Anda di halaman 1dari 6

Legal Opinion

MERGER ANTARA BURSA EFEK JAKARTA DAN BURSA EFEK SURABAYA

Oleh : ARIEF RACHMAN 04400040

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


2007

MERGER ANTARA BURSA EFEK JAKARTA DAN BURSA EFEK SURABAYA


A. Pendahuluan Peristiwa Hindia Belanda. Pada tahun 1912, pada masa pemerintah Hindia Belanda, pasar modal pertama Indonesia didirikan di Batavia (kini Jakarta) dengan nama Vereniging voor de Effectenhandel, yang memperdagangkan saham dan obligasi yang dikeluarkan perusahaan perkebunan Belanda yang beroperasi di Indonesia. Sempat vakum selama periode perang dunia pertama, menurut buku "Retrospeksi Lima Tahun Swastanisasi BEJ, bursa efek Batavia mampu tumbuh pesat, sehingga menarik minat kota besar lainnya membuka bursa serupa. Pada tahun 1925 bursa efek Batavia tidak sendirian lagi, karena pemerintah kolonial mengoperasikan bursa di kota lainnya sebagai bursa paralel di Surabaya dan Semarang. Namun kancah peperangan dengan masuknya Jepang ke nusantara, bursa tersebut ditutup. Pada 1952, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, bursa efek dibuka lagi, namun hanya tunggal di Jakarta, namanya diubah menjadi Bursa Efek Jakarta (BEJ). Efek yang diperdagangkan masih saham dan obligasi perusahaan Belanda sebelum perang dunia. Sementara itu bursa efek di Surabaya dan Semarang tetap tutup. Setelah empat tahun berjalan, pemerintah Indonesia melancarkan program nasionalisasi pada tahun 1956 yang turut mempengaruhi Bursa Efek Jakarta menjadi tidak likuid dan tidak menarik investor. Baru pada tahun 1977, Pemerintah Indonesia melalui Depertemen Keuangan membuat institusi baru dengan nama Badan Pelaksana dan Pengawas Pasar Modal (Bapepam), yang menjadi institusi yang menyelenggarakan kembali pasar modal tunggal di Indonesia. disatukannya bursa-bursa efek itu sebenarnya menjejak pengulangan sejarah pasar modal nusantara yang sudah berlangsung sejak zaman

PT Bursa Efek Surabaya (BES), atau dalam Bahasa Inggris disebut Surabaya Stock Exchange (SSX) adalah bursa saham di Surabaya, Indonesia. BES merupakan bursa efek swasta pertama di Indonesia, yang didirikan pada tanggal 16 Juni 1989 berdasarkan SK Menteri Keuangan Nomor 645/KMK.010/1989, oleh Menteri Keuangan waktu itu JB Sumarlin. Pendirian BES dimaksudkan untuk mendukung perkembangan ekonomi wilayah Indonesia bagian timur, dengan mengembangkan industri pasar modal di Surabaya dan Jawa Timur. Pada tanggal 22 Juli 1995, BES merger dengan Indonesian Parallel Stock Exchange (IPSX), sehingga sejak itu Indonesia hanya memiliki dua bursa efek: BES dan BEJ. B. Merger antara Bursa Efek Jakarta dengan Bursa Efek Surabaya Bursa Efek Jakarta bersama Bursa Efek Surabaya akan melakukan pengabungan usaha yang diharapkan secara efektif mulai beroperasi pada bulan November 2007 dengan nama baru Bursa Efek Indonesia . Selain alasan efisiensi, merger tampaknya lebih diarahkan agar makin memberikan peluang bagi perusahaan untuk ke pasar modal. Di Indonesia saat ini mungkin ratusan perusahaan sudah layak untuk go public. Go public selain dimaksudkan untuk memperkuat akses dana bagi pengembangan usaha, yang terpenting adalah untuk pemerataan kepemilikan, memberikan peluang masyarakat dalam berinvestasi. Sayangnya setelah hampir 30 tahun pasar modal, tampaknya sisi supply masih belum optimal. Sudah menjadi rahasia umum kalau selama ini, pasar sekunder BES belum seramai pasar sekunder yang ada di BEJ. Akibatnya beberapa emiten yang mencatatkan saham secara single listing di BES likuiditas sahamnya sangat rendah. Hal ini menyebabkan instrumen saham sebagai satu komoditas investasi yang memiliki karakteristik keuntungan berupa potensi dividen dan capital gain menjadi tidak optimal. Bisa dikatakan pemegang saham emiten yang tercatat di BES hanya berpeluang mendapatkan dividen saja, tidak keuntungan dari capital gain- sebagaimana yang kita tahu capital gain merupakan selisih harga jual dan harga beli karena likuiditas pasar yang relatif rendah. Dengan kata lain investor yang ingin membeli atau menjual saham-saham

secara single listing di BES tidak memiliki kesempatan yang sama. Kondisi ini dengan sendirinya aspek fairness bisa dikatakan menjadi kurang terpenuhi, bid dan offer bisa jadi tidak mencerminkan kekuatan pasar yang ada. Padahal sebagaimana yang kita tahu emiten-emiten yang ada di BES industri dan kinerjanya juga sangat prospektif. Alasan kedua, produk yang ada di BES dewasa ini juga ada di BEJ. Misalnya di samping mencatatkan saham-saham unggulan, saham yang notabene berkapitalisasi besar, BEJ juga menyediakan papan perdagangan yang dikenal sebagai papan pengembangan (development board). Artinya saham-saham yang baru tumbuh juga disediakan di bursa ini. Tumpang tindihnya aturan pencatatan tersebut menyebabkan kedua bursa tersebut menjadi seakan-akan bersaing. Alasan ketiga kenapa kedua bursa diarahkan merger, tidak lain karena pemegang kedua bursa tersebut mayoritas sama. Pemegang saham BEJ juga pemegang saham BES. Tentunya dengan kepemilikan ganda untuk sebuah bursa yang sama, bagi pemegang saham menjadi tidak produktif. Dengan kata lain, sebagai pemegang saham BEJ misalnya, mereka menyetujui tiap ekspansi dan pengembangan yang dilakukan manajemen bursa, namun di sisi lain sebagai pemegang saham BES mereka juga berkewajiban melindungi usaha yang dijalankan BES. Akibat ada kesan mendua, yang tentunya akan sangat kontraproduktif bagi pengembangan karena setiap keputusan dan kebijakan yang diambil guna pengembangan bursa ke depan, menjadi tidak terarah, setengahsetengah. Faktor ini dengan sendirinya sangat tidak baik bagi kepentingan bisnis. Apalagi bila dikaitkan dengan persaingan bursa secara internasional. Dengan bursa di Kawasan ASEAN misalnya, bursa Indonesia (BEJ dan BES) harus mampu bersaing dengan bursa-bursa seperti Bursa Singapura, Kuala Lumpur, Thailand dan Hongkong. Karenanya penggabungan ini pada gilirannya diarahkan kepada upaya menjaga eksistensi bursa nasional di hadapan bursa-bursa lain secara regional dan internasional. Dengan kata lain, penggabungan usaha tak bisa dihindarkan.

C. Keuntungan Merger Cost Pasar Modal Jadi Murah, Pengembangan Pasar makin Fokus Penggabungan bursa sudah merupakan keharusan dan menjadi tren dunia. Merger atau penggabungan usaha antara Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya dipastikan akan memberikan keuntungan bagi pelaku pasar modal. Mulai dari emiten dan calon emiten, anggota bursa, bahkan investor dipastikan akan dapat mengambil manfaat yang luar biasa dari penggabungan kedua bursa ini. Bagi emiten misalnya, tidak perlu lagi ada 'keharusan' mencatatkan sahamnya di kedua bursa tersebut secara dual listing. Hasilnya cost pencatatan menjadi lebih murah karena dengan hanya mencatatkan saham secara single listing mereka sudah terakreditasi pada sebuah pasar yang bernama Bursa Efek Indonesia.Begitu pula dengan anggota bursa (AB) atau perusahaan efek cukup dengan menjadi anggota bursa atau pemegang saham BEI (Bursa Efek Indonesia) mereka langsung menembus pasar. Artinya kalau selama ini untuk memenuhi akses pasar, setidaknya mereka harus memiliki dua sistem informatika perdagangan yang berbeda, nantinya cukup satu saja. Lalu bagaimana dengan investor? Bagi investor penggabungan ini harus dilihat makin banyaknya pilihan produk investasi. Dengan bertransaksi pada BEI maka produk investasi yang kini "masih membedakan" pasar BES dan BEJ tidak akan ada lagi. Karena produk-produk investasi ditawarkan dalam satu atap, yakni pasar Bursa Efek Indonesia. Saking banyaknya kemudahan dan makin efisiennya biaya bagi pasar modal, menyebabkan banyak orang kemudian berharap dan menempatkan harapan yang besar terhadap kemajuan perekonomian melalui pasar modal. Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati yang menyatakan bahwa penggabungan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) menjadi momentum yang bisa membangkitkan semangat, menciptakan, atau menggunakan pasar saham atau pasar modal sebagai ajang membangun ekonomi Indonesia yang lebih merata dan lebih baik, pada saat yang sama juga memberikan manfaat yang lebih langsung kepada masyarakat. Awalnya mungkin saja dengan kian murahnya cost bagi pasar modal ini.

D. Kerugian Merger Sebenarnya tidak ada kerugian yang berarti atas penggabungan kedua bursa efek tersebut. Hanya saja, penggabungan kedua bursa efek tersebut tentu saja memerlukan biaya yang besar serta akan sedikit pengacaukan sirkulasi transaksi di Bursa Efek Surabaya yang tadinya berjalan dengan baik. Disamping itu perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam merger tersebut harus menata ulang sistemnya. Hal ini memerlukan waktu yang tidak sedikit dan kemungkinan akan sedikit menghambat laju transaksi saham di Indonesia. E. Penutup Secara umum, merger antara BEJ dan BES memiliki implikasi positif, dimana diharapkan bursa di Indonesia kian besar dan mampu bersaing dengan bursa-bursa lain di dunia. Merger ini juga akan membuat produk yang ditawarkan semakin beragam sehingga menarik minat investor. Selama ini Bursa Efek Jakarta dikenal sebagai pasar ekuiti, sedangkan Bursa Efek Surabaya dengan pasar obligasinya. Diharapkan juga momentum merger BEJ dan BES untuk membentuk nama baru yaitu BEI ini tidak sekadar nama, tetapi suatu representasi bursa yang akan menampung dan mengembangkan seluruh perekonomian Indonesia. Kedua perusahaan ini diharapkan menyatu dan kemudian bisa bersinergi guna menyiapkan pasar modal Indonesia untuk terintegrasi di pasar ASEAN

Anda mungkin juga menyukai