Anda di halaman 1dari 2

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan para ahli astronomi berusaha membuat rumus waktu shalat berdasarkan konsep

posisi matahari disuatu daerah, dengan melihat berdasarkan geografis dan ketinggian suatu tempat di permukaan bumi. Sehingga dengan adanya rumusan matematika ini dapat ditentukan posisi matahari tanpa harus melihat secara langsung dimana matahari berada. Untuk menentukan waktu lima shalat wajib di suatu tempat pada tanggal tertentu, ada beberapa parameter yang mesti diketahui: 1. Koordinat lintang tempat tersebut (L) atau altidude. Daerah yang terletak di sebelah utara garis khatulistiwa (ekuator) memiliki lintang positif. Sebaliknya, untuk yang disebelah selatan lintangnya negatif. 2. Koordinat bujur tempat tersebut (B) atau longitude. Daerah yang terletak disebelah timur Greenwich memiliki bujur positif. 3. Zona waktu tempat tersebut (Z). Daerah yang terletak di sebelah timur Greenwich memiliki Z positif. 4. Ketinggian lokasi dari permukaan laut (H). ketinggian lokasi dari permukaan laut (H) menentukan waktu kapan terbit dan terbenamnya matahari. Tempat yang berada tinggi di atas permukaan laut akan lebih awal menyaksikan matahari terbit serta lebih akhir melihat matahari terbenam, dibandingkan dengan tempat yang lebih rendah. Satuan H adalah meter. 5. Tanggal (D), Bulan (M) dan Tahun (Y). Merupakan parameter yang diperlukan untuk waktu shalat pada tanggal tersebut. Dari tanggal, bulan dan tahun selanjutnya di hitung nilai Julian Day (JD). Dengan rumus sebagai berikut: JD = 1720994,5 + INT(365,25 * Y) + INT(30,6001(M + 1)) + B + D ....(1) Ket: INT : Lambang nilai integer (bilangan bulat) Jika M>2, maka M dan Y tidak berubah. Jika M = 1 atau M = 2, maka M +12 dan Y dikurangi 1 B = 2 + INT (A/4) A; dimana A = INT (Y/100) Nilai JD berlaku untuk pukul 12.00 UT atau saat tengah hari di Greenwich. Untuk JD yang digunakan dalam perhitungan yaitu JD lokasi tempat yang ingin ditentukan waktu shalat. Diperoleh dari JD pukul 12.00 UT waktu Greenwich dikurangi dengan Z/24, dimana Z adalah zona waktu lokal tersebut. 6. Sudut Deklinasi Matahari (Delta). Deklinasi matahari (Delta) untuk satu tanggal tertentu dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut: Delta = 0,37877 + 23,264 * sin(57,297 * T 79,547) + 0,3812 * sin(2 * 57,297 * T 82, 682) + 0,17132 * sin(3 * 57,297 * T 59,722) ............(2) Ket: T adalah Sudut tanggal, dengan rumus, T = 2 * PI * (JD 2451545) / 365,25 7. Equation of Time (ET). Equation of Time untuk satu tanggal dapat dihitung, dengan rumus: ET = (- (1789 + 237 * U) * sin(L0) (7146 62 * U) * cos(L0) + (9934 14 * U) * sin(2 * L0) (29 + 5 * U) * cos(2 * L0) + (74 + 10 * U) * sin(3 * L0) + (320 4 * U) * cos(3 * L0) 212 * sin(4 * L0))/1000 .(3) Ket: L0 adalah Bujur rata-rata matahari, L0 = 280,46607 + 36000,7698 * U. U = (JD 2451545)/36525. 8. Altitude matahari waktu Shubuh dan Isya. Shubuh saat fajar menyingsing pagi disebut dawn astronomical twilight yaitu ketika langit tidak lagi gelap dimana atmosfer bumi mampu membiaskan cahaya matahari dari bawah ufuk. Sementara Isya' disebut dusk astronomical twilight ketika langit tampak gelap karena cahaya matahari di bawah ufuk tidak dapat lagi dibiaskan oleh atmosfer. Nilai altitude matahari berasal dari ketika langit berubah dari gelap menjadi mulai terang, ketika fajar menyingsing di pagi hari dan menyebar secara horisontal dengan seragam. Altitude matahari sangat menentukan metode perhitungan waktu shalat, dimana perbedaan 1 derajat dapat memberikan perbedaan waktu sekitar 4 menit. Terdapat

beberapa pendapat mengenai nilai altitude matahari seperti tampak pada tabel 2.1 9. Tetapan panjang bayangan Ashar, dalam hal ini terdapat dua pendapat berbeda. Pendapat madzhab Imam Syafi'i menyatakan panjanga bayangan benda saat Ashar adalah tinggi benda ditambah panjang bayangan saat Zhuhur. Sementara madzhab Imam Hanafi menyatakan panjang bayangan benda saat Ashar sama dengan dua kali tinggi benda ditambah panjang bayangan saat Zhuhur. Setiap parameter sangat menentukan datangnya waktu shalat, bila salah satu parameter kurang akurat maka ketepatan datangnya waktu shalat akan sebanding. Waktu shalat dapat ditentukan dengan menggunakan rumus-rumus pergerakkan matahari dengan tepat. Berikut adalah rumus waktu shalat. a. Shubuh = waktu zhuhur (12/PI) * acos((sin(-1 * sudut altitude matahari subuh) sin(delta) * sin(L)) / (cos(delta) * cos(L)) b. Zhuhur = 12 + Z B / 15 ET/60 c. Ashar = waktu zhuhur + (12/PI) * acos((sin(atan(1/MA + tan(abs(L delta))))) sin(delta) * sin(L)) / (cos(delta) * cos(L))) Dimana MA merupakan Mazhab yang digunakan, MA sama dengan 1 untuk mazhab imam Syafi'i dan MA sama dengan 2 untuk Mazhab imam Hanafi. d. Magrib = waktu zhuhur + (12/PI) * acos((sin((-0,8333 0,0347 * H ^ 0,5)) sin(delta) * sin(L)) / (cos(delta) * cos(L))) e. Isya' = waktu zhuhur + (12/PI) * acos((sin(-1 * sudut altitude matahari isya') sin(delta) * sin(L)) / cos(delta) * cos(lintang)))

Anda mungkin juga menyukai