Anda di halaman 1dari 5

SAINS Volume 11, Nomor 2/ Juli 2011: 50 54

SIFAT MAGNETIK TUBUH MANUSIA


Daniel Napitupulu*

Jurusan Fisika FMIPA Universitas Cenderawasih, Jayapura


Diterima: tanggal 09 Agustus 2011; Disetujui : tanggal 14 September 2011

ABSTRACT Sun as a source of magnetic field influences earth magnetic and then people and the animal. So magnetic of human body is play important role in our life. Most of behaviour of human being which is determined of magnetic. Our life enjoy or gracefull depends on magnetic field. If someone focus in one object, his or her magnetic field is paralel make him or hers calmly and if he or she angry the magnetic field disorder. Keywords: Magnetic, human body, paralel

PENDAHULUAN
Tubuh manusia berbentuk dari molekulmolekul protein yang mengandung unsur-unsur antara lain C (karbon), H (hidrogen), O (oksigen), Cl (chlor), N (Nitrogen), I (yodium), P (Fosfor) dan mengandung unsur logam seperti Fe (besi) Sifat magnet unsur material (atom) terletak pada searah-nya spin (rotasi) elektron (muatan negatif) dikulit atom atau proton (muatan positif) di inti atom. Sifat material, magnet dasar terletak pada sifat magnetik inti dari unsur-unsur pembentuk tubuh manusia, hidrogen, molekul H20 dan besi MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah teknologi memetakan organ tubuh memanfaatkan sifat magnetik inti hidrogen dan inti unsur lainnya. Citra organ tersebut dihasilkan oleh pancaran sinar elektromagnetik dari magnet inti yang tereksitaksi akibat pengaktivan oleh alat, sehingga pancaran sinar inti ini dapat direkam di film foto atau secara digital. Sifat magnetik yang lebih statik yaitu terdapat pada ion Fe, karena sifat spin elektron dikulit atomnya searah. Sifat magnetik ini membesar jika atomnya menyusun diri sehingga elemen magnetnya searah (disebut terpolarisasi).

Ditubuh manusia Fe, terdapat pada butir darah merah (hemoglobin). empirik menunjukkan bahwa hemoglobin merupakan rantai protein yang panjang dimana dari beberapa pasangan posisi di kedua ujung rantai terdapat penyambung (jembatan) dalam struktur datar heme dimana ion Fe terikat (lihat Gambar 1). Melalui ion Fe ini darah merah dapat mengikat oksigen setelah melewati paru-paru. Dengan menyerap sari makanan dari alat-alat pencernaan makanan dan oksigen ini, darah merah mengganti sel-sel yang rusak dengan mengoksidasinya (membakarnya dengan oksigen) dan membentuk sel baru. Jika dalam darah, molekul-molekul hemoglobin berposisi acak maka kekuatan magnetik tubuh kecil, karena sifat vektor medan magnet yang dapat saling meniadakan. Manusia dapat mengarahkannya dengan melakukan latihan, yaitu dengan memfungsikan kekuatan pikiran dan mengatur nafas secara lambat.

HIPOTESIS
Jika kita manahan nafas maka jumlah oksigen didalam paru-paru tidak akan bertambah dan karena diambil oleh hemoglobin yang mengalir maka pada suatu waktu tertentu hemoglobin merasakan bahwa cadangan oksigen berkurang, sebagai reaksinya molekul akan membentuk antrian sedemikian sehingga aliran darah mempunyai energi yang terendah dalam mengambil dan melepas oksigen.

*Alamat Korespondensi:

Jurusan Fisika, Kampus UNCEN-WAENA, Jl. Kamp. Wolker, Jayapura Papua. 99358 Telp: +62 967 572115, email: d_napitupulu@yahoo.com

51

Sifat Magnetik Tubuh Manusia (Napitupulu)

Kondisi ini dapat dicapai dengan molekulmolekul hemoglobin itu terpolarisasi magnetik : magnetiknya searah, sebangun dan saling melekat erat, karena gaya magnet. Akibat molekul-molekul membentuk banjar (yang saling melekat), sedangkan antar banjar terdapat gaya magnetik tolakan dari berbagai arah sehingga seimbang antar banjar. Gaya tolakan ini mempertahankan darah masih tetap cair. Dalam posisi baris banjar yang teratur, maka terjadi manfaat berikut : 1. Molekul-molekul oksigen ketika diikat ion Fe akan dalam posisi yang sama simetris yang mudah dilepas untuk mengoksidasi sel-sel yang rusak. 2. Terdapat ruang sempit antar banjar hemoglobin berupa lorong terbuka, yang memungkinkan bakteri penyakit terjebak dan mudah dikenali, kemudian dapat dibunuh oleh darah putih dan dioksidasi oleh oksigen. 3. Sari makanan : protein (asam amino), glukosa dan lain-lain akan dibawa oleh molekul darah dalam posisi sama dan mudah dilepas ketika harus mangganti sel yang rusak. Dalam struktur ini darah menjadi komponen tubuh yang sehat karena dapat memfungsikan bela dirinya (selfdefense) secara baik, Jadi terpolarisasinya darah secara magnetik adalah dasar penjagaan kesehatan dari serangan mikroba penyakit didalam darah.

(paramagnetik). Molekul air mudah diarahkan menjadi terpolarisasi magnetik. (lihat Gambar 1). Selanjutnya masih terdapat zat-zat lain yang juga magnetik mengingat molekul air terikat secara molekuler dengan senyawa organik didalam tubuh manusia.

IMBAS MAGNETIK
Suatu benda magnet akan memancarkan suatu medan yang disebut medan magnetik. Medan adalah suatu medium pengaruh yang dipancarkan sumber dimana dalam medium pengaruh ini dapat dilakukan (ditransmisikan) dinamika (gerakan). Dengan tubuh bersifat magnetik maka tubuh akan dapat dipengaruhi atau mempengaruhi medan magnetik lainnya. Menurut hukum imbasan magnetik, dimana : a. Kutub magnet sejenis akan tolak-menolak, sedang-kan yang berlawanan jenis tarikmenarik. b. Karena magnet selalu dalam bentuk dipol (dwikutub) maka interaksi kutub dua buah dipol dapat menghasilkan tarikan, tolakan atau satu memutar yang lain jika tidak segaris. Gerakan putar (rotasi) terjadi , karena satu kutub menerima tarikan dan tolakan dari dwikutub (lihat Gambar 2) Dengan pengaruh imbasan ini maka beberapa fenomena berikut dapat terangkan dengan imbasan magnetik. a. Dalam latihan beladiri tenaga dalam tampak bahwa orang dapat tertolak, atau terputar oleh orang lain yang tenaganya lebih besar, tanpa terjadi kontak tubuh. Alasan ilmiah fisika yang paling mungkin untuk menerangkan gerakan tersebut adalah jika keduanya berinteraksi secara magnetik. b. Seseorang merasa pusing mual, terasa ada getaran atau dingin jika berada dibawah bangunan kubah logam (kubah masjid atau gereja) atau kubah solenoid (yang mempunyai kerangka besi ber-bentuk spiral). Kubah berfungsi sebagai sangkar Faraday, sehingga tidak tertembus medan magnet bumi, sehingga tubuh merasakan rasa aneh. Solenoid menyerap garis gaya magnetik, sehingga dibawah solenoid seseorang

Gambar 1. Ikatan atom dalam molekul air Zat lain yang mempunyai sifat magnetik tetapi tidak sekuat Fe didalam hemoglobin adalah molekul air (H20). Posisi atom hidrogen dalam molekul air tidaklah simetris dan dalam posisi ini, dua elektron dikulit luar oksigen (oksigen mempunyai 6 elektron) mempunyai spin paralel dan ini menyebabkan air bersifat sedikit magnetik

SAINS Volume 11, Nomor 2 / Juli 2011: 50 54

52

merasakan pengaruh aneh. (lihat Gambar 2). Kedua contoh diatas sering dijumpai dan ini mengindikasikan bahwa terjadi hubungan peka antara alat keseimbangan manusia dengan magnet diluar tubuh.

Jadi dapat dimengerti bahwa SUTET akan mengganggu hemoglobin darah dan secara kumulatif mempunyai dampak mengganggu kesehatan. Dari contoh-contoh diatas sebetulnya jika seseorang merasakan medan magnetik merupakan ciri bahwa seseorang tersebut mempunyai kecerdasan magnetik

MEDAN BIOMAGNETIK TUBUH MANUSIA


Sudah diketahui sejak lama bahwa aktivitas sel dan jaringan manusia menghasilkan medan biolistrik yang dapat dideteksi dipermukaan kulit sebagai potensial listrik spontan. Adanya arus listrik ini secara hukum fisika akan menimbulkan medan biomagnetik. Gerhard Baule dan Richard McFee pada 1963 dari Departement of Electrical Engineering, Syracuse University, New York mendeteksi medan biomagnetik dari hati manusia dengan menggunakan dua kumparan yang mempunyai 2 juta putaran lilitan yang dihubungkan dengan amplifier yang sangat sensitive. Pada tahun 1970, David Cohen dari MIT dengan menggunakan magnetometer SQUID dapat mengukur medan biomagnetik dari hati manusia, kemudian di 1972 dengan menambah kepekaan magnetometer itu ia berhasil mengukur medan magnetik disekitar kepala yang dihasilkan oleh kegiatan otak. Selanjutnya pengamatan empirik menunjukan bahwa penyakit pada jaringan tubuh mengubah medan biomagnetik normal. Sebaliknya medan biomagnetik yang diberikan kepada jaringan organ dapat menghindarkan organ tersebut dari penyakit. Pengamatan dari 1980 sampai 1992 yang dilakukan di Amerika Serikat dan Jepang menunjukan bahwa dari tangan seorang penyembuh tenaga dalam (prana) terpancar medan biomagnetik dengan frekuensi dari 0,3 30 hz dengan rata-rata kegiatan disekitar 7-8 hz. Seorang ahli Q-Gong dapat memancarkan medan cukup besar yang dapat deteksi melalui dua kumparan dengan 80.000 putaran lilitan. Pengamatan berkembang ke pengamatan medan akustik (suara) dan medan panas, selanjutnya melalui temuan-temuan ini men-dorong ilmu kedokteran mulai mempelajarinya. Banyak kemanfaatan dalam penyembuhan dengan medan biomagnetik ini baik yang dihasilkan oleh

Gambar 2. Medan Magnet c. Pada umumnya imbasan ini terasa dengan melalui konsentrasi khusus, memang dapat dipahami bahwa kepekaan magnetik tidak pernah diajarkan atau dilatihkan dalam kehidupan kita

Contoh : 1. Seseorang dengan mata ditutup dengan konsentrasi merasakan perbedaan rasa sebuah benda logam (besi) atau bukan logam 2. Dengan konsentrasi seseorang dapat merasa-kan adanya rasa lain jika ada dibawah SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra tinggi) (lihat gambar 3).

Gambar

3. Saluran udara tegangan ektra tinggi

53

Sifat Magnetik Tubuh Manusia (Napitupulu)

praktisi prana ataupun yang dihasilkan oleh peralatan magnetik. Sedang berkembang hipotesis bahwa gelombang biomagnetik otak tidak hanya bekerja diotak saja tetapi memancar keseluruh tubuh melalui sistem syaraf tepi, ke sistem jaringan sel sekeliling syaraf. Gelombang biomanetik otak (otak kecil) terpancar dan tertangkap oleh antene pada sistem syaraf untuk kemudian dilakukan tanggapan dari isi perintah otak tersebut. (Uraian perkembangan diatas dirangkuman oleh Jim & Nora Oscman, Natures Own Research Association in Dover, New Hampshire, USA). Dengan tambahan pengetahuan polarisasi magnetik dari hemoglobin, maka sebenarnyalah sistem peredaran darah dan syaraf manusia merupakan sistem gabungan yang saling mendukung dalam percepatan proses berfikir realisasi kekuatan kehendak, penyembuhan diri dan penyembuhan dengan tenaga prana biomagnetik. Jika darah (hemoglobin) menjadi dasar dari sifat magnetik tubuh dan ditunjang dengan molekul air didalam tubuh, maka media ini dapat menjalankan informasi yang sifatnya perubahan sifat medan magnet, dari satu tempat ketempat lain, maka pertanyaannya adalah Apakah ini akan membentuk system syaraf magnetik manusia? Secara fisiologis system syaraf manusia atau hewan bertulang belakang dapat meneruskan informasi motorik dari pancaindera ke system pusat syaraf, Central Nervous System (CNS) kemudian dipadukan, ditafsirkan, dirumuskan maknanya dan memerintahkan syaraf motorik untuk melakukan tanggapan. Sitem pembawa informasi disebut neuron motorik yang secara fisik berupa pipa membran (meninge) yang disebut axon (lihat Gambar 5) Didalam axon terdapat konsentrasi ion negatif dan diluar terdapat ion positif, disini ion Na+ dan K+ mengambil peranan dalam membentuk potensial dasar elektrokimia dan merespon informasi yang masuk sebagai perubahan potensial (potensial aksi/picuan). Adanya potensial aksi akan membuka saluran Na+ untuk menyalurkan Na+ ke dalam axon, secara bersamaan terjadi penyaluran ion K+ keluar mengimbangi aliran Na+. Proses terbuka Na+ kedalam dan penambahan K+ keluar akan menjalarkan gerakan ini ke segmen axon didekatnya kearah kemana informasi harus berjalan.

Proses ini seperti penjalaran gelombang elastik dimana terjadi proses penerusan dorongan atau tarikan. Demikianlah penjalaran informasi merupakan penjalaran pembukaan potensial elektrokimia dalam pipa membran yang merupakan penjalaran (gelombang) kepadatan ion. Dalam pengertian teori gelombang ini dapat diikatakan sebagai gelombang ionik. Merujuk proses tersebut maka untaian magnet elementer yang berupa molekul hemoglobin dapat berfungsi seperti ion dalam pipa membran tadi. Jika pada satu posisi molekul hemoglobin merasakan informasi magnetik (ada tambahan atau pengurangan medan) maka akan secara berantai menjalar kepusat syaraf (CNS) magnetik dan setelah itu akan mengirim tanggapannya ke organ lain untuk melakukan gerakan tanggapan (motorik). CNS magnetik juga terletak di otak, karena kedalam otak juga mengalir darah. Didalam otak informasi jenis manapun dapat dipadukan dan ditafsirkan.

Gambar 4. Diagram Axon dan Perambatan Aksi Potensial Di sistem syaraf biasa (sistem yang membran ionik) bisa juga menjalarkan informasi magnetik, karena perubahan medan magnetik akan memberikan gangguan pada gerakan ion. Diduga pengaliran kedalam Na+ dan pengaliran keluar K+ sepertinya menghasilkan medan magnetik melingkar didalam kulit (membran) pipa dan ini bersebab akibat dengan penjalaran kepadatan ion didalam pipa. Medan magnet akibat pengerakan polarisasi magnetik akan menghasilkan arus yang mendorong konduksi ion, terjadilah percepatan arus informasi.

SAINS Volume 11, Nomor 2 / Juli 2011: 50 54

54

Dalam sistem penyaluran informasi magnetik, hemoglobin dalam pembuluh darah melakukan proses dukungan (back-up) pada pembuluh syaraf.

TENAGA MAGNETIK
Apakah medan magnet dari tubuh manusia juga dapat membawa tenaga atau energi yang dihasilkan tubuh? Tenaga didalam tubuh manusia berasal dari glukosa dan lemak. Otak mendapat energi dari glukosa dan oksigen yang dibawa dari darah. Didalam sel tubuh terdapat organ yang berfungsi mengubah glukosa dan lemak menjadi energi yang disebut mitokondria (mitocondria). Didalam mitokondria terjadi proses dimana glukosa dan lemak berubah menjadi senyawa mengandung energi yang siap dialirkan kedalam otot-otot, syaraf dan pembuluh darah. Senyawa ini disebut Adenosine Triposphate (ATP). ATP terbentuk kemudian langsung berubah menghasilkan energi secara bertahap melalui Adenosine Biphosphate dan Adenosine Monophasphate menghasilkan asam fosfat, air dan energi, dimana asam fosfat mendaur membentuk ATP kembali dengan glukosa dan lemak yang akan diproses. Energi yang dihasilkan masuk ke hemoglobin dan membuat medan magnetiknya berintensitas tinggi mengandung energi untuk dipancarkan. Menurut ilmu fisika, energi yang dipancarkan melalui medan magnet sebanding dengan kuadrat kuat medannya. Adanya tenaga magnetik akan memperkuat proses kerja medan magnetik yang terpancar ketika berinteraksi dengan medan magnet lain. Kalau dalam proses tersebut seseorang (yang mempunyai) medan lain sangat peka di syaraf kesetimbangannya, maka ia mempunyai kelembaman kecil, sehingga akan merasakan dorongan atau tarikan yang kuat menjadi terpelanting misalnya.

pendekatan ilmiah selalu perlu dilakukan agar berbagai hal yang masih belum jelas atau misteri segera dapat dijelaskan atau dibuktikan secara ilmiah. 2. Beberapa pengaruh sifat medan magnetik tubuh manusia diantaranya : a. Dapat menyehatkan darah dan organ internal tubuh b. Dapat menerima dan mengindera informasi dan fenoma biomagnetik c. Dapat mengebangkan intuisi d. Dapat terapi kesehatan orang lain e. Dapat melakukan komunikasi telepati f. Dapat mempengaruhi perhatian orang lain 3. Magnetik tubuh manusia merupakan suatu kemampuan yang dapat diarahkan untuk mendeteksi awalan (precursor) terjadinya bencana alam, khususnya yang dapat memancarkan medan elektrostatik, medan magnetik sesaat, dan medan elektromagnetik seperti : a. erupsi gunung api b. gempa bumi magnitudo besar c. tanah longsor d. jebolnya tanggul atau bendungan 4. Selanjutnya jika ada yang akan melakukan studi atau kajian, beberapa hal berikut dapat dilakukan, yaitu : Bidang biofisika medis : a. Mempelajari lebih lanjut sistem syaraf medan magnetik b. Pengukuran-pengukuran medan biomagnetik dalam latihan olahraga pernafasan. c. Melakukan pengukuran pada seseorang yang sedang memfungsikan medan magnetiknya

DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A.L.G. Mitchell, J.B. Reece. 1999, Biology Concept and Connection, Addison Wesley Longman Inc , San Fransisco Hendrajaya L, 2003, Penjelasan fisika tentang magnetisasi tubuh manusia dalam latihan pernafasan dan memanfaatannya (dicetak

PENUTUP
Mengakhiri tulisan ini disimpulkan antara lain : beberapa hal dapat

khusus dan disebarluaskan)

1. Bahwa medan magnetik tubuh manusia perlu mendapat pengkajian sungguh-sungguh dan

Sheeler, Philips, Donald E, Bianchi. 1987, Cell and Molecular Biology, 3rd ed, John & Wiley & Son, Inc.

Anda mungkin juga menyukai