Anda di halaman 1dari 2

Era Orde Baru merupakan salah satu rezim pemerintahan yang terlama di Indonesia.

Yaitu berlangsung selama kurun waktu tiga dekade, dari tahun 1968 hingga tahun 1998. Rezim ini secara kontinyu dipimpin oleh Jenderal Soeharto yang dipilih oleh MPRS untuk menempati posisi Presiden RI yang sebelumnya dijabat oleh Ir. Soekarno. Sehingga kemudoian secara otomatis, Soeharto menjadi pimpinan tertinggi dalam politik luar negeri Indonesia selama era Orde Baru. Soeharto sebagai putra dari garis pertahanan NKRI memiliki karakter kepemimpinan yang mengutamakan visi dan misi jangka panjang. Ia terkenal pandai dalam hal mengatur strategi, detail dan cerdas dalam mengolah kesempatan. Banyak perubahan arah yang dilakukan Soeharto terkait politik luar negeri Indonesia terutama melalui sisi pendekatan yang dipilih. Soeharto banyak melakukan perbaikan hubungan luar negeri Indonesia terutama dengan pihak Barat. Pemerintahan Orde Baru yang mendukung pembangunan ekonomi menyadari kebutuhan akan bantuan dan dukungan dari negara- negara Barat. Sehingga profil keras yang muncul pada rezim sebelumnya diganti dengan profi yang lebih lunak dan bersahabat dengan negara-negara Barat. Hasilnya, pemerintah Orde Baru mendapatkan dukungan dari berbagai negara Barat yang lebih diarahkan kepada pembangunan ekonomi dalam negeri. Pertengahan tahun 1980-an kemudian menjadi momen dimana Indonesia berhasil menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi tinggi dikawasan Asia Tenggara. Namun di sisi lain, Indonesia justru membekukan hubungan dengan negaranegara komunis terutama China berkaitan dengan peristiwa G 30 S PKI yang kelam di akhir masa kepemimpinan Soekarno. Walaupun demikian pada tahun 1990, Indonesia membuka kembali hubungan dengan China karena alasan ekonomi. Kebijakan ini diambil untuk meredam sentiment dalam negeri terhadap komunis dan juga membuka hubungan baik dengan Barat. Hal ini berkaitan erat dengan kepentingan nasional Indonesia pada saat itu, yaitu untuk menciptakan stabilitas nasional dari segi ekonomi dan politik, kesejahteraan rakyat, penyelesaian hutang- hutang luar negeri dan melakukan pembangunan nasional yang sempat tertinggal pada rezim sebelumnya. Jika pada era Orde Baru politik luar negeri lebih focus pada ranah global, maka pada era Orde Baru focus politik luar negeri secara bertahap bergerak dari ranah regional kemudian ke ranah global. Instrumen yang sering digunakan untuk memenuhi kepentingan nasional ialah investasi

swasta, diplomasi untuk bantuan dan dukungan asing, perdagangan bebas, kekuatan militer dan daya tahan regional. Pada tahap ini, Indonesia secara konsisten dan dengan tenang menunjukkan kemajuan yang pesat dalam segi ekonomi dan pembangunan. Sayangnya, sikap low profile dalam kebijakan politik ternyata tidak terjadi di dalam negeri. Pemerintahan Soeharto memiliki sikap yang sangat tegas dan keras terhadap rakyat Indonesia dan menyebabkan demokrasi mati di dalam negeri. Sentralisasi dalam pemerintahan terjadi dan lambat laun memicu banyak perpecahan di tubuh NKRI. Terjadi banyak gerakan separatis seperti di Timor- Timur, Aceh dan Irian Jaya yang disikapi dengan gerakan represif dari militer. Hal inilah yang kemudian menjadi hambatan dalam perkembangan politik luar negeri Indonesia pada era Orde Baru. Diplomasi professional yang awalnya sudah konsisten dijalani Indonesia kemudian bergeser menjadi security diplomacy yang menempatkan tokoh- tokoh militer sebagai duta besar negara. Pada titik inilah militer benar- benar banyak berperan dalam politik lyar negeri Orde Baru yang kemudian menjadi high profile.

Anda mungkin juga menyukai