Anda di halaman 1dari 4

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan tubuh

setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam jangka waktu lama akan berakibat buruk terhadap kesehatan. (Almatsier, 2002) Gizi yang baik sangat penting untuk kesehatan yang baik. Kurang gizi dapat menyebabkan imunitas berkurang, peningkatan kerentanan terhadap penyakit, perkembangan fisik dan mental terganggu, dan penurunan produktivitas. Nutrisi berdampak pada proses pembangunan di setiap tahap siklus hidup dari konsepsi sampai mati. (WHO, 2011) Masa balita merupakan periode penting dalam tumbuh kembang anak karena pertumbuhan pada masa ini mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya. Sehingga asupan gizi pada masa ini berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. (Soetjiningsih, 1995) Proses tumbuh kembang setiap anak mengikuti suatu pola tertentu yang unik, baik dalam tumbuh kembang keseluruhan tubuhnya maupun dalam tumbuh kembang bagian-bagian tubuh, organ-organ, dan jaringan. Pada proses tumbuh kembang fisik, terjadi perubahan-perubahan dalam ukuran dan pematangan fungsi yang dimulai dari tahap molekuler yang sederhana pada saat awal kandungan, sampai tingkat anak remaja dengan proses metabolik yang rumit. Proses tersebut

merupakan proses interaksi yang terus menerus serta rumit di antara faktor genetik dan faktor-faktor lingkungan. Salah satu faktor lingkungan fisik yang penting adalah zat gizi yang harus dicukupi oleh makanan anak. Oleh karena itu, nilai keadaan gizi anak sebagai refleksi kecukupan gizi, merupakan salah satu parameter yang penting untuk nilai keadaan tumbuh kembang fisik anak dan nilai keadaan kesehatan anak (Sediaoetama, 2008). Berdasarkan hasil survey WHO pada tahun 2007 terdapat 19,6% balita yang mengalami gizi kurang di Indonesia. Hasil survey Pemantauan Status Gizi (PSG) Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) pada tahun 2011 diketahui bahwa prevalensi gizi buruk di Jawa Timur adalah sebesar 2,5 % . Survey PSG tahun 2011 di Kota Surabaya menunjukkan data balita sangat kurus sebesar 0,64% dan balita kurus sebesar 5,15% dari 160.204 balita yang ditimbang. Dengan demikian KEP total di kota Surabaya tahun 2011 adalah sebesar 5,79%. Berdasarkan studi awal yang dilakukan di Puskesmas Tambakrejo (surat izin terlampir) selama tahun 2011 sebanyak 3.176 anak dengan gizi lebih sebanyak 284 (8,94%), gizi baik 2.767 (87,12% ), gizi kurang 114 (3,59%), dan gizi buruk 11 (0,36%). Selain itu didapatkan juga data anak usia 1-3 tahun di RW IV Kelurahan Kapasan Surabaya sebanyak 38 anak. Dari studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan berupa survei terhadap 10 anak usia 1-3 tahun di RW IV Kelurahan Kapasan Surabaya didapatkan 4 anak dengan gizi kurang, 5 anak dengan gizi normal, dan 1 anak dengan gizi lebih. Status gizi dihitung dengan metode perbandingan antara berat badan dengan usia.

Untuk data perkembangan balita, selama Januari 2012 Juni 2012 Puskesmas Tambakrejo melakukan penilaian terhadap 162 balita diantaranya sebanyak 156 balita mempunyai perkembangan yang sesuai dan yang meragukan sebanyak 6 balita. Di RW IV Kelurahan Kapasan Surabaya dilakukan penilaian perkembangan oleh peneliti terhadap 10 anak usia 1-3 tahun diantaranya 7 anak memiliki perkembangan sesuai dan 3 anak memiliki perkembangan yang meragukan. Perkembangan dinilai dengan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP). Dampak kurang gizi / gizi buruk terhadap perkembangan mental dan otak tergantung dangan derajat beratnya, lamanya dan waktu pertumbuhan otak itu sendiri. Jika kondisi kurang gizi terjadi pada balita, khususnya pada masa golden period perkembangan otak (0-3 tahun), otak tidak dapat berkembang sebagaimana anak yang sehat, dan kondisi ini akan sulit untuk dapat pulih kembali atau bersifat irreversible. (Proverawati, 2009) Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang hubungan status gizi dengan perkembangan anak usia 1-3 tahun di wilayah RW IV Kelurahan Kapasan Surabaya. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah ada hubungan status gizi dengan perkembangan anak usia 1-3 tahun di wilayah RW IV Kelurahan Kapasan Surabaya ?.

1.3 1.3.1

Tujuan Penelitian Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan perkembangan anak

usia 1-3 tahun di wilayah RW IV Kelurahan Kapasan Surabaya. 1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi status gizi anak usia 1-3 tahun di wilayah RW IV Kelurahan Kapasan. 2. Mengidentifikasi perkembangan anak usia 1-3 tahun meliputi

perkembangan personal sosial, motorik halus, motorik kasar, dan bahasa di wilayah RW IV Kelurahan Kapasan. 3. Menganalisis hubungan antara status gizi dengan perkembangan anak usia 1-3 tahun di wilayah RW IV Kelurahan Kapasan. 1.4 1.4.1 Manfaat Penelitian Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi terkait pengetahuan peneliti tentang perkembangan anak usia 1-3 tahun. 1.4.2 Bagi Tempat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan untuk

memperhatikan status gizi dan perkembangan anak usia 1-3 tahun. 1.4.3 Bagi Profesi Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan yang berharga bagi perkembangan ilmu keperawatan khususnya pentingnya pemantauan status gizi pada anak.

Anda mungkin juga menyukai