Arsling Bonny
Arsling Bonny
PENGERTIAN BIOPORI
Arti definisi dan penmgertian lubang biopiro menurut organisasi.org adalah lubang yang dengan diameter 10 sampai 30 cm dengan panjang 30 sampai 100 cm yang ditutupi sampah organik yang berfungsi untuk menjebak air yang mengalir di sekitarnya sehingga dapat menjadi sumber cadangan air bagi air bawah tanah, tumbuhan di sekitarnya serta dapat juga membantu pelapukan sampah organik menjadi kompos yang bisa dipakai untuk pupuk tumbuh-tumbuhan. Tujuan / Fungsi / Manfaat / Peranan Lubang Resapan Biopori / LRB : 1. Memaksimalkan air yang meresap ke dalam tanah sehingga menambah air tanah. 2. Membuat kompos alami dari sampah organik daripada dibakar. 3. Mengurangi genangan air yang menimbulkan penyakit. 4. Mengurangi air hujan yang dibuang percuma ke laut. 5. Mengurangi resiko banjir di musim hujan. 6. Maksimalisasi peran dan aktivitas flora dan fauna tanah. 7. Mencegah terjadinya erosi tanah dan bencana tanah longsor. Tempat yang dapat dibuat / dipasang lubang biopori resapan air : 1. Pada alas saluran air hujan di sekitar rumah, kantor, sekolah, dsb. 2. Di sekeliling pohon. 3. Pada tanah kosong antar tanaman / batas tanaman. Cara Pembuatan Lubang Biopori Resapan Air : 1. Membuat lubang silindris di tanah dengan diameter 10-30 cm dan kedalaman 30-100 cm serta jarak antar lubang 50-100 cm. 2. Mulut lubang dapat dikuatkan dengan semen setebal 2 cm dan lebar 2-3 centimeter serta diberikan pengaman agar tidak ada anak kecil atau orang yang terperosok. 3. Lubang diisi dengan sampah organik seperti daun, sampah dapur, ranting pohon, sampah makanan dapur non kimia, dsb. Sampah dalam lubang akan menyusut sehingga perlu diisi kembali dan di akhir musim kemarau dapat dikuras sebagai pupuk kompos alami. 4. Jumlah lubang biopori yang ada sebaiknya dihitung berdasarkan besar kecil hujan, laju resapan air dan wilayah yang tidak meresap air dengan rumus = intensitas hujan (mm/jam) x luas bidang kedap air (meter persegi) / laju resapan air perlubang (liter / jam). Pengalihan fungsi lahan merupakan salah satu faktor penyebab banjir dan menurunnya permukaan air tanah di kawasan perumahan, Pengalihan lahan Hijau seperti hutan menjadi perumahan
menyebabkan tidak adanya lagi area terbuka sebagai resapan air, sehingga air yang meresap ke dalam tanah menjadi kecil dan memperbesar volume aliran air permukaan.
akuifer tertekan yang dalam dan perlu untuk diimbukan, atau pada suatu kawasan kota yang memiliki lahan yang sempit/terbatas.
Kegunaan
Penerapan sumur resapan ini dalam kehidupan sehari-hari penting artinya. Beberapa fungsi sumur resapan bagi kehidupan manusia adalah sebagai pengendali banjir, melindungi dan memperbaiki (konservasi) air tanah, serta menekan laju erosi. Penurunan muka air tanah yang banyak terjadi akhir-akhir ini dapat teratasi dengan bantuan sumur resapan. Tanda-tanda penurunan muka air tanah terlihat pada keringnya sumur dan mata air musim kemarau serta timbulnya banjir pada musim penghujan. Kondisi demikian tidak menguntungkan bagi perkembangan perekonomian masyarakat. Oleh karena itu, perhatian yang sungguh-sungguh dari semua pihak diperlukan dalam upaya pengendalian banjir serta perbaikan dan perlindungan (konservasi) air tanah. Sebagai gambaran dapat kita telaah hasil penelitaian Dirjen Geologi dan Sumberdaya Mineral Indonesia yang bekerja sama dengan Kedutaan Jerman. Disebutkan bahwa muka air tanah di Bandung terjadi penurunan sekitar 1-2 meter per tahun, yang asalnya kedalaman muka air tanah 3-25 m pada tahun 1992 kini menjadi 20-40 m. . Salah satu strategi atau cara pengendalian air, baik mengatasi banjir atau kekeringan adalah melalui sumur resapan. Sumur resapan ini merupakan upaya memperbesar resapan air hujan ke dalam tanah dan memperkecil aliran permukaan sebagai penyebab banjir. Upaya ini akan berfungsi bila semua warga sadar dan mau menerapkannya. Peran sumur resapan akan tidak berarti bila hanya beberapa penduduk saja yang menerapkan. Dapat dibayangkan bila setiap penduduk suatu kawasan yang memiliki sejuta bangunan menerapkan sumur resapan. Masing-masing mampu meresapkan air satu meter kubik. Dengan demikian sejuta meter kubik akan masuk ke dalam tanah sehingga kawasan tersebut dapat terhindar dari bahaya banjir dan mampu mengurangi masalah kekeringan pada musim kemarau. Pembuatan Sumur Resapan Air Setelah diperoleh desain konstruksi (dimensi, bentuk dan jenis) sumur resapan air sesuai dengan kondisi lingkungan pada kawasan perumahan, selanjutnya dalam proses pembuatan sumur resapan air dapat dirancang dua pola penerapan yaitu: a) pembuatan secara kolektif (berdasarkan blok-blok rumah, atau untuk satu kawasan perumahan); dan b) pembuatan per-tipe rumah. Pembuatan sumur resapan air per-blok dalam suatu kawasan perumahan harus direncanakan sejak dari awal oleh kontraktor atau developer. Pada siteplan sudah nampak jelas alokasi lahan untuk pembangunan sumur resapan air pada setiap blok (per-blok bisa terdiri dari 10 rumah atau lebih). Alternatif lain, SRA dibuat dalam bentuk danau untuk semua rumah pada suatu kawasan perumahan (seperti perumahan Bogor Lakeside), sehingga SRA berfungsi disamping untuk meresapkan air ke dalam tanah juga sebagai tempat rekreasi warga perumahan,.
Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan. Persyaratan umum yang harus dipenuhi antara lain:
1. Sumur resapan harus berada pada lahan yang datar, tidak pada tanah berlereng, curam atau labil.
2. Sumur resapan berjarak minimal lima meter dari tempat penimbunan sampah dan septic tank dan berjarak minimal satu meter dari fondasi bangunan. 3. Kedalaman sumur resapan bisa sampai tanah berpasir atau maksimal dua meter di bawah permukaan air tanah. Kedalaman muka air (water table) tanah minimum 1,50 meter pada musim hujan.
EKO-ARSITEKTUR
EKO-ARSITEKTUR, adalah konsep bangunan yang berwawasan lingkungan dalam kehidupan manusia.Suatu konsep sentral dalam ekologi adalah ekosistem (sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup denganlingkungannya. Oleh karena itu ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan yang saling mempengaruhi. Berdasarkan pengertian di atas, suatu sistem terdiri dari komponen-komponen yang bekerja secara teratur sebagai suatu kesatuan. Ekosistem terbentuk oleh komponen hidup (biotik) dan tak hidup (abiotik) yang berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur. Keteraturan itu terjadi karena adanya arus materi dan energi, yang terkendali oleh arus informasi antara komponen dalam ekosistem. Masing-masing komponen mempunyai fungsi (relung). Selama masing-masing komponen tetap melakukan fungsinya dan bekerjasama dengan baik, keteraturan ekosistem tetap terjaga. Apabila kita hanya melihat fungsinya, suatu ekosistem terdiri atas dua komponen a) Komponen autotrofik: organisme yang mampu menyediakan atau mensintesis makanannya sendiri berupa bahan organik dan bahan-bahan anorganik dengan bantuan energi matahari atau klorofil. Oleh karena itu semua organisme yang mengandung klorofil disebut organisme autotrofik. b) Komponen heterotrofik: organisme yang mampu memanfaatkan bahan-bahan organik sebagai bahan makanannya. Bahan makanan itu disintesis dan disediakan oleh organisme lain. Apabila dilihat dari segi penyusunannya, maka dapat dibedakan menjadi empat komponen yaitu: a. Bahan tak hidup (abiotik, non hayati): komponen fisik dan kimia, misalnya: tanah, air, matahari, dan lain-lain. Komponen ini merupakan medium (substrat) untuk berlangsungnya kehidupan. b. Produsen: organisme autotrofik (tumbuhan hijau) c. Konsumen: organisme heterotrofik, misalnya: manusia, hewan yang makan organisme lainnya. d. Pengurai (perombak atau dekomposer): organisme heterotrofik yang mengurai bahan organik yang berasal dari organisme mati. Habitat dan relung, dua istilah tentang kehidupan organisme. Habitat adalah tempat hidup suatu organisme. Habitat suatu organisme dapat juga disebut alamat. Relung (niche atau nicia) adalah profesi atau status suatu organisme dalam suatu komunitas dan ekosistem tertentu, sebagai akibat adaptasi struktural, tanggal fisiologis serta perilaku spesifik organisme itu. Penyesuaian diri secara umum disebut adaptasi. Kemampuan adaptasi mempunyai nilai untuk kelangsungan hidup. Makin besar kemampuan adaptasi makin besar kementakan kelangsungan hidup organisme.
Dinding, atap sebuah gedung sesuai dengan tugasnya, harus melidungi sinar panas, angin dan hujan. Intensitas energi baik yang terkandung dalam bahan bangunan yang digunakan saat pembangunan harus seminal mungkin.
o o
Bagunan sedapat mungkin diarahkan menurut orientasi Timur-Barat dengan bagian Utara-Selatan menerima cahaya alam tanpa kesilauan. Dinding suatu bangunan harus dapat memberi perlindungan terhadap panas. Daya serap panas dan tebalnya dinding sesuai dengan kebutuhan iklim/ suhu ruang di dalamnya. Bangunan yang memperhatikan penyegaran udara secara alami bisa menghemat banyak energi.
Biotik
Biotik adalah istilah yang biasanya digunakan untuk menyebut sesuatu yang hidup (organisme). Komponen biotik adalah suatu komponen yang menyusun suatu ekosistem selain komponen abiotik (tidak bernyawa). Berdasarkan peran dan fungsinya, makhluk hidup dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
Autotrof
Komponen autotrof atau produsen terdiri dari organisme yang dapat membuat makanannya sendiri dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti sinar matahari (fotoautotrof) dan bahan kimia (kemoautotrof). Komponen autotrof berperan sebagai produsen. Yang tergolong autotrof adalah tumbuhan berklorofil.
Heterotrof / Konsumen
Komponen heterotrof terdiri dari organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik yang disediakan oleh organisme lain sebagai makanannya . Komponen heterotrof disebut juga konsumen makro (fagotrof) karena makanan yang dimakan berukuran lebih kecil. Yang tergolong heterotrof adalah manusia, hewan, jamur, dan mikroba.
Pengurai / dekomposer
Pengurai atau dekomposer adalah organisme yang menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme mati. Pengurai disebut juga konsumen makro (sapotrof) karena makanan yang dimakan berukuran lebih besar. Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen. Yang tergolong pengurai adalah bakteri dan jamur. Ada pula pengurai yang disebut detritivor, yaitu hewan pengurai yang memakan sisa-sisa bahan organik, contohnya adalah kutu kayu. Tipe dekomposisi ada tiga, yaitu: 1. aerobik : oksigen adalah penerima elektron / oksidan 2. anaerobik : oksigen tidak terlibat. Bahan organik sebagai penerima elektron /oksidan 3. fermentasi : anaerobik namun bahan organik yang teroksidasi juga sebagai penerima elektron. komponen tersebut berada pada suatu tempat dan berinteraksi membentuk suatu kesatuan ekosistem yang teratur. Misalnya, pada suatu ekosistem akuarium, ekosistem ini terdiri dari ikan sebagai komponen heterotrof, tumbuhan air sebagai komponen autotrof, plankton yang terapung di air sebagai komponen pengurai, sedangkan yang termasuk komponen abiotik adalah air, pasir, batu, mineral dan oksigen yang terlarut dalam air. Dasar-dasar eko-arsitektur Kualitas arsitetur dan tugas si arsitek, Batu, kayu dan semen, dengan bahan tersebut akan dibuat rumah dan istana, semuanya adalah persoalan konstruksi. Penemuan yang berdaya cipta terwujud. Tibatiba hasilnya dapat menyentuh hati saya, saya merasa senang dan puas, saya berbahagia dan saya berkata: inilah yang indah, inilah seni bangunan, inilah kesenian. Pembahasan kualitas dibidang arsitektur biasanya hanya memperhatikan bentuk gedung dan konstruksinya, tetapi mengabaikan tokoh utama: si pengguna arsitektur tersebut dan kualitas hidupnya. Berdasarkan habitat, ekosistem dapat dibagi atas ekosistem hutan pohon bakau/kayu api-api dan pantai ekosistem sungai dan danau ekosistem rawa gambut dan air tawar ekosistem hutan dataran rendah dan tinggi ekosistem gunung dan gua.
Arsitektur Berkelanjutan
Arsitektur berkelanjutan (sustainable architecture) adalah sebuah konsep terapan dalam bidang arsitektur untuk mendukung konsep berkelanjutan, yaitu konsep mempertahankan sumber daya alam agar bertahan lebih lama, yang dikaitkan dengan umur potensi vital sumber daya alam dan lingkungan ekologis manusia, seperti sistem iklim planet, sistem pertanian, industri, kehutanan, dan tentu saja arsitektur. Kerusakan alam akibat eksploitasi sumber daya alam telah mencapai taraf pengrusakan secara global, sehingga lambat tetapi pasti, bumi akan semakin kehilangan potensinya untuk mendukung kehidupan manusia, akibat dari berbagai eksploitasi terhadap alam tersebut. Dampak negatif dari pembangunan konstruksi sangat beragam, antara lain adalah dieksploitasinya sumber daya alam secara berlebihan. Simak saja, pertambangan sumber daya alam yang dikeruk habis-habisan, penggundulan hutan tanpa penanaman kembali, dimana hal-hal semacam ini dapat menurunkan kualitas sumber daya alam lain di bumi. Tidak hanya itu, teknologi dan hasil teknologi yang digunakan manusia seperti kendaraan, alat-alat produksi dalam sistem produksi barang dan jasa (misalnya pabrik), peralatan rumah tangga dan sebagainya dapat menimbulkan dampak negatif akibat emisi gas buangan, limbah yang mencemari lingkungan. Berbagai konsep dalam arsitektur yang mendukung arsitektur berkelanjutan, antara lain dalam efisiensi penggunaan energi, efisiensi penggunaan lahan, efisisensi penggunaan material, penggunaan teknologi dan material baru, dan manajemen limbah. Arsitektur berkelanjutan merupakan konsekuensi dari komitmen Internasional tentang pembangunan berkelanjutan karena arsitektur berkaitan erat dan fokus perhatiannya kepada faktor manusia dengan menitikberatkan pada pilar utama konsep pembangunan berkelanjutan yaitu aspek lingkungan binaan dengan pengembangan lingkungannya, di samping pilar pembangunan ekonomi dan sosial. Pembangunan yang berkelanjutan sangat penting untuk diaplikasikan di era modern ini. Maksud dari pembangunan yang berkelanjutan adalah:
1. Environmental Sustainability:
Yaitu pembangunan yang mempertahankan sumber daya alam agar bertahan lebih lama karena memungkinkan terjadinya keterpaduan antarekosistem, yang dikaitkan dengan umur potensi vital sumber daya alam dan lingkungan ekologis manusia, seperti iklim planet, keberagaman hayati, dan perindustrian. Kerusakan alam akibat eksploitasi sumber daya alam telah mencapai taraf pengrusakan secara global, sehingga lambat tetapi pasti, bumi akan semakin kehilangan potensinya untuk mendukung kehidupan manusia, akibat dari berbagai eksploitasi terhadap alam tersebut.
2. Social Sustainability:
Yaitu pembangunan yang minimal mampu mempertahankan karakter dari keadaan sosial setempat. Namun, akan lebih baik lagi apabila pembangunan tersebut justru meningkatkan kualitas sosial yang telah ada. Setiap orang yang terlibat dalam pembangunan tersebut, baik sebagai subjek maupun objek, haruslah mendapatkan perlakuan yang adil. Hal ini diperlukan agar tercipta suatu stabilitas sosial sehingga terbentuk budaya yang kondusif.
3. Economical Sustainability:
Yaitu pembangunan yang relative rendah biaya inisiasi dan operasinya. Selain itu, dari segi ekonmomi bisa mendatangkan profit juga, selain menghadirkan benefit seperti yang telah disebutkan pada aspek-aspek yang telah disebutkan sebelumnya. Pembangunan ini memiliki ciri produktif secara kuantitas dan kualitasnya, serta memberikan peluang kerja dan keuntungan lainnya untuk individu kelas menengah dan bawah. Pengertian Arsitektur yang berkelanjutan, seperti dikutip dari buku James Steele Suistainable Architecture, adalah Arsitektur yang memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa membahayakan kemampuan generasi mendatang, dalam memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Kebutuhan itu berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lain, dari satu kawasan ke kawasan lain dan paling baik bila ditentukan oleh masyarakat terkait. Arsitektur berkelanjutan merupakan konsekuensi dari komitmen Internasional tentang pembangunan berkelanjutan karena arsitektur berkaitan erat dan fokus perhatiannya kepada faktor manusia dengan menitikberatkan pada pilar utama konsep pembangunan berkelanjutan yaitu aspek lingkungan binaan dengan pengembangan lingkungannya, di samping pilar pembangunan ekonomi dan sosial. Berbagai konsep dalam arsitektur yang mendukung arsitektur berkelanjutan, antara lain dalam efisiensi penggunaan energi, efisiensi penggunaan lahan, efisisensi penggunaan material, penggunaan teknologi dan material baru, dan manajemen limbah. Perlunya lebih banyak promosi bagi arsitektur berkelanjutan adalah sebuah keharusan, mengingat kondisi bumi yang semakin menurun dengan adanya degradasi kualitas atmosfer bumi yang memberi dampak pada pemanasan global. Semakin banyak arsitek dan konsultan arsitektur yang menggunakan prinsip desain yang berkelanjutan, semakin banyak pula bangunan yang tanggap lingkungan dan meminimalkan dampak lingkungan akibat pembangunan. Dorongan untuk lebih banyak menggunakan prinsip arsitektur berkelanjutan antara lain dengan mendorong pula pihak-pihak lain untuk berkaitan dengan pembangunan seperti developer, pemerintah dan lain-lain. Mereka juga perlu untuk didorong lebih perhatian kepada keberlanjutan dalam pembangunan ini dengan tidak hanya mengeksploitasi lahan untuk mendapatkan keuntungan sebanyakbanyaknya tanpa kontribusi bagi lingkungan atau memperhatikan dampak lingkungan yang dapat terjadi. Sebagai proses perubahan, pembangunan berkelanjutan harus dapat menggunakan sumber daya alam, investasi, pengembangan teknologi, serta mampu meningkatkan pencapaian kebutuhan dan aspirasi manusia. Dengan demikian, arsitektur berkelanjutan diarahkan sebagai produk sekaligus proses berarsitektur yang erat mempengaruhi kualitas lingkungan binaan yang bersinergi dengan faktor ekonomi dan sosial, sehingga menghasilkan karya manusia yang mampu meneladani generasi berarsitektur di masa mendatang. Proses keberlanjutan arsitektur meliputi keseluruhan siklus masa suatu bangunan, mulai dari proses pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran bangunan. Visi arsitektur berkelanjutan tidak saja dipacu untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (greenhouses effect), juga mengandung maksud untuk lebih menekankan pentingnya sisi kualitas dibanding kuantitas ditinjau dari aspek fungsional, lingkungan, kesehatan, kenyamanan, estetika dan nilai tambah. Secara normatif, hal ini sudah terakomodasi dalam peraturan perundangan seperti ketentuan tentang fungsi bangunan gedung, persyaratan tata bangunan yang berkaitan dengan aspek lingkungan dan estetika pada berbagai skala dan cakupan baik ruangan, bangunan, lingkungan, maupun persyaratan keandalan bangunan gedung yang meliputi keselamatan, kesehatan, kenyamaman dan kemudahan. Dari sisi ini, kesadaran faktor manusia dikedepankan dibanding faktor lain. Hal ini mengingat paradigma yang juga sudah berubah dan mengalami perkembangan yang awalnya sebagai paradigma pertumbuhan ekonomi, kemudian bergeser
ke paradigma kesejahteraan. Di era reformasi dan demokratisasi politik di Indonesia, mulai bergeser ke pola paradigma pembangunan yang berpusat pada manusia (people centered development paradigm) yang lebih bernuansa pemberdayaan komitmen internasional.
Seperti bahan bangunan nabati misalnya kayu, rotan, rumbia, alang-alang, serabut kelapa, ijuk, kulit kayu, kapas, kapuk, dan lain-lain. Adapun bahan bdari hewani seperti kulit binatang, wool dan sebagainya. Semua bahan bangunan tersebut dapat dibudidayakan kembali misalnya, kayu membusuk atau terbakar menjadi karbon yang pada tanah bisa berfungsi sebagai pupuk pohon kayu generasi berikutnya. Persiapan dan penggunaan bahan bangunan ini dilakukan ditempat pelaksaan bangunan dengan penggunaan energi yang kecil dan dengan tekhnologi (kepandaian) pertukangan yang sederhana.
Bahan bangunan alam yang dapat digunakan kembali adalah bahan bangunan yang tidak dapat dihasilkan lagi (regeneratif), akan tetapi karena kebutuhan bahan tersebut dengan persiapan khusus dapat digunakan lagi. Contoh bahan bangunan ini adalah tanah, tanah liat (lempung), tras, kapur, batu kali, batu alam, pasir, dan sebagainya.
Bahan bangunan buatan yang dapat digunakan kembali (recycling dalam fungsi yang berbeda)
Bahan bangunan ini didapat dari seperti limbah, potongan, sampah, ampas, dan sebagainya dari perusahaan industri. Biasanya material ini dalam bentuk: bahan pembungkus/kemasan (misalnya kardus dan kertas, kaleng bekas, botol bekas, dan sebagainya), mobil bekas (atap mobil bekas, kaca mobil bekas dan sebagainya), ban mobil bekas, serbuk kayu, potongan kain sintetis, potongan kaca, potongan seng dan sebagainya. Janganlah menganggap remeh bahan bangunan recycling. Dengan kreatifitas desain arsitektur rumah yang tinggi akan menghasilkan karya arsitektur yang bernilai dari segi fisik ataupun maknanya. Golongan bahan bangunan ini lambat laun akan hilang apabila pembangunan ekologis telah tercapai di dalam masyarakat yang hidup seimbang dengan lingkungan alamnya.
Bahan bangunan ini disediakan secara industri rumah , seperti misalnya batu bata, genteng tanah liat. Kedua bahan bangunan tersebut berbahan mentah tanah liat yang terdapat dimana saja. Setelah dibentuk tanah liat ini kemudian dibakar. Bahan bangunan ini adalah bahan bangunan tertua yang diciptakan manusia. Proses pembuatan yang sederhana dari batu bata dan genteng biasanya dilakukan oleh rakyat di desa-desa setempat. Sehingga kegiatan ini mendukung peningkatan ekonomi rakyat. Sebagai tambahan saya akan memaparkan juga beberapa material yang kurang atau tidak ramah
lingkungan. Hal ini akan menjadi makin memperjelas betapa ramah lingkungannya bahan bangunanbahan bangunan yang telah disebutkan diatas, bahan bangunan ini antara lain:
Adalah merupakan bahan bangunan yang tercampur menjadi satu kesatuan dan tidak dapat dibagibagi lagi menjadi bagian bangunan. Contohnya, batu buatan yang tidak dibakar (batako genteng beton dan conblock) yaitu campuran antara pasir dan semen. Bahan bangunan batu buatan yang tidak dibakar ini meskipun tergolong bahan bangunan komposit dan kurang ramah terhadap lingkungan, material ini biasanya diproses oleh industri rumah yang dimiliki oleh rakyat. Jadi, masih tergolong agak ramah lingkungan. Contoh lain adalah bahan bangunan yang dilebur (logam dan kaca). Kemudian juga bahan bangunan sebagai pengikat/perekat (semen merah, kapur merah, kapur padam, kapur kering dan semen). Termasuk bahan bangunan komposit seperti beton bertulang, pelat serat (fiber) semen, beton komposit, cat kimia, perekat, dan dempul.
Ialah bahan bangunan sintetik (plastik). Bahan bangunan sintetik mamakai bahan mentah fosil (minyak bumi, arang atau gas). Dalam proses pembuatannya bahan bangunan sintetik banyak memerlukan energi. Contoh bahan bangunan ini misalnya, pipa air bersih dan kotor dari PVC, lapisan lantai, selang, zat pelengkap cat, peralatan listrik, profil plastik, busa yang elastis, topi pelindung, pelat transparan plastik bergelombang, alat perlengkapan pintu dan jendela, perekat yang tahan cuaca, karet sintetis, bahan penutup celah bangunan, cat kedap air, dan sebagainya. Bahan bangunan sintetik ini tergolong mengkhawatirkan dalam masalah lingkungan hidup dikarenakan
Mengandung zat pelunak yang membahayakan bagi kesehatan manusia (PVC) PVC dan PE yang banyak dipakai bahan bangunan sintetik agak sukar di daur ulang (PVC) dan agak mahal didaur ulang (PE). Pengolahan harus melewati beberapa proses yang ternyata tidak bisa dibalik (irreversible). Menggunakan bahan baku minyak bumi yang tidak bisa diperbarui. Dalam pengolahannya banyak membutuhkan energi.
Bahan bangunan buatan yang dapat digunakan kembali - Kardus dan kertas
Pada pameran dunia 1899 di Paris dipertunjukkan rumah-rumah pra kilang dari kardus terutama untuk negara tropis. Rumah tersebut terdiri dari papn kardus (4 mm tebal, yang dilapisi stearin) berukuran 60-80 cm x 3.00 m x 10 cm dan berat dinding 310N/m dinding.
- Kaleng bekas
Kaleng alumunium bekas memiliki ketinggian sampai dengan 130 mm, hamper sama dengan ketebalan dinding batu bata. Seperti yang telah diuraikan kaleng alumunium bekas dapat dimanfaatkan untuk dinding bangunan. Penyusunan kaleng bekas dilakukan secara teratur sehingga sisinya dengan bukaan kaleng akan dapat diplester.
- Botol bekas
Botol-botol bekas pun juga dapat digunakan sebagai bahan bangunan. Walaupun harga botol lebih mahal daripada batu bata, akan tetapi botol bekas memiliki keuntungan bahwa cahaya dapat tembus.
Penggolongan Bahan Bangunan berdasarkan pengertian arsitektur biologis: Bahan bangunan yang dapat dibudidayakan kembali (regeneratif), yaitu bahan tumbuhan atau binatang, antara lain: kayu, bambu, rotan, rumbia, alang-alang, serabut kelapa, ijuk, kulit kayu, kapas, kapok, kulit binatang dsb. Bahan bangunan alam yang dapat digunakan lagi (recycling), ialah bahan bangunan alam yang tidak dapat dihasilkan lagi, akan tetapi bahan tersebut dengan persiapan khusus dapat digunakan lagi, misalnya: tanah, tanah liat, lempung, tras, baru kali, batu alam dsb. Bahan bangunan buatan yang dapat digunakan lagi (recycling), ialah bahan bangunan yang terdapat sebagai limbah, potongan, sambungan, ampas dsb. Bahan bangunan alam yang disediakan oleh industrial, misalnya batu buatan (batu merah) dan genteng yang dibakar sebagai bahan bangunan tertua yang diciptakan manusia Bahan bangunan logam, kaca, plastik/sintetis, ialah bahan bangunan yang tidak dapat dinamakan biologis.