Anda di halaman 1dari 3

STRATEGI MENUMBUHKEMBANGKAN IKM BERBASIS HASIL PERIKANAN LAUT DI KABUPATEN PESISIR SELATAN Oleh : Fera Eza Safitri

(Dosen Pembimbing : Prof.Dr. Firwan Tan, SE, MEc.DEA.Ing (Ketua) dan Dr. Hefrizal Handra, M.Soc.Sc (Anggota)

RINGKASAN

Pesisir Selatan adalah kabupaten yang memiliki pantai sepanjang 234 km dan merupakan kabupaten dengan pantai terpanjang di Propinsi Sumatera Barat. Kabupaten ini memiliki 47 buah pulau kecil dengan luas secara keseluruhan 1213 km2 . Terdiri dari 12 kecamatan (2011) dan dari 12 kecamatan tersebut, sebanyak 10 kecamatan memiliki garis pantai yaitu Kecamatan Koto XI Tarusan, Bayang, IV Jurai, Batangkapas, Sutera, Lengayang, Ranah Pesisir, Linggo Sari Baganti, Pancung Soal dan Kecamatan Lunang Silaut. Jumlah penduduk terbanyak bertempat tinggal di wilayah pesisir dan sebagian besar adalah nelayan dan menggantungkan kehidupan ekonomi rumah tangganya dari hasil-hasil kelautan. Data BPS 2011 menunjukkan dari 177.073 orang jumlah penduduk yang bekerja, sebanyak 52,37% diantaranya bekerja di sektor pertanian/perikanan, 15,77% bekerja di sektor perdagangan, hotel dan restoran dan 13,58% bekerja di sektor jasa-jasa. Kemudian sisanya 15,44% bekerja pada sektor lainnya sedangkan yang bekerja di sektor industri pengolahan hanya sebanyak 2,85%. Data ini menunjukkan bahwa sangat sedikit masyarakat pesisir mengenali kehidupan industrialilisasi. Penelitian ini menggunakan alat analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif yang digunakan adalah penghitungan Location Quotient (LQ) dan penghitungan Industry Concentration (IC). Selanjutnya metode analisis kualitatif yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis SWOT. Hasil analisis kuantitatif menunjukkan bahwa dari data PDRB Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2006-2010, konsentrasi subsektor perikanan dalam PDRB rata rata sebesar 6,4 %. Terhadap sektor pertanian, sub sektor perikanan

terkonsentrasi sebesar 19 20 % setiap tahunnya. Ini berarti dari rata rata 30% konsentrasi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2006 - 2010, 20% nya berasal dari dari subsektor perikanan. Dari lima subsektor yang ada pada sektor pertanian, ada tiga subsektor yang berpotensi untuk dikembangkan antara lain subsektor tanaman pangan dan hortikultura, subsektor peternakan, dan subsektor perikanan. Subsektor yang memiliki nilai LQ terbesar adalah subsektor perikanan. Meskipun subsektor tanaman pangan dan hortikultura adalah kontributor terbesar PDRB sektor pertanian, namun nilai LQ nya hanya menempati urutan ketiga bahkan setelah subsektor peternakan. Terdapat masalah yang dihadapi nelayan dalam menumbuhkembangkan IKM berbasis hasil perikanan laut di Kabupaten Pesisir Selatan. Antara lain : Dari sisi sosial ekonomi nelayan terdapat permasalahan yaitu : Penghasilan kurang memadai, keterbatasan akses modal, adanya ketimpangan dalam sistem bagi hasil, bantuan yang kurang merata dan terbatas, kurangnya pembinaan dan Bimtek. Dari bidang produksi dan teknologi terdapat permasalahan antara lain : Faktor alam dimana kondisi iklim yang semakin ekstrim menjadi penghambat nelayan turun ke laut, terbatasnya teknologi, kemampuan nelayan yang terbatas menggunakan teknologi, mayoritas kapal berukuran kecil. Dari sudut pandang pemasaran dan jaringan distribusi terdapat permasalahan antara lain : Wilayah pemasaran didominasi oleh pasar lokal, harga sangat ditentukan oleh pedagang pengumpul, pengetahuan nelayan masih sangat terbatas terhadap akses informasi dan jalur distribusi, produk masih didominasi oleh ikan segar, belum tersedianya tempat penyimpanan ikan berskala besar, masih terbatasnya dukungan pemerintah untuk membantu pemasaran/distribusi, nelayan masih buta dengan pasar ekspor dan berdagang melalui internet. Dari sisi pembiayaan terdapat permasalahan : Keterbatasan modal sendiri, keterbatasan pengetahuan dan kemampuan untuk mendapatkan akses informasi terhadap lembaga pembiayaan, tidak memiliki agunan yang cukup, suku bunga yang cukup tinggi bila hanya meminjam ke BPR, keterbatasan koperasi untuk

ii

pembiayaan usaha nelayan, ketergantungan pembiayaan terhadap juragan kapal/pedagang pengumpul, keterbatasan dana bantuan dari pemerintah. Dari sisi tata kelola dan kelembagaan terdapat permasalahan antara lain : Koordinasi pemda dan pemprop yang masih bersifat parsial, belum adanya koordinasi kelembagaan yang terpadu dalam mengembangkan iptek, belum efektifnya kelembagaan pembinaan dan pelatihan, belum efektifnya

asosiasi/kelompok nelayan, masih lemahnya peran lembaga keuangan untuk mendukung usaha IKM, pembinaan terhadap IKM tidak melembaga dengan baik. Berdasarkan analisa faktor internal dan eksternal dalam

menumbuhkembangkan IKM berbasis hasil perikanan laut di Kabupaten Pesisir Selatan, maka didapatkan hasil bahwa peluang lebih besar dari ancaman yang ada dan kekuatan lebih besar dari kelemahan yang ada. Maka dengan kata lain, untuk menumbuhkembangkan IKM berbasis nelayan di Kabupaten Pesisir Selatan perlu menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Adapun strategi tersebut antara lain : Meningkatkan hasil tangkapan produk kelautan dan Transformasi kegiatan nelayan dari produksi menjadi agroindustri. Agar industrialisasi berbasis hasil perikanan laut ini dapat terlaksana dan tumbuh dengan baik, maka hal hal yang harus dilakukan pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan melalui dinas terkait adalah terus-menerus melakukan pendidikan, pelatihan dan pembinaan cara-cara berproduksi yang berorientasi nilai tambah kepada nelayan agar terbentuk pola pikir nelayan yang berorientasi industri dan kewirausahaan (from exploitacy to industry), membangun pilot proyek pengembangan IKM berbasis hasil perikanan laut sebagai bentuk usaha rakyat di sebuah kawasan/wilayah nelayan di Kabupaten Pesisir Selatan dalam suatu bentuk kelembagaan yang mengkoordinasikan lintas SKPD dan instansi, meningkatkan kemampuan untuk menyediaan dukungan sarana dan prasarana produksi yang memadai termasuk lembaga pembiayaan.

iii

Anda mungkin juga menyukai