Anda di halaman 1dari 11

NAMA : ILHAM FIRDAUSY NIM MK : 0900667 : ARSITEKTUR LINGKUNGAN

Sistem Drainase Sumur Resapan.


Proses pembangunan perkotaan dan perumahan sungguh merupakan hal yang kontradiksi jika ditinjau dari ketersediaan air tanah dan peningkatan puncak limpasan air permukaan. Perubahan ini disebabkan oleh terjadinya penurunan imbuhan air tanah dan pertambahan pengeluaran air dari dalam tanah, sehingga mengganggu keseimbangan sistem hidrologi air bawah permukaan, dan menghasilkan penurunan paras air tanah. Dinegara yang telah maju, peningkatan kuantitas penduduk tidak mengganggu ketersediaan air tanah, hal ini disebabkan oleh beralihnya atau ditinggalkannya sumursumur individu dan ditukar atau berganti kepada sumur umum dalam yang disediakan oleh instansi tertentu seperti PDAM atau semacamnya yang merupakan bagian dari pemerintah local setempat. Hal ini bertolak belakang dengan kondisi yang terjadi di Indonesia, karena kecenderungan apabila jumlah penduduk makin bertambah, maka jumlah sumur-sumur yang dibuat oleh individu pun makin banyak. Air tanah yang dikeluarkan dari dalam bumi pada dasarnya sama saja dengan pengeluaran bahan/material berharga yang lain seperti : mineral, emas, batu bara, minyak atau gas. Air biasanya mempunyai batasan yang istimewa, yaitu dianggap sebagai sumber alami yang dapat diperbaharui. Angapan ini perlu kiranya untuk dikoreksi..!! Karena sebenarnya anggapan ini hanya dapat berlaku jika terdapat keseimbangan diantara imbuhan air dengan exploitasi didalam kawasan tangkapan/tadahan air. Sumur resapan air tanah adalah salah satu upaya untuk meningkatkan imbuhan air tanah, disamping itu manfaat yang sangat berguna adalah dapat mengurangi banjir akibat limpasan air permukaan. Dengan pembiayaan yang (secara relatif) tidak terlalu tinggi, pengadaan sumur resapan ini dapat dilakukan oleh setiap pembangunan satu rumah tinggal. Prinsip Sumur Resapan Sumur resapan dibuat dengan tujuan untuk mengalirkan air buangan dari permukaan tanah ke akuifer air tanah. Alirannya berlawanan dengan sumur pompa, tetapi konstruksi dan cara pembangunannya mungkin dapat saja sama. Pengimbuhan sumur akan lebih praktis apabila terdapat akuifer tertekan yang dalam dan perlu untuk diimbukan, atau pada suatu kawasan kota yang memiliki lahan yang sempit/terbatas.

Gambar dibawah ini menerangkan proses air imbuhan masuk kedalam akuifer bebas dan akuifer tertekan. Untuk Akuifer Bebas memenuhi persamaan :

Sementara untuk Akuifer tertekan memenuhi persamaan :

Dimana : Q = Debit Aliran K = Koefisien Permeabilitas Tanah rw = Jari-jari sumuran ro = Jari-jari pengaruh aliran

ho = Tinggi muka air tanah hw = Tinggi muka air setelah imbuhan Mungkin ada yang bertanya-tanya, apa gunanya rumus-rumus diatas, apa gunanya sumur resapan secara kongkrit?? Pada postingan saya yang berikut, akan saya tunjukkan berapa besar nya debit air yang harus terbuang kedaerah limpasan akibat dari pembangunan rumah, jalan dan fasilitas-fasilitas umum lainnya. Tentu anda mengerti maksud saya, jika air hujan yang berasal dari daerah resapan dengan jumlah yang besar dibuang begitu saja tanpa di resapkan kedalam tanah, maka air tersebut akan mengakibatkan banjir yang parah didaerah-daerah limpasan. Sumur Resapan dan Biopori - Definisi Sumur Resapan (infiltration Well) adalah sumur atau lubang pada permukaan tanah yang dibuat untuk menampung air hujan/aliran permukaan agar dapat meresap ke alam tanah. Biopori merupakan lubang vertikal ke dalam tanah yang berfungsi meningkatkan laju peresapan air hujan. Pembuatan lubang resapan biopori ke dalam tanah secara langsung akan memperluas bidang permukaan peresapan air, seluas permukaan dinding lubang. Membuat Sumur Resapan di Pekarangan Rumah Mengenai air, kota-kota besar di Indonesia telah mengalami dua hal berlawanan, misalnya ; di permukaan tanah, banjir bisa mencapai atap rumah seperti yang terjadi belakangan ini, sementara di bawah tanah, permukaan air tanah (water table) di kota-kota besar terus mengalami penurunan. Untuk mencegahnya dan sekaligus dapat menjaga cadangan air, maka dibuatnya sumur resapan air hujan. Meskipun tidak seluruh masalah dapat diatasi, namun sumur resapan ini secara teoritis akan banyak membantu meringankan kedua masalah tersebut sekaligus. Bagaimana sebenarnya sumur resapan itu bekerja? Air hujan yang jatuh ke halaman kita setidaknya 85 persen harus bias diserap oleh halaman tersebut agar tidak meluapkan banjir. Halaman rumah kita secara alamiah bias menyerap curahan air hujanyang jatuh, termasuk dari atap rumah, yang mengalir melalui talang. Di sini sumur resapan akan mengurangi sumbangan bencana banjir dengan mengurangi sumbangan run off air hujan. Dibawah tanah, resapan ini akan masuk merembes lapisan tanah yang disebut sebagai lapisan tidak jenuh, dimana tanah (dari berbagai jenis) masih bias menyerap air, kemudian masuk menembus permukaan tanah (water table) di mana dibawahnya terdapat air tanah (ground water) yang terperangkap di lapisan tanah yang jenuh. Air tanah inilah yang sebenarnya kita konsumsi. Masuknya air hujan melalui peresapan inilah yang menjaga cadangan air tanah agar tetap bisa dicapai dengan mudah. Ii karena permukaan air tanah memang bisa berubah-ubah, tergantung dari suplai dan eksploitasinya. Dengan teralirkan ke dalam sumur resapan, air hujan yang jatuh di areal rumah kita tidak terbuang percuma ke selokan lalu mengalir ke sungai.

Bagaimana sebaiknya Sumur Resapan di Pekarangan Rumah Kita Dibuat? Satandar Nasional Indonesia (SNI) tentang Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan, menetapkan beberapa persyaratan umum yang harus dipenuhi sebuah sumur resapan yaitu : 1. Sumur resapan harus berada pada lahan yang datar, tidak pada tanah berlereng, curam atau labil. 2. Sumur resapan harus dijauhklan dari tempat penimbunan sampah, jauh dari septic tank (minimum lima meter diukur dari tepi), dan berjarak minimum satu meter dari fondasi bangunan. 3. Penggalian sumur resapan bisa sampai tanah berpasir atau maksimal dua meter di bawah permukaan air tanah. Kedalaman muka air (water table) tanah minimum 1,50 meter pada musim hujan. 4. Struktur tanah harus mempunyai permeabilitas tanah (kemampuan tanah menyerap air) lebih besar atau sama dengan 2,0 cm per jam (artinya, genagan air setinggi 2 cm akan teresap habis dalam 1 jam), dengan tiga klasifikasi, yaitu : Permeabilitas sedang, yaitu 2,0-3,6 cm per jam. Permeabilitas tanah agak cepat (pasir halus), yaitu 3,6-36 cm per jam. Permeabilitas tanah cepat (pasir kasar), yaitu lebih besar dari 36 cm per jam. Spesifikasi Sumur Resapan Sumur resapan dapat dibuat oleh tukang pembuat sumur gali berpengalaman dengan memperhatikan persyaratan teknis tersebut dan spesifikasi sebagai berikut : 1. Penutup Sumur Untuk penutup sumur dapat dipilih beragam bahan diantaranya : Pelat beton bertulang tebal 10 cm dicampur dengan satu bagian semen, dua bagian pasir, dan tiga bagian kerikil. Pelat beton tidak bertulang tebal 10 cm dengan campuran perbandingan yang sama, berbentuk cubung dan tidak di beri beban di atasnya atau, Ferocement (setebal 10 cm). 2. Dinding sumur bagian atas dan bawah Untuk dinding sumur dapat digunakan bis beton. Dinding sumur bagian atas dapat menggunakan batu bata merah, batako, campuran satu bagian semen, empat bagian pasir, diplester dan di aci semen. 3. Pengisi Sumur Pengisi sumur dapat berupa batu pecah ukuran 10-20 cm, pecahan bata merah ukuran 510 cm, ijuk, serta arang. Pecahan batu tersebut disusun berongga. 4. Saluran air hujan Dapat digunakan pipa PVC berdiameter 110 mm, pipa beton berdiameter 200 mm, dan pipa beton setengah lingkaran berdiameter 200 mm.

Satu hal yang penting, setelah sumur resapan dibuat, jangan lupakan perawatannya. Cukup dengan memeriksa sumur resapan setiap menjelang musim hujan atau, paling tidak, tiga tahun sekali. KONSTRUKSI SUMUR RESAPAN DAN BIOPORI Bangunan sumur resapan sekurang-kurangnya terdiri dari : 1. Saluran air sebagai jalan air yang akan dimasukkan ke dalam sumur. 2. Bak kontrol yang berfungsi untuk menyaring air sebelum masuk sumur resapan 3. Pipa pemasukan atau saluran air masuk. Ukuran tergantung jumlah aliranPermukaan yang akan masuk. 4. Sumur resapan 5. Pipa pembuangan yang bersungsi sebagai saluran pembuangan jika air dalam sumur resapan sudah penuh. Beberapa Ketentuan Umum untuk Pembangunan Konstruksi Sumur Resapan 1. Sumur resapan sebaiknya berada diatas elevasi/kawasan sumursumur gali biasa. 2. Untuk menjaga pencemaran air di lapisan aquifer, kedalaman sumur resapan harus diatas kedalaman muka air tanah tidak tertekan (unconfined aquifer) yang ditandai oleh adanya mata air tanah. 3. Pada daerah berkapur/karst perbukitan kapur dengan kedalaman/solum tanah yang dangkal, kedalaman air tanah pada umumnya sangatlah dalam sehingga pembuatan sumur resapan sangatlah tidak direkomendasikan. Demikian pula sebaliknya di lahan pertanian pasang surut yang berair tanah sangat dangkal. 4. Untuk mendapatkan jumlah air yang memadai, sumur resapan harus memiliki tangkapan air hujan berupa suatu bentang lahan baik berupa lahan pertanian atau atap rumah. Sebelum air hujan yang berupa aliran permukaan masuk kedalam sumur melalui saluran air, sebaiknya dilakukan penyaringan air di bak kontrol terlebih dahulu. 5. Bak kontrol terdiri-dari beberapa lapisan berturut-turut adalah lapisan gravel (kerikil), pasir kasar, pasir dan ijuk. Penyaringan ini dimaksudkan agar partikelpartikel debu hasil erosi dari daerah tangkapan air tidak terbawa masuk ke sumur sehingga tidak menyumbat pori-pori lapisan aquifer yang ada. Untuk menahan tenaga kinetis air yang masuk melalui pipa pemasukan, dasar sumur yang berada di lapisan kedap air dapat diisi dengan batu belah atau ijuk. 6. Pada dinding sumur tepat di depan pipa pemasukan, dipasang pipa pengeluaran yang letaknya lebih rendah dari pada pipa pemasukan untuk antisipasi manakala terjadi overflow/luapan air di dalam sumur. Bila tidak dilengkapi dengan pipa pengeluaran, air yang masuk ke sumur harus dapat diatur misalnya dengan seka balok dll. Lubang resapan biopori merupakan lubang silindris yang dibuat ke dalam tanah dengan diameter 10-30 cm, dengan kedalaman sekitar 100 cm atau jangan melebihi kedalaman

muka air tanah. Lubang tersebut kemudian diisi oleh sampah organik agar terbentuk biopori dari aktivitas organisme tanah dan akar tanaman. Sampah organik perlu selalu ditambahkan ke dalam lubang yang isinya sudah menyusut karena proses pelapukan. Karena berdiameter kecil, lubang ini mampu mengurangi beban resapan, sehingga, laju peresapan air dapat dipertahankan. Pembuatan lubang resapan biopori cukup sederhana, murah dan tidak membutuhkan lahan yang luas. Alatnya tergolong sederhana berupa bor hasil modifikasi. Membuat biopori atau sumur resapan memang tidak serta merta mengatasi masalah krisis air tanah. Tetapi paling tidak, pembuatannya dapat lebih cepat mengalirkan air permukaan ke dalam tanah. Jadi, selain menambah pasokan air di dalam tanah, sumur ini juga bisa mengurangi banjir. Langkah Pengerjaan : 1. Tentukan lokasi sumur resapan, yang diinginkan. Jika tanah kering, basahi terlebih dahulu, agar proses pengeboran lebih mudah. 2. Buat lubang silindris ke dalam tanah, dengan diameter 10cm. Ambil bor, posisikan bor tegak lurus permukaan tanah. Putar bor searah jarum jam, dan beri tekanan seperlunya. 3. Bila seluruh mata bor sudah terisi tanah, tarik bor ke atas sambil terus memutarnya searah jarum jam. 4. Bersihkan mata bor, menggunakan kayu, bambu, atau pisau tumpul, dengan cara menekan sisi dalam mata bor. 5. Ulangi langkah 2-4, hingga lubang mencapai kedalaman 100cm. 6. Isi lubang dengan sampah organik dari daun-daun kering, pangkasan rumput, atau sampah dapur. Kegunaan sumur resapan atau biopori 1. Mencegah banjir banjir sendiri telah menjadi bencana yang merugikan bagi warga. Keberadaan lubang biopori dapat menjadi jawaban dari masalah tersebut. Bayangkan bila setiap rumah, kantor atau tiap bangunan memiliki biopori berarti jumlah air yang segera masuk ke tanah tentu banyak pula dan dapat mencegah terjadinya banjir. 2. Tempat pembuangan sampah organik Banyaknya sampah yang bertumpuk juga telah menjadi masalah tersendiri. Kita dapat pula membantu mengurangi masalah ini dengan memisahkan sampah rumah tangga kita menjadi sampah organik dan non organik. Untuk sampah organik dapat kita buang dalam lubang biopori yang kita buat. 3. Menyuburkan tanaman sampah organik yang kita buang di lubang biopori merupakan makanan untuk organisme yang ada dalam tanah. Organisme tersebut dapat membuat sampah menjadi kompos yang merupakan pupuk bagi tanaman di sekitarnya. 4. Meningkatkan kualitas air tanah Organisme dalam tanah mampu membuat samapah

menjadi mineral-mineral yang kemudian dapat larut dalam air. Hasilnya, air tanah menjadi berkualitas karena mengandung mineral. Konsep pembuatan sumur resapan memang tidak untuk memperbaiki "kualitas" air tanah. tetapi cenderung menambah cadangan atau "kuantitas " air tanah. Hal ini dimaksudkan supaya pada saat musim kering kita tidak kekurangan air. Apabila tidak dibuat sistem serapan, maka yg terjadi adalah pada saat musih hujan kita kebanjiran, dan pada saat musim kemarau kita kekeringan. Jadi sistem serapan ibarat sebuah tabungan yg menabung air saat melimpah, sehinga dapat kita ambil "tabungan" tsb di musim kemarau. Apabila sistim ini mampu berjalan dg baik maka dua masalah besar dapat diselesaikan, Bahkan system ini lebih baik dari sistem banjir kanal yg hanya mengirim semua air hujan/tawar ke laut, dan akhirnya pas musim kering kita benar2 kekurangan air. Biopori atau lubang resapan, merupakan teknik baru dalam memperbaiki lingkungan yang ada di sekitar kita. Lubang resapan dibuat dengar bor, seperti hanya membuat sumur bor. Lubang resapan ini dapat membantu dalam meresapkan air (khususnya air hujan) ke dalam tanah dan meningkatkan kesuburan tanah (kritis). Berbeda dengan sumur resapan, biopori mempunyai berbagai fungsi antara lain : 1. Membantu meresapkan air hujan ke dalam tanah. Air hujan tidak harus dari talang atau saluran air yang masih bersih, akan tetapi air yang bercampur tanahpun dapat di masukkan. 2. Penyubur tanah. Sampah dedaunan, dari pada dibakar, akan lebih bagus dimasukkan dalam lubang ini, sehingga sampah daun akan busuk dan dapat menyuburkan tanah. Lubang akan lebih baik lagi bila dibuat di sekitar pohon buah, pohon peneduh, akan membantu menyuburkan tanaman. 3. Mengurangi penumpukan sampah. Sampah rumah tangga (organik) dapat dimasukkan ke dalam lubang ini, sehingga mengurangi penumpukan sampah rumah tangga. 4. Terhindar berbagai jenis penyakit. Tumpukan sampah yang dibuang terbuka dan telah membusuk, akan mengundang berbagai penyakit dan penyebarnya seperti lalat. Bila sampah rumah tangga seperti sisa makan, sayuran atau dedaunan lain dimasukkan ke dalam lubang yang tertutup, akan mengurangi atau mencegah penyakit. 5. Penghasil kompos. Sampah organik yang telah dimasukkan ke dalam lubang resapan ini, dapat diambil setelah 1-2 bulan, dapat dijadikan pupuk hijau (kompos). Kemudian kompos yang telah diambil, lubang dapat digunakan lagi untuk membuang sampah organik. 6. Mengurangi genangan air. Biasanya di tanah lapang, seperti halaman rumah, lapangan bola atau fasilitas olehraga yang masih belum di semen, ada bebarapa tempat yang air sulit meresap. Biopori dapat dibuat di tempat tersebut dan membantu meresapkan air ke dalam tanah. Setelah diteliti lebih jauh, ternyata ada lubang tak kasat mata pada bongkahan, yakni ratusan lubang biopori di dalam tanah. Lubang-lubang ini berfungsi menyerap air, menyaring air bersih, mengurai sampah organik, serta menjaga unsur hara pada tanah.

Bongkahan tanah itu ia temukan di lokasi dengan banyak tumbuhan dan humus. Bagaimana dengan tanah di kota yang sudah dipenuhi beton? Di tanah-tanah perkotaan, jelas tidak ada biopori seperti di hutan. Biopori harus dibuat untuk menjaga kemampuan tanah mengisap dan menyimpan air. Kamir mulai memperkenalkan pembuatan lubang resapan biopori, tapi gayung tak bersambut. Setelah banjir berlalu, orang lupa bahwa air bah bisa kembali datang. Pemerintah maupun pihak swasta tak berminat mengadopsi idenya karena dianggap terlalu sederhana. Lubang biopori sebaiknya dibuat di bagian tanah yang tidak terendam air atau lebih tinggi dari saluran air. Jadi, selama musim kering, lubang tidak terendam air. Jika terendam, makhluk-makhluk seperti cacing, rayap, semut akan kekurangan oksigen. Selain itu, menandakan hilangnya kemampuan meresap air karena sudah jenuh. Untuk mengetahui banyaknya lubang yang diperlukan, misalnya dalam areal 100 meter persegi, ada rumusnya. Menurut Kamir, rumus itu adalah hitungan tingkat curah hujan di daerah tersebut dibanding luas tanah. Tanah 100 meter persegi yang berada di daerah curah hujan 50 milimeter (curah hujan sedang) membutuhkan sekitar 20 lubang biopori. Hitungan itu mempertimbangkan kemampuan tanah dalam meresap air. Supaya lubang resapan biopori berfungsi baik, sampah organik seperti daun dan sayuran busuk disimpan di sekitar mulut lubang. Sehingga, setelah dihancurkan oleh hewan pengurai, bahan organik akan jatuh ke dalam lubang dengan sendirinya. Lubang jangan diisi terlalu padat, karena akan mengurangi jumlah oksigen di dalamnya. Risikonya memang tidak enak: sampah akan mengeluarkan bau busuk. Adanya cacing di lubang biopori, akan membuat lubang-lubang kecil, sehingga akan menjadi resapan air. Teknologi sederhana tersebut untuk membantu konservasi lahan, yang dapat mencegah longsor dan banjir. Kebutuhan Lubang Resapan Biopori Lubang biopori merupakan teknologi tepat guna yang bermanfaat untuk mengurangi genangan air dan sampah organik. Khususnya di kawasan pemukiman, antara lain untuk mengurangi tingkat genangan air di pekarangan. Dan jika dibuat secara massal pada taman lingkungan, maka lubang ini juga dapat mengurangi genangan air di kawasan perumahan.

EKO-ARSITEKTUR, adalah konsep bangunan yang berwawasan lingkungan dalam kehidupan manusia.
Pola Perencanaan Eko-Arsitektur selalu memnfaatkan alam sebagai berikut :
o o o o

Dinding, atap sebuah gedung sesuai dengan tugasnya, harus melidungi sinar panas, angin dan hujan. Intensitas energi baik yang terkandung dalam bahan bangunan yang digunakan saat pembangunan harus seminal mungkin. Bagunan sedapat mungkin diarahkan menurut orientasi Timur-Barat dengan bagian Utara-Selatan menerima cahaya alam tanpa kesilauan. Dinding suatu bangunan harus dapat memberi perlindungan terhadap panas. Daya serap panas dan tebalnya dinding sesuai dengan kebutuhan iklim/ suhu ruang di dalamnya. Bangunan yang memperhatikan penyegaran udara secara alami bisa menghemat banyak energi.

Ekosistem. Suatu konsep sentral dalam ekologi adalah ekosistem (sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup denganlingkungannya. Oleh karena itu ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan yang saling mempengaruhi. Berdasarkan pengertian di atas, suatu sistem terdiri dari komponen-komponen yang bekerja secara teratur sebagai suatu kesatuan. Ekosistem terbentuk oleh komponen hidup (biotik) dan tak hidup (abiotik) yang berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur. Keteraturan itu terjadi karena adanya arus materi dan energi, yang terkendali oleh arus informasi antara komponen dalam ekosistem. Masing-masing komponen mempunyai fungsi (relung). Selama masing-masing komponen tetap melakukan fungsinya dan bekerjasama dengan baik, keteraturan ekosistem tetap terjaga. Apabila kita hanya melihat fungsinya, suatu ekosistem terdiri atas dua komponen a) Komponen autotrofik: organisme yang mampu menyediakan atau mensintesis makanannya sendiri berupa bahan organik dan bahan-bahan anorganik dengan bantuan energi matahari atau klorofil. Oleh karena itu semua organisme yang mengandung klorofil disebut organisme autotrofik. b) Komponen heterotrofik: organisme yang mampu memanfaatkan bahan-bahan organik sebagai bahan makanannya. Bahan makanan itu disintesis dan disediakan oleh organisme lain. Apabila dilihat dari segi penyusunannya, maka dapat dibedakan menjadi empat komponen yaitu: a. Bahan tak hidup (abiotik, non hayati): komponen fisik dan kimia, misalnya: tanah, air, matahari, dan lain-lain. Komponen ini merupakan medium (substrat) untuk berlangsungnya kehidupan. b. Produsen: organisme autotrofik (tumbuhan hijau) c. Konsumen: organisme heterotrofik, misalnya: manusia, hewan yang makan organisme lainnya.

Bahan Daur Ulang/Bekas Untuk Membangun Rumah


Sampah yang berasal dari kegiatan pembangunan dan pemugaran gedung terdiri dari bahan organik (kayu, kayu lapis, bambu, dsb.) dan bahan anorganik (semen, pasir, batu bata, ubin, besi dan baja, kaca, kaleng, cat sintesis, pipa sintetis lainnya). Makin lama kegiatan pembangunan makin banyak sampah yang merupakan suatu campuran dari bermacam-macam bahan, sisa-sisa dan limbah yang tidak dapat didaur ulang lagi. Hal ini menyababkan sampah tersebut harus dibuang ke TPA atau ditimbun secara liar ataupun dibakar saja. Langkah-langkah tersebut mengakibatkan pencemaran pada lingkungan alam (meracuni tanah, dan air tanah, mencemari udara dan mengotori air sungai, dsb.). setiap perkembangan di pasar bahan bangunan akan menimbulkan pengaruh yang negative. Manusia kadangkala bertindak kurang bijaksana, lalai, tidak peduli, tidak bertanggung jawab, atau hanya sekadar mencari keuntungan langsung saja, lingkungan alam akan menderita kerusakan, dan kualitas kehidupan manusia akan menurun. Bahan bangunan buatan yang dapat digunakan kembali - Kardus dan kertas Pada pameran dunia 1899 di Paris dipertunjukkan rumah-rumah pra kilang dari kardus terutama untuk negara tropis. Rumah tersebut terdiri dari papn kardus (4 mm tebal, yang dilapisi stearin) berukuran 60-80 cm x 3.00 m x 10 cm dan berat dinding 310N/m dinding. - Kaleng bekas Kaleng alumunium bekas memiliki ketinggian sampai dengan 130 mm, hamper sama dengan ketebalan dinding batu bata. Seperti yang telah diuraikan kaleng alumunium bekas dapat dimanfaatkan untuk dinding bangunan. Penyusunan kaleng bekas dilakukan secara teratur sehingga sisinya dengan bukaan kaleng akan dapat diplester. - Botol bekas Botol-botol bekas pun juga dapat digunakan sebagai bahan bangunan. Walaupun harga botol lebih mahal daripada batu bata, akan tetapi botol bekas memiliki keuntungan bahwa cahaya dapat tembus. - Potongan pelat seng atau bermacam-macam kain sintesis Potongan pelat seng dapat digunakan terutama sebagai penutup atap sebagai lapisan kedap air (trasraam) yang sekaligus pencegahan terhadap rayap, sebagai tempat minum, dan peralatan lain-lain. Bahan seng yang paling umum dihunakan adalah bekas drum aspal dan drum besi bekas minyak, bensin, solar,dan sebagainya. Potongan kain dapat digunakakn sebagai bahan bangunan untuk mengahasilkan semen berserat, sedangkan kain sintetis menurut ukurannya dapat dimanfaatkan sebagai lapisan segala struktur tenda, struktur paying, struktur pelana dan rumah darurat.

- Atap mobil bekas Atap mobil merupakan bagian mobil yang dapat dengan mudah digunakan kembali sebagai lembaran atap seng yang sudah agak datar pada umumnya sudah dicat anti karat yang tahan lama. - Kaca mobil bekas Kaca mobil bisa digunakan untuk jendela-jendela pada rumah. Karena bentuknya bukan persegi namun beraneka ragam, maka bingkai jendela harus dibuat mengikutinya. - Ban mobil bekas Ban mobil bekas dapat digunakan sebagai batu dinding penumpu yang memiliki keuntungan bahwa pada lubang-lubang padat ditanami sehingga , terutama yang berakar tunjang, dapat mendukung daya tahannya.

Anda mungkin juga menyukai