Anda di halaman 1dari 29

MASALAH-MASALAH SOSIAL DAN MASALAH-MASALAH SOSIAL BUDAYA

Di era global ini, masalah sosial semakin bertambah dan menjadi suatu problema serius. Masalah sosial antara lain adalah pengangguran, kriminalitas, dll.

Untuk mengatasinya, yang paling diperlukan adalah kesadaran dari diri kita sendiri. Jika tiap orang memiliki kesadaran sosial, maka masalah sosial dapat dikurangi hingga seminim mungkin. Tentunya hal itu belum cukup, kita harus menghimbau orang lain agar peduli pada masalah sosial yang sudah terjadi dimana-mana. Tidak cukup hanya dengan himbauan berupa teori, namun juga praktek, misalnya saja dengan memberikan penyuluhan narkoba di sekolahsekolah sebagai wujud kepedulian terhadap masalah sosial yang berkaitan dengan narkotika. Walaupun pada awalnya hanya sedikit orang yang peduli, namun jika dilakukan terusmenerus, perlahan tapi pasti, akan menghasilkan sesuatu yang positif. Hal-hal itu harus dimulai dari diri kita sendiri dan dari lingkungan sekitar kita, contohnya menanam pohon untuk masalah global warming. Orang-orang akan bertanya dan kita harus menjelaskan tentang masalah itu sehingga mereka juga akan tertarik untuk mengatasi masalah tersebut.

Jadi, semua harus bekerja sama dalam mengatasi masalah sosial yang sudah menjadi sorotan dunia internasional ini. Dengan bersama, masalah akan lebih cepat selesai. Apalagi dengan disertai prakek-praktek yang nyata, akan semakin banyak orang sadar akan kehidupan sosial ini. Ditinjau dari paradigma ilmu-ilmu sosial sosiologi misalnya pengertian masalah sosial hingga saat ini masih lazim digunakan untuk menunjuk suatu masalah yang tumbuh dan/atau berkembang dalam kehidupan komunitas, di mana masalah itu dianggap kurang atau bahkan tidak sesuai dengan nilai -nilai dan/atau norma-norma sosial dalam komunitas tersebut. Tumbuh dan/atau berkembangnya suatu masalah sosial sangat tergantung pada dinamika proses perkembangan komunitas itu sendiri. Ketika suatu komunitas mengalami proses perkembangan baik karena adanya faktor-faktor dari luar komunitas, karena adanya faktor -faktor dari dalam komunitas itu sendiri, maupun adanya proses deferensiasi struktural dan kultural biasanya komunitas tersebut akan selalu mengalami goncangan, apalagi jika
1

faktor -faktor perubahan itu datangnya sangat cepat. Dalam situasi seperti ini, tidak semua anggota komunitas siap dalam menerima perubahan itu. Misalnya, ada anggota komunitas yang sangat siap, cukup siap dan bahkan sama sekali tidak siap dalam menerima perubahan itu. Adanya perbedaan dalam kesiapan menerima perubahan itulah, yang biasanya menjadi factor pemicu tumbuh dan/atau berkembangnya suatu masalah-masalah sosial. Blumer dan Thompson mengatakan bahwa yang dimaksud dengan masalah sosial adalah suatu kondisi yang dirumuskan atau dinyatakan oleh suatu entitas yang berpengaruh yang mengancam nilai-nilai suatu masyarakat sehingga berdampak kepada sebagian besar anggota masyarakat dan kondisi itu diharapkan dapat diatasi melalui kegiatan bersama. Entitas tersebut dapat merupakan pembicaraan umum atau menjadi topik ulasan di media massa, seperti televisi, internet, radio dan surat kabar. Jadi yang memutuskan bahwa sesuatu itu merupakan masalah sosial atau bukan adalah masyarakat yang kemudian disosialisasikan melalui suatu entitas. Dan tingkat keparahan masalah sosial yang terjadi dapat diukur dengan membandingkan antara sesuatu yang ideal dengan realitas yang terjadi. Contohnya adalah masalah kemiskinan yang dapat didefinisikan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku di masyarakat yang bersangkutan .

PENYEBAB MASALAH SOSIAL


Dan untuk memudahkan mengamati masalah-masalah sosial, masalah sosial dibagi menjadi 3 macam yaitu : (1) Konflik dan kesenjangan, seperti : kemiskinan, kesenjangan, konflik antar kelompok, pelecehan seksual dan masalah lingkungan. (2) Perilaku menyimpang, seperti : kecanduan obat terlarang, gangguan mental, kejahatan, kenakalan remaja dan kekerasan pergaulan. (3) Perkembangan manusia, seperti : masalah keluarga, usia lanjut, kependudukan (seperti urbanisasi) dan kesehatan seksual.
2

Masalah social dapat bertalian dengan masalah alami ataupun masalah pribadi, maka secara menyeluruh ada beberapa sumber penyebab timbulnya masalah social, yaitu antara lain: 1. Faktor alam (ekologis-geografis), ini menyangkut gejala menipisnya sumber daya alam. Penyebabnya dapat berupatindakan eksploitasi berlebihan atasnya oleh manusia dengan teknologinya yang makin maju, sehingga kurang diperhatikan perlunya pelestarian lingkungan. Dapat pula karena semakin banyaknya jumlah penduduk yang secara otomatis cepat menipiskan persediaan sumber daya meskipun sudah dilakukan penghematan. 2. Faktor biologis (dalam arti kependudukan), ini menyangkut bertambahnya jumlah penduduk dengan pesat yang dirasakan secara nasional, regional maupun local. Pemindahan manusia (mobilitas fisik) yang dapat dihubungkan pula dengan implikasi medis dan kesehatan masyarakat umum serta kualitas masalah pemukiman baik dipedesaan maupun diperkotaan 3. Faktor budayawi, ini menimbulkan berbagai keguncangan mental dan berlalian dengan beraneka penyakit kejiwaan. Pendorongnya adalah perkembangan teknologi

(komunikasi dan transportasi) dan implikasinya dalam kehidupan ekonomi hokum, pendidikan, keagamaan, serta pemakaian waktu senggang. 4. Faktor sosial, dalam arti berbagai kebijaksanaan ekonomi dan politik yang dikendalikan untuk masyarakat. Salah satu penyebab utama timbulnya masalah sosial adalah pemenuhan akan kebutuhan hidup. Artinya jika seorang anggota masyarakat gagal memenuhi kebutuhan hidupnya maka ia akan cenderung melakukan tindak kejahatan dan kekerasan. Dan jika hal ini berlangsung lebih masif maka akan menyebabkan dampak yang sangat merusak seperti kerusuhan sosial. Hal ini juga didukung oleh pendapat bahwa masalah sosial sebagai sesuatu yang bukan kebetulan tetapi berakar pada satu atau lebih kebutuhan masyarakat yang terabaikan. Dengan menggunakan asumsi yang lebih universal maka tangga kebutuhan dapat digunakan yaitu pada dasarnya manusia membutuhkan kebutuhan fisiologis, sosiologis, afeksi serta aktualisasi diri, meskipun masyarakat berbeda antara satu dengan yang lain terkait dengan cara memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena seorang individu pada dasarnya merupakan hasil bangunan budaya dimana individu itu tumbuh. Sebab lain adalah karena patologi sosial, yang didefinisikan sebagai kegagalan individu menyesuaikan diri terhadap kehidupan sosial dan ketidakmampuan struktur dan institusi
3

sosial melakukan sesuatu bagi perkembangan kepribadian. Hal ini mencakup : cacat (defect), ketergantungan (dependent) dan kenakalan (delinquent). Para penganut perspektif patologi sosial pada awalnya juga beranggapan bahwa masalah sosial dapat dilakukan dengan cara penyembuhan secara parsial berdasarkan diagnosis atau masalah yang dirasakan. Tetapi akhirnya disadari bahwa penyembuhan parsial tidak mungkin dilakukan karena masyarakat merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan permasalahan bersifat menyeluruh. Jika ruang lingkup masalah patologi sosial lebih mikro dan individual, maka dari perspektif disorganisasi sosial menganggap penyebab masalah sosial terjadi akibat adanya perubahan yang cukup besar di dalam masyarakat seperti migrasi, urbanisasi, industrialisasi dan masalah ekologi. Dengan memperhatikan perbedaan lokasi suatu daerah, ditemukan bahwa angka disorganisasi sosial dan timbulnya masalah sosial yang tinggi ada pada wilayah yang dikategorikan kumuh akibat arus migrasi yang tinggi, dan hal ini diperkuat dengan pendapat bahwa tingkat masalah sosial lebih tinggi di pusat kota secara intensitas dan frekuensi dibandingkan daerah pinggiran. Disamping itu industrialisasi-pun (selain memberikan dampak yang positif) juga memberikan dampat yang negatif pada suatu masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Mogey (1956) menjelaskan bahwan pertumbuhan industri kendaraan bermotor di kota Oxford menjadikan biaya hidup di kota tersebut menjadi tinggi yang pada akhirnya akan mendorong buruh menuntut peningkatan upah kerja. Perlu ditambahkan juga disini, bahwa masalah sosial tidak hanya karena kesalahan struktur yang ada di dalam masyarakat atau kegagalan sistem sosial yang berlaku namun juga dari tindakan sosial yang menyimpang atau yang dikenal sebagai perilaku menyimpang yaitu menyimpang dari status sosialnya. Misalkan seseorang yang sudah tua bertingkah laku seperti anak-anak atau orang miskin bertingkah laku seperti orang kaya dan lainnya. Dengan demikian, seseorang itu disebut berperilaku menyimpang karena dia dianggap gagal dalam menjalankan kehidupannya sesuai harapan masyarakat. Namun demikian, dibedakan lagi jenis perilaku menyimpang ini, apakah

secara statistik, yaitu berlainan dengan kebanyakan perilaku masyarakat secara umum ataukah secara medik, yang lebih menekankan kepada faktor nuture atau genetis. Ketidakmampuan seseorang dalam melakukan transmisi budaya juga dapat menyebabkan permasalahan sosial. Melalui asosiasi diferensial, mereka meneruskan seperangkat norma yang dibutuhkan melawan norma-norma yang sah pada saat mempertahankan status dalam gangnya.

MASALAH SOSIAL-BUDAYA
Dalam setiap usaha manusia dalam memnuhi kebutuhan hidupnya senantiasa tidak terlepas dari benturan-benturan antara nilai, norma-norma social dengan keterbatasan kemampuan dan sumber-sumber kebutuhan yang diperebutkan. Jika nilai-nilai atau unsur-unsur kebudayaan pada suatu waktu mengalami perubahan, dimana anggota masyarakat merasa terganggu atau tidak lagi dapat memenuhi kebutuhannya melalui kebudayaanya tadi, maka timbul gejalagejala social yang meresahkan masyarakat yang disebut dengan masalah social. Masalahmasalah social itu mungkin berupa kebutuhan-kebutuhan social atau mungkin juga kebutuhan-kebutuhan yang bersifat biologis. Masalah kebutuhan social dapat disebabkan oleh tidak seimbangan pergaulan dalam masyarakat, sedangkan kebutuhan biologis disebabkan kebutuhan-kebutuhan biologis tersebut sulit atau tidak bias lagi dipenuhi, seperti kebutuhan makan, minum dan sebagainya. Jenis masalah social yang bervariasi, tergantung aspek-aspek kehidupan mana yang menyebabkan anggota masyarakat menjadi resah. Ada yang menganggap bahwa masalah social itu berupa keresahan masyarakat yang disebabkan oleh gejala-gejala kejahatan, ada pula yang mengatakan masalah social identik dengan kemiskinan, perceraian dan bentukbentuk pelanggaran hokum lainnya. Dalam kebudayaan di indonesia banyak sekali terjadi permasalahan sosial yang hingga kini masih di perdebatkan.Contohnya suku padang yang memberikan hak waris kepada istri yang jelas melanggar aturan islam. Banyak sekali contoh yang terjadi di setiap kebudayaan suku di indonesia yang menjadi masalah sosial.

Masalah sosial budaya Indonesia 1. Kondisi Sosial Budaya Indonesia saat ini. Akhir-akhir ini kita melihat bahwa kesadaran kemanusiaan mengalami penurunan. Konformisme pada perilaku kolektif mendominasi kehidupan sehari-hari. Kekasaran, kekerasan, kebrutalan, dan sadisme terus terjadi. Seolah-olah bangsa ini sedang melakukan berbagai eksperimen dalam berperilaku. Perubahan yang demikian drastis sejak terjadinya krisis ekonomi1997, yang berkembang menjadi krisis multidemensi termasuk di dalamnya sosial budaya, membuat suatu pilihan tentang apa yang telah dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Pilihan dimaksud adalah reformasi, transformasi atau deformasi. Sepertinya ke tiga pilihan sudah diambil oleh masyarakat kita, coba perhatikan :

a. Reformasi. Pada hakekatnya reformasi adalah pilihan utama rakyat Indonesia, hal ini terjadi karena terfokusnya elit politik pada era orde baru, sehingga masyarakat dengan dipelopori oleh kalangan kampus (mahasiswa) merubah tatanan yang tidak semestinya dilakukan, dengan memformulasikan aturan-aturan baru, dengan memegang pada nilai-nilai lama yang diharapkan dapat mengentaskan Indonesia dari keterpurukannya. b. Transformasi. Kadang-kadang apa yang dilakukan oleh masyarakat karena harapannya ingin cepat mencapai hasil, maka tanpa disadari apa yang terjadi adalah merupakan transformasi. c. Deformasi. Yang lebih parah lagi adalah apa yang kenyataannya terjadi pada lapisan masyarakat pada awal reformasi, tindakan kekerasan baik berupa perkosaan terhadap etnis cina, penjarahan mal-mal disertai dengan pembakaran, kerusuhan massa yang terjadi di Jakarta, Solo, Semarang, sampai dengan mengarahnya pada kondisi disintegrasi di Aceh, Papua, Maluku/Ambon, karena munculnya gerakan separatisme bersenjata. Yang kalau kita lihat kenyataan di atas merupakan deformasi.

Dilihat dari 7 unsur universal kebudayaan, maka kondisi sosial budaya Indonesia saat ini adalah sebagai berikut :

1. Bahasa, Sampai saat Indonesia masih konsisten dalam bahasa yaitu bahasa

Indonesia.Sedangkan bahasa-bahasa daerah merupakan kekayaan plural yang dimiliki bangsa Indonesia sejak jaman nenek moyang kita. Bahasa asing (Inggris) belum terlihat popular dalam penggunaan sehari-hari, paling pada saat seminar, atau kegiatan ceramah formal diselingi denga bahasa Inggris sekedar untuk menyampaikan kepada audien kalau penceramah mengerti akan bahasa Inggris.

2. Sistem teknologi, Perkembangan yang sangat menyolok adalah teknologi informatika.Dengan perkembangan teknologi ini tidak ada lagi batas waktu dan negara pada saat ini, apapun kejadiannya di satu negara dapat langsung dilihat di negara lain melalui televisi, internet atau sarana lain dalam bidang informatika.

3. Sistem mata pencarian hidup/ekonomi. Kondisi pereko-nomian Indonesia saat ini masih dalam situasi krisis, yang diakibatkan oleh tidak kuatnya fundamental ekonomi pada era orde baru. Kemajuan perekonomian pada waktu itu hanya merupakan fatamorgana, karena adanya utang jangka pendek dari investor asing yang menopang perekonomian Indonesia. 4. Organisasi Sosial. Bermunculannya organisasi sosial yang berkedok pada agama (FPI, JI, MMI, Organisasi Aliran Islam/Mahdi), Etnis (FBR, Laskar Melayu) dan Ras.

5. Sistem Pengetahuan. Dengan adanya LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) diharapkan

perkembangan pengetahuan Indonesia akan terus berkembang sejalan dengan era globalisasi.

6. Religi. Munculnya aliran-aliran lain dari satu agama yang menurut pandangan umum bertentangan dengan agama aslinya. Misalnya : aliran Ahmadiyah, aliran yang berkembang 7. Kesenian. Dominasi kesenian saat ini adalah seni suara dan seni akting (film, sinetron). Seni tari yang dulu hampir setiap hari dapat kita saksikan sekarang sudah mulai pudar, apalagi seni yang berbau kedaerahan. Kejayaan kembali wayang kulit pada tahun 1995 1996 yang dapat kita nikmati setiap malam minggu, sekarang sudah tidak ada lagi. Seni lawak model Srimulat sudah tergeser dengan model Extravagansa. Untuk kesenian nampaknya paling dinamis perkembangannya. di Sulawesi Tengah (Mahdi), NTB dan lain-lain.

2. Pengaruh Globalisasi pada aspek Sosial Budaya. Globalisasi yang secara umum digambarkan dapat menembus dan melintas tanpa batas negara dan bangsa, lintas budaya, antar budaya dan terpaan budaya. Adapun bentuk globalisasi dapat dikategorikan menjadi beberapa jenis : a. Globalisasi keuangan dan pemilikan modal melalui deregulasi pasar modal, mobilitas modal internasional, dan merger serta akuisisi. b. Globalisasi pasar dan strategi ekonomi melalui integrasi kegiatan usaha skala internasional, aliansi strategis, dan pembangunan usaha terpadu di negara lain. c. Globalisasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Penelitian dan Pengembangan. d. Globalisasi sikap hidup dan pola konsumsi atau globalisasi budaya. e. Globalisasi aturan-aturan pemerintah. f. Globalisasi Politik Internasional.

Dalam globalisasi sosial budaya akan berpengaruh baik positif maupun negatif. a. Pengaruh Positif : 1. Peningkatan dalam bidang sistem teknologi, Ilmu Pengetahuan, dan ekonomi. 2. Terjadinya pergeseran struktur kekuasaan dari otokrasi menjadi oligarki. 3. Mempercepat terwujudnya pemerintahan yang demokratis dan masyarakat madani dalam skala global.
8

4. Tidak mengurangi ruang gerak pemerintah dalam kebijakan ekonomi guna mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang. 5. Tidak berseberangan dengan desentralisasi. 6. Bukan penyebab krisis ekonomi.

b. Pengaruh Negatif : 1. Menimbulkan perubahan dalam gaya hidup, yang mengarah kepada masyarakat yang konsumtif komersial. Masyarakat akan minder apabila tidak menggunakan pakaian yang bermerk (merk terkenal). 2. Terjadinya kesenjangan budaya. Dengan munculnya dua kecenderungan yang kontradiktif. Kelompok yang mempertahankan tradisi dan sejarah sebagai sesuatu yang sakral dan penting (romantisme tradisi). Dan kelompok ke dua, yang melihat tradisi sebagai produk masa lalu yang hanya layak disimpan dalam etalase sejarah untuk dikenang (dekonstruksi tradisi/disconecting of culture). 3. Sebagai sarana kompetisi yang menghancurkan. Proses globalisasi tidak hanya memperlemah posisi negara melainka juga akan mengakibatkan kompetisi yang saling menghancurkan. 4. Sebagai pembunuh pekerjaan. Sebagai akibat kemajuan teknologi dan pengurangan biaya per unit produksi, maka output mengalami peningkatan drastis sedangkan jumlah pekerjaan berkurang secara tajam. 5. Sebagai imperialisme budaya. Proses globalisasi membawa serta budaya barat, serta kecenderungan melecehkan nilai-nilai budaya tradisional. 6. Globalisasi merupakan kompor bagi munculnya gerakan-gerakan neo-nasionalis dan fundamentalis. Proses globalisasi yang ganas telah melahirkan sedikit pemenang dan banyak pecundang, baik pada level individu, perusahaan maupun negara. Negaranegara yang harga dirinya diinjak-injak oleh negara-negara adi kuasa maka proses globalisasi yang merugikan ini merupakan atmosfer yang subur bagi tumbuhnya gerakan-gerakan populisme, nasionalisme dan fundamentalisme.

3. Dampak perbedaan kultural terhadap kondisi Indonesia. a. Antar Etnis : Etnis Cina yang menjadi sokoguru perekonomian Indonesia di bidang swasta, akan selalu menjadi sasaran tembak manakala muncul suatu isue. Lihat saja kasus di Pekalongan adanya isue tukang becak yang dipukul orang cina, tidak antara lama
9

pertokoan-pertokoan cina dirusak, dan banyak lagi contoh kasus yang sejenis yang terjadi di Indonesia. Namun anehnya tradisi cina yang mulai diperbolehkan sejak era reformasi ini, tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan masyarakat. Dahulu pertunjukan Liong, dan Barongsai dilarang, sekarang bahkan sudah menjadi acara pokok dalam even-even khusus, misalnya acara tahun baru baik nasional maupun Gong Xi Facai, hiasan lampion yang dipajang di mal-mal. Pada saat terjadinya separatisme di wilayah NAD, dengan munculnya GAM, di sana yang dianggap musuh oleh GAM adalah orang jawa. Di Aceh sudah tertanam nilai kalau pada jaman penjajahan dulu, Aceh tidak pernah dijajah oleh Belanda atau negara manapun. Kemudian pada waktu merdeka dan berlanjut pada era orde baru, muncul kesan Aceh mulai dijajah. Hasil pendapatan dari NAD hampir semua lari ke pusat, sampai ada pameo kalau di Jakarta banyak jembatan bawahnya bukan sungai, tapi di Aceh banyak sungai tidak ada jembatan. b. Antar Umat Beragama. Masih banyak terjadinya diskriminasi-diskriminasi yang berlindung pada agama, pemeluk agama minoritas yang selalu dirugikan. Contoh : terjadinya perusakan gereja di berbagai tempat, yang selalu menjadi penyebab dengan isue bahwa gereja tersebut tidak ada IMBnya, atau masyarakat sekitar gereja yang memberika ijin pada waktu pendirian sudah pindah, dan pendatang baru merasa tidak nyaman dekat dengan gereja. Padahal kalau dilakukan penelitian mungkin hanya sedikit saja masjid yang mempunyai IMB. Baru-baru ini (Jumat, 23 Maret 2007) di Tasikmalaya muncul isue pelarangan beribadah oleh Direktur PT DBM (Dahana Berlian Motor) Khairul Halim terhadap karyawannya, yang berdampak lumpuhnya perekonomian di Tasikmalaya pada hari itu. Munculnya kasus pelarangan aliran Ahmadiyah untuk melakukan kegiatan ibadah di Bogor, yang berdampak perusakan komplek Ahmadiyah tersebut. Aliran Mahdi di Sulawesi Tengah, juga merupakan fenomena sosial budaya yang berujung pada konflik sosial. Konflik horizontal di Ambon, yang dipicu oleh tidak mau bayarnya seseorang pada saat naik angkutan kota. Telah meluluhlantakkan kota Ambon menjadi konflik antar umat beragama (Islam dengan Kristen).

10

Kasus Poso sampai sekarang belum juga reda, karena adanya campur tangan dari kelompok fanatis dari Jawa yang ikut memperkeruh suasana dengan melakukan teror b. Antar Ras. Terjadinya anggapan perbedaan ras oleh warga Timor Timur dengan Indonesia yang mengakibatkan keinginan mereka untuk berpisah kembali dengan Indoensia. Pada kenyataannya setelah berpisah konflik sosial disana terus berlanjut. Keinginan yang hampir sama dilakukan oleh warga Papua, dimana mereka mengaku dari Ras Milenisia, yang juga berbeda dengan Ras Indonesia pada umumnya. Munculnya superioritas ras Melayu di Riau, juga berdampak akan terjadinya konflik sosial apabila tidak dikelola dengan baik mulai saat ini. Dari penjelasan-penjelasan di atas bahwa terjadinya perbedaan kultur di Indonesia kalau tidak disatukan dalam wadah nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pancasila, tidak mustahil tinggal menunggu waktu terjadinya disintegrasi yang dapat membubarkan NKRI.

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi : i. Eksternal : 1. Peluang : a. Adanya dampak positif dari globalisasi pada bidang teknologi, ilmu pengetahuan dan ekonomi. b. Masih berlanjutnya proses reformasi yang mengarah pada pengembangan budaya yang berlandaskan pada nilai-nilai luhur (tercantum dalam Prioritas Agenda I pencapaian Visi dan Misi Pembangunan Indonesia). c. Keberhasilan agenda reformasi di bidang politik yaitu terciptanya politik yang demokratis, dan dipilihnya Presiden, Gubenrnur dan Wali kota/Bupati secara langsung oleh rakyat. d. Masih diakuinya nilai pemersatu dalam pluralisme Indonesia yaitu Bhineka Tunggal Ika. e. Terjadinya pergeseran budaya organisasi yang desentralistik. f. Masih konsisten dan komitmennya bangsa Indonesia terhadap bahasa pemersatu yaitu Bahasa Indonesia.

11

2. Kendala : a. Terjadinya kontradiktif akibat perbedaan kelompok yang pro status quo dalam tradisi dan sejarah dengan kelompok dekonstruktif tradisi. b. Bergesernya sifat masyarakat dari gotong royong mengarah pada individualistis. c. Terjadinya dampak sosial yang mengarah kepada konflik baik horizontal, vertikal maupun laten, akibat dari perbedaan etnis, agama dan ras. d. Munculnya fenomena-fenomena baru dampak dari globalisasi budaya. Misalnya budaya barat free sex, yang telah merambah pada ABG (Anak Baru Gede) kota-kota besar diIndonesia. e. Penyalahgunaan narkoba yang telah menjadi budaya, dengan munculnya budaya tripping di diskotik-diskotik. f. Kondisi geografis yang menyulitkan dalam mengantisipasi gejolak masyarakat yang jauh dari jangkauan.

ii. Internal : 1. Kekuatan : a. Pola rekruitmen yang telah diarahkan pada the local boy on the local job, perlu mendapat apresiasi karena dengan konsep tersebut diharapkan masyarakat yang menjadi polisi dan ditugaskan di tempat asalnya akan mempermudah dalam pemantauan perkembangan sosial budaya setempat. b. Adanya sistem dan methode yang variatif yang dimiliki Polri dalam memecahkan setiap permasalahan masyarakat . c. Telah tergelarnya Community Policing (Perpolisian Masyarakat) di jajaran kewilayahan Polri, yang dapat memberdayakan masyarakat dalam melakukan pemecahan masalah pada intern mereka. d. Kualitas pimpinan pada setiap level organisasi yang cukup memadai untuk mengatasi gejala sosial yang muncul dalam masyarakat.

2. Kelemahan : a. Secara umum kuantitas pers Polri yang tidak seimbang dengan populasi penduduk yang tersebar pada jajaran kewilayahan Polri. b. Sarana dan prasarana yang kurang mendukung dalam pelaksanaan tugas, akibat minimnya logistik yang dimiliki oleh suatu kesatuan.
12

c. Teknologi kepolisian yang belum bisa menjangkau seluruh wilayah Indonesia. d. Terlupakannya penerapan protap-protap (prosedur tetap) dalam menghadapi perkembangan masyarakat yang mengarah pada kajadian konflik sosial.

PERILAKU MENYIMPANG
Tindakan manusia tidak selamanya sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakatnya. Adakalanya terjadi penyimpangan terhadap nilai dan norma yang ada. Tindakan manusia yang menyimpang dari nilai dan norma atau peraturan disebut dengan perilaku menyimpang. Apakah perilaku menyimpang itu? Pernahkah kamu melakukan tindakantindakan yang termasuk dalam kategori perilaku menyimpang? Ada banyak perilaku menyimpang yang terjadi di masyarakat. Dari yang sederhana atau kecil sampai yang kompleks yang akibatnya sangat meresahkan masyarakat. 1. Pengertian Perilaku Menyimpang Pagi itu di sebuah perempatan, lampu lalu lintas sedang menyala merah. Karena kesiangan dan takut terlambat sampai di sekolah, Damar justru menambah laju kecepatan sepeda motornya dan menerobos lampu merah. Tindakan Damar itu diketahui polisi dan akhirnya dia ditilang. Berdasarkan cerita di atas, bagaimana pendapatmu terhadap tindakan yang dilakukan Damar? Tindakan Damar merupakan salah satu contoh sederhana adanya penyimpangan terhadap aturan-aturan yang ada di masyarakat. Masih banyak lagi jenisjenis penyimpangan yang terjadi di masyarakat. Dalam kenyataan sehari-hari, tidak semua orang bertindak berdasarkan norma-norma dan nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Tindakan yang tidak sesuai dengan norma dan nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat dinamakan perilaku menyimpang. Penyimpangan terjadi apabila seseorang atau sekelompok orang tidak mematuhi norma atau patokan dan nilai yang sudah baku di masyarakat. Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi ( deviation ), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan ini disebut dengan devian ( deviant ).

13

Berikut ini pengertian perilaku menyimpang menurut pandangan beberapa ahli. a. James Vander Zenden Menyebutkan bahwa penyimpangan adalah perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi. b. Robert M.Z. Lawang Mengungkapkan penyimpangan adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang itu. c. Bruce J. Cohen Mengatakan bahwa perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat. d. Paul B. Horton Mengutarakan bahwa penyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat. e. Lewis Coser Mengemukakan bahwa perilaku menyimpang merupakan salah satu cara untuk menyesuaikan kebudayaan dengan perubahan sosial. 2. Proses Pembentukan Perilaku Menyimpang a. Faktor Biologis Cesare Lombrosso, seorang kriminolog dari Italia, dalam bukunya Crime, Its Causes and Remedies (1918) memberikan gambaran tentang perilaku menyimpang yang dikaitkan dengan bentuk tubuh seseorang. Dengan tegas, Lombrosso mengatakan bahwa ditinjau dari segi biologis penjahat itu keadaan fisiknya kurang maju apabila dibandingkan dengan keadaan fisik orang-orang biasa. Lombrosso berpendapat bahwa orang yang jahat dicirikan
14

dengan ukuran rahang dan tulang-tulang pipi panjang, kelainan pada mata yang khas, tangan beserta jari-jarinya dan jari-jari kaki relatif besar, serta susunan gigi yang abnormal. Sementara itu William Sheldon, seorang kriminolog Inggris dalam bukunya Varieties of Delinquent Youth (1949) membedakan bentuk tubuh manusia yang mempunyai kecenderungan melakukan penyimpangan ke dalam tiga bentuk, yaitu endomorph, mesomorph, dan ectomorph yang masing-masing memiliki ciri-ciri tertentu. 1) Endomorph (Bulat dan Serba Lembek) Orang dengan bentuk tubuh ini menurut kesimpulannya dapat terpengaruh untuk melakukan perilaku menyimpang, karena sangat mudah tersinggung dan cenderung suka menyendiri. 2) Mesomorph (Atletis, Berotot Kuat, dan Kekar) Orang dengan bentuk tubuh seperti ini sering menunjukkan sifat kasar dan bertekad untuk menuruti hawa nafsu atau keinginannya. Bentuk demikian ini biasanya identik dengan orang jahat yang paling sering melakukan perilaku menyimpang. 3) Ectomorph (Kurus Sekali dan Memperlihatkan Kelemahan Daya) Orang yang seperti ini selalu menunjukkan kepasrahan, akan tetapi apabila mendapat penghinaan-penghinaan yang luar biasa tekanan jiwanya dapat meledak, dan barulah akan terjadi perilaku menyimpang darinya. b. Faktor Psikologis Banyak ahli sosiologi yang cenderung untuk menerima sebab-sebab psikologis sebagai penyebab pembentukan perilaku menyimpang. Misalnya hubungan antara orang tua dan anak yang tidak harmonis. Banyak orang meyakini bahwa hubungan antara orang tua dan anak merupakan salah satu ciri yang membedakan orang 'baik' dan orang 'tidak baik'. Sikap orang tua yang terlalu keras maupun terlalu lemah seringkali menjadi penyebab deviasi pada anakanak.

15

c. Faktor Sosiologis Dari sudut pandang sosiologi, telah banyak teori yang dikembangkan untuk menerangkan faktor penyebab perilaku menyimpang. Misalnya, ada yang menyebutkan kawasan kumuh ( slum ) di kota besar sebagai tempat persemaian deviasi dan ada juga yang mengatakan bahwa sosialisasi yang buruk membuat orang berperilaku menyimpang. Selanjutnya ditemukan hubungan antara 'ekologi' kota dengan kejahatan, mabuk-mabukan, kenakalan remaja, dan bunuh diri. Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan diuraikan beberapa sebab atau proses terjadinya perilaku menyimpang ditinjau dari faktor sosiologis. 1) Penyimpangan sebagai Hasil Sosialisasi yang Tidak Sempurna Menurut teori sosialisasi, perilaku manusia, baik yang menyimpang maupun yang tidak dikendalikan oleh norma dan nilai yang dihayati. Apabila sosialisasi tidak sempurna akan menghasilkan perilaku yang menyimpang. Sosialisasi yang tidak sempurna timbul karena nilai-nilai atau norma-norma yang dipelajari kurang dapat dipahami dalam proses sosialisasi, sehingga seseorang bertindak tanpa memperhitungkan risiko yang akan terjadi. Contohnya anak sulung perempuan, dapat berperilaku seperti laki-laki sebagai akibat sosialisasi yang tidak sempurna di lingkungan keluarganya. Hal ini terjadi karena ia harus bertindak sebagai ayah, yang telah meninggal. Di pihak lain, media massa, terutama sering menyajikan gaya hidup yang tidak sesuai dengan anjuran-anjuran yang disampaikan dalam keluarga atau sekolah. Di dalam keluarga telah ditanamkan perilaku pemaaf, tidak balas dendam, mengasihi, dan lain-lain, tetapi di televisi selalu ditayangkan adegan kekerasan, balas dendam, fitnah, dan sejenisnya. Nilai-nilai kebaikan yang ditawarkan oleh keluarga dan sekolah harus berhadapan dengan nilai-nilai lain yang ditawarkan oleh media massa, khususnya televisi. Proses sosialisasi seakan-akan tidak sempurna karena adanya saling pertentangan antara agen sosialisasi yang satu dengan agen yang lain, seperti antara sekolah dan keluarga berhadapan dengan media massa. Lama kelamaan seseorang akan terpengaruh dengan cara-cara yang kurang baik, sehingga terjadilah penyimpanganpenyimpangan dalam masyarakat.

16

2) Penyimpangan sebagai Hasil Sosialisasi dari Nilai- Nilai Subkebudayaan Menyimpang Shaw dan Mc. Kay mengatakan bahwa daerah-daerah yang tidak teratur dan tidak ada organisasi yang baik akan cenderung melahirkan daerah kejahatan. Di daerahdaerah yang demikian, perilaku menyimpang (kejahatan) dianggap sebagai sesuatu yang wajar yang sudah tertanam dalam kepribadian masyarakat itu. Dengan demikian, proses sosialisasi tersebut merupakan proses pembentukan nilai-nilai dari subkebudayaan yang menyimpang. Contohnya di daerah lingkungan perampok terdapat nilai dan norma yang menyimpang dari kebudayaan setempat. Nilai dan norma sosial itu sudah dihayati oleh anggota kelompok sebagai proses sosialisasi yang wajar. Perilaku menyimpang seperti di atas merupakan penyakit mental yang banyak berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Sehubungan dengan itu kita mengenal konsep anomie yang dikemukakan oleh Emile Durkheim . Anomie adalah keadaan yang kontras antara pengaruh subkebudayaan-subkebudayaan dengan kenyataan sehari-hari dalam masyarakat. Indikasinya adalah masyarakat seakan-akan tidak mempunyai aturan-aturan yang dijadikan pegangan atau pedoman dan untuk ditaati bersama. Akibat tidak adanya keserasian dan keselarasan, normanorma dalam masyarakat menjadi lumpuh dan arahnya menjadi samar-samar. Apabila hal itu berlangsung lama dalam masyarakat, maka besar pengaruhnya terhadap proses sosialisasi. Anggota masyarakat akan bingung dan sulit memperoleh pedoman. Akhirnya, mereka memilih cara atau jalan sendirisendiri. Jalan yang ditempuh tidak jarang berupa perilaku-perilaku yang menyimpang. 3) Proses Belajar yang Menyimpang Mekanisme proses belajar perilaku menyimpang sama halnya dengan proses belajar terhadap hal-hal lain yang ada di masyarakat. Proses belajar itu dilakukan terhadap orang-orang yang melakukan perbuatan menyimpang. Misalnya, seorang anak yang sering mencuri uang dari tas temannya mula-mula mempelajari cara mengambil uang tersebut mulai dari cara yang paling sederhana hingga yang lebih rumit. Cara ini dipelajarinya melalui media maupun secara langsung dari orang yang berhubungan dengannya. Penjelasan ini menerangkan bahwa untuk menjadi penjahat kelas 'kakap', seseorang harus mempelajari terlebih dahulu bagaimana cara yang paling efisien untuk beroperasi.

17

4) Ikatan Sosial yang Berlainan Dalam masyarakat, setiap orang biasanya berhubungan dengan beberapa kelompok yang berbeda. Hubungan dengan kelompok-kelompok tersebut akan cenderung membuatnya mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok yang paling dihargainya. Dalam hubungan ini, individu tersebut akan memperoleh pola-pola sikap dan perilaku kelompoknya. Apabila pergaulan itu memiliki pola-pola sikap dan perilaku yang menyimpang, maka kemungkinan besar ia juga akan menunjukkan pola-pola perilaku menyimpang. Misalnya seorang anak yang bergaul dengan kelompok orang yang sering melakukan aksi kebut-kebutan di jalan raya. Kemungkinan besar dia juga akan melakukan tindakan serupa. 5) Ketegangan antara Kebudayaan dan Struktur Sosial Setiap masyarakat tidak hanya memiliki tujuan-tujuan yang dianjurkan oleh kebudayaannya, tetapi juga caracara yang diperkenankan oleh kebudayaannya itu untuk mencapai tujuantujuan yang telah ditetapkan. Apabila seseorang tidak diberi peluang untuk menggunakan caracara ini dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, maka kemungkinan besar akan terjadi perilaku menyimpang. Misalnya dalam sebuah perusahaan, pengusaha memberikan upah kepada buruhnya di bawah standar UMK. Hal itu apabila dibiarkan berlarut-larut, maka ada kemungkinan si buruh akan melakukan penyimpangan, seperti melakukan demonstrasi atau mogok kerja. 3. Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang Di masyarakat kita mengenal bentuk-bentuk penyimpangan yang terdiri atas penyimpangan individual ( individual deviation ), penyimpangan kelompok ( group deviation ), dan penyimpangan gabungan dari keduanya ( mixture of both deviation ). Terkadang ada pula yang menambahkan dengan penyimpangan primer ( primary deviation ) dan penyimpangan sekunder ( secondary deviation ). a. Penyimpangan Individual ( Individual Deviation ) Penyimpangan ini biasanya dilakukan oleh orang yang telah mengabaikan dan menolak norma-norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. Orang seperti itu biasanya mempunyai kelainan atau mempunyai penyakit mental sehingga tidak dapat mengendalikan dirinya. Contohnya seorang anak yang ingin menguasai warisan atau harta peninggalan orang
18

tuanya. Ia mengabaikan saudarasaudaranya yang lain. Ia menolak norma-norma pembagian warisan menurut adat masyarakat maupun menurut norma agama. Ia menjual semua peninggalan harta orang tuanya untuk kepentingan diri sendiri. Penyimpangan yang bersifat individual sesuai dengan kadar penyimpangannya dibedakan atas pembandel, pembangkang, perusuh atau penjahat, dan munafik. 1) Pembandel, yaitu penyimpangan karena tidak patuh pada nasihat orang tua agar mengubah pendiriannya yang kurang baik. 2) Pembangkang, yaitu penyimpangan karena tidak taat pada peringatan orang-orang. 3) Pelanggar, yaitu penyimpangan karena melanggar norma-norma umum yang berlaku. Misalnya orang yang melanggar rambu-rambu lalu lintas pada saat di jalan raya. 4) Perusuh atau penjahat, yaitu penyimpangan karena mengabaikan norma-norma umum sehingga menimbulkan kerugian harta benda atau jiwa di lingkungannya. Misalnya pencuri, penjambret, penodong, dan lain-lain. 5) Munafik, yaitu penyimpangan karena tidak menepati janji, berkata bohong, berkhianat, dan berlagak membela. b. Penyimpangan Kelompok ( Group Deviation ) Penyimpangan ini dilakukan oleh sekelompok orang yang tunduk pada norma kelompoknya, namun bertentangan dengan norma masyarakat yang berlaku. Penyimpangan ini terjadi dalam subkebudayaan menyimpang yang umumnya telah memiliki norma, nilai, sikap, dan tradisi sendiri, sehingga cenderung untuk menolak norma-norma yang berlaku dalam masyarakat yang lebih luas. Contohnya kelompok orang yang menyelundupkan serta menyalahgunakan narkotika dan obat-obatan terlarang lainnya, teroris, kelompok preman, dan separatis. Mereka memiliki aturan-aturan sendiri yang harus dipatuhi oleh anggotanya. Dalam melakukan aksinya, mereka memiliki aturan permainan yang cermat, termasuk dalam membentuk jaringan yang kuat untuk melakukan kejahatannya, sehingga sulit dilacak dan dibongkar pihak yang berwenang, dalam hal ini kepolisian.

19

c. Penyimpangan Campuran ( Mixture of Both Deviation ) Sebagian remaja yang putus sekolah (penyimpangan individual) dan pengangguran yang frustasi (penyimpangan individual), biasanya merasa tersisih dari pergaulan dan kehidupan masyarakat. Mereka sering berpikir seperti anak orang berkecukupan, yang akhirnya menempuh jalan pinta untuk hidup enak. Di bawah pimpinan seorang tokoh yang terpilih karena kenekatan dan kebrutalannya, mereka berkelompok dalam 'organisasi rahasia' (penyimpangan kelompok) dengan memiliki norma yang mereka buat sendiri. Pada dasarnya norma yang mereka buat bertentangan dengan norma yang berlaku umum di masyarakat. Penyimpangan seperti itu ada yang dilakukan oleh suatu golongan sosial yang memiliki organisasi yang rapi, sehingga individu ataupun kelompok di dalamnya taat dan tunduk kepada norma golongan yang secara keseluruhan mengabaikan norma yang berlaku. Misalnya gank-gank anak nakal. Kelompok semacam itu dapat berkembang menjadi semacam kelompok mafia dunia kejahatan yang terdiri atas preman-preman yang sangat meresahkan masyarakat. d. Penyimpangan Primer ( Primary Deviation ) Penyimpangan ini dilakukan oleh seseorang, di mana hanya bersifat temporer atau sementara dan tidak berulang-ulang. Individu yang melakukan penyimpangan ini masih dapat diterima oleh masyarakat karena hidupnya tidak didominasi oleh pola perilaku menyimpang tersebut dan di lain kesempatan tidak akan melakukannya lagi. Misalnya seorang siswa yang terlambat masuk sekolah karena ban sepeda motornya bocor, seseorang yang menunda pembayaran pajak karena alasan keuangan yang tidak mencukupi, atau pengemudi kendaraan bermotor yang sesekali melanggar rambu-rambu lalu lintas. e. Penyimpangan Sekunder ( Secondary Deviation ) Penyimpangan ini dilakukan oleh seseorang secara terusmenerus, sehingga akibatnya pun cukup parah serta mengganggu orang lain. Dalam penyimpangan ini, seseorang secara khas memperlihatkan perilaku menyimpang yang secara umum dikenal sebagai seorang yang menyimpang. Masyarakat tidak dapat menerima dan tidak menghendaki individu semacam itu hidup bersama dalam masyarakat mereka. Misalnya seorang siswa yang sering tidak masuk sekolah tanpa keterangan. Contoh lainnya adalah seseorang yang sering mabuk-

20

mabukan baik di rumah, di pesta, maupun di tempat umum serta seseorang yang sering melakukan pencurian, perampokan, dan tindak kriminal lainnya. Bentuk-bentuk penyimpangan tersebut harus diatasi karena penyimpangan menyangkut masalah mental perilaku. Misalnya, melalui berbagai penataran, pendidikan keagamaan, pemulihan disiplin, serta pelatihan-pelatihan lainnya. 4. Ciri-Ciri Perilaku Menyimpang Kita tahu bahwa perilaku menyimpang merupakan tindakan yang tidak dikehendaki oleh masyarakat karena telah melanggar norma atau aturan-aturan yang berlaku. Namun tetap saja perilaku menyimpang itu ada dalam masyarakat. Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi suatu tindakan dikatakan sebagai perilaku menyimpang. Tahukah kamu, ciri-ciri apa sajakah yang dimaksud? Menurut Paul B. Horton, penyimpangan sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut. a. Penyimpangan Harus Dapat Didefinisikan Suatu perbuatan anggota masyarakat dapat dikatakan menyimpang apabila memang didefinisikan sebagai menyimpang. Perilaku menyimpang bukanlah semata-mata ciri tindakan yang dilakukan orang, melainkan akibat dari adanya peraturan dan penerapan sanksi yang dilakukan oleh orang lain terhadap perilaku tersebut. Singkatnya, penilaian menyimpang tidaknya suatu perilaku harus berdasar kriteria tertentu dan diketahui penyebabnya. b. Penyimpangan Bisa Diterima Bisa juga Ditolak Perilaku menyimpang ada yang positif dan negatif. Positif, apabila penyimpangan yang diterima bahkan dipuji dan dihormati, seperti penemuan baru oleh para ahli itu kadangkadang bertentangan budaya masyarakat. Sedangkan penyimpangan negatif adalah penyimpangan yang ditolak oleh masyarakat, seperti perampokan, pembunuhan terhadap etnis tertentu, dan menyebarkan teror dengan bom atau gas beracun.

21

c. Penyimpangan Relatif dan Mutlak Dalam masyarakat, tidak ada seorang pun yang masuk dalam kategori sepenuhnya penurut (konformis) ataupun sepenuhnya penyimpang (orang yang benar-benar menyimpang). Orang yang termasuk kedua kategori itu justru akan mengalami kesulitan dalam kehidupannya. Pada dasarnya semua orang normal sesekali pernah melakukan tindakan menyimpang, tetapi pada batas-batas tertentu yang bersifat relatif untuk setiap orang. Perbedaannya hanya pada frekuensi dan kadar penyimpangannya saja. Secara umum, penyimpangan yang dilakukan tiap orang cenderung relatif. Bahkan orang yang tadinya penyimpang mutlak lambat laun harus berkompromi dengan lingkungannya. d. Penyimpangan terhadap Budaya Nyata ataukah Budaya Ideal Budaya ideal adalah segenap peraturan hukum yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat. Dalam kenyataan di masyarakat, banyak anggota masyarakat yang tidak patuh terhadap segenap peraturan resmi tersebut. Jadi antara budaya nyata dengan budaya ideal selalu terjadi kesenjangan. Artinya, peraturan yang telah menjadi pengetahuan umum dalam kenyataan sehari-hari cenderung banyak dilanggar. Contohnya peraturan mengenai penggunaan helm pada saat mengendarai sepeda motor. Banyak masyarakat yang melanggar peraturan tersebut, di mana kita dapat melihat di jalan-jalan banyak orang mengendarai sepeda motor tanpa memakai helm. e. Terdapat Norma-Norma Penghindaran dalam Penyimpangan Norma penghindaran ini muncul apabila pada suatu masyarakat terdapat nilai atau norma yang melarang suatu perbuatan yang ingin sekali diperbuat oleh banyak orang. Apakah norma penghindaran itu? Pola perbuatan yang dilakukan orang untuk memenuhi keinginan mereka, tanpa harus menentang nilai-nilai tata kelakuan secara terbuka. Jadi, norma-norma penghindaran merupakan suatu bentuk penyimpangan perilaku yang bersifat setengah melembaga ( semi-institusionalized ). f. Penyimpangan Sosial Bersifat Adaptif (Menyesuaikan) Tidak selamanya penyimpangan sosial menjadi ancaman bagi kehidupan masyarakat, karena kadang-kadang dapat dianggap sebagai alat pemelihara stabilitas sosial. Perilaku apa yang
22

kita harapkan dari orang lain, apa yang orang lain inginkan dari kita, serta wujud masyarakat seperti apa yang pantas bagi sosialisasi anggotanya. Di lain pihak, perilaku menyimpang merupakan salah satu cara untuk menyesuaikan kebudayaan dengan perubahan sosial. Tidak ada masyarakat yang mampu bertahan dalam kondisi statis untuk jangka waktu yang lama. Masyarakat yang terisolasi sekalipun akan mengalami perubahan. Ledakan penduduk, perubahan teknologi, serta hilangnya kebudayaan lokal dan tradisional mengharuskan banyak orang menerapkan norma-norma baru. 5. Sifat-Sifat Perilaku Menyimpang Dalam masyarakat kita mengenal dua sifat perilaku menyimpang yaitu perilaku menyimpang yang bersifat positif dan perilaku menyimpang yang bersifat negatif. a. Penyimpangan yang Bersifat Positif Penyimpangan yang bersifat positif adalah penyimpangan yang tidak sesuai dengan aturanaturan atau norma-norma yang berlaku, tetapi mempunyai dampak positif terhadap sistem sosial. Atau dengan kata lain, penyimpangan yang terarah pada nilai-nilai sosial yang ideal (didambakan) walaupun cara atau tindakan yang dilakukan itu seolah-olah atau tampaknya menyimpang dari norma yang berlaku, padahal sebenarnya tidak. Seseorang dikatakan menyimpang secara positif apabila dia berusaha merealisasikan suatu citacita, namun masyarakat pada umumnya menolak atau tidak dapat menerima caranya. Akibatnya orang tersebut akan menerima celaan dari masyarakat. Dapatkah kamu menyebutkan contohcontohnya? b. Penyimpangan yang Bersifat Negatif Penyimpangan negatif adalah kecenderungan bertindak ke arah nilai-nilai sosial yang dipandang rendah dan akibatnya selalu buruk. Jenis tindakan seperti ini dianggap tercela dalam masyarakat. Si pelaku bahkan bisa dikucilkan dari masyarakat. Bobot penyimpangan negatif itu diukur menurut kaidah susila dan adat istiadat, sehingga sanksi yang diberikan kepada pelanggarnya dinilai lebih berat daripada pelanggaran terhadap tata cara dan sopan santun. Contohnya pencurian, perampokan, pelacuran, dan pemerkosaan.

23

6. Tipe-Tipe Perilaku Menyimpang Menurut Robert M.Z. Lawang, perilaku menyimpang dapat digolongkan menjadi empat tipe, yaitu tindakan kriminal atau kejahatan, penyimpangan seksual, penyimpangan dalam bentuk pemakaian atau konsumsi secara berlebihan, serta penyimpangan dalam gaya hidup ( lifestyle ). a. Tindakan Kriminal atau Kejahatan Tindakan kriminal merupakan suatu bentuk penyimpangan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok terhadap nilai dan norma atau peraturan perundang-undangan yang berlaku di masyarakat. Kita mengenal dua jenis kejahatan seperti yang tercantum dalam Kitab UndangUndang Hukum Pidana, yaitu violent offenses dan property offenses . 1) Violent offenses atau kejahatan yang disertai dengan kekerasan pada orang lain, seperti pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan, dan lain sebagainya. 2) Property offenses atau kejahatan yang menyangkut hak milik orang lain, seperti perampasan, pencurian tanpa kekerasan, dan lain sebagainya. Sementara itu Light, Keller, dan Callhoun dalam bukunya yang berjudul Sociology (1989) membedakan kejahatan menjadi empat tipe, yaitu crime without victim, organized crime, white collar crime, dan corporate crime. 1) White Collar Crime (Kejahatan Kerah Putih) Kejahatan ini mengacu pada kejahatan yang dilakukan oleh orang yang terpandang atau berstatus tinggi dalam hal pekerjaannya. Contohnya penghindaran pajak, penggelapan uang perusahaan, manipulasi data keuangan sebuah perusahaan (korupsi), dan lain sebagainya. 2) Crime Without Victim (Kejahatan Tanpa Korban) Kejahatan tidak menimbulkan penderitaan pada korban secara langsung akibat tindak pidana yang dilakukan. Contohnya berjudi, mabuk, dan hubungan seks yang tidak sah tetapi dilakukan secara sukarela. 3) Organized Crime (Kejahatan Terorganisir) Kejahatan ini dilakukan secara terorganisir dan berkesinambungan dengan menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan (biasaya lebih ke materiil) dengan
24

jalan menghindari hukum. Contohnya penyedia jasa pelacuran, penadah barang curian, perdagangan perempuan ke luar negeri untuk komoditas seksual, dan lain sebagainya. 4) Corporate Crime (Kejahatan Korporasi) Kejahatan ini dilakukan atas nama organisasi formal dengan tujuan menaikkan keuntungan dan menekan kerugian. Lebih lanjut Light, Keller, dan Callhoun membagi tipe kejahatan korporasi ini menjadi empat, yaitu kejahatan terhadap konsumen, kejahatan terhadap publik, kejahatan terhadap pemilik perusahaan, dan kejahatan terhadap karyawan. b. Penyimpangan Seksual Penyimpangan seksual adalah perilaku seksual yang tidak lazim dilakukan oleh masyarakat. Adapun beberapa jenis perilaku ini di antaranya adalah sebagai berikut. 1) Perzinaan, yaitu hubungan seksual di luar nikah. 2) Homoseksual, yaitu hubungan seksual yang dilakukan dengan sesama jenis. Homoseksual dibedakan atas lesbian dan homoseks. Lesbian adalah sebutan bagi wanita yang melakukan hubungan seksual dengan sesama wanita, sedangkan homoseks adalah sebutan bagi pria yang melakukan hubungan seksual dengan sesama pria. 3) Kumpul kebo, yaitu hidup bersama seperti suami istri, namun tanpa ada ikatan pernikahan. 4) Sadomasochist , yaitu pemuasan nafsu seksual dengan melakukan penyiksaan terhadap pasangannya. 5) Paedophilia , yaitu memuaskan keinginan seksual yang dilampiaskan kepada anak kecil. 6) Sodomi, yaitu hubungan seksual yang dilakukan melalui anus atau dubur. 7) Gerontophilia , yaitu hubungan seksual yang dilakukan dengan orang-orang lanjut usia.

25

c. Penyimpangan dalam Bentuk Pemakaian atau Konsumsi Berlebihan Penyimpangan ini biasanya diidentikkan dengan pemakaian dan pengedaran narkoba atau obat-obatan terlarang serta alkoholisme. Hal ini lebih banyak terjadi pada kaum remaja karena perkembangan emosi mereka yang belum stabil dan cenderung ingin mencoba serta adanya rasa keingintahuan yang besar terhadap suatu hal. Menurut Dr. Graham Baliane, kaum muda atau remaja lebih mudah terjerumus pada penggunaan narkotika karena faktor-faktor sebagai berikut. 1) Ingin membuktikan keberaniannya dalam melakukan tindakan berbahaya. 2) Ingin menunjukkan tindakan menentang terhadap orang tua yang otoriter. 3) Ingin melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh pengalaman emosional. 4) Ingin mencari dan menemukan arti hidup. 5) Ingin mengisi kekosongan dan kebosanan. 6) Ingin menghilangkan kegelisahan. 7) Solidaritas di antara kawan. 8) Ingin tahu. Penggunaan obat-obatan terlarang dan alkohol secara berlebih dilarang oleh hukum karena dapat mendorong terjadinya tindak kriminal yang lain. Selain dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain. Bahaya terhadap diri sendiri, antara lain dapat merusak organ-organ tubuh, sehingga tidak berfungsi sempurna, bahkan susunan syaraf yang berfungsi sebagai pengendali daya pikir turut pula dirusak. Akibatnya tidak dapat berpikir secara rasional dan cenderung untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. d. Penyimpangan dalam Bentuk Gaya Hidup Di masyarakat, kita bisa menemukan berbagai gaya hidup yang antara orang yang satu dengan orang yang lain mungkin terdapat perbedaan-perbedaan. Gaya hidup setiap orang bisa
26

dipengaruhi oleh lingkungan, pendapatan, kemampuan pribadi, dan lain-lain. Namun demikian gaya hidup seseorang juga dapat menimbulkan suatu penyimpangan dalam masyarakat. Gaya hidup yang bagaimanakah itu? Ada dua bentuk penyimpangan dalam gaya hidup yang lain dari biasanya, yaitu sikap organisasi dan sikap eksentrik. 1) Sikap arogansi adalah kesombongan terhadap sesuatu yang dimilikinya seperti kekayaan, kekuasaan, dan kepandaian. Atau bisa saja sikap itu dilakukan untuk menutupi kekurangannya. 2) Sikap eksentrik adalah perbuatan yang menyimpang dari biasanya, sehingga dianggap aneh. Misalnya anak lakilaki memakai anting-anting, berambut panjang.

27

KESIMPULAN
Salah satu penyebab utama timbulnya masalah sosial adalah pemenuhan akan kebutuhan hidup. Artinya jika seorang anggota masyarakat gagal memenuhi kebutuhan hidupnya maka ia akan cenderung melakukan tindak kejahatan dan kekerasan. Dan jika hal ini berlangsung lebih masif maka akan menyebabkan dampak yang sangat merusak seperti kerusuhan sosial. Hal ini juga didukung oleh pendapat bahwa masalah sosial sebagai sesuatu yang bukan kebetulan tetapi berakar pada satu atau lebih kebutuhan masyarakat yang terabaikan.

Dengan menggunakan asumsi yang lebih universal maka tangga kebutuShan dapat digunakan yaitu pada dasarnya manusia membutuhkan kebutuhan fisiologis, sosiologis, afeksi serta aktualisasi diri, meskipun masyarakat berbeda antara satu dengan yang lain terkait dengan cara memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena seorang individu pada dasarnya merupakan hasil bangunan budaya dimana individu itu tumbuh.

28

DAFTAR PUSTAKA

http://samzlee.blogspot.com/2010/03/masalah-sosial-budaya-indonesia.html http://pendidikangeo.blogspot.com/2010/12/pengertian-masalah-sosial-dan-penyebab.html http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/10/masalah-sosial-budaya-di-masyarakat/


Ningsih, Suria. 2011. ILMU SOSIAL DASAR. Medan : Universitas Sumatera Utara. Halaman 21-35

29

Anda mungkin juga menyukai