Anda di halaman 1dari 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar Agama Islam 1. Pengertian Hasil Belajar Menurut Sardiman belajar adalah berubah.1 Dalam hal ini yang dimaksud belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkunganya. Jadi dengan belajar akan membawa sesuatu perubahan pada individu belajar. Perubahan tersebut tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, watak dan lain-lain. Pendapat di atas sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Slameto bahwa belajar adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya. 2 Disebabkan belajar merupakan suatu proses, maka proses tersebut sangat erat kaitanya dengan hasil yang diperoleh, sebab proses itu sendiri merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran

sedangkan hasil belajar adalah kemampuan yang dimilki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.3 Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya tujuan pembelajaran sangat bergantung pada proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang dilakukan secara optimal akan memberikan hasil belajar yang optimal pula, dan untuk menyatakan bahwa suatu proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila Tujuan Intruksional Khususnya (TIK) dapat dicapai.
1

Sardiman A. M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta : Grasido, 2007), hal.

21. Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi (Jakarta : Rineka Cipta, 2003). Hal. 2. 3 Nana Sudjan, Penilaian hasil dan Proses Belajar-Mengajar (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008), Hal. 22.
2

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Dari penjelasan di atasdapat disimpulkan bahwa tujuan dari belajar lebih terfokus pada sejauh mana ketercapaian pembelajaran terhadap tujuan instruksionalnya, namun untuk memperoleh tersebut banyak faktor yang mempengaruhinya, secara garis besar faktor-faktor tersebut dapat digolongkan menjadi dua yaitu a. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu, faktor ini melipiti faktor psiologis dan psikologis. Faktor psiologis meliputi jasmani siswa, seangkan faktor psikologis meliputi kecerdasan, minat, motivasi dan lain-lain. b. Faktor ekstern adalah faktor yang berada di luar individu, faktor ini meliputi sosial dan non-sosial, faktor sosial meliputi keberadaan guru, teman-teman dan lingkungan. Sedangkan faktor non-sosial meliputi gedung, tempat tinggal siswa, alat-alat dan sebagainya. Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa guru merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar, untuk meningkatkan hasil belajar guru hendaknya mampu menggunakan berbagai macam strategi pembelajaran, tujuannya agar pembelajaran yang dilakukan tidak

membosankan dan mampu menarik perhatian siswa sehingga bermuara pada hasil belajar sesuai dengan apa yang diharapkan. Dalam sumber lain penulis temukan, bahwa Jika proses dan hasil pembelajaran mengalami kegagalan maka berbagai faktor menjadi

penghambatnya, begitu pula sebaliknya, jika keberhasilan menjadi kenyataan maka berbagai faktor yang menjadi pendukungnya.4 Berbagai faktor pendukung keberhasilan pembelajaran yang dimaksud kutipan di atas adalah tujuan, guru, anak didik, kegiatan pengajaran, alat
4

Ibid. Hal. 123.

10

evaluasi, bahan evaluasi dan suasana evaluasi . kesemuanya itu faktor pendukung apakah pengajaran yang dilakukan tergolong berhasil atau tidak hal tersebut tergantung pada indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. 3. Indikator Hasil Belajar Setiap proses pembelajaran selalu menghasilkan hasil belajar, permasalahnnya sekarang sampai ditingkat manakah hasil belajar yang telah dicapai , untuk menjawab itu semua, Djamarah memberikan tolok ukur dalam penelitian tingkat keberhasilan pembelajaran. Adapun tingkat keberhasilan tersebut adalah :
a. b. c. d. Istemewa/maksimal : Apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasi oleh siswa. Baik sekali/optiomal : Apabila sebagian besar (76%-99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai siswa. Baik/minimal : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya (60%75%) saja dikuasai oleh siswa Kurang : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 5 60% dikuasai oleh siswa.

Jadi suatu proses pembelajaran tentang suatuu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi TIK khususnya dari bahan yang diajarkan. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila telah memeliki indikator sebagai berikut : a. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok. b. Prilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran / Intruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok. B. Pembelajaran Kooperatif Tipe Tim Siswa Kelompok Prestasi 1. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang tumbuh dari konsep belajar konstruktivisme, dimana pendekatan konstruktivisme dalam

Ibid. hal. 121-122.

11

belajar dan pembelajaran didasarkan kepada keterpaduan antara konsep kognitif dan social. Sebagaimana Jean Piaget dan Vigotsky menekankan pada pentingnya lingkungan sosial dalam belajar dan menyatakan bahwa Integrasi kemampuan dalam belajar kelompok akan dapat meningkatkan perubahan secara konseptual. 6 Selain itu juga pembelajaran kooperatif disebut sebagai pecahan dari konsep belajar konstruktivisme adalah bahwa kooperatif lebih menekankan pada lingkungan sosial belajar dan menjadikan kelompok belajar sebagai tempat untuk mendapatkan pengetahuan, mengekploritasi pengetahuan, dan menantang pengetahuan yang dimiliki individu. Hal ini sejalan dengan konsep belajar konstruktivisme yang dikembangkann Jeag Piaget dan Vigotsky. Paparan di atas sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Slavin dan Sthal bahwa Cooperatif Learning lebih sekadar belajar kelompok atau kerja, karena belajar dalam Cooperatif Learning harus ada struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan-hubungan yang bersifat interpendensi yang efektif di antara anggota.7 Dari kutipan tersebut dapat drumuskan empat unsure penting dalam pembelajaran kooperatif yaitu (1) Adanya peserta dalam kelompok, (2) adanya aturan dalam kelompok, (3) Adanya upaya belajar setiap anggota keompok, (4) Adanya tujuan yang harus dicapai. Jadi jelas keberhasilan pembelajaran bukan semata-mata ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan keberhasilan belajar akan lebih baik jika dilakukan secara bersama-bersama dalam kelompok-kelompok belajar kecil yang terstruktur dengan baik.

Baharudin dan Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran (Jogjakarta : Arruz Media Grup, 2007), Hal. 117. 7 Solihatin dan raharjo, Cooperatif Learning (Jakarta : Bumi Aksara, 2007), Hal. 4.

12

2. Tipe Tim Siswa Kelompok Prestasi


Ibrahim, dkk. (2000 : 20) menyatakan bahwa Tim Siswa Kelompok Prestasi dikembangkan oleh Robert Salvin dan teman-temannya di universitas John Hopkin dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhan8. Guru yang menggunakan Tim Siswa Kelompok Prestasi, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa di dalam satu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang yang setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui toturial, kuis satu sama lain dan atau melakukan diskusi secara individual setiap minggu atau setiap 2 minggu siswa diberi kuis. Kuis itu diskor dan tiap individu diberi skor perkembangan. Rachmadiarti, (2003 : 13) menyatakan bahwa pada Tim Siswa Kelompok Prestasi siawa dalam satu kelas tertentu dibagi menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Anggota tim menggunakan lembae kegiatan atau perangkat pembel;ajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain dan atau melakukan diskusi. Setiap dua minggu siswa diberi kuis. Kuis itu diskor dan tiap individu diberi skor perkembangan.

WWW.Wordpress.com

13

3. Langkah-langkah Penerapan Model pembelajaran Kooperatif Tipe Tim Siswa Kelompok Prestasi a. Tahap Persiapan Guru memilih salah satu materi yang akan disajikan , membuat soal diskusi menentukan skor dasar individu, skor dasar individu diperoleh dari hasil belajar siswa sebelum tindakan. Membagi siswa dalam kelompok yang heterogen yang beranggotakan empat sampai enam orang yang berdasarkan keheterogenan kemampuan akademik selain mempetimbangkan kriteria heterogen lainnya yaitu jenis kelamin, ras dan lain sebagainya. b. Penyajian kelas Penyajian kelas dimulai dengan penyajian materi yang terdiri dari pendahuluan, menginformasikan materi yang akan dipelajari, pada pendahuluan guru memotivasi siswa untuk belajar menjelaskan tugas-tugas yang akan dikerjakansiswa dalam pembelajaran pada masing-masing kelompok. c. Kegiatan kelompok 1) Guru membarikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-abggota kelompok 2) Siswa yang sudah paham menjelaskan kembali kepada siswa yang belum faham sampai semua anggota pada tiap kelompok paham 3) Guru memberikan pertanyaan kepada seluruh siswa, pada saat menjawab tidak boleh saling membantu d. Evaluasi Guru melakukan evaluasi dengan cara melakukan ulangan harian / quiz kurang lebih 15 menit, yang diperoleh siswa dalam evaluasi selanjutnya diproses untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap tujuan instruksionalnya.

14

e. Penghargaan Memberikan penghargaan kelompok, penghargaan kelompok ini berguna untuk meotivasi siswa belajar secara kooperatif.

C. Hubungan Pembelajarn Kooperatif Tipe Tim Siswa Kelompok Prestasi Terhadap Hasil belajar Siswa Salah satu aspek penting pembelajara kooperatif ialah bahwa di samping pembelajarn kooperatif membantu mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik antar siswa, pembelajaran kooperatif secara bersamaan membantu siswa dalam pembelajaran akademik siswa, Sthal (1994) mengatakan bahwa modelpembelajaran kooperatif learning menempatkan siswa sebagai bagian dari system kerjasama dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar.9 Dari sumber lain penulis temukan, menurut Eggen dan Kauchak bahwa Pembelajarn kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk menca[pai tujuan bersama.10 Jadi pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisifasi siswa, memfasilitasi siswa dan pengalaman sikap keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Dapat disimpulkan siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa maupun sebagai guru sehingga dengan kooperatif mampu mengembangkan pola fikir siswa yang berujung pada peningkatan hasil belajar siswa. Sedangkan pembelajaran kooperatif tipe tim siswa kelompok prestasi untuk mempengaruhi pola interaksi siswa, dan tipe ini membarikan siswa beraktifitas sehingga berujung pada peningkatan hasil belajar.
Eti Solihatin dan raharjo, Cooperative Learning : Analisis Model Pembelajaran IPS. ( Jakarta, 2007), Hal. 5. 10 Trianto, Op. Cit., Hal. 241.
9

15

Berdasarkan keunggulan pembelajaran kooperatif tipe tim siswa kelompok prestasi yang telah dijelaskan di atas diharapkan siswa akan mampu menguasai kompetensi dasar yang ditetapkan dan dapat meningkatkan hasil belajar serta mampu menggugah relasi sosial antar siswa.

D. Hipotesis Tindakan Hipotesis dlam penelitian ini adalah diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar agam islam jika diterapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe Tim Siswa Kelompok Presatsi Kelas V di SD Negeri 21 Lemang Kecamatan Rangsang Barat Kabupaten Kepulauan Meranti khususnya pada pokok bahasan Membiasakan Prilaku terpuji..

E. Konsep Operasional Setiap model maupun strategi pembelajaran yang diterapkan, pasti memiliki berbagai keunggulan dan kelemahan. Salah satu kelemahan pembelajaran kooperatif adalah siswa yang pandai akan memonopoli temuannya pada pembelajaran. Oleh karena itu, untuk menimalisir kelemahannya, langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe tim siswa kelompok prestasi dikondisikan menjadi : 1. Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4-6 orang secara heterogen 2. Guru menyajikan pelajaran 3. Guru member tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggota yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti 4. Guru memberikan pertanyaan kepada seluruh siswa, siswa tidak boleh saling membantu. 5. Guru memberikan evaluasi pada akhir pelajaran. 6.

16

Anda mungkin juga menyukai