Anda di halaman 1dari 60

Problem : Ferri Tidak memiliki anak setelah 6 tahun menikah Bad ache pada bagian testis kiri jika

ika berdiri dalam waktu yang lama, tapi menghilang ketika berbaring
Scrotal skin : Dilatasi vena pada scrotal kiri

Semen analysis : Sperm morphology Sperm motility Sperm count

Data Tambahan : Ferri merupakan bussiness man (selalu melakukan perjalanan) Telah melakukan marriage 3 tahun yang lalu dan tidak memiliki anak

More Info : Pemeriksaan hormon Ultrasound scanning

Learning Issue : Anatomi, vakularisasi, fisiologi sistem reproduksi


Hormon pada sistem reproduksi

Laboratorium Kasus, dll

ALAT REPRODUKSI PRIA


A.INTERNAL GENITALIA Testis Accessory Glands : Seminal vesicles, Prostate glands, Bulbourethral glands Ductus : Epididimis, Duktus deferens, Duktus ejakulatori, dan Uretra B.EXTERNA GENITALIA Penis dan Scrotum

INTERNAL GENITALIA Testis Testis adalah sepasang kelenjar oval yang terletak didalam scrotum ,Panjangnya 5 cm, Diameter 2.5 cm,dan massanya 10 15 gram. Testis dilapisi oleh suatu Lapisan External yang terdiri dari; Tunica Vaginalis dan Tunica Albuinea. Tunica Vaginalis adalah membrane serosa ,yang merupakan derivat dari peritoneum. Sedangkan tunica Albuginea adalah jaringan ikat padat yang dibentuk dari septa dan membagi testis kedalam lobus. Lobus yang ada dalam epididimis sekitar 200 300 lobus,dan setiap lobusnya mengandung 1-3 gulungan tubule yang kuat yakni tubula seminiferus,dimana dalam lobus seminiferus ini sperma diproduksi. Tubula seminiferus mengandung sel spermatogenic ,yaitu tmpat spermatogenesis dan spermiogenesis dan sel sertoli yang untuk supporting spermatogenesis meliputi nutrisi, phagosit,control perpindahan dan pelepasan, produksi

sel.Panjang tubule ini adalah 75 cm.Di tunica vaginalis terdapat cairan Hydrocele untuk mencegah peradangan epididimis. Duktus 1. EPIDIDIMIS Berawal dari duktus efferent yang sangat berbelit belit. Panjangnya sekitar 6 m. Terdiri dari head, body dan tail.Head dari epididimis berada di bagian superior dan paling besar,Body letaknya diantara head dan tail dan berukuran sedang,sedangkan tail adalah bagian paling kecil yang letaknya di inferior.Epididimis dilapisi oleh epitel berlapis kubus, yang dipermukaannya terdapat stereosilia yang memperbesar area untuk reabsorbsi ketika sperma berdegenerasi. Fungsinya adalah untuk pematangan sperma.Kemudian selain itu fungsi dari duktus ini sendiri adalah membantu mendorong sperma ke duktus (vas) deferens sewaktu hubungan sexual dengan kontraksi peristaltic dengan otot polosnya dan juga menyimpan sperma. 2. DUKTUS DEFERENS Duktus deferens panjangnya 45 cm,naik disepanjang batas posterior dari epididimis,melewati spermatic cord dan kemudian masuk ke pelvic cavity,memutari ureter dan melewati bagian atas dan bawah dari urinary blader.Lalu ada bagian terminal perbesaran duktus deferens yang disebut ampula. Mukosanya terdiri dari epitel berlapis kubus dan lamina propria (arveolar connective tissue). Fungsinya membawa sperma selama hubungan sexual dari epididimis ke arah uretra dengan kontraksi peristaltic. 3. EJACULATORY DUCTS Panjangnya 2 cm.Dibentuk dari penyatuan seminalis vesikel dan ampula (vas deferens).Berasal dari superiorkedasar dari prostat dan melewati bagian inferior dan anterior prostat.Ini merupakan sebuah terminal lanjutan setelah pengeluaran sperma dan sekresi seminal vesicle,sebelum sperma diteruskan ke uretra. 4. URETRA Uretra ini adlah saluran bersama sama system reproduksi dan system urine. Menyediakan tempat jalan terusan untuk semen dan urine. Uretra ini memiliki panjang 20 cm. Melewati prostat, otot dalam perineum dan penis.Uretra dibagi menjadi 3 bagian yaitu; Prostatik uretra, panjangnya 2 3 cm yang masuk melewati prostat. Otot bagian dalam perineum, dengan panjang 1 cm.

Spongy (penile) uretra, yang masuk melewati corpus spongiosum dengan panjang saluran 15 20 cm dan berakhir dari saluran uretra, external uretral orifice.

Accesory Gland : 1. SEMINAL VESICLE

Adalah sebuah kantung dengan struktur berbelit dengan panjang sekitar 5cm. Terletak didasar urinary bladder dan anterior dari rectum. Melewati saluran seminal vesikel yang menyekresi alkalin, cairan kental yang mengandung fruktosa, prostaglandin, dan gumpalan protein yang berbeda dari darah. a. Alkalin dari seminal vesicle fungsinya adalah membantu menetralkan lingkungan asam dalam reproduksi wanita yang dapat membunuh sperma. b. Fruktosa yaitu untuk produksi ATP. c. Prostaglandin yaitu untuk menambah pergerakan sperma dan kelangsungan hidup , dan mungkin menstimulasi kontraksidari otot polos ketika di saluran reproduksi wanita. d. Bekuan protein membantu pembekuan semen setelah ejakulasi. Cairan yang disekresi normalnya sekitar 60 % dari total semen. 2. PROSTATE Prostat ada 1 buah, berbentuk bulat seperti donat dengan ukuran sebesar bola golf. Ukuran dari prostat itu sendiri adalah 4 cm dari sisi ke sisi, 3 cm dari atas ke bawah dan 2 cm dari depan ke belakang. Bagian inferior dari urinary bladder dan mengelilingi prostetic uretra. Prostat bertambah ukurannya perlahan ketika tahun pubertas, berkembang dengan cepat sampai umur 30 tahun, dan stabil pada umur 45 tahun. Prostat menyekresi cairan seperti susu,berupa cairan yang sedikit asam dengan Ph 6.5 dan mengandung beberapa substansi; a. Citric acid yaitu untuk produksi ATP lewat siklus kreb.

b.

Beberapa proteolytic enzim seperti prostate spesifik antigen, pepsinogen, lysozyme, amylase, dan hyaluronidase yang menghancurkan protein beku dari seminal vesicle. Acid phosphate, fungsinya belum diketahui. Seminal plasmin berupa cairan prostatic yaitu antibiotic yang dapat membunuh/ menghancurkan bakteri, membantu mengurangi bakteri yang ada didalam semen dan bagian bawah organ reproduksi wanita.

c. d.

Didalam kelenjar prostat ini ada suatu spinchter yang mengatur pergantian pengeluaran urine dan cairan semen saat ejakulasi yaitu smooth muscle spinchter. Menyekresi 25 % volume semen untuk pengerakan dan pertahanan hidup.

3. BULBOURETHRAL GLAND Disebut juga Cowpers gland, ukuran / bentuk seperti kacang berlokasi di inferior prostat di kedua bagian membranous uretra dengan deep muscles of perineum, ducts terbuka ke dalam spongy uretra. Selama sexual, bulbouretral menyekresi basa alkaline ke dalam uretra, yang melindungi pada saat sperma melewati lingkungan asam dari urine dalam uretra. Kelenjar ini juga menyekresi mucus yang melumasi bagian akhir dari penis (batas,uretra), untuk mengurangi kematian sperma selama ejakulasi.

EXTERNAL GENITALIA 1. Penis Mengandung uretra dan jalan / saluran ejakulasi dari semen dan eksresi urine. Bentuknya silinder terdiri dari body, gland dan root. a. Body Dalam body, 3 lapisan silindris mengandung jaringan fibrous disebut tunica albuginea. Corpora covernosa penis terletak di kedua sisi dorsolateral. Paling kecil di midventral yaitu corpus spongiosum mengandung spongy uretra.

b. Gland Bagian membesar yang terletak di bagian distal corpus spongiosum. Dibagian akhir dari gland ada external uretral orifice. Disini juga terdapat bagian kulit longgar (bagian yang di circumsisi) yang dinamakan prefuce (foreskin).

c. Root Terletak di bagian proximal yang mengandung bulb of penis dan crura of penis yang dipisahkan oleh corpora covernosa. Disokong oleh 2 ligamen yaitu fundiform dan suspensori.

2. Scrotum Kantung kulit yang melindungi testis, berwarna gelap dan berlipat lipat. Tempat bergantungnya testis, mengandung otot polos yang mengatur jarak jauh testis ke dinding perut dengan maksud mengatur suhu testis agar relative tetap. Scrotum terdiri dari 2 kantung scrotal, setiap kantung scrotal berisi 1 testis tunggal, dipisahkan oleh septum internal terdiri dari otos dartos, yaitu lapisan serabut dalam fascia dasar yang berkontraksi untuk membentuk kerutann / lipatan pada scrotal sebagai respon terhadap udara dingin. Sperma yang normal dibentuk/ diproduksi sekitar 2 3 C dibawah suhu tubuh normal. Anatomi penis Penis mengandung urethra dan lorong untuk ejakulasi semen dan ekskresi urine. Penis ini terdapat : body, glans penis, dan root a. Body of penis, teriri dari corvora cavernosa penis dan corpus spongiosum penis mengandung spongy urethra dan menjaga nya selama ejakulasi. Pada bagian distal dari corpus spongiosum penis terdapat glans penis, dimana tepi nya disebut dengan corona. Pada bagian distal urethra diantara glans penis dan merupakan bagian yang terbuka, disebut external urethral orifice.Yang menutupi glans dengan kendur disebut dengan prepuce atau foreskin. b. Root of penis yang melekat sebagian, terdiri dari :

Bulb of penis : mengembang pada sebagian dasar corpus spongiosum penis Crura of the penis : terdapat 2 bagian yang berbentuk lancip Bulb of penis yang melekat pada permukaan inferior otot dalam perinerium dan dikelilingi oleh bulbospongiosus muscle, sebuah otot yang membantu ejakulasi. Setiap crus pada penis begkokan dari samping jauh dari bulb of penis melekat pada ischial dan inferior pubic rami dan dikelilingi oleh ischiocavernosus muscle. Berat penis didukung oleh 2 ligaments : Fundiform ligament yang muncul dari symphysis pubis Suspensory ligament yang muncul dari symphysis pubis

OOGENESIS
Definisi : proses pembentukan gamet betina di ovarium. Tahap tahap organeogenesis : 1) Pematangan prenatal 2) Pematangan pascanatal

Pematangan prenatal

Begitu sel-sel benih primodial tiba di kelenjar kelamin yang secara genetic wanita, mereka berferensiasi menjadi oogonia. Sel akan mengalami pembelahan mitosis , dan menjelang akhir bulan ke-3 mereka tersusun menjadi kluster-kluster yang dilapisi sel epitel gepeng(sel folikel). Dimana sel folikel berasal dari eptel permukaan yang membungkus ovarium.

Setelah bulan ke-3, oogonia melipatdandakan DNAnya , dan berubah menjadi oosit primer. Yang dimana pada tahap tersebut sudah masuk ke profase pembelahan meiosis 1. Dan bulanbulan berikutnya , tepatnya bulan ke-5 perkembangannya, jumlah sel benih di ovarium mencapai puncaknya, diperkarakan 7 juta. Dan pada saat ini juga terjadi kematian sel, yang menyebabkan nanyak oogonia/oosit primer menjadi atretik. Menjelang bulan ke-7, sebagian oogonia berdegenerasi, kecuali beberapa yang letaknya dekat degan permukaan. Semua oosit primer yang masih hidup akan masuk ketahap pembelhan meiosi 1. Dan kini sebagian dikelilingi oleh sel folikel. Sebuah oosit primer, bersama dengan sel folikel yang mengelilinginya dikenal dengan folikel primodial.

Pematangan pascanatal

Menjelang saat kelahiran, semua oosit primer talah memulai profase pembelahan meiosis 1, tetapi tidak masuk ke tahap profase. Melinkan masuk ke tahap diploten(masa istirahat selama

profase yang ditandai oleh adanya jalinan halus kromatin). Oosit primer tetap pada tahap profase,an tidak menyelesaikan taap pembelaha meiosis pertamanya sebelum mencapai masa pubertas, yang rupanya dihambat oleh penghambat pematangan oosit(oosit naturation inhibition) yang dikeluarkan oleh sel folikuler. Jumlah oosit primer saat lahir antara 700.000 sampai 2 juta, sedangkan pada awl permulaan pubertas kira-kira 40.000 yang dapat bertahan, sisanya menjadi atretik. Kurang dari 500 oosit akan mengalami ovulasi sepanjang masa reproduksi. Bila usia sudah lanjut, oosit menjalani masa tidak aktif dalam tahap diploten pembelahan meiosis pertama selama 40 tahun atau lebih. Bertambahnya usia ibu, semakin lama berlangsungnya pembelahan meiosis yang dpat membuat oosit primer mudah mengalami kerusakan.

Memasuki pubertas, 5-15 folikel primodial memasuki tahap pematangan. Sel oosit primer mulai membesar,, folikel berubah bentuk menjadi kuboid, dan berproriferasi membntuk epitel bertingkan sel granulosa. Folikel ini sekarang disebut folikel primer. Sel granulosa mengeluarkan suatu lapisan glikoprotein uag membentuk zona pelusida. Dan sel granulosa ini terletak diatas suatu membrane basali yang memisahkanya dengan stroma membentuk teka folikuli. Karena folikel terus berkembang, sel-sel teka folikuli tersusun menjadi 1 lapisan dalam sel sekretorik, teka interna, dan satu lapisan luar jaringan ikat yang mengandung sel-sel mirip fibroblast , teka eksterna. Karena sel-sel terus berkembang, ruang-ruang ayng berisi cairan tampak di antara sel-sel granulosa, ruang-ruang ini saling bergabung membentuk antrum, dan folikel ini disebut folikel sekunder. Folikel sekunder sel granulosa disekitar oosit tetap utuh,

dan membentuk cumulus oofurus. Pematangan folikel yang berjari-jari 10mm dikenal denagan folikel tersier/folikel de graaf,, yang dikelilingi oleh theca interna/externa. Pada ssat ovulasi metaphase meiosis 2, hanya 1 sel saja yang mengalami pematangan penuh lalu ovulasi apabila ovum dibuahi, baru tahapan meiosis 2 dapat diselesaikan. Bila tidak, sel akan berdegradasi kurang lebih 24 jam setelah ovulasi.

Spermatogenesis
Spermatogenesis terjadi didalam tubulus seminiferous dimana awal mulanya ialah ketika pembentukan embrio, primordial germ sel bermigrasi ke dalam testes dan menjadi germ sel yang belum matang yang dinamakan spermatogonia. Spermatogenesis mulai terjadi ketika pada saat pmasa pubertas dimana ketiak pubertas terdapat stimulasi dari anterior pituitary yang melepasakan GnRH. Didalam proses spermatogenesis terdapat proses spermiogenesis. Pada tahap pertama dari spermatogenesis, spermatogonia akan melakukan mitosis dan hasilnya ialah spermatogonia A dan B. Spermatogonia A akan menjadi stem sel yang berfungsi untuk menyediakan spermatogonia yang akan menjadi sperma, sedangkan spermatogonia B akan berdiferensiasi dengan menembus barier kedalam sel sertoli dan akan menjadi primary spermatosit. Proses ini terjadi sekitar 25 hari. Pada tahap yang ke dua, primary spermatosit akan melakukan proses miosis I, dimana jumlah kromosom yang mulanya 2n menjadi n dan primary spermatosit menjadi secondary spermatosit.proses ini terjadi selama 9 hari. Pada tahap ketiga, secondary spermatosit akan melakukan miosis ke dua dan menjadi spermatid, dimana jumlah anak yang dihasilkan yang tadinya 2 menjadi 4. Proses ini terjadi selama 19 hari. Setelah itu spermatid akan berdiferensiasi menjadi bentuk sperma dimana akan terbentuk ekor, kepala serta akrosom yang berfungsi dalam proses fertilisasi. Proses ini dinamakan spermiogenesis dimana proses ini terjadi selama 21 hari. Kemudian sperma yang sudah terbentuk tersebut akan di simpan didalam epididimis dan akan terjadi pematangan sperma yang berlangsung18-24 jam karena sperma yang sebelumnya terbentuk belum motil. Pada pematangan sperma, sperma akan diberi enzim-enzim yang berguna dalam pergerakannya dan membantu dalam proses fertilisasi.

Ereksi Ereksi adalah efek pertama kali dari stimulasi sexual pria. Tingkat ereksi sendiri tergantung pada tingkat stimulasi, apa psikis ataupun fisik. Mekanisme dari terjadinya ereksi yaitu, impuls parasympathetic yang lewat sacral dari spinal cord melalui saraf pelvic ke penis, kemudian saraf tersebut akan melepaskan NO, dimana NO akan menjadikan arteri dari penis relax sehingga trabecular meshwork merelaxkan fiber otot polos dalam jaringan erektil dari corpora cavernosa dan corpus spongiosum dalam batang dari penis. Hal inni membuat jaringan erektil yang tadinya kosong menjadi berdilatasi sehingga aliran darah secara cepat masuk dibawah tekanan sedangkan aliran darah vena terhambat. Hal ini tidak akan membuat jaringan erktil bermasalah atau rusak dikarenakan jaringan erektil dilapisi oleh lapisan fibrous yang kuat. Kemudian tekanan yang kuat didalam sinusoid menyebabkan pembesaran dari jaringan erektil sehingga penis memanjang dan membesar serta keras.

Emisi dan ejakulasi Emisi dan ejakulasi adalah titik tertinggi dari kerja sexual pria. Mekanisme amisi dan ejakulasi yaitu, adanya stimulus yang extrem secara terus menerus sehingga reflex pusat dari spinal cord mulai mengeluarkan impuls simpatik yang meninggalkan spinal cord pada T12L2 dan melewati organ genital lewat hypogastric dan saraf simpatis plexus pelvis untuk memulai emisi. Kontraksi dari vas deferens dan ampula yang menyebabkan keluarnya sperma ke interna urethra, lalu kontraksi dari lapisan otot dari kelenjar prostat diikuiti oleh kontraksi dari vesica seminalis yang mengeluarkan cairan prostatdan seminal. Semua cairan tersebut bercampur dalam internal urethra dengan mucus yang siap di sekresi oleh bulbourethral yang membantu semen. Proses ini dinamakan emisi. Terisinya internal urethra dengan semen menstimulasi sinyal sensori yang ditransmisi lewat saraf pudendal ke bagian sacral dari spinal cord yang memberikan perasaan penuh dalam internal genital organ. Sinyal tersebut juga selanjutnya menimbulkan ritme kontraksi dari organ genitalia yang menyebabkan kontraksi dari ischiocavernosus dan otot bulbocavernosus yang menekan dasar dari jaringan erektil. Efek ini menyebabkan ritme, meningkatkan tekanan dalam jaringan erektil dari penis dan duktus genital dan urethra yang mengeluarkan semen dari urethra ke exterior. Proses ini dinamakan ejakulasi. Setelah ejakulasi selesai maka ereksi akan terhenti setelah 1-2 menit, proses ini dinamakan resolusi.

PRODUKSI dan REGULASI HORMON pada SISTEM REPRODUKSI PRIA

Testis mensekresi hormone sex steroid laki laki yang disebut androgen. Androgen : - Testosteron - Dihidrotestosteron (DHT) - Androstenedion

Sedangkan androgen paling utama adalah testosterone. Selain testosterone, sel leydig juga mensekresikan esterogen dan progesterone dalam jumlah kecil. Pembentukan esterogen pada pria, kira-kira seperlima ddari jumlah pada wanita yang tidak hamil, khususnya pada urin pria. Jumlah esterogen dalam cairan tubulus seminiferus cukup tinggi dan kemungkinan memainkan peranan spermiogenesis.

EFEK ANDROGEN 1. Prenatal development : Sebelum lahir, testosterone menstimulus pertumbuhan pada laki laki pada duktus system reproduksi dan penurunan testis Testosteron pada masa janin sudah ada pada bayi, akan tetapi akan berhenti sampai bayi tersebut berumur 10 13 tahun dantestosteron akan meningkat tajam, hal ini yang menyebabkan lambatnya pertumbuhan pada laki-laki sebelum berumur 10 tahun. 2. Perkembangan karakteristik seksual sekunder : a. Pertumbuhan muscular : pelebaran bahu b. Pertumbuhan rambut pubic, axilary, dada dan wajah. c. Penebalan kulit d. Peningkatan sekresi kelenjar e. Perbesaran laring 3. Perkembangan fungsi seks a. Perkembangan perilaku seksual laki-laki b. Spermatogenesis c. Dorongan seksual

HPT AXIS

Penjelasan gambar : Hypothalamus mensekresi GnRH dan merangsang anterior pituitary untuk menghasilkan dua gonadotropin yakni FSH dan LH. Setelah itu LH yang dihasilkan akan menjadi stimulus sekresi testosterone yang selanjutnya pada sel leydig mensekresikan testosterone. Lalu terbentuklah testosterone, akan tetapi testosterone ini bias juga menyebabkan feedback tergantung dari jumlah testosterone yang tersedia ke anterior pituitary dan hypothalamus.

Pada beberapa sel target, testosterone dikonversi menjadi DHT (Karena lebih aktif pada jaringan target) oleh 5-alpha reduktase. Setelah itu testosterone akan mendukung FSH yang merangsang sel sertoli sekresi ABP (Androgen Binding Protein, setelah itu ABP dilepaskan ke lumen tubulus seminiferus dank e interstisial fluid di sekitar sel bspermatogenic, ABP berikatan dengan testosterone untuk menjaga konsentrasi testosterone tetap tinggi, setelah itu testosterone menstimulasi tahap akhir spermatogenesis di tubulus seminiferus. - Akan tetapi pada sel sertoli jika spermatogenesis sudah tercapai sel sertoli melepaskan inhibin daan akan melakukan feedback negative yang hanya ke anterior pituitary untuk manginhibisi dari FSH. Dan apabila spermatogenesis prosesnya menjadi lambat, inhibin akan dikeluarkan sedikkit, sehingga FSH meningkat dan meningkatkan tingkat spermatogenesis.

HYPOTHALAMUS GnRH FSH Bersama dengan testosterone, FSH sekresi menstimulus spermatogenesis testosterone LH Menstimulus

Sel sertoli mensekresi Sel sertoli mensekresi androgen binding protein (ABP)

Sel Leydig testosterone

Testosterone

Dihydrotestosteron

(DHT)

Male pattern of development (before birth) Enlargement of male sex organs and expression of male secondary sex characteristic (starting at puberty) Anabolisme

SEMEN ANALYSIS

Untuk mengetahui adanya suatu reproductive dysfunction pada seorang pria biasanya dilakukan semen analysis. Semen analysis ini biasa digunakan untuk : a. Pemeriksaan gangguan reproduksi b. Memeriksa infertilitas c. memeilih donor untuk terapi inseminasi d. memonitor keberhasilan dari operasi Semen analysis ini terdiri dari 2 komponen: a. Pemeriksaan secara Makroskopik b. Pemeriksaan secara Mikroskopik Disamping itu terdapat juga pemeriksaan secara fisik dan kimia. Prosedur panduan untuk semen analysis ini biasanya menggunakan referensi yang dibuat oleh WHO. Prosedur pemeriksaan :

1. Sample Collection Pasien biasanya di instruksikan untuk mengumpulkan semen setelah 3 hari tidak melakukan sexual intercourse. Jika periode pengambilannya terlalu lama atau periode sexual abstinence biasanya menghasilkan volume semen yang tinggi tetapi motilitas dari spermenya menurun. Laboratory harus menyediakan Pre-weighed sterile plastic (polypropylene) container dengan tutup yang bisa diputar untuk tempat pengumpulan spesimen. Semen specimen harus dikirim ke laboratorium dalam interval waktu 1 jam setelah pengambilan specimen semen dan harus di jaga tetap hangat atau berada dalam suhu/temperature tubuh selama transportasi. Idealnya pengumpulan specimen semen dilakukan di privacy room yang berdekatan dengan laboratoriumkarena beberapa sample memerlukan sperma yang harus dipisahkan dari seminal plasma segera setelahnya. Semen diperoleh dari proses masturbasi, jika tidak memungkinkan pengumpulan specimen dilakukan dengan dengan menggunakan special silactic condoms yang dibuat untuk pengumpulan semen saat intercourse. Bladder harus dikosongkan terlebih dahulu sebelum ejakulasi Pengumpulan specimen dilakukan sebanyak 2 kali. Pengambilan spesimenyang kedua biasanya dilakukan 2 jam setelah pengambilan sample yang pertama. Minimal analisys sperma dilakukan sebanyak 2 kali, karena dari setiap pemeriksaanya terdapat variasi yang lebar dalam jumlah ( konsentrasi)atau pun dari pergerakan spermatozonya sendiri. Dan terkadang pada keadaan tertentu, pemeriksaan pertama itu didapatkan azoospermia ( tidak terdapatnya sperma dalam cairan semen ) Jika analysis yang pertama didapatkan hasil yang normal biasanya pemeriksaan selanjutnya tidak dilakukan kembali. Namun, jika analysis yang pertama didapatkan hasil yang abnormal maka dilakukan analysis yang kedua dengan selang waktu selama 3 minggu. Tetapi jika analysis yang pertama dan kedua ternyata hasilnya masih tetap berbeda dan abnormal maka harus dilakukan pemeriksaan tambahan dengan selang waktu 4-6 bulan.

2. . Macroscopic Examination Pemeriksaan secara makroskopik ini harus dilakukan setelah liquefaction ( konversi suatu zat menjadi cair ) yang mana biasanya terjadi dalam waktu kurang dari 20 menit dalam suhu ruangan. Yang diperiksa dalam pemeriksaan secara makroskopik ini antara lain : a. Kekentalan ( viskositas )

b. Volume ejakulasi Untuk pengukuran volume ejakulasi ini, dilakukan dengan cara menimbang collection cup/tempat pengumpulan specimen sebelum dan sesudah pengumpulan specimen. Kemudian untuk mengetahui berapa volumenya, berat tempat pengumpulan specimen sperma setelah pengumpulan specimen dikurangi tempat pengumpulan specimen sperma sebelum pengumpulan specimen. Normal ejakulasi dari semen itu sekitar 1,5-5 ml. c. Penampakannya ( warnnanya ). Normalnya itu untuk semen biasanya berwarna milky. Yellow, biasanya diasosiasikan dengan adanya pyospermia Rust color, diasosiasikan terjadi pendarahan kecil diseminal vesicle

d. PH PH normal 7,2-7,8, tetapi PH mungkin saja : 8,0 mengindikasikan adanya infeksi acute pada prostat, seminal vesicle atau epididimis 7,0 mengindikasi adanya kontaminasi urine, obstruksi pada dutus ejaculatory atau ketika cairan sebagian besar mengndung cairan prostat.

3. Mikroscopic Examination Dilakukan untuk mendapatkan penilaian tentang : a. Konsentrasi sperma Menunjukan jumlah sperma per ml total ejakulasi b. Motilitas sperma Yang tak kalah penting, parameter dari semen analysis adalah sperma motility. Sperma motility ini menunjukan banyaknya sperma yang bergerak pada saat ejakulasi. Karena motilitas sperma dan kecepatannya bergantung pada temperature, maka temperature dari specimen harus tetap terjaga ( berada dalam suhu/temperature tubuh ) Pergerakan sperma sendiri memiliki beberapa grade : - Grade 4 : Sperma bergerak maju kedepan dengan cepat dan berada dalam satu garis lurus dengan sedikit lateral movement - Grade 3 : Sperma bergerak maju kedepan tetapi kecepatannya lambat

- Grade 2 : Sperma bergerak maju kedepan tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat lagi dari sperma grade 3 dengan banyak gerakan membelok - Grade 1 : Sperme tidak bergerak maju kedepan ( bergerak ditempat ) - Grade 0 : tidak adanya gerakan sama sekali dari sperma c.Morphology sperma Morfologi sperma dapat memprediksi infertilitas. Bermacam-macam variasi bentuk dari acrsomal cap dari sperma merupakan karateristik yang paling terlihat dari sperma yang abnormal. Sperma dengan scrosomal cap kurang dari 1/3 permukaan kepala dengan ekor kurang dari 45m dikatakan abnormal. Sebagai tambahannya laboratorium pun terkadang memeriksa round cell salah satunya mengukur WBC count. WHO mengemukaan bahwa proses ejakulasi dengan lebih dari 5 million round cell atau dengan lebih dari 1 million WBC merupakan abnormal.
Semen analysis terminology dan Nilai normalnya Semen Analysis terminology Normozoospermia : semua parameter semen analysis normal Oligozoospermia : berkurangnya jumlah sperma Asthenozoospermia : berkurangnya motilitas sperma Teratozoosermia : meningkatnya bentuk-bentuk abnormal pada sperma Oligoasthenoteratozoospermia : semua variable sperma analysis berada dibawah normal Azoospermia : tidak ada sperma didalam semen Aspermia ( anejaculation ): tidak terjadi ejakulasi ( ejaculation failure) Leucocytospermia : meningkatnya WBC didalam semen Necrozoospermia : semua sperma tidak hidp dan tidak motil Normal seminal fluid analysis ( WHO 2002 ) Volume > 2ml Sperm concentration > 20 million/ml Sperm motility > 50%progressive > 25% rapidly progressive Morphology > 15 % normal form White Blood Cell > 1 million/ml

SPERMA NORMAL
Spermatozoa mature dibedakan atas kepala dan ekor. Kepala tersusun dari sebagian besar kromatin yang terkondensasi di inti nucleus; bagian depan dikelilingi olek giant lisosom yang disebut akrosom yang nantinya akan mempenetrasi oosit. Ekornya panjang dan terspesialisasi dari flagellum yang merupakan derivate satu sentriol; mempunyai pola biasa seperti mictotubul dengan 9 pasang di luar yang mengelilingi 1 pasang di tengah, yang disebut axonema.

Ada 4 bagian dari ekor : a. Leher : pembatas yang menghubungi sentriol dengan axonema b. Middle piece : axonema dikelilingi oleh elongasi spiral mitokondria. Ini menghasilkan energi untuk menggerakkan axonema dengan cara respirasi fruktosa anaerob. c. Principal piece : bentuk mayoriti dari ekor, mengandung fiber (serabut) yang tidak ada di akhir bagian kecil. d. End piece .

SPERMA ABNORMAL
Istilah Azoospermia Definisi Penyebab Tidak ada sperma di dalam Tertutupnya jalur genital kandungan semen Oligospermia Jumlah sperma yang - kekurangan testosterone rendah ( < 20 million/ml ) - hyperproclatinamia Asthenozoosper Menurunnya kualitas - Meningkatnya mia sperma karena kelainan temperature scrotum, ex morfologi atau motility : varicocele - Antisperm antibodies Teratozoosper > 30% bentuknya Kelainan genetik mia abnormal Oligospermia / - Kelainan genetic, ex : Asthenozoosper Klinefelter mia - Infection jalur genital

Hormonal Assay
Jika analysis semen memperlihatkan keabnormalan, hormone analysis kemudian akan dilakukan untuk membantu mengidentifikasi kerusakan yang spesifik. Hormon Assay ini merupakan pemeriksaan dengan cara melihat kadar setiap hormone didalam tubuh apakah berada dalam level normal, naik atau turun. Dan naik turunya kadar hormone trsebut dapat mengindikasikan kelainan/penyakit yang ada didalam tubuh. Jika testosterone turun yang disertai dengan kenaikan LH dan FSH , hal ini mengindikasikan primary testicular failure. Hal ini bisa disebabkan karena genetic disease seperti Klinefelters Syndrome. Jika testosterone turun dengan disertai turunnya Lh tetapi FSH normal, itu dapat mengindikasikan Hypothalamic Pituitay disease dan dapat menyebabkan secondary testicular failure.

Jika testosterone normal dengan FH dan LH yang normal tetapi diikuti dengan oligospermia dan azoospermia maka seminal fluid fructose hars diperiksa. Jika tidak mengandung fruktosa, itu megindikasikan terjadinya conginetal vasadeferentia dan seminal vesicle. Tetapi jika mengandung fruktosa, itu dapat mengindikasikan terjadinya obstruksi duktus atau spermatogenic failure yang dapat diperiksa dengan testicular biopsy. Oligospermia yang diikuti dengan normal testosterone dan LH serta peningkatan FSH, mengindikasikan seminiferous tubue failure. Jika terjadi peningkatan testosterone dan diikuti dengan peningkatan LH dan normalnya FSH, mengindikasikan terjadinya primary hpertyroidism atau partial androgen insensitive.

Sirkumsisi
Sirkumsisi adalah pemotongan seluruh atau sebagian preputium yang melapisi glans penis.

Tujuan : Melindungi glans dari kemungkinan luka dan lecet saat intercourse Pada bayi melindingi glas dari iritasi juga menghasilkan lubricants yang disebut smegma Kekurangannya : Lebih hygienis Mengurangi kemungkinan infeksi urinary tract

Menghindari mudahnya terkena sexually transmitted disease dan HIV Mencegah kanker penis

Ultrasonography
Ultasonography adalah teknik diagnosis dengan menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi ke bagian jaringan untuk menghasilkan gambaran anatomis. Ultrasonografi ini biasanya dilakukan untuk mendeteksi adanya fetus dalam uterus, namun dapat juga dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan atau penyakit pada organ-organ seperti gallbladder, scrotum, prostate, jantung, dan kelenjar tiriod. Alat ini sulit digunakan untuk organ seperti tulang dan organ yang berisi udara seperti usus. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan impedansi. Alat ini terdiri dari gelombang ultrasonic, transducer, dan gel. Khusus untuk mendeteksi adanya kelainan pada scrotum contohnya adalah varicocele, menggunakan ultrasonografi jenis dopler. Indikasinya berupa rasa sakit dan pembengkakan. Pada scrotum biasanya digunakan untuk mendiagnosis penyakit-penyakit seperti: 1) Neoplasma testis. 2) Neoplasma scrotum. 3) Varicocele. 4) Spermatocele (pembentukan kista yang berasal dari sperma di bagian rete testis & epididimis). 5) Atrophy testis. 6) Scrotal transposition.

GRADE VARICOCELE

Subclinic (tidak dapat dipalpasi) Tidak dapat di palpasi,hanya dapat dilihat dengan menggunakan USG doppler

Clinic (dapat dipalpasi) 1. Grade 1 : kecil,dapat dipalpasi dengan maneuver valsalva 2. Grade 2 : sedang, dapat dipalpasi tanpa maneuver valsalva 3. Grade 3 : besar,mudah terlihat

TERAPI VARICOCELE Terapi Surgical Ligasi adalah pembedahan dengan mengikat anatomic channel (misalnya pembuluh darah). Tujuan dari ligasi ini adalah untuk mengalihkan aliran darah ke vena lain menjauhi pampiniform plexus,agar kenaikan tekanan tidak ditransmisikan lagi ke testis. Teknik yang paling mendekati karakter perbaikan yang ideal pada varicocele yaitu, teknik atau procedure yang dapat meligasi vena yang menyebabkan varicocele maupun vena yang menyebabkan varicocele kambuh kembali.

Terapi Non-Surgical Metode alternative terhadap procedure operatif yang dapat dilakukan untuk memperbaiki varicocele adalah embolisasi. Tekniknya meliputi memasukkan kawat kecil melalui peripheral vein ke abdominal vein yang mendrainase testis. Kemudian, melalui catheter kecil yang flexible, dokter dapat mengobstruksi vena sehingga kenaikan tekanan dari abdomen tidak lagi ditransmisikan ke testis. Testis kemudian di drainase melalui collateral vein yang lebih kecil.

Problem : Silvia 25 tahun Keguguran setelah 3 bulan menikah Kehilangan feeling of sexual Sexual intercourse yang tidak tepat waktu dan berkurang Data tambahan : Menggunakan oral contraceptive (selama 1,5 tahun setelah keguguran Tidak ada infeksi vulvovaginal/pelvic Hysterosalphyngogram : - normal uterus -Tuba fallopii Learning Issue : Reproduksi wanita Infertility Kontrasepsi

BAGIAN INTERNAL SISTEM REPRODUKSI WANITA

1. Ovaries Ovaries berbentuk almond dan merupakan female gonads di mana ovum berkembang. Selain itu, ovaries juga merupakan kelenjar endocrine yang memproduksi hormon reproduksi. Ovary menempel pada uterus melalui ligament of the ovary Fungsi ovaries : Menghasilkan sel ovum dan hormone.

2. Uterine tube Uterine tube memanjang dari uterine horn dan awal dari peritoneal cavity dekat ovaries. Panjangnya kira-kira 10 cm. Uterine tube dibagi dalam 4 bagian,dari lateral ke medial yaitu :

a. Infundibulum Bagian distal akhir dari tube yang membuka di peritoneal cavity melewati abdominal ostium. Bagian akhir dari infundibulum disebut fimbriae. Fimbriae berbentuk jari dan membentang ke permukaan medial dari ovary. b. Ampulla Bagian terpanjang dan terlebar dari tube, dimulai dari bagian akhir medial infundibulum. Fertilisasi biasanya terjadi di ampulla. c. Isthmus Bagian dinding yang tebal pada tube dimana membuka ke arah uterine horn d. Uterine part Segmen intramural pendek dari tube yang melewati dinding uterus.

Fungsi uterine tube : Tempat fertilisasi Jalan bagi sel ovum menuju uterus dengan bantuan ncilia pada dindingnya

3. Uterus

Uterus

adalah dinding yang tebal, berbentuk pir dan organ muscular yang

berongga. Embrio dan fetus berkembang di dalam uterus.Panjang uterus rata-rata 7.5 cm, lebar 5 cm, tebal 2 cm dan beratnya rata-rata 90 gram. Uterus terbagi atas 2 bagian utama : a. Body of the uterus Membentuk 2/3 bagian superior termasuk fundus dari uterus Body terletak di antara layers of the broad ligament Memiliki 2 permukaan yaitu vesical ( berhubungan dengan bladder ) dan intestinal Body dibatasi dari cervix oleh isthmus of the uterus ( panjangnya kira-kira 1 cm ) Bagian interior dari body uterus disebut uterine cavity b. Cervix of the uterus Berbentuk silindris yang mengisi 1/3 uterus Panjangnya kira-kira 2.5 cm pada wanita dewasa yang tidak sedang hamil Sebagai gambaran, terdapat 2 bagian : Supravaginal part ( di antara isthmus dan vagina ) Vaginal part ( yang menonjol vagina )

Bagian interior dari cervix disebut cervical canal Cervical canal yang membuka kea rah uterine cavity disebut internal os Cervical canal yang membuka kea rah vagina disebut external os

Fungsi uterus :

1) Sebagai tempat pertumbuhan embrio 2) Tempat implantasi 3) Proses kelahiran

4. Vagina Vagina adalah sebuah musculomembranous tube (7-9 cm ), yang memanjang dari cervix pada uterus ke vestibule ( cleft di antara labia minora ). Bagian akhir superior vagina mengelilingi cervix. Fungsi vagina : Menyediakan sebuah kanal / saluran untuk menstrual fluid Membentuk bagian inferior dari pelvis canal Menerima penis dan ejakulasi selama hubungan seksual Bagian superior vagina berhubungan dengan cervical canal sedangkan bagian inferiornya berhubungan dengan vestibule.

EXTERNAL FEMALE GENITAL

Secara bagian besar external genitalia wanita terdiri atas : Mons pubis Labia majora Labia minora Clitoris Vestibule

Mons pubis Mons pubis terletak diatas symphisis pubis. Setelah pubertas kulit mons pubis akan ditutupi rambut yang berbentuk keriting.

Labia mayora Memiliki panjang 7-8 Cm, lebar 2-3 Cm dan tebal 1-1,5 Cm. Banyak memiliki kelenjar sebaceous, serabut elastis, jaringan adiposa dan sedikit muscular. Pada wanita nulliparaus permukaan dalamnya seperti membaran mukosa sedangkan pada wanita multiparous seperti kulit biasa. Labia minora Terletak diantara labia mayora, pada wanita nulliparous tidak terlihat, sedangkan pada wanita multiparous terlihat. Labia minora ditutupi atau dilapisi oleh epitel berlapis gepeng. Meskipun tidak ada rambut namun terdapat folikel sebaceous dan beberapa kelenjar keringat. Bagian interior dari lipatan labia terdiri dari jaringan ikat dengan banyak pembuluh dan beberapa fiber otot polos. Clitoris Merupakan oragan erektil yang terletak pada pertwemuan 2 labia minora di sebelah anterior dan dilapisi oleh epitel berlapis gepeng. Clitoris terdiri dari : Glans : tersususn dari spindel-shaped cell Body : tersusun dari 2 corpora cavernosa dan dinding dari serat otot polos Root : tersusun dari 2 crura

Pembuluh erektil clitoris berhubungan dengan vestibular bulb. Clitoris jarang lebih dari 2 Cm dan glans berukuran kurang dari 0,5 Cm. Pada bagian paling superior terdapat pertemuan antara labia minora yang dinamakan prepuce of clitoris, lalu pada bagian agak bawahnya terdapat pula pertemuan antara labia minora yang dinamakan frenulum of clitoris. Vestibule Vestibule berbentuk seperti almond yang ditutupi labi minora secara lateral dan memanjang dari clitoris sampai fourchete. Memiliki 6 bukaan yaitu, urethra, 2 duct dari bartholin, 2 duct dari paraurethral glands dan vagina. Sepasang kelenjar bartholin mempunyai diameter 0,5-1 cm dan terletak di setiap sisi lateral dari vaginal opening. Vestibular bulb Sepasng massa jaringan erektil yang memanjang 3-4 Cm dan tebal 0,5-1 Cm.

Vaskularisasi external genitalia wanita

Artery External genitalia wanita disuplai oleh internal dan external pudendal artery. Pudendal artery sendiri berasal dari internal illiac artery dimana merupakan cabang dari abdominal aorta. Internal pudendal artery menyuplai kulit, external genitalia wanita, dan otot perianal. Labia artery dan clitoris artery adalah cabang dari internal pudendal artery.

Vena Disuplai dari labial veins yang bermuara ke internal pudendal veins dan vena comitantes Lymphatic Vulva tersusun dari jaringan kaya pembuluh lymphatic yang mengalir secara lateral ke superficial inguinal lymph node. Glans clitoris dan labia minora mengalir ke deep inguinal nodes atau langsung ke internal iliac nodes.

MAMAE GLAND

Mammary gland atau kelenjar susu ini terletak di bagian anterior pectoralis mayor muscle dan serratus anterior muscle yang dilekatkan pleh sebuah fascia layer yang terdiri dari jarinagn ikta radat irregular. Mammary gland ini hanya terletak di anterior otot pectoralis mayor dan serratus anterior, jika sudah keluar dari bagian otot itu, maka bagian itu tidak dapat disebut sebagai bagian dari mammary gland. Mammary gland ini terdiri dari 2 buah breast(payudara). Setiap breast mempunyai 1 bagian yang memprojeksikan susu yang disebut nipple. Di sekeliling niplle, kulitnya berubah menjadi agak gelap akibat pigmentasi yang disebut areolar. Breast in terdiri dari jaringan adiposa, suspensory ligamen(coopers ligament) yang berfungsi untuk menopang breast dan mammary gland yang menghasilkan susu. Mammary gland adalah sudorifeus gland yang berubah fungsinya sehingga menghasilkan susu. Setiap mammry gland punya 15 20 lobus yang dipisahkan oleh jaringan adiposa. Didalam lobus terdapat bagian yang mengandung alveolus(gambar B). Alveolus terdiri dari sel sel myoepitel yang berfung untuk kontraksi yang memompa susu dalam alveolus keluar menuju saluran untuk di ejeksikan. Dan sel sel epitel sekresi-susu yang berfungsi untuk mensintesis susu. Produksi susu ini distimulsi oleh hormon prolaktin dengan bantuan hormon estrogen dan progesteron. Pada saat seorang wanita mengalami kehamilan tepatnya sejak minggu ke 5, mammary glandnya berkembang. Hal ini akibat dari hormon estrogen dan progesteron yang konsentrasinya jadi lebih tinggi, sekitar 30x lipat dari keadaan biasa yang menyebabkan ujung duktus lactiferus berfoliferasi menjadi lobus, yang berisi alveolus dan kemudian mensintesis susu. Tapi walau mammary glandnya sudah berkembang, tapi wanita itu belum dapat mengeluarkan susu. Itu karena selain hormon progesteron dan estrogen membantu perkembangan mammary gland, hormon itu juga menghambat produksi susu, jadi sampai bayi itu lahir mammary gland hanya dapat memproduksi beberapa ml air susu. Tapi setelah kelahiran, hormon estrogen dan progesteron turun drastis, dan sebagai akibatnya hormon prolactin konsentrasinya naik. Hal ini menyebabkan sel sekresi-susu dapat memproduksi susu tanpa terinhibisi sehingga susu yang dihasilkan berjumlah besar.

DAUR KEHIDUPAN WANITA

Prakonsepsi Konsepsi (fertilisasi) Embrio (1 10 minggu) Fetus (11 14 minggu)

Kelahiran Neonatus ( 0-1 bulan) Bayi (1-12 bulan) Balita (1-5 tahun) Anak (5-10 tahun)

Pubertas Prekok, pubertas awal (8-13 tahun) Menarche (10-14 tahun) Remaja (15-20 tahun)

Reproduktif Maturitas (20-44 tahun) Klimakterium (44-45 tahun) Premenopause (45 tahun) Menopause (45-55 tahun)

Pascamenopause (55-65 tahun)

INFERTILITY PADA WANITA


Macam macam Infertility : Infertility

Didefinisikan sebagai intercourse yang dilakukan tanpa alat kontrasepsi selama 1 tahun tanpa kehamilan 1.primary Infertility Yang sebelumnya tidak ada kehamilan 2.Secondary infertility Pernah mengalami kehamilan, tapi setleah melahirkan tidak bisa hamil lagi

Penyebab infertile pada wanita: 1.Ovulatory factor Merupakan penyebab sekitar 30-40% dari kasus infertile. Initial diagnosis: anovulasi dan oligo-ovulasi Differential diagnosis: abnormalitas hypothalamic dan pituitary, thyroid disease, adrenal disorders,dan hyperandrogenic oligo-ovulasi. Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi ovulasi 1. Basal Body Temperature Mengukur temperature setiap pagi, diukur secara oral menggunakan temperature biasa atau special instrument sebelum bangun, makan atau minum dan dilarang merokok. Prinsipnya, sekresi progesterone oleh ovarium pada umumnya hanya terjadi setelah ovulasi. Progesterone adalah thermogenic hormone, dimana sekresinya mengakibatkan kenaikan temperature rata-rata 0,5 derajat Fahrenheit, diatas batas temperature follicular phase ( 97-98 F). pada umumnya ovulasi terjadi 1 hari sebelum kenaikan temperature. Keuntungan penggunaan BBT: indicator permulaan ovulasi, berguna sebagai alat untuk member saran pada pasien tentang saat yang tepat untuk melakukan intercourse. Kelemahan BBT: terjadinya titik terendah BBT bervariasi dan kadang tidak terdeteksi.

2. Midlutheal serum progesterone Kenaikan serum progesterone merupakan bukti tidak langsung terjadinya ovulasi Level > 3 ng/ml menunjukkan terjadinya ovulasi.

Pengukuran sebaiknya dilakukan saat puncak sekresi progesterone di midluteal phase ( hari ke 21-23 pada siklus 28 hari).

3. LH monitoring Ovulasi terjadi 24-36 jam setelah persiapan LH surge dan 10-12 jam setelah LH peak. 4. Endometrium Biopsy Sekresi endometrial menginduksi ovulasi. Fungsi: mendiagnosis lutheal fase defect Biopsy dilakukan 2-3 hari sebelum menstuasi. 5. Ultrasound Monitoring Ovulasi dapat dimonitor dengan melihat perkembangan folikel.

Ovulasi terjadi ketika ukuran folikel mencapai 21-23mm, batas bawah 17mm,batas atas 29mm. 2. Tubal/Peritoneal Factor Tuba factor termasuk kerusakan atau obstruksi tuba fallopi, biasanya disertai dengan riwayat Pelvic Inflammatory Disease ( PID), operasi tuba atau pelvic.Peritoneal factor termasuk adhesid dari peritubal dan periovarian, yang pada umumnya akibat PID, operasi dan endometriosis. Test Untuk Mendeteksi Tuba dan Peritoneal Factor
1. HSG ( hysterosalpyngography) : dilakukan aantara hari ke 6 dan 11.

2. Laparoscopy Menggambarkan semua organ pelvic Dapat mendeteksiintramural dan subserosal uterine fibroid. Peritubular dan periovarian adhesion. Mengidentifikasi tubal ostian spasm Mengidentifikasi adanya intramural debris 3. Falloscopy Menggunakan small guide untuk melihat lumen dari tuba fallopi

Mengidentifikasi abnormal mucosal pattern Mengidentifikasi tubakl ostian spasm Mengidentifikasi adanya intramural debris.

3.Cervical Factor Merupakan 5% dari kasus infertility. Salah satu parameter penting dalam cervical factor adalah cervical mucus. Sperma yang berhasil masuk ke saluran reproduksi wanita akan berada di cervical mucus selam kira-kira 72 jam, hanya sperma yang mempunyai motilitas yang baik, yang dapat menembus servic. Servical mucus dapat dijadikan indicator kapan berlangsungnya ovulasi.Metode pemeriksaan untuk servical mucus adalah Postcoital Test (PCT). Cervical mucus analysis Cervical mucus adalah struktur kompleks yang tidak homogeny Cervical mucus yang lebih encer akan mudah dilalui oleh spermatozoa Pada fase proliferasi, servical mucus akan cair karena stimulasi estrogen Pada fase sekretorik, servical mucus akan kental karena stimulasi progesterone. pH bersifat alkalis sekitar 9, sehingga spermatozoa dapat hidup lebih lama. Post Coital Test ( PCT ) PCT digunakan untuk: Menunjukkan kualitas servical mucus Keberadaan dan motilitas sperma dalam female reproductive setelah coitus Interaksi antara servical mucus dengan sperma. Sebaiknya digunakan sesaat sebelum ovulasi, saat kadar estrogen mencukupi, sehingga menghasilkan stimulus untuk mengahsilkan kelenjar mucus. 48 jam sebelum post cioital test, pasien dilarang melakukan intercourse.

4.Uterine Factor Uterin fibroid khususnya submucous leimyoma mengganggu transportasi sperma dan inplantasi.

Untuk mengevaluasi uterine factor dapat menggunakan USG : melihat kontur endometrial cavity, endometrial polyps, submucous polyps, congenital abnormalities. 5.Immunologic Factor Dapat menimbulkan reaksi antibody yang memungkinkan terjadinya penurunan fertilitas.

Treatment pada infertil Treatment pada ksus infertil terbagi atas 3, yaitu: 1. Medical a. Therapy hormon (hypogonadotropic hypogonadism) Dimana diberikan hormon dengan tujuan agar hypothalamus terus mensekresikan GnRH dengan cara tidak langsung karena hormon ini bersifat anti testosteron dan estradiol b. Clomiphen citrate Tujuan untuk menstimulasi melepaskan GnRH c. Antibiotik Diberikan apabila terjadi infeksi pada alat genitalia. 2. ART (assisted reproductive technology) a. IVF (in vivo fertilization) Gamete intrafallopian transfer Zygote intrafallopian transfer Cryopreserved embryo transfer langsung hipothalamus untuk

b. Donor oocyte Dilakukan ketika seorang wanita yang ingin memiliki anak namun usianya diatas 35 tahun. Jadi, seorang wanita yang masih muda mentransfer oocyte ke wanita yang usianya berbahaya .Hal ini di lakukan karena resiko hamil pada usia diatas 35 tahun sangat beresiko adanya ke abnormalan kongenital. c. ICSI (intra cytoplasmic sperm injection)

Dilakukan apabila seorang pria yang ingin memiliki anak memiliki sperma yang kurang motile. Treatment ini dilakukan dengan cara mensuntikan sperma kedalam ssitoplasma oocite. d. IUI (intrauterine insemination) Proses ini dilakukan dengan cara menyemprotkan cairan semen kedalam uterus wanitan untuk membantu proses fertilisasi. IUI ini terbagi menjadi 2, yaitu dengan donor dari orang lain dan dari suami sendiri. 3. Surgical a. Varycocelectomy. b. Operasi pada tuba apabila ada penyumbatan. c. Operasi apabila ada tumor.

Kontrasepsi
Hormonal

a. Combined estrogen and progesterone b. Progesteron only c. Progesterone injectable d. implant

a. combine estrogen and progesterone merupakan kombinasi hormonal yang terkandung pada obat yang dikonsumsi. Mekanisme aksi : mencegah ovulasi dengan supresi GnRH dan mencegah sekresi dari FSH dan LH, karena progestin sendiri berfungsi untuk mencegah ovulasi dengan supresi LH dan estrogen mencegah ovulasio dengan menekan pelepasan dari FSH. Progesterone sendiri memiliki efek yaitu : lender serviks menjadi pekat yang menyulitkan penetrasi sperma,

kapasitasi sperma dihambat jika diberikan sebelum konsepsi, perjalanan ovum di tuba faloppi akan dihambat penghambatan melalui HPO axis.

Keuntungan : mengurangi kehilangan darah menstruasi dan anemia mengurangi resiko ectopic pregnancy mengurangi dysmenorrheal mengurangi berbagai penyakit payudara

efek pada liver disease : mempercepat pekembangan gallbladder disease b. Progesterone only contrasepsi berbentuk pill, dikonsumsi setiap hari. Mekanisme aksi dari progestional contraceptive ini tidak menghambat ovulasi, tetapi lebih pada peribahan servikal mucus dan efek pada endometrium.

mekanisme aksi : lender serviks menjadi pekat yang menyulitkan penetrasi sperma, pada endometrium.

keuntungan : side effect sedikit, tidak menyebabkan hipertensi kerugian : jika penggunaan lebih dari 3 tahun, efikasi akan berkurang, perubahan menstrual, bleeding makin banyak.

c. Progesteron injectable Mekanisme aksi : inhibit ovulasi Keuntungan : efektif , tidak perlu digunakan setiap hari

Kekurangan : tidak dapat di remove, harus tahan terhadap side effect, amenorhe, berdarah tanpa sebab.

d. Implant

KONTRASEPSI NON-HORMONAL
1.

Intrauterine Devices (IUD)


IUD Merupakan kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim. MOA :

Di dalam uterine cavitynmengandung benang-benang fibrin, phsgocitic cells, dan proteolytic. Kemudian Coppers IUD akan mengeluarkan/melepaskan sedikit metal (logam), menghasilkan respons inflamasi yang besar.Semua IUD menstimulasi formasi prostaglandin dalam uterus, konsisten dengan kontraksi otot polos dan inflamasi. Terjadi perubahan morfologi sel-sel di permukaan endometrium terutama microvilli, serta inilah yang menyebabkan jalan sperma terganggu, sehingga mencegah fertilisasi. Jenis-jenis IUD :

a. Progestasert
Ko-polimer etilen vinil asetat berbentuk T ini memiliki batang vertikal mengandung 38mg proesteron dan barium sulfat dalam dasar silikon. Alat ini mengeluarkan progesteron sekitar 65 g/hari ke dalam ronga uterus selama 1

tahun. Jumlah ini tidak mempengaruhi kadar progesteron plasma. P = 36 mm dan L = 32 mm, dan terdapat benang hitam atau biru tua yang melekat ke pangkal batang. Untuk memasang harus digunakan teknik penarikan. Progestasert digunakan sebagai proteksi untuk 1 tahun.

b. Levonorgestrel
Alat ini mngeluarkan levonorgestrel ke dalam uterus dengan kecepatan yang relatif konstan 20 g/hari, yang mengurangi efek sistemik progeteron.

Levonorgestrel ini adalah polietilen berbentuk T yang batangnya terbungkus oleh campuran polidimetilsiloksan/levonorgestrel. Campuran ini dilapisi oleh suatu membran permeabel yang mengatur kecepatan pembebasan hormon. Levonorgestrel digunakan sebagai proteksi untuk 5 tahun.

c. Copper T380 A
Alat ini terbuat dari polietilen dan barium sulfat. Batangnya dibalut oleh 314 mm2 kawat tembaga halus dan kedua lengan masing-masing mengandung 33 mm2 gelang tembaga, sehingga total tembaga adalah 380 mm2. Dari pangkal batang menjulur dua helai benang. Pada awalnya benang-benang tersebut berwarna biru, tapi sekarang warnanya putih kekuningan. Copper T380A digunakan sebagai proteksi untuk 10 tahun.

Keunggulan : Resiko infeksi panggul berkat pemakaian benang monofilament dan teknik-teknik baru ang menjamin keamanaan pemasangannya

jumlah kelainan ektopik (namun apabila terjai kehamilan, lebih besar kemungkinannya kehamilan ektopik, terutama pada pemaki progestasert)

Efektif karena hanya sekai pasang dan waktu penggantian yang relatif lama Mengurangi pengeluaran darah saat menstruasi Mengobati Menorraghia Berkurangnya darah saat menstruasi disertai dismenorrhea insiden infesi panggul Bermanfaat bagi wanita dengan fibroid uteri Kekurangan : Perforasi uterus dan abortus Kram dan prdarahan uterus Menorrhagia Infeksi Kehamilan dengan IUD Kehamilan ktopik

Indikasi : Wanita yang dikontraindikasikan untuk kontrasepsi oral dan Norplant

Kontraindikasi : Hamil atau dicurigai hamil Riwaya kehamilan ektopik Kelainan uterus Penyakit radang panggul Endometritis Pasien atau pasangannya memiliki banyak pasangan seksual Vaginitis Perdarahan genital yang sebabnya tidak diketahui Alergi terhadap bahan yang tekandung dalam IUD Kanker uterus atau vagina

2.

Barrier Methods
a. Condom
Kondom ini merupakan kontrasepsi yang efektif dan angka kegagalannya pada pasangan yang berpengalaman dan bermotivasi kuat dapat hanya 3 atau 4 per 100 pasangan pertahun pajanan. Umumnya dan terutama selama tahun pertama pemakaian, angka kegagalan jauh lebih tinggi.
-

Keunggulan : Apabila digunakan dengan benar, kondom menghasilkan proteksi yang cukup besar, tetapi tidak mutlak terhadap beragam penyakit menular seksual,

termasuk infeksi HIV, gonorrhea, syphilis, herpes, chlamydia, dan trichomoniasis.


-

Kondom juga mungkin menghambat dan menghilangkan kelainan pramaligna di serviks. Karena Centers for Disease Control and Prevention merekomendasikan kondom untuk pasangan yang beresiko terinfeksi HIV, termasuk mereka yang memiliki banyak pasangan seksual.

Agar Efektifitas kondom : Gunakan setiap melakukan sexual intercourse Harus digunakan sebelum penis berhubungan dengan vagina Penarikan penis ketika ereksi Dasar kondom harus dipegang saat ditarik Intravaginal spermisida atau pelumas spermisida harus digunakan pada kondom

Prosedur pengunaan :

b. Female Condom (Vaginal pouch)

Kondom ini adalah suatu sarung poliurethan dengan satu cincin poliurethan lentur di kedua ujung.
-

Keunggulan : Kondom wanita tidak dapat ditembus oleh imunodefisiensi manusia, sitomegalovirus, dan virus hepatitis B

Angka kebocorannya adalah 0,6 % Kekurangan :

Angka kehamilan terjadi lebih tinggi dibandingkan dengan kondom

Prosedur penggunaan : Cincin terbuka berada diluar vagina dan cincin bagian dalam yang tertutup

diletakkan di bawah simphisis seperti diafragma.

c. Spermicides
Kontrasepi ini dipasarkan dalam bentuk creams, jellies, suppositories, films (tissue), dan foam dalam wadah aerosol. Indikasi : wanita yang tidak dapat menerima kontrasepsi oral atau IUD.

Keunggulan : Dapat dibeli tanpa resep Bermanfaat bagi wanita yang memerlikan perlindungan temporer (ex : selama minggu pertama setelah memulai kontrasepsi oral atau selagi menyusui)

Memberikan proteksi secara parsial terhadap beberapa penyakit menular seksual, termasuk gonorrhea serta mungkin papilloma virus dan HIV

MOA : Bahan ini bekerja dengan membentuk sawar (barrier) fisik terhadap penetrasi sperma serta mematikan sperma secara kimiawi.

Bahan aktif spermisida adalah nonoxynol-9 atau octoxynol-9.


-

Agar Efektivitas spermisida : Spermisida harus diletakkan di vagina dan berkontak dengan serviks sesaat sebelum sexuak intercourse.

Durasi efektivitas spermisida maximum biasanya tidak lebih dari 1 jam. Setelah tu zat ini harus dimasukkan kembali sebelum hubungan kelamin dilanjutkan. Pencucian vagina harus dihindari paling sedikit 6 jam setelah sexual intercourse.
d.

Diafragma Plus Spermicide

Diafragma vagina yang berupa kubah karet srkular dengan garis tengah bervariasi yang diperkuat dengan cincin logam yang melingkar. Agar Efektivitas Diafragma Plus Spermicide : Digunakan bersama dengan jelly atau cream spermisida

Keunggulan : insiden penyakit menular seksual dibandingkan dengan pemakaian kondom

Kekurangan : Terjadi sedikit infeksi saluran kemih

Prosedur penggunaan :

Spermisida dioleskan dipermukaan superior, baik di sepanjang lingkar tepi maupun di bagian tengah diafragma. Alat kemudian dimasukkan ke dalam vagina sehingga serviks, fornix lateral, dan dinding anterior vagina dipisahkan secara efektif dari bagian vagina lainnya dan penis. Pada saat yang sama, zat spermisida yang diletakkan di bagian tengah akan tertahan oleh diafragma pada serviks. Apabila ditempatkan dengan benar, cincin superior akan terletak di fornix posterior dan cincin inferior terletak dekat dengan baian dala simphisis pubis tepat di bawah uretra.

e. Contraceptive Sponge
Alat ini tidak lagi dipasarkan

f. Cervical Cap
Alat fleksibel berbentuk mangkuk yang terbuat dari karet alami. Prosedur Penggunaan : Dipasang melingkari pangkal serviks Alat ini dapat dipasang sendiri dan dibiarkan di tempatnya selama tidak lebih dari 48 jam. Cervical Cap harus digunakan bersamaan dengan spermisida saat dipasang

Keunggulan : Efektivitasnya setara dengan diafragma

Kekurangan :

- Harganya mahal - Diperlukan pengepasan untuk menunjang keberhasilanya - Kurang efektif disebabkan kesalahan pemasangan oleh pemakai
g.

Periodic (Rhythmic) Abstinence


Pantang seks selama dan sekitar waktu ovulasi dapat mencegah kehamilan, sayangnya hal ini tidak selalu benar. Ovum manusia mungkin hanya dapat dibuahi selama 12 sampai 24 jam setelah ovulasi. Namun, sperma motil pernah ditemukan dalam mukus serviks sampai 7 hari setelah koitus atau inseminasi buatan, dan dalam tuba fallopii wanita yang menjalani laparotomi sampai 85 jam setelah koitus. Namun, kecil kemungkinannya sperma dapat mempertahankan kemampuannya membuahi sampai selama itu.

h. Calendar Rhythm Method


Ovulasi paling sering terjadi sekitar 14 hari sebelum mulai menstruasi berikutnya, tetapi sayangnya tidak harus 14 hari setelah awal menstruasi berakhir. Karena itu, metode irama kalender tidak dapat diandalkan.

i. Temperature Rhythm Method

Metode ini mengandalkan sedikit perubahan suhu tubuh basal. Peningkatan menetap 0,4F (0,2C) pada pagi hari tepat sebelum ovulasi.
Agar Efektivitas Temperature Rhythm Method :

Metode ini akan lebih berhasil apabila selama setiap daur haid, hubungan kelamin dihindari sampai jauh setelah peningkatan suhu ovulasi

Agar metode ini benar-benar efektif maka wanita yang bersangkutan harus benar-benar tidak berhubungan kelamin sejak hari pertama haid sampai hari ketiga setelah peningkatan suhu

j. Mucus Serviks Rhythm Method (Billing Method)


Bergantung pada kemampuan mengetahui kekeringan dan kebasahan vagina akibat perubahan jumlah dan jenis mukus serviks yang terbentuk pada waktuwaktu yang berbeda dalam daur haid. Prosedur : Hubungan kelamin harus dihindari sejak awal haid ingga 4 hari setelah diktahui muncul mukus yang licin.

k. Symptothermal Method
Metode ini mengkombinasikan Temperature Rhythm Method, Mucus Serviks Rhythm Method, dan Perhitungan untuk memperkirakan waktu ovulasi.

FAKTOR KEBERHASILAN KEHAMILAN


A. Faktor dari pria Tinjauan faktor yang berasal dari pihak pria, umumnya adalah fungsi seksualnya dan kualitas sperma. Fungsi seksual tak lain adalah kemampuannya dalam melakukan hubungan seks secara normal. Sedangkan kualitas sperma akan ditinjau dari segi jumlah, kecepatan dan morfologinya. Ketiga faktor ini juga menentukan tingkat kesuburan pria. 1. Sperma berkualitas. Sperma dinyatakan memiliki kualitas yang baik, jika jumlahnya mencapai 20 juta per mililiter atau lebih. Bila kurang dari jumlah tersebut, maka dapat digolongkan kurang baik. Ciri lainnya adalah memiliki volume 2-6 cc dalam setiap pancaran, dengan kekentalan normal dan warna seputih mutiara. Jumlah sel sperma dengan gerak lurus cepat 25 persen, atau jumlah sel sperma dengan gerak lurus dan gerak lambat 50 persen. Selain itu, memiliki morfologi sperma normal lebih dari 26 persen. Namun, ada pula sel sperma yang pada saat dikeluarkan ternyata sudah mati. Umumnya penyimpangan ini terjadi karena pengaruh hormon pada saat pembentukan sperma.

Selanjutnya, sperma yang baik akan mampu mencapai saluran telur (pars ampularis tuba fallopi). 2. Tidak kerap mengalami ejakulasi dini. Ejakulasi dini akan mempengaruhi proses pembuahan, yaitu tidak terjadinya pertemuan antara sel sperma dan sel telur. 3. Suhu sel sperma di bawah 32 derajat Celsius. Oleh karena itu, usahakan agar daerah testis tidak mengalami kenaikan suhu. Hindari memakai pakaian dalam atau celana panjang yang ketat. Testis ini merupakan tempat dimana sel sprema diproduksi. Jika daerah testis mengalami suhu panas maka akan terjadi penurunan dalam proses pembentukan sel sperma atau spermatozoa. Sperma hanya mampu hidup pada suhu di bawah 32 derajat Celsius. Bila panasnya terlalu tinggi, sperma akan mati. 4. Koitus dilakukan dengan teknik yang tepat. Koitus atau proses masuknya penis ke vagina bisa terganggu oleh banyak hal, misalnya teknik yang kurang tepat, serta jarak sanggama yang terlalu jauh atau terlalu dekat.

5. Air mani berkualitas. Air mani diproduksi oleh kelenjar prostat. Cairan inilah yang membawa dan mendistribusikan jutaan sperma. Bila air mani terlalu kental, sperma akan susah bergerak bebas. Sebaliknya, bila terlalu encer maka sperma akan cepat mati. Faktor pH (kadar asam basa) air mani juga mempengaruhi kualitas sperma. Bila terlalu asam atau terlalu basa maka sperma akan mati. Kelainan pH ini bisa diatasi dengan obat-obatan yang pemakaiannya harus dengan pengawasan dokter. 6. Sperma mampu bertahan 48 jam dalam sistem reproduksi wanita. Sperma yang sehat akan mampu bertahan selama 48 jam dalam vagina. Bahkan mampu bertahan lebih lama lagi selama kurang lebih 6 sampai 13 hari bilamana berada pada liang leher rahim. Selama itu, kualitas sperma tetap dalam kondisi baik dan memungkinkan melakukan pembuahan, bila saat itu ada sel telur yang matang.

B. Faktor dari wanita Pada wanita, faktor keberhasilan pembuahan dipengaruhi oleh fungsi saluran telurnya (oviduct). Lalu, apakah ovariumnya mampu memproduksi sel telur, melepaskan sel telur, dan

sel telur itu mampu mencapai dan masuk ke saluran telur. Faktor lainnya adalah faktor kondisi di luar rahim atau di rongga panggul. Berikut kondisi pada wanita yang menentukan keberhasilan pembuahan: 1. Anatomis dan fungsi saluran telur normal. Bila fungsi saluran terlur terganggu akibat terjadinya penyempitan atau penyumbatan, maka proses fertilisasi akan sulit terjadi. Mungkin saja penyumbatan terjadi hanya di bagian ujung saluran telur (fimbriae), tapi hal ini tetap akan menyebabkan ovum tidak akan dapat memasuki saluran telur untuk dapat bertemu dengan sel sperma. 2. Ovarium mampu memproduksi sel telur. Dalam satu siklus menstruasi, sebuah ovum dilepaskan oleh ovarium 14 hari sebelum haid berikutnya. Telur akan masuk ke dalam saluran (tuba) dimana fertilisasi memungkinkan untuk terjadi. 3. Tidak ada infeksi pada organ reproduksi. Adanya infeksi pada organ reproduksi, misalnya pada leher uterus akibat keputihan yang akut atau infeksi pada rongga panggul dapat menghambat keberhasilan fertilisasi. Antara lain karena ovum tidak dapat masuk ke dalam saluran telur. Infeksi ini juga kerap jadi pemicu terjadinya infertil pada wanita.

4. Tidak ada gangguan di luar uterus atau di rongga panggul. Gangguan ini misalnya adalah endometriosis (kondisi tidak normal dimana selaput lendir rahim memasuki jaringan lain dalam rongga panggul). Akibatnya adalah perlengketan pada sistem reproduksi. Gangguan lainnya bisa berupa infeksi subklinis seperti TORCH (toksoplasma, rubela, sitomegalus, dan herpes simpleks virus I & II). 5. Memiliki masa subur. Sebaiknya lakukan coitus pada masa subur, karena pada masa itulah ovum yang matang dilepaskan oleh ovarium. Untuk mengetahui masa subur, hitunglah terlebih dahulu siklus menstruasi yang berlangsung. Bila siklusnya rutin selama 28 hari, maka masa subur akan jatuh tepat pada hari ke-14 (dihitung dari hari pertama haid). Namun bila tidak beraturan, ambil siklus terpanjang dan terpendek. Contohnya, bila yang terpanjang adalah 32 hari dan terpendek 29 hari, maka masa suburnya jatuh antara hari ke 15 sampai 18 dari hari haid pertama berikut. Penghitungan itu berasal dari lamanya siklus dikurangi 14.

6. Sel telur mampu bertahan 24 jam.

Fertilisasi mungkin terjadi bilamana sanggama dilakukan dalam periode 24 jam pertama ovulasi. 7. Pembuahan dilakukan pada saat suhu tubuh meningkat di pagi hari. Ukurlah suhu tubuh (basal) setiap bangun tidur. Jika terjadi peningkatan suhu sebesar 0,5 - 1 derajat Celsius, itu berarti sedang terjadi ovulasi. 8. Perhatikan perubahan lendir pada leher rahim. Pada fase pengeluaran sel telur oleh indung telur, umumnya lendir menjadi basah, elastis dan licin. Untuk mengukur perubahan ini, telah ada alat yang dapat dibeli bebas di apotek. Selanjutnya, bila sel telur dibuahi sel sperma, hasil pembuahan ini akan ditransportasikan ke dalam rahim untuk kemudian bernidasi. Jika tidak, sel telur akan berdegenerasi.

Posisi hubungan seksual dan persentase keberhasilan kehamilan

Dari belakang atau doggys style (65 %) Pria mendatangi wanita dari belakang

Missionaris (83%) Posisi pria di atas wanita

Miring atau spoon position (46 %) Pria di belakang

Standing (50 %) Posisi pria di belakang dapat pula di depan

Posisi wanita di atas atau woman on top (19 %)

posisi duduk atau sitting position (11%)

Patomekanisme

Pasangan suami-istri telah menikah selama 6 tahun

Belum memiliki anak

Infertil sekunder

Faktor suami

Waktu intercourse tidak tepat

Faktor istri

Sering berpergian

Pernah keguguran

Dilatasi vena pada scrotum

Gangguan psikis

Varicocele grade 3

Sperma analisis

Gairah menurun

Sperma yang abnormal

Konsultasi ke dokter

Operasi varicocele

Hamil

Lab.act
Perkembangan Sistem Reproduksi
Gonads berasal dari intermediate mesoderm yang berkembang selama minggu ke lima perkembangan. Di dekat gonads terdapat mesonephris (wolffian) ducts yang nantinya akan berkembang menjadi struktur system reproduksi pria dan paramesonephric yang nantinya alkan berkembang menjadi struktur system reproduksi wanita. Sebuah embrio memiliki potensi berkembang menjadi pria atau wanita karena embrio tersebut mengandung mesonephric ducts, paramesonephrisc ducts serta gonads yang nantinya akan berkembang menjadi ovarium atau testis. Sel embrio pria memiliki satu kromosom X dan satu kromosom Y. Pola perkembangan struktur system reproduksi pria terdapat di master switch gen yang terletak di kromosom Y yang disebut SRY. SRY berfungsi sebagai sex-determining region pada kromosom Y. Ketika ada gen SRY selama perkembangan, produksi proteinnya menyebabkan primitive sertoli cells mulai berdiferensiasi di jaringan gonads selama minggu ke tujuh perkembangan. Sertoli cells mensekresikan mullerian inhibiting substance (MIS) hormone yang menyebabkan apoptosis sel-sel paramesonephric ducts sehingga paramesonephric ducts tidak memberikan kontribusi pada struktur reproduksi pria. Distimulasi oleh hormone chrionic gonadotropin (hCG), primitive leydig cells di jaringan gonad mulai mensekresikan androgen testosterone selama minggu ke delapan perkembangan. Kemudian testosterone menstimulasi perkembangan mesonepric ducts menjadi epididimis, ductus(vas) ddeferens, ejaculatory duct, dan seminal vesicle. Testis berhubungan dengan mesonephric ducts melewati tubulus yang berkembang menjadi seminiferous tubules. Prostate dan bulbourethral glands berasal dari endodermal.Perkembangannya berasal dari perkembangan urethra.

Sel embrio wanita memiliki dua kromosom X dan tidak ada kromosom Y. Karena tidak adanya SRY, gonads berkembang menjadi ovarium dan karena hormone MIS tidak diproduksi, paramesonephric ducts menjadi berkmbang .Ujung distal paramesonephric ducts menyatu dan berkembang menjadi uterine (fallopian) tubes.Mesonephi

Anda mungkin juga menyukai