Anda di halaman 1dari 9

Judul: Perbedaan Cara Belajar Matematika Terhadap Kreativitas Berhitung Variabel Penelitian 1. Variabel Terikat Kreativitas berhitung anak.

2. Variabel Bebas Jenis-jenis cara belajar matematika Definisi Operasional 1. Cara belajar konvensional Belajar adalah suatu proses yang kompleks dan unik. Kompleks karena mengikutsertakan segala aspek kepribadian, baik jasmani maupun rohani. Unik artinya setiap orang mempunyai cara belajar yang berbeda dengan yang lain, yang disebabkan adanya perbedaan individu, seperti minat, bakat, kemampuan, kecerdasan, dan tipe belajar (Ali, 1993:8). Cara belajar konvensional adalah cara belajar yang didasarkan pada metode klasik, dimana guru menjelaskan dan murid menangkap serta memahami pelajaran yang diberikan. Metode semacam ini disebut konvensional karena telah umum digunakan sejak dahulu kala. 2. Cara belajar progresif Cara belajar progresif merupakan metode belajar dimana siswa mengambil peran aktif dalam memahami suatu materi, dan peran guru hanyalah sebagai penuntun dengan mendasarkan pada metode tertentu. 3. Kreativitas Berhitung Kreativitas berhitung merupakan kemampuan individu atau anak untuk melakukan aktivitas berhitung, yang mana terdiri dari menjumlah, mengurangkan, mengalikan, dan membagi dengan cara yang cepat dan efektif serta bersifat unik

Dasar Teori 1. Belajar Belajar adalah suatu proses yang kompleks dan unik, artinya setiap orang mempunyai cara dan tipe belajar yang berbeda dengan orang lain. Perbedaan cara dan tipe belajar itu dikarenakan berbagai faktor yang mempengaruhi terjadinya peristiwa belajar. Menurut Gagne, peristiwa belajar itu dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal terdiri dari : (1) Contiguity (sentuhan) artinya situasi stimulus, maksudnya sesuatu yang dapat menyebabkan reaksi atau respon dari siswa ; (2) repetition (ulangan) artinya situasi stimulus dan respon siswa perlu diulang atau dialihkan agar prestasi belajar dapat meningkat dan hasil belajar dapat tahan lama ; (3) reinforcement (penguatan) artinya respon dari siswa perlu diberi penguatan, seperti anggukan, pujian, hadiah, dan lain sebagainya agar siswa mau mengulang perbuatannya. Sedang faktor internal meliputi : (1) Informasi atau fakta yang telah diketahui siswa dari hasil belajar sebelumnya (kemampuan prasyarat) ; (2) keterampilan intelektual, yaitu pemanfaatan kembali kemampuan yang telah dipelajari siswa sebelumnya ; (3) strategi, artinya cara mengatur kegiatan belajar siswa dengan menggunakan cara-cara tertentu yang telah dipelajari sebelumnya (Ibrahim, 1980:43). Burton (dalam Ali, 1993:7) menyatakan bahwa : Learning is a change in individual one to instruction of that individual and his environment, which fells a need and makes him more capable of dealing adequentely with his environment. Dalam pengertian ini terdapat kata change atau perubahan yang berarti bahwa seseorang yang mengalami proses belajar akan mengalami perubahan dalam tingkah laku baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Perubahan tingkah laku dalam aspek pengetahuan ialah dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari bodoh menjadi pintar, dalam aspek keterampilan adalah dari tidak terampil menjadi terampil, dalam aspek sikap ialah dari ragu-ragu menjadi yakin, dari tidak sopan menjadi sopan dan terpelajar. Proses belajar dapat dipengaruhi beberapa faktor yaitu faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal adalah faktor dari luar diri sisiwa, antara lain situasi dan kondisi kelas, perbedaan adat istiadat, nilai-nilai kebiasaan, dan sebagainya. Sedangkan faktor internal adalah faktor dalam diri siswa antara lain minat, sikap, pendapat, kepercayaan, intelegensi, kelelahan, sakit, cacat tubuh, dan sebagainya. Dalam kegiatan pembelajaran faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah kondisi kelas yang sehat, bersih, dan tidak berjubel, tersedianya media sebagai alat untuk menarik minat dan perhatian siswa. Hakekat perbuatan belajar menurut teori Behavioristik adalah usaha terjadinya perubahan tingkah laku bagi orang yang belajar. Perubahan itu baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, maupun sikap atau nilai. Dalam teori kognitif pembelajaran (Baroody, 1987), pembelajar secara aktif berjanji untuk melakukan proses pembelajaran. Untuk memahami pemikiran baru dalam menciptakan hubungan antara pemikiran lama dan baru Bagaimana ini bisa sesuai dengan apa yang saya ketahui? Bagaimana saya bisa memahami bahwa ini sesuai dengan pemahaman saya terhadap pemikiran ini? Ketika banyak hubungan, materi baru akan dipahami dengan lebih lengkap dan diingat dengan lebih baik. Menguasai pemikiran baru diukur berdasarkan hubungannya dengan pemikiran yang ada dan bukan karena kekuatan ikatan stimulus-respon atau jumlah praktek pada pemikiran tersebut. Daftar angka dalam bagian sebelumnya diintegrasikan dengan pemikiran, konsep atau dasar pengetahuan yang ada. Pemikiran tentang pola, angka, tambahan dan hubungan 3 lebih dari bermanfaat dalam mempelajari daftar tersebut. Bertentangan dengan hal tersebut, apa yang disebut Baroody sebagai teori penyerapan, pembelajar dilihat sebagai suatu lembar kosong, reseptor pasif dari pengetahuan. Dengan pembelajaran pengajaran yang merupakan perencanaan yang tertata dengan isi tertentu dan mengkomunikasikan isi ini kepada anak-anak dan menyiapkannya untuk praktek penggunaan konsep atau prosedur baru. Semakin anak berlatih, maka pemikiran baru itu akan semakin stabil. Pemikiran dan keahlian ini secara sederhana ditambahkan, tidak

dihubungkan atau diintegrasikan dengan konsep yang ada. Teori penyerapan pembelajaran merupakan pandangan perilaku, yang mana ditemukan dalam teori-teori Thorndike dan Skinner. 2. Kreativitas Kreativitas merupakan tindakan pemecahan masalah secara efektif dan unik. Ciri-ciri dari individu yang kreatif adalah sebagai berikut: a. Lancar berpikir Ia bisa memberi banyak jawaban terhadap suatu pertanyaan yng Anda berikan. Inilah salah satu kehebatan anak kreatif. Ia mampu memberikan banyak solusi dari sebuah masalah yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat penting untuk dikembangkan. Dunia ini penuh masalah dan tantangan. Semakin kreatif seseorang, maka ia akan dengan mudah menjawab semua masalah dan tantangan hidupnya dengan kreativitasnya. b. Fleksibel dalam berpikir Ia mampu memberi jawaban bervariasi, dapat melihat sutu masalah dalam berbagai sudut pandang. fleksibilitas ini juga sangat penting dalam kehidupan. Seorang yang fleksibel, akan dengan mudah menyesuaikan diri dalam berbagai keadaan. c. Orisinil (asli) dalam berpikir Ia dapat memberi jawaban-jawaban yang jarang diberikan anak lain. Jawaban baru biasanya tidak lazim atau kadang tak terpikirkan orang lain. d. Elaborasi Ia mampu menggabungkan atau memberi gagasan-gagasan atas jawaban yang dikemukakan, sehingga ia mampu untuk mengembangkan, memperkaya jawabannya dengan memperinci sampai hal-hal kecil Semua ciri-ciri anak kreatif tersebut bisa dikembangkan. Jadi bukan semata keturunan seorang anak bisa menjadi kreatif. Namun peran Anda sebagai orang tua juga sangat berpengaruh bagi perkembangan kreativitasnya. 3. Pengetahuan Matematika

Secara umum pengajaran matematika meliputi pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan mengetahui hubungan antara pengetahuan konseptual dan prosedural. Pengetahuan konseptual dalam matematika terdiri atas hubungan yang terintegrasi dengan atau tanpa terhubung dengan pemikiran dan konsep matematika yang lain. Terdapat dua pemikiran penting dalam definisi ini : konsep matematika dan hubungannya dan hubungan yang diintegrasikan dengan konsep lain. Piaget menyebut hubungan ini sebagai konsep logicomathematical dan membedakannya dengan konsep fisik dan sosial (Labinowicz, 1985). Pada matematika dasar, pemikiran semacam tujuh, persegi panjang, persen, jumlah produk, ekivalen, rasio, dan negatif merupakan pemikiran yang memiliki hubungan serupa. Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan mengenai simbolisme yang digunakan untuk mewakili matematika dan hubungan serta prosedur yang digunakan dalam tugas matematika (Hiebert & Lefevre, 1986). Pengetahuan tentang simbol akan berarti ungkapan seperti (9-5) x 2 = 8 dikenali dan dapat dibaca dengan benar. Ia tidak mengimplikasikan pemahaman mengenai apa yang dibaca. Konsep hubungan bahwa simbol mewakili merupakan batasan dari pengetahuan prosedural. Prosedur yang digunakan dalam matematika memiliki ciri langkahlangkah alamiahnya. untuk menambahkan digit dua tiga angka, pertama-tama anda harus menambahkan semua angka dalam kolom di sebelah kanan. Jika jawabannya adalah sepuluh atau lebih, letakkan angka 1 di dalam kolom yang kedua dan tulislah digit yang lain di bawah kolom pertama. Lakukan hal yang sama untuk dua kolom berikutnya dalam urutan. Aturan mekanis satu persatu dapat dipelajari tanpa penilaian langkah atau untuk urutan yang harus dilaksanakan. Program komputer merupakan analogi yang sesuai terhadap prosedur matematika. Komputer melakukan tepat seperti apa yang diprogramkan dan ia melakukan urutan langkah yang sama. Bila program tersebut dikeluarkan pada komputer, kita mungkin akan berkata bahwa

komputer memiliki pengetahuan tentang aturan atau prosedur dan menyajikannya. Memiliki hubungan antara pengetahuan konsep dan prosedural, berarti bahwa aturan atau proses pengetahuan prosedural memiliki dasar konseptual atau rasio yang bermakna dan bahwa simbolisme tersebut dipergunakan untuk mewakili suatu konsep yang sesuai. Bila kita melakukan sebuah konsep matematika, langkah yangkita lakukan akan masuk akal dan kita memahami mengapa kita melakukannya seperti itu tanpa dasar konseptual untuk prosedur, maka pembelajaran dapat digunakan untuk menguasainya. Bila aturan atau prosedur digunakan dalam pengetahuan konseptual kita, maka kita dapat menjelaskan tidak hanya apa yang kita lakukan, tapi juga mengapa. 4. Pembelajaran Matematika Progresif Citra belajar dan mengajar matematika didukung oleh pergerakan reformasi di AS yang mana asing untuk sebagian besar pengajar di AS. Hasilnya, reformasi dalam pendidikan matematika memerlukan pembelajaran bagi guru (Ball, 1997; Simon, 1997). Untuk mendorong pembelajaran ini, kesempatan pengembangan profesional untuk guru harus diubah (Cohen & Barnes, 1993; Heaton, 2000; Sykes,1996). Perkembangan penelitian terhadap pembelajaran dan perubahan guru telah memberikan wawasan bagi jenis pembelajaran yang mendukung perubahan dalam pengajaran matematika. Ini disebut sebagai pembelajaran matematika secara progresif. Dari sini kemudian dikembangkan berbagai metode pembelajaran baru di bidang matematika yang bertujuan untuk mendukung kemajuan siswa dalam belajar dengan disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi daya tangkap siswa. Guna mencapai pemahaman, guru akan memilih media belajar dengan tepat dalam rangka mencapai tujuan instruksional apabila ia mengetahui dengan jelas tentang tiga hal, yaitu persepsi, tingkat-tingkat pengalaman belajar, dan berbagai faktor yang mempengaruhi hasil belajar (Ibrahim, 1980:13). Uraian masing-masing hal tersebut sebagai berikut. a. Persepsi

Persepsi berarti mengenal sesuatu melalui alat indera. Menurut Kemp (Ibrahim, 1980:23) ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam hubungannya dengan persepsi, yaitu : (1) persepsi terdiri dari berbagai penginderaan yang berlangsung bersamaan dan tidak terpisah satu sama lain, (2) orang hanya mengadakan reaksi atau tanggapan pada beberapa hal tertentu. Orang hanya ingin memilih hal-hal yang ingin diketahui dan halhal yang menarik perhatiannya. Dengan demikian guru telah memilih bahan yang akan dikenalkan kepada siswa yang benar-benar menarik perhatiannya. Dengan demikian guru telah memilih bahan yang akan dikenalkan kepada siswa yang benar-benar menarik perhatian dan bermakna bagi siswa. Seseorang akan menerima sesuatu yang baru (informasi atau pengetahuan) berdasarkan pengalaman yang dimilikinya, serta dorongan situasi saat itu. b. Tingkat-tingkat pengalaman belajar Menurut Edgar Dale (dalam Latuheru, 1988) yang terkenal dengan gagasan kerucut pengalaman (Cone of Experience) mengemukakan bahwa pengalaman belajar seseorang 75% diperoleh melalui indera lihat (mata), 13% melalui indera dengar (telinga), dan selebihnya melalui indera yang lain. Lebih lanjut ia menyatakan bahwa pengalaman seseorang berlangsung mulai tingkat kongkrit (pengalaman langsung) menuju tingkat abstrak dalam bentuk lambang kata. c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Sebagaimana telah diketahui bahwa belajar adalah suatu proses yang kompleks dan unik, artinya setiap orang mempunyai cara dan tipe belajar yang berbeda dengan orang lain. Perbedaan cara dan tipe belajar itu dikarenakan berbagai faktor yang mempengaruhi terjadinya peristiwa belajar. Menurut Gagne, peristiwa belajar itu dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal terdiri dari : (1) Contiguity (sentuhan) artinya situasi stimulus, maksudnya sesuatu yang dapat menyebabkan reaksi atau respon dari siswa ; (2) repetition (ulangan) artinya situasi stimulus dan respon siswa perlu diulang atau dialihkan agar prestasi

belajar dapat meningkat dan hasil belajar dapat tahan lama ; (3) reinforcement (penguatan) artinya respon dari siswa perlu diberi penguatan, seperti anggukan, pujian, hadiah, dan lain sebagainya agar siswa mau mengulang perbuatannya. Sedang faktor internal meliputi : (1) Informasi atau fakta yang telah diketahui siswa dari hasil belajar sebelumnya (kemampuan prasyarat) ; (2) keterampilan intelektual, yaitu pemanfaatan kembali kemampuan yang telah dipelajari siswa sebelumnya ; (3) strategi, artinya cara mengatur kegiatan belajar siswa dengan menggunakan cara-cara tertentu yang telah dipelajari sebelumnya (Ibrahim, 1980:43),. Robbins mengungkapkan bahwa unsur persepsi dan pengalaman yang diperoleh siswa ini kuat mempengaruhi siswa berkaitan dengan karakteristik dasar cara penerimaan siswa terhadap pelajaran. Siswa mendapatkan pengalaman belajar dan membentuk persepsi lewat panca indera apa yang dilihat siswa, didengar, disentuh, dikecap, dan dibaui. Dengan kata lain, siswa mengalami dunia dalam bentuk sensasi-sensasi visual (lewat yang dilihat siswa), auditory (lewat yang didengar siswa), kinestetik (lewat yang dirasakan siswa), gustatory (lewat yang dikecap siswa), atau olfactory (lewat yang dibaui siswa). Jadi, pengalaman apapun yang disimpan siswa dalam benak direpresentasikan lewat panca indera, terutama lewat tiga cara utama yaitu pesan-pesan visual (lewat yang dilihat siswa), auditory (lewat yang didengar siswa), atau kinestetik (lewat yang dirasakan) (Robbins, 2000:67). Dengan demikian metode pembelajaran matematika progresif dilaksanakan dengan memperhatikan kondisi siswa dan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan siswa terhadap pemahaman matematika.

Referensi Ali, Muhammad. 1993, Penelitian Kependidikan : Prosedur dan Strategi, Bandung : Tarsito Anthony Robbins, 2000, Unlimited Powers, Jakarta : Kharisma Publishing Ibrahim, 1980. Media Instruksional, Malang : Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Simon, M. 1997. Developing new models of mathematics teaching: An imperative for research on mathematics teacher development. In E. Fennema & B. S. Nelson (Eds.), Mathematics teachers in transition (5586). Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum Associates.

Anda mungkin juga menyukai