Anda di halaman 1dari 2

4.

4 Stabilitas panas Ketika zat-zat organik dipanaskan sampai suhu tinggi mereka memiliki kecenderungan untuk membentuk senyawa-senyawa aromatik. Hal ini mengikuti fakta bahwa polimer-polimer aromatik mesti tahan terhadap suhu tinggi. Agar suatu polimer layak dianggap stabil panas atau tahan panas, polimer tersebut mesti tidak terurai di bawah suhu 400C dan mesti mempertahankan sifat-sifatnya yang bermanfaat pada suhu-suhu dekat suhu dekomposisi tersebut. Stabilitas panas utamanya merupakan fungsi dari energi ikatan. Ketika suhu naik ke titik dimana energi getaran menimbulkan putusnya ikatan, polimer yang bersangkutan akan terurai. Dengan demikian, polimer-polimer tangga atau semitangga diharapkan memiliki stabilitas panas yang lebih tinggi daripada polimer-polimer dengan rantai terbuka. Carl S. Marvel menonjol sebagai pemimpin dalam bidang polimer-polimer yang stabil panas; dengan justifikasi dia telah disebut bapak polimer-polimer bersuhu tinggi. Sedikit saja dari polimer-polimer aromatik dan organometalik di antaranya telah menemukan pemakaian yang komersial karena adanya kombinasi antara biaya tinggi dan kemamuan proses yang rendah. Karena struktur rangkanya yang kaku, polimer-polimer aromatik secara karakteristik memperlihatkan suhu-suhu transisi gelas yang sangat tinggi, viskositas leburan yang tinggi, dan kelarutan rendah dan oleh karenanya lebih menyulitkan daripada sebagian besar jenis-jenis polimer lainnya. Pada umumnya diakui bahwa batas atas stabilitas panas dari polimer-polimer organik telah dicapai, oleh karenanya penekanan akhir-akhir ini adalah untuk mengintrodusir variasi-variasi struktur yang memungkinkan lebih baiknya kemampuan proses inkorporasi gugus-gugus fleksibilisator seperti eter atau sulfon ke dalam rangka polimer merupakan salah satu strategi. Pendekatan lainnya adalah untuk mengintrodusir gugus-gugus aromatik siklik yang terletak tegak lurus terhadapa rangka aromatik datar, sebagaimana dalam polibenzimidazola. Struktur tersebut dinyatakan sebagai polimer cardo. Introdusir gugus-gugus reaktif ke rangka polimer yang kemudian mengalami sikloadisi inframolekul selama pemanasan merupakan cara lain untuk memperbaiki kemampuan proses. Dasar pemikirannya adalah bahwa waktu alir yang lebih lama terjadi mungkin karena sedikit atau tidak terjadi proses ikat silang; agaknya, suhu transisi gelas naik akibat pengerasan rantai. Pendekatan paling produktif dari sudut pandang pengembangan komersial adalah sintesis oligomer atau prapolimer aromatik yang ditutupi dengan gugus-gugus ujung reaktif. Kimia dari pembentukan polimer jaringan biasanya melibatkan reaksi-reaksi polimerisasi sikloadisi atau adisi dari gugus-gugus ujung.

4.5 Daya nyala dan ketahanan nyala

Beberapa polimer pada dasarnya tidak dapat nyala, misalnya poli(vinil klorida)dan polimer-polimer yang memiliki kandungan halogen yang tinggi. Lainnya seperti polikarbonat dan poliuretana, akan terbakar sepanjang sumber nyala tetap hidup, tetapi pembakaran terhenti ketika sumber nyala dimatikan. Polimer-polimer demikian disebut pemadam diri. Sebagian besar polimer bisa segera terbakar. Pendekatan-pendekatan dalam memperbaiki ketahanan nyala bahan-bahan polimer terfokus pada tiga strategi : (1) menahan proses pembakaran dalam fasa uap, (2) menimbulkan pembentukan arang dalam daerah pirolisis, dan (3) menambahkan bahan-bahan yang terurai baik untuk memberikan gas-gas tak dapat nyala atau secara endotermik untuk mendinginkan zona pirolisis. Dalam fasa uap, pembakaran terjadi melalui serangkaian reaksi-reaksi propagasi radikal bebas dan transfer radikal yang rumit. Senyawa-senyawa terhalogenasi teristimewa efektif karena hidrogen halida yang dilepaskan bereaksi dengan radikal-radikal bebas untuk membentuk atom-atom halogen yang kurang reaktif. Pembentukan arang pada permukaan polimer mengurangi daya nyala dengan cara bereaksi sebagai suatu penghalang (barir) (pada dasarnya yang mengandung karbon) untuk menghalangi produk-produk gas dari berdifusi ke nyala tersebut, dan untuk melindungi permukaan polimer dari aliran panas. Polimer-polimer aromatik memiliki kecenderungan alami terhadap pembentukan arang yang menjelaskan daya nyalanya yang biasanya rendah. Bahanbahan penahan nyala yang mendorong pembentukan arang berkarbon disebut penahan nyala intumesen. Strategi ketiga untuk mengurangi daya nyala melibatkan penggunaan senyawa-senyawa seperti alumina terhidrasi, Al2O3.3H2O, yang melepaskan air secara endotermik untuk mendinginkan zona pirolisis, atau natrium bikarbonat, yang terurai untuk membentuk karbon dioksida yang selanjutnya mengencerkan gas-gas mudah terbakar. Yang sama pentingnya dalam mempertimbangkan daya nyala adalah pembentukan produk-produk dan asap penguraian yang beracun. Meskipun bahan-bahan seperti alumina terhidrasi seringkali efektif dalam mengurangi asap, produk-produk sampingan beracun dari pembakaran terus menjadi halangan serius bagi pemakaian polimer yang lebih meluas dalam bidang konstruksi.

Anda mungkin juga menyukai