi. 2003. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: UGM Press
Hall, Stuart. 1990. Cultural Identity and Diaspora. Dalam Jonathan Rutherford
(ed). Identity: Community, Culture, Difference. London: Lawrence and
Wishart.
--------------. 1996. Who Needs “Identity”?. Dalam Stuart Hall dan Paul Du Gay
(ed). Question of Cultural Identity. London: SAGE Publications.
Moleong, Lexy J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
--------------------. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Karya.
Nawawi. 1997. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Rineka Cipta
Naldo, 2012. Musik Indie Sebagai Perlawanan Terhadap Industri Musik
Mainstream Indonesia (Studi Kasus Resistensi Band Mocca Dalam
Menyikapi Industri Musik Indonesia), Diterbitkan di Depok Pada Fakultas
Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung:
ALFABETA.

Anda mungkin juga menyukai