Anda di halaman 1dari 15

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetes mellitus 1. Pengertian diabetes mellitus Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah dalam darah atau hiperglikemia ( Brunner, 2001 ). Diabetes mellitus adalah suatu kelompok metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua duanya (Association Nursing America, 1998). Kesimpulan dari pengertian diatas adalah diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai dengan kenaikan kadar glukosa darah dalam darah atau hipenglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-keduanya

2. Tanda dan gejala Menurut Tjokprawiro ( 2002 ) gejala dan tanda diabetes mellitus dapat dikelompokkan menjadi gejala akut dan kronik. a. Gejala akut Gejala diabetes mellitus dari penderita satu dengan lainnya tidak selalu sama. Gejala tersebut dibawah ini adalah gejala yang pada umumnya timbul dengan tidak mengurangi kemungkinan adanya variasi gejala yang lain, bahkan ada penderita diabetes mellitus yang tidak menunjukkan apapun sampai pada saat tertentu. Pada permulaan gejala yang timbul sering disebut 3P yaitu polifagia ( banyak makan ), polidipsi ( banyak minum ) dan poliuria ( sering kencing ). Dalam fase ini biasanya penderita menujukkan berat badan yang terus bertambah ( gemuk ) karena pada saat ini jumlah insulin masih mencukupi.

b. Gejala kronik Penderita diabetes mellitus tidak menunjukkan gejala akut ( mendadak ) tapi penderita menunjukkan gejala sesudah beberapa bulan atau beberapa tahun mengidap penyakit diabetes mellitus. Gejala kronik yang sering timbul antara lain kesemutan, kulit terasa panas, tebal dikulit, kram, mudah mengantuk, pada wanita akan gatal disekitar kemaluan, kemampuan seksual menurun dan bisa impoten sedangkan untuk ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg. 3. Terapi diit Pengaturan makan ( diit ) merupakan kunci pengendalian diabetes mellitus, khususnya yang tergolong NIDDM yang harus diupayakan seterusnya. Suatu pendapat yang keliru yang menganggap bahwa kalau sudah mendapat obat anti diabetes mellitus berarti makan boleh bebas. Dengan pengaturan makan dapat diupayakan demikian rupa sehingga kegamukan dapat dikurangi. Dengan demikian kepekaan sel terhadap kerja insulin meningkat, kadar gula darah dapat menurun. Dalam waktu singkat saja sudah dapat mengurangi gejala gejala meskipun berat badan belum terpengaruh. Disamping itu dengan berkurangnya

kegemukan akan mengurangi faktor resiko komplikasi menahun. Dalam menyusun pengaturan makan ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain : a. Kebutuhan kalori Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal. Komposisi energi adalah 60 70 % dari karbohidrat, 10 15 % dari protein dan 20 25 % dari lemak. Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan penderita diabetes mellitus. Diantaranya adalah dengan memperhitungkan berdasar kebutuhan kalori basal yang besarnya 25 30 kalori / kg BB ideal, ditambah atau dikurangi tergantung dari beberapa faktor yaitu :

1) Jenis kelamin Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil dari pada pria, untuk itu dapat dipakai angka 25 kal / kg BB untuk wanita dan angka 30 kal / kg BB untuk pria. 2) Umur Penurunan kebutuhan kalori diatas 40 tahun harus dikurangi 5 % untuk tiap dekade antara 40 59 tahun, sedangkan antara 60 69 tahun dikurangi 10 % dan diatas 70 tahun dikurangi 20 %. 3) Aktifitas fisik Jenis aktifitas yang berbeda membutuhkan kalori yang berbeda pula. 4) Kehamilan atau laktasi Pada permulaan kehamilan diperlukan tambahan 150 kalori / hari dan pada trimester 2 dan 3 diperlukan tambahan 350 kalori / hari. Pada waktu laktasi diperlukan tambahan sebanyak 550 kalori / hari. 5) Adanya komplikasi Infeksi, trauma atau operasi yang menyebabkan kenaikan suhu memerlukan tambahan kalori sebesar 13 % untuk tiap kenaikan 1 derajat celcius. 6) Berat badan Bila kegemukan atau terlalu kurus, dikurangi atau ditambah sekitar 20 30 % tergantung kepada tingkat kegemukan atau kekurusan. b. Daftar bahan makanan penukar Daftar bahan makanan penukar adalah suatu daftar nama bahan makanan dengan ukuran tertentu dan dikelompokkan berdasarkan kandungan kalori, protein, lemak dan hidrat arang. Setiap kelompok bahan makanan dianggap mempunyai nilai gizi yang kurang lebih sama. Dikelompokkan menjadi 7 kelompok bahan makanan yaitu : Golongan 1 : bahan makanan sumber karbohidrat Golongan 2 : bahan makanan sumber protein hewani

Golongan 3 : bahan makanan sumber protein nabati Golongan 4 : sayuran Golongan 5 : buah buahan Golongan 6 : minyak Golongan 7 : makanan tanpa kalori c. Pola diet Menurut vitahealth ( 2004 ) pola diet pada pasien diabetes mellitus yaitu : a) Kurang energi Jumlah energi disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan kegiatan jasmani untuk mencapai dan

mempertahankan berat badan ideal. b) Kurangi lemak Makanan lemak tinggi dapat meningkatkan kadar kolesterol dan membuat kerja insulin menjadi tidak efisien. Menurut ADA atau EASD bahwa asupan makanan lemak jangan lebih dari 30 % dan kolesterol kurang dari 300 mg/hari. c) Karbohidrat Hasil penelitian menunjukkan bahwa diabetes mellitus makin meningkat sesuai dengan cara hidup modern yang memicu cara hidup kebarat baratan yaitu dengan meningkatnya refined carbohydrate terutama dikota besar, karbohidrat jenis itu terdapat pada bakeri seperti cake, roti halus cepat sekali diserap dan akan meningkatkan kadar glukosa darah. Dengan diet tinggi karbohidrat dan tinggi serat kadar kolesterol dan trigliserida akan menjadi baik. d) Pemanis Makanan yang manis dan bahan tidak seluruhnya dari gula pasir atau gula buah yang sederhana, kombinasinya dengan protein, lemak dan karbohidrat dapat memperlambat penyerapan gula sederhana.

e) Serat Menurut ADA pasien diabetes mellitus untuk konsumsi seratnya 30 40 gr/hari dan serat pada diabetes mellitus lebih banyak berasal dari sayur sayuran yang mengandung lebih banyak serat tak larut dibanding serat yang berasal dari buah buahan. d. Olah raga Manfaat olah raga bagi diabetes adalah penurunan kadar glukosa darah, mencegah kegemukan, berperan dalam mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi. Keadaan keadaan ini dapat mengurangi resiko penyakit jantung koroner ( PJK ) dan meningkatkan kualitas hidup diabetesi serta memberikan keuntungan secara psikologis ( Ilyas, 1996 ). Menurut Chaveau dan Kaufman ( 1989 ) dikutip oleh Ilyas ( 1996 ) olah raga pada diabetesi dapat menyebabkan terjadinya peningkatan glukosa oleh otot yang aktif, sehingga secara langsung olah raga dapat menyebabkan penurunan kadar glukosa darah. Dan hasil penelitian Allen bahwa olah raga aerobik yang teratur akan mengurangi kebutuhan insulin sebesar 30 50 % pada diabetes melitus tipe 1 yang terkontrol dengan baik. Pada diabetes mellitus tipe 2 yang dikombinasikan dengan penurunan berat badan akan mengurangi kebutuhan insulin hingga 100 %. Prinsip olah raga pada diabetesi sama saja dengan prinsip olah raga secara umum yaitu frekuensi, time ( durasi ) dan tipe ( jenis ). e. Obat antidiabetika oral Menurut Tjokprawiro ( 2002 ) ada 3 obat anti diabetes yang ada di Indonesia yaitu : a) Tipe 1 ( Short Acting ) Jenis ini memiliki paruh waktu sekitar 4 jam, daya kerjanya cepat, diberikan 1 3 kali sehari ( pagi siang sore ). Yang termasuk kelompok ini adalah restinon, orinase, nadisan, dymelors.

10

b) Tipe 2 ( Intermediate Acting ) Memilih paruh waktu antara 5 8 jam, diberikan 1 2 kali sehari ( pagi dan siang jangan pagi dan sore ) apabila diberikan cukup sekali sehari, berikanlah pada pagi hari saja. Termasuk golongan ini adalah golongan glibenclamid ( euglukon, daonil ), golongan gliclazide ( diamicron ), golongan gliquidone ( glurenorm ) dan golongan glipizide ( minidiab ). c) Tipe 3 Mempunyai paruh waktu antara 24 36 jam, diberikan sekali saja setiap pagi jangan diberikan dalam dosis terbaru. 4. Pemeriksaan Menurut Margatan ( 1996 ) pemeriksaan atau check up yang harus dilakukan oleh diabetes ada 3, yaitu : a. Pemeriksaan fisik lengkap yang meliputi kesehatan umum seperti berat badan, tekanan darah dan sebagainya. b. Pemeriksaan laboratorium yang meliputi pemeriksaan gula darah puasa, pemeriksaan gula darah 2 jam setelah makan, urine lengkap, lemak ( kolesterol HDL, LDL dan trigliserida ), ureum dan kreatinin. c. Pemeriksaan spesialisasi antara lain pemeriksaan mata, syaraf dan jantung.

B. Kepatuhan Penderita Diabetes Mellitus Kepatuhan adalah menuruti suatu perintah atau suatu aturan. Menurut Safarino ( 1990 ) Kepatuhan adalah tingkat pasien melaksanakan perawatan, pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh perawat, dokter atau tenaga kesehatan lainnya. Safarino yang mengutip dari Becker ( 1979 ) dalam perilaku kepatuhan yang berhubungan dengan kesehatan adalah : a Perilaku sehat yaitu tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatanya yaitu pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri, olah raga dan pengaturan makan. Hal ini diharapkan pada pasien diabetes mellitus dituntut untuk mematuhi peraturan dalam

11

memelihara berkelanjutan. b

kesehatannya

agar

tidak

terjadi

komplikasi

yang

Perilaku sakit yaitu segala bentuk tindakan yang dilakukan individu yang sedang sakit untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya, termasuk juga kemampuan individu untuk mengidentifikasi sakit, penyebab penyakit serta usaha usaha mencegah penyakit tersebut. Apabila pasien diabetes mellitus mengetahui cara perilaku sakit, maka pasien dapat melakukan tindakan sesuai dengan penyakitnya, serta mengetahui keadaan dalam diri pasien sendiri.

Perilaku peranan sakit yaitu segala bentuk tindakan yang dilakukan individu yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan. Faktor utama yang mempengaruhi perilaku yaitu persepsi individu tentang penyakitnya, faktor intensitas gejala, motivasi untuk menghilangkan gejala dan faktor sosial psikologis yang mempengaruhi respon sakit. Menurut Kelman ada tiga cara perubahan perilaku, yaitu faktor terpaksa, karena ingin meniru ( identification ), karena menghayati manfaatnya ( internalization ). Hal ini perlu dilakukan pada pasien diabetes mellitus agar tercapai kesembuhan salah satunya dengan kepatuhan dalam menjalankan terapi diit selama sakit dan setelah sembuh agar terjaga kesehatannya. Menurut Notoatmodjo ( 2003 ) yang mengutip dari Lewin, perubahan

perilaku melalui tiga tahap yaitu pencairan, proses bergerak dan pembekuan kembali. Pada tahap pencairan, individu menyadari adanya masalah dan alternative penyelesaian masalah dan individu mempunyai motivasi yang kuat untuk beranjak pada tahap bergerak yaitu bergerak menuju tahap baru karena telah cukup mempunyai informasi serta data. Pada tahap ini akan terjadi perubahan perilaku dimana faktor pendorong lebih kuat dari pada faktor penguat. Pada tahap pembekuan kembali akan terjadi perilaku baru dan keseimbangan. Pada tahap ini perlu adanya penguatan. Menurut Notoatmodjo ( 2003 ) yang mengutip dari Lewin perilaku kepatuhan pada individu sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

12

a. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan hal yang sangat mempengaruhi terbentuknya perilaku seseorang. Pengetahuan pasien yang rendah tentang pengobatan dapat menimbulkan kesadaran yang rendah yang akan berdampak dan berpengaruh pada pasien dalam mengikuti cara pengobatan, kedisiplinan pemeriksaan yang akibatnya dapat terjadi komplikasi berlanjut. Upaya pendidikan kesehatan pada pasien diabetes mellitus akan meningkatkan pengetahuan tentang penyakit yang dideritanya, menurut Redhead ( 1993 ) menyatakan bahwa pendidikan kesehatan yang efektif pada pasien diabetes mellitus merupakan dasar dari kontrol metabolisme yang baik dimana dapat meningkatkan hasil klinis dengan jalan meningkatkan pengertian dan kemampuan pengelolaan penyakit diabetes mellitus. b. Sikap adalah reaksi tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek. c. Ciri ciri individu meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi. d. Partisipasi keluarga merupakan keikutsertaan keluarga dalam membantu pasien melaksanakan perawatan dan pengobatan. Sikap pasien diabetes mellitus tehadap penyakit yang dideritanya akan meningkat cukup berarti setelah pemberian intervensi pendidikan kesehatan yang berpengaruh pada program untuk menjalankan terapi diit. Pasien diabetes mellitus pada saat berinteraksi dengan orang lain selalu ada mekanisme mental yang mengevaluasi, membentuk pandangan, mewarnai perasaan dan akan ikut menentukan kecenderungan perilaku terhadap dirinya ( Anwar, 2002 ). Pandangan dan perasaan seseorang sangat dipengaruhi oleh ingatannya pada masa lalu, tentang apa yang diketahui dan kesannya terhadap apa yang sedang dihadapi saat ini. Pengalaman seseorang pada masa lalu membawa sikap dan perilaku terbuka dan tertutup terhadap dorongan diri orang lain ( Nurjanah, 2001 ). Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien dalam mengambil suatu tindakan untuk pengobatan seperti diit, kebiasaan hidup sehat dan ketepatan

13

berobat. Sarwono menyatakan bahwa sikap dan perilaku individu dimulai dengan tahap kepatuhan, identifikasi petugas tanpa kerelaan untuk memberikan tindakan dan sering menghindar, hukuman jika pasien tidak patuh. Kepatuhan pasien diabetes mellitus dalam melaksanakan program pengobatan dapat ditingkatkan dengan mengikuti cara sehat yang berkaitan dengan nasehat, aturan pengobatan yang ditetapkan, mengikuti jadwal pemeriksaan dan rekomendasi hasil penyelidikan ( Murphy, 1997 ). Perilaku kepatuhan adalah perilaku yang harus dilakukan seorang pasien untuk melaksanakan cara pengobatan atau nasehat yang ditentukan oleh tenaga kesehatan yang dapat memperbaiki keadaan sesuai dengan penyakit diabetes mellitus yang dideritanya. Terbentuknya perilaku kepatuhan ditentukan pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai nilai yang dimiliki pasien diabetes mellitus serta ketersediaan atau keterjangkauan fasilitas kesehatan dan dorongan dari petugas atau dari keluarga pasien. Kesimpulan dari pengertian diatas adalah kepatuhan penderita diabetes Mellitus merupakan suatu perilaku yang dilakukan oleh penderita diabetes mellitus untuk melaksanakan terapi terapi diit diabetes mellitus yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan yang dapat memperbaiki keadaan sesuai dengan penyakit yang dideritanya antara lain dengan penendalian asupan nutrisi / diit dan berolahraga secara teratur.

C. Pengetahuan 1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga ( Notoatmodjo, 2003 ). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu :

14

Tahu ( Know ) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk dalam pengetahuan tingkat tingkat ini adalah mengingat kembali ( recall ) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, contohnya menyebutkan cara untuk menjalankan terapi diit pada penderita diabetes mellitus.

Memahami ( Comperehension ) Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan terhadap objek yang dipelajari, contohnya dapat menjelaskan mengapa harus menjalankan terapi diit.

Aplikasi ( Aplication ) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real. Aplikasi ini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengguna hukum hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.

Analisis ( Analysis ) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Sintesis ( synthesis ) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang ada.

Evaluasi Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian

15

penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan tingkatan diatas. Menurut Nasution ( 1993 ) pengetahuan dalam masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : a. Tingkat Pendidikan Semakin tinggi pendidikan maka akan lebih mudah menerima hal hal baru dan mudah menyesuaikan dengan hal hal baru tersebut. b. Informasi Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan memberikan pengetahuan yang lebih jelas. c. Budaya Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkatan pengetahuan seseorang karena informasi informasi baru akan disaring kira kira susuai atau tidak dengan budaya yang dianut. d. Pengalaman Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, maksudnya pendidikan pendidikan yang lebih tinggi pengalamannya akan lebih luas dan umur yang semakin banyak pengalamannya juga akan semakin banyak. e. Sosial ekonomi Tingkat seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup. 2. Pengetahuan tentang diabetes mellitus pengetahuan diabetes mellitus merupakan suatu pengetahuan yang dimiliki oleh penderita diabetes mellitus mengenai pengertian diabetes mellitus, tanda dan gejala diabetes mellitus, terapi diit diabetes mellitus dan pemeriksaan diabetes mellitus.

16

3. Pengetahuan tentang diit diabetes mellitus Pengetahuan diit diabetes mellitus merupakan pengetahuan yang dimiliki oleh penderita diabetes mellitus mengenai diit diabetes mellitus yang meliputi kebutuhan kalori, daftar bahan makanan penukar. Pola diit dan olah raga. Dengan penderita mellitus mempunyai pengetahuan diit diabetes mellitus maka akan dapat memperbaiki keadaan sesuai dengan penyakit yang dideritanya.

D. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek ( Notoatmodjo, 2003 ). Menurut Notoatmodjo ( 2003 ) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok, yaitu : 1. Kepercayaan ( keyakinan ) ide dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi suatu objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak ( trend to behave ). Menurut Notoatmodjo ( 2003 ) sikap mempunyai empat tingkatan, yaitu : a. Menerima ( receiving ) Menerima diartikan bahwa orang ( subjek ) memperhatikan stimulus yang diberikan ( subjek ). b. Merespon ( responding ) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah adalah bahwa orang menerima ide tersebut. c. Menghargai ( valuing ) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah indikasi sikap tingkat tiga.

17

d. Bertanggung jawab ( responsible ) Bertanggung jawab antar segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara langsung dapat dilakukan dengan pernyataan pernyataan hipotesa, kemudian ditanyakan pendapat responden. Menurut Soetarno ( 1993 ) ada dua faktor yang mempengaruhi pembentukan dan perubahan sikap yaitu : 1. Faktor intern Manusia senantiasa memilih jika dihadapkan pada beberapa perangsang yang ada diluar dirinya. Pilihan tersebut berhubungan erat dengan motivasi dan sikap yang sedang bekerja didalam dirinya dan yang mengarahkan perhatiannya kepada objek objek tertentu diantara seluruh objek yang memungkinkan ada pada waktu itu. Pilihan yang sama kepada semua perangsang yang dating dari luar. 2. Faktor ekstern Pembentukan dan perubahan sikap ditentukan pula oleh faktor faktor ekstern, misalnya : sifat, isi dan orang orang yang menyokong pandangan baru itu. Cara pandangan itu diterangkan dan situasi tempat sikap itu diperbincangkan.

18

E. Kerangka Teori

Pengaruh kepatuhan terhadap diit diabetes mellitus : 1. 2. 3. 4. 5. Pendidikan Status sosial ekonomi Pengetahuan Sikap Partisipasi keluarga

Faktor pemungkin : 1. Informasi 2. Budaya 3. pengalaman Kepatuhan menjalankan terapi diit pada penderita Diabetes melitus

Faktor penguat : Sikap dan perilaku penderita diabetes melitus

(Sumber : Notoatmodjo,2003 dan Nasution,1993)

19

F. Kerangka Konsep

Variable Independent Pengetahuan penderita Diabetes melitus

Variabel Dependent Kepatuhan menjalankan terapi diit pada penderita Diabetes melitus

G. Variabel penelitian 1. Variabel Independent ( bebas ) : pengetahuan 2. Variabel Dependent ( terkait ) : kepatuhan menjalankan terapi diit pada penderita Diabetes mellitus

3. Hipotesis Ada hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan menjalankan terapi diit pada penderita Diabetes mellitus di Puskesmas Mranggen 1 Kabupaten Demak.

Anda mungkin juga menyukai