Anda di halaman 1dari 9

Nama Tingkat Nim

: Evi Rachmawati : II Non Reguler : P27820110067

PROSES PENYEMBUHAN TULANG Tahapan penyembuhan tulang terdiri dari: inflamasi, proliferasi sel, pembentukan kalus, penulangan kalus (osifikasi), dan remodeling. Tahap Inflamasi ( Hematom Formation ) Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang dengan berkurangnya pembengkakan dan nyeri. Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cidera dan pembentukan hematoma di tempat patah tulang. Ujung fragmen tulang mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan darah. Tempat cidera kemudian akan diinvasi oleh magrofag (sel darah putih besar), yang akan membersihkan daerah tersebut. Terjadi inflamasi, pembengkakan dan nyeri. Tahap Proliferasi Sel. Kira-kira 5 hari hematom akan mengalami organisasi, terbentuk benang-benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi, dan invasi fibroblast dan osteoblast. Fibroblast dan osteoblast (berkembang dari osteosit, sel endotel, dan sel periosteum) akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang rawan (osteoid). Dari periosteum, tampak pertumbuhan melingkar. Kalus tulang rawan tersebut dirangsang oleh gerakan mikro minimal pada tempat patah tulang. Tetapi gerakan yang berlebihan akan merusak sruktur kalus. Tulang yang sedang aktif tumbuh menunjukkan potensial elektronegatif.

Tahap Pembentukan Kalus. Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai celah sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan, dan tulang serat matur. Bentuk kalus dan volume dibutuhkan untuk menghubungkan defek secara langsung berhubungan dengan jumlah kerusakan dan pergeseran tulang. Perlu waktu tiga sampai empat minggu agar fragmen tulang tergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibrus. Secara klinis fargmen tulang tidak bisa lagi digerakkan. Tahap Penulangan Kalus (Osifikasi). Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam dua sampai tiga minggu patah tulang, melalui proses penulangan endokondral. Patah tulang panjang orang dewasa normal, penulangan memerlukan waktu tiga sampai empat bulan. Mineral terus menerus ditimbun sampai tulang benar-benar telah bersatu dengan keras. Permukaan kalus tetap bersifat elektronegatif. Tahap Menjadi Tulang Dewasa (Remodeling). Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan reorganisasi tulang baru ke susunan struktural sebelumnya. Remodeling memerlukan waktu berbulan-bulan sampai bertahun tahun tergantung beratnya modifikasi tulang yang dibutuhkan, fungsi tulang, dan pada kasus yang melibatkan tulang kompak dan kanselus stres fungsional pada tulang. Tulang kanselus mengalami penyembuhan dan remodeling lebih cepat daripada tulang kortikal kompak, khususnya pada titik kontak langsung. Selama pertumbuhan memanjang tulang, maka daerah metafisis mengalami remodeling(pembentukan) dan pada saat yang bersamaan epifisis menjauhi batang tulang secara progresif. Remodeling tulang terjadi sebagai hasil proses antara deposisi dan resorpsi osteoblastik tulang secara bersamaan. Proses remodeling tulang berlangsung sepanjang hidup, dimana pada anak-anak dalam masa pertumbuhan terjadi keseimbangan (balance) yang positif, sedangkan pada orang dewasa terjadi keseimbangan yang negative. Remodeling juga terjadi setelah penyembuhan suatu fraktur. (Rasjad. C, 1998)

PROSES PERTUMBUHAN TULANG Pembentukan tulang manusia dimulai pada saat masih janin dan umumnya akan bertumbuh dan berkembang terus sampai umur 30 sampai 35 tahun. Berikut adalah gambaran pembentukan tulang Dari grafik massa tulang mulai bertumbuh sejak usia 0. Sampai usia 30 atau 35 tahun (tergantung individual) pertumbuhan tulang berhenti, dan tercapai puncak massa tulang. Puncak massa tulang belum tentu bagus, tapi diumur itulah tercapai puncak massa tulang manusia. Bila dari awal proses pertumbuhan, asupan kalsium selalu terjaga, maka tercapailah puncak massa tulang yang maksimal, tapi bila dari awal pertumbuhan tidak terjaga asupan kalsium serta giji yang seimbang, maka puncak massa tulang tidak maksimal. Pada usia 0 30/35 tahun, disebut modeling tulang karena pada masa ini tercipta atau terbentuk MODEL tulang seseorang. Sehingga lain orang, lain pula bentuk tulangnya. Pada usia 30 35 tahun, pertumbuhan tulang sudah selesai, disebut remodeling dimana modeling sudah selesai tinggal proses pergantian tulang yang sudah tua diganti dengan tulang yang baru yang masih muda. Secara alami setelah pembentukan tulang selesai, maka akan terjadi penurunan massa tulang. Hal ini bisa dicegah dengan menjaga asupan kalsium setelah tercapainya puncak massa tulang. Dengan assupan kalsium 800 1200 mg perhari, puncak massa tulang ini bisa dipertahankan. Di pasaran sudah beredar asupan kalsium dan vit.D3 yang dilengkapi EPO mengandung kalsium 400 mg, Vit D3 50 iu dan EPO 400 mg, dengan mengkonsumsi produk tersebut 2 x sehari, bisa mempertahankan puncak massa tulang. Tujuan untuk mempertahankan puncak massa tulang adalah : Untuk mencegah penurunan massa tulang, dimana penurunan massa tulang ini akan mengakibatkan berkurangnya kepadatan tulang, dan tulang akan mengalami osteoporosis. Osteoporosis lebih baik dicegah dengan cara asupan kalsium yang cukup setelah usia 30 atau 35 tahun.

Gangguan rasa nyaman nyeri s/d perubahan fragmen tulang, luka pada jaringan lunak, pemasangan back slab, stress, dan cemas.

Tujuan : Meningkatkan atau mempertahankan mobilitas fisik dengan kriteria: mampu

melakukan aktivitas. Kriteria Hasil : Nyeri berkurang atau hilang Klien tampak tenang. Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi. (TD 120/80, suhu 36 37 C, nadi 60-100 X/ menit, RR 16-24 )

Intervensi Independen: a) Mengkaji karakteristik nyeri : lokasi, durasi, intensitas nyeri dengan menggunakan skala nyeri (0-10). b) Mempertahankan immobilisasi (back slab) c) Berikan sokongan (support) pada ektremitas yang luka. d) Menjelaskan seluruh prosedur di atas. Kolaborasi:
e) Pemberian obat-obatan analgesik

Rasional a) Untuk mengetahui tingkat rasa nyeri sehingga dapat menentukan jenis tindak annya. b) Mencegah pergeseran tulang dan

penekanan pada jaringan yang luka. c) Peningkatan vena return, menurunkan edem, dan mengurangi nyeri. d) Untuk mempersiapkan mental serta agar pasien berpartisipasi pada setiap tindakan yang akan dilakukan. e) Mengurangi rasa nyeri

Resiko terjadinya syok s/d perdarahan yg banyak Intervensi Independen: a. Observasi tanda-tanda vital.
b. Mengkaji a. Untuk mengetahui tanda-tanda syok

Rasional

sumber,

lokasi,

dan

sedini mungkin b. Untuk menentukan tindakan


c. Untuk mengurangi perdarahan dan

banyaknya per darahan c. Memberikan posisi supinasi


d. Memberikan banyak cairan (minum)

mencegah kekurangan darah ke otak.


d. Untuk mencegah kekurangan cairan

Kolaborasi: e. Pemberian cairan per infus f. Pemberian obat koagulan sia (vit.K, Adona) dan penghentian perdarahan dgn fiksasi. g. Pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht)

(mengganti cairan yang hilang) e. Pemberian cairan perinfus.


f.

Membantu proses pembekuan darah

dan untuk menghentikan perdarahan. g. Untuk mengetahui kadar Hb, Ht apakah perlu transfusi atau tidak.

Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri/ketidaknyamanan


Tujuan dan criteria hasil: 1. 2. 3. Mempertahankan posisi fungsional. Meningkatkan kekuatan atau fungsi yang sakit dan mengkompensasi bagian tubuh Menunjukkan teknik yang memampukan melakukan aktifitas. Rasional mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi

Intervensi 1. Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan.

mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan 2. Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas. aktivitas apakah karena ketidakmampuan ataukah ketidakmauan. menilai batasan kemampuan aktivitas optimal 3. Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu. mempertahankan /meningkatkan kekuatan dan 4. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif. sebagai suatu sumber untuk mengembangkan 5. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi. R/ perencanaan dan mempertahankan/meningkatkan mobilitas pasien ketahanan otot.

Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi

Tujuan :Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.

Kriteria Hasil : Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus. Luka bersih tidak lembab dan tidak kotor. Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi. (TD 120/80, suhu 36 37 C, nadi 60-100 X/ menit, RR 16-24 X/menit intervensi Rasional

1.

Kaji kulit dan identifikasi pada tahap mengetahui sejauh mana perkembangan luka mempermudah dalam melakukan tindakan yang tepat.

perkembangan luka.

2.

Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka.

mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan mempermudah intervensi. suhu tubuh yang meningkat adanya dapat proses

3.

Pantau peningkatan suhu tubuh.

diidentifikasikan peradangan. tehnik aseptik

sebagai

membantu

mempercepat

4.

Berikan perawatan luka dengan tehnik penyembuhan luka dan mencegah terjadinya aseptik. Balut luka dengan kasa kering infeksi. dan steril, gunakan plester kertas. agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi

5.

Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya debridement.

tidak menyebar luas pada area kulit normal lainnya.

balutan dapat diganti satu atau dua kali sehari


6.

Setelah debridement, ganti balutan sesuai tergantung kondisi parah/ tidak nya luka, agar kebutuhan. tidak terjadi infeksi.

7.

berguna untuk mematikan Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai antibiotik mikroorganisme pathogen pada daerah yang indikasi. berisiko terjadi infeksi.

Gangguan perfusi perifer berhubungan dengan berkurangnya aliran darah akibat adanya trauma jaringan/tulang

Tujuan : Perfusi perifer dapat dipertahankan. Kriteria : HR 60 100 X/mt. Kulit hangat, sensori normal.. Diastolik 60 90 mmHg. RR 16 24 X/mt. Urine output 30 50 cc perjam Pengisian kapiler 3 - 5 detik. Intervensi 1. Rasional

Observasi ada tidaknya kualitas nadi Untuk mendeteksi dini terhadap masalah periver dan bandingkan dengan perfusi perifer. pulses normal. Untuk mendeteksi dini terhadap masalah perfusi perifer.

2.

Observasi pengisian kapiler, warna kulit dan kehangatannya pada bagian distal daerah yang fraktur.

3.

Kaji adanya gangguan perubahan motorik/sensorik anjurkan klien untuk mengatakan lokasi adanya rasa sakit/tidak nyaman.

Untuk

mengetahui

terhadap

masalah/

gangguan perubahan motorik/sensorik.

4.

Observasi traksi jangan sampai terlalu menekan syaraf dan pembuluh darah.

Untuk mendeteksi dini terhadap masalah perfusi perifer.

5.

Pertahankan daerah yang fraktur lebih tinggi kecuali bila ada kontra Untuk meningkatkan aliran vena dan

indikasi.

mengurangi edema.

6.

Kaji fraktur.

bila

ada

edema

dan yang

pembengkakan

ekstrimitas

Untuk mengetahui terhadap masalah aliran vena dan mengurangi edema.

7.

Observasi penurunan

adanya suhu,

tanda-tanda dingin dan Untuk mendeteksi dini terhadap masalah ischemik daerah tungkai.

ischemik daerah tungkai seperti : peningkatan rasa sakit.

8.

Dorong

klien

untuk

melakukan Untuk meningkatkan sirkulasi,

mobilisasi secepatnya sesuai indikasi.

mengurangi terjadinya trombus terutama 9. Observasi tanda-tanda vital, catat dan pada ekstrimitas bagian bawah. laporkan bila ada gejala sianosis, dingin pada kulit dan gejala Untuk mendeteksi dini terhadap masalah perfusi perifer. 10. Berikan kompres es sekitar fraktur. Untuk mengurangi edema sesuai indikasi. perubahan status mental.

11. Kolaborasi Laboratorium, transfusi

untuk foto bila

pemeriksaan rontgen, perlu dan

pemberian cairan parenteral atau darah persiapan operasi jika perlu.

Untuk mendeteksi dini terhadap masalahdan dan pemberian cairan Untuk memudahkan pemberian obat serta pemenuhan cairan bila mual, muntah dan keringat dingin terjadi

Anda mungkin juga menyukai