Anda di halaman 1dari 11

Resume Diskusi Terbuka Tantangan Kebijakan Penataan Ruang Terhadap Jaminan Kesejahteraan Rakyat 7 Januari 2010, Gedung P4W

Kampus IPB Baranangsiang, Bogor (Kerjasama JKPP P4W IPB CAPPA) Sesi I : (09.00 13.00) Fasilitator Dodo : Dalam diskusi ini akan di bagi menjadi 2 sesi : 1. Pemaparan fakta 2. Merumuskan agenda yang akan dilakukan ke depan Untuk mempersingkat waktu, silahkan kepada Pak Ernan (P4W) untuk mengantar diskusi kita hari ini Pak Ernan : Selamat, selamat datang di aula A. Baehaqie P4W IPB. Ini merupakan hal yang baik, karena diberi kesempatan oleh teman-teman untuk memperkaya Penataan Ruang. Penetapan penataan ruang dari dulunya Topdown dan sampai sekarang masih cukup kuat. Namun disisi wacana filosofi (teoritis & akdemis) nampaknya sudah berubah terkait dengan tuntutan tersebut, jadi penatan ruang itu harus benar-benar merupakan proses publik bagi masyarakat. Seolah bagi pemerintah ataupun planner, penataan ruang itu bagi publik tidak akses, namun sekarang publik memerlukan suatu partisipasi di masyarakat dalam penataan ruang. Adanya kelompok-kelompok masyarakat maupun NGO yang aktif dalam memperjuangkan masyarakat, merupakan suatu hal yang baik. Namun seberapa efektif dan sinergis dari aktivitas ini ke depannya. Mungkin ada dari kawan-kawan yang pernah mendengar tentang Forum Tata Ruang, diawali dengan dominasi dari teman-teman akademisi dan sekarang perkembangannya telah terbuka baik bagi masyarakat maupun pemerintah di dalam mailist Forum Tata Ruang, yang banyak menyoroti pada kebijakan dan proses pengawasan dalam pedoman penataan ruang. Mungkin sebagai salah satu informasi, Kami pernah melakukan studi (saya, pak Bowo, UGM, teman-teman dari KLH) pernah melakukan kajian terhadap 13 perundangan yang terkait dengan tata ruang & pengelolaan SDA. Mulai yang paling Tua (UUPA) sampai ke terakhir yaitu UU Minerba dan belum keluar tentang UUPLH dan UUPerlindungan pangan yang berkelanjutan. Ada masalah yang mendasar yaitu, UU yangs atu dengan lainnya tidak konsisten, karena dari perspektif filosofi. Kalau UU Agraria sangat Holistik dan ada UU yang bersifat Liberalistik. Dari perbedaan ini, setiap Departemen menuju pada UU yang dibuat per sektornya itu, yang sering juga terjadi konflik (pemerintah dengan rakyat dan antar sektoral). Misalnya sekarang turunan dari UU kehutanan itu ada PP tentang Tapal batas kawasan hutan. Itulah situasi di tataran romantisnya sudah ada konflik dan di tataran momentratur perundangan dalam istilah itu juga tidak sama, seperti zonasi, penataan tanah. Situasi itulah yang terjadi dan teman-teman pasti memahami situasi di lapangannya. Saya hanya banyak mendengar mengenai sepak terjang kawan-kawan di lapangan di masyarakat, karena penataan ruang itu sangat berhubungan langsung dan terkait dengan keberadaan rakyat. Mudah-mudah kerjasama seperti ini akan terus berlanjut ke depannya. Dodo : Terima kasih Pak Erna sudah membuka Diskusi terbuka ini. Kita awali perkenalan 1. Koko dari JKPP 2. Dodo Koordinator nasional JKPP 3. Didit peneliti P4W

4. Ernan P4W 5. .... terdapat di absensi Sudah saling mengenal sedikit ya. Pada sesi ini kita akan mendengarkan sebagai pemicu diskusi kita Koko JKPP : (Presentasi) Posisi kepulauan nusantara ini diapit oleh 2 lempengan daratan yaitu asia dan australia dengan tersebut maka wilayah Indonesia kaya akan potensi yaitu berupa minyak bumi. Dampak negatifnya, wilayah-wilayah indonesia rawan akan gejala-gejala tubrukan lempengan. Selain itu juga, banyak menguntungkan dengan sebaran gunung-gunung api dan beberapa pulau sebaran gunung aktif dan juga mendapatkan bahaya. Berkahnya ini ialah banyak potensi panas bumi, ada beberapa potensi yang telah di kerjakan dan ada beberapa dalam proses tender. Diskusi saya secara dengan orang Lapan & BMG, jika bumi bergeser itu normalnya antara 2-15 derajat namun bergeser sampai 30 derajat akan sangat rawan bagi kepulauan Nusnatara ini, sehingga perubahan iklim akan mungkin terjadi dari pergeseran sumbu bumi. Saya membandingkan tutupan-tutupan hutan di sumatera (ada 33% wilayahnya masih tertutup hutan,47% non hutan; Jawa sudah tidak ada hutan hanya sedikit; Kalimantan Hutannya mencapai 60% lebih; Sulawesi; Papua. Menurut data 2005/2006. Selain sebaran hutan, juga ada faktor kependudukan. Hal ini sinkron dengan potensi SDA yang kaya dan miskin dalam mensejahterakan penduduk. Data dari SW, untuk ijin2 sawit akan direalisasikan sekitar 26 jutaan ha dan eksisnya sekarang sekitar 8 jutaan Ha, ini hanya dari sawit belum lagi dari investasi lain dalam pemanfaatn ruang. Dan dimana ruang Rakyat dalam pemanfaatan ruang ? Data kepadatan penduduk menurut Podes, dimana kepadatan penduduk mencapai 50% dan untuk pertaniannya mencapai 50% dan selebihnya sektor jasa dan Industri; Bali Nusa tenggra yaitu 75% petani; Sulawesi Maluku Papua tidak ada datanya; Sumetera petani sekitar 70%. Dalam penataan ruang hanya melihat pola kawasan Hutan Lindung Budidaya. Menjadi tanda tanya di Kalimantan, kenapa petaninya itu hanya 50%, padahal umumnya masyarakat ialah petani berladang? Dengan penduduk yang banyak dan SDA miskin itu meliputi Jawa Bali Nusa tenggara. Papua & Kalimantan kaya akan SDA. Sumetara & Sulawesi berada di garis tengah antara SDA & masyarakat. Konteks anatara masyarakat dgn SDA dalam penataan ruang ialah secara normatif ialah mulai daei penataan ruang nasional region/pulau provinsi detail penguasaan tanahnya. Yang harus diinvetaris ialah pada subyek penguasaan lahan (pemerintah komunitas yayasan pribadi badan hukum). Sekarang ini, konsesi-konsesi tidak memperhatikan subyek-subyek penguasaan lahannya, jikalau hal ini diperhatikan akan memperkecil konflik yang terjadi. Jadi penataan ruang nasional itu bukan hanya sekedar pola & strukturnya belaka. Selama ini kita tidak mempunyai inventarisasi penguasaan lahan!!! Yang memang akan ada suatu mekanisme proses jual beli, penyewaan tanah, dll. Pak Ahdian (Dirjen Penataan ruang PU): (Presentasi) Ada beberapa pertnayaan yang memang untuk didiskusikan dari mas koko : subyek penguasaan lahan & lahan kosong dalam perencaan ruang serta lahan yang sudah dikuasai ? Ada 2 parameter yang perlu disoroti, yaitu KLHS dan penataan ruang. KLHS itu dilakukan, apakah setelah sebelum sewaktu tata ruang dibuat ? KLHS dan Tata ruang itu seharusnya merupakasn suatu satu kesatuan yang tidak boleh dilepaskan.

Kewenangan pemerintah dalam tata ruang (pasal 8 UU No.26/2007), ada suatu mandat : Penyelenggaraan tata ruang (yang terkesan hanya kedok) dan kedua ialah melaksanakan penataan ruang nasional (sebagai perencanaan, pemanfaatan, pengendalian ruang wilayah nasional); pelaksanaan kawasan strategis nasional (berupa kewenangan kerjasama antar negara propinsi); melakukan penyusunan pedoman dalam penataan ruang. Pelaksanaan dan perencanaan serta pengendalian bisa dilakukan oleh daerah dengan tetap pembiayaan dari pusat. Belum ada suatu Standar Minilam Penataan Ruang. Ada 9 isu strategis : Penyelesaian kebijakan dan Penataan ruang (nasional, provinsi, kabupaten/Kota); Penguatan kelembagaan penataan ruang (Nasional, provinsi, kabupaten/Kota); peningkatan pembinaan penataan ruang; peningkatan koordinsi dalam penanganan dan penyelesaian konflik penataan ruang; peningkatan koordinasi lintas sektor & wilayah dalam penyelenggaraan perwujudan strukuktur & pola ruang; pengintegrasian RPJP dengan rencana tata ruang wilayah dah dilakukan oleh Bappenas; memanfaatkan rencana secara rinci untuk pelestarian SDA & lingkungan; Sinkronisasi program antar sektor; peningkatan pengendalian pemanfaatan ruang dan penegakan hukum dalam penataan ruang. Sekarang ini baru ada 65 orang di Indonesia dalam penyidikan pelanggaran penataan ruang. Kebijakan ini belum resmi, namun akan lebih diperkuat melalui kebijakan turunannnya. Seperti PP. Dalam memfasilitasi kerjasama pemberdayaan masyarakat, Kami dari dirjen belum tahu caranya. Makanya akan lebih bagus ada suatu kerjasama ke depan yang lebih opltimal. Raflis (TII Riau) : (Presentasi) Strategi Advokasi Tata Ruang ; persoalan tata ruang belum bisa dibangun dari daerah harus melalui nasional dalam membangun konteks hubungan ini. Penguatan BKPRN harusnya memperkuat penataan ruang, namun dalam substanis lebih banyak pelanggaran terhadap UU No.26/2007 dan juga malah menimbulkan konflik antara RTRW dan TGHK. Sehingga tidak terlalu jelas siapa yang berwenang?. Mekanisme turunan penguatan UU Penataan Ruang di bawahnya; revisi terhadap PP 26/2008 terkait sektoral antara TGHK dan RTRWN; mekanisme penyusunan belum jelas; Dep Hut tidak mengakui PP No. 26/2008 maka harus ada konsistensi terhadap UU No.26/2007 dengan PP tersebut; melihat fungsi atas pengeloaan wilayah perhuluan sungai. Sudah hampir 10 tahun di Riau, kawan-kawan mengkritisi perevisian penataan ruang Riau ini. PP No.10/2000 tidak pernah diikuti dalam perencanaan ruang dalam suau detail penggunaan peta. Tawaran rencana aksi : membuat pengawalan dalam pelanggaran penataan ruang yang terjadi; revisi dan terlibat dalam regulasi yang tengah di godok maupun yang ada; persoalan tata ruang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari persoalan sosial dan lingkungan hidup, untuk itu bisa dilakukan seiring dalam melakukan advokasi & kampanyenya; adanya suatu database bersama dalam melakukan advokasi tata ruang. Rivani (CAPPA) : (Presentasi) Penambahan dalam suatu proses partisipaso CSO yang ada di Sumatera dalam melakukan advokasi revisi tata ruang pada sekarang ini.ialah melakukan suatu pengawalan berupa dari Kabupaten dan Provinsi. BKPRD yang sekarang posting di Bappeda juga terjadi tarik-tarikan dala proses pengalihan alih fungsi kawasan. Misalnya kawasan lindung menjadi kawasan tambang. Dinas kehutanan maupun departemen kehutanan hanya mengacu pada Perda maupun Peraturan mengenai luasan kawasan hutan, bukan kepada apa yang terjadi di lapangan dalam melakukan update kawasan. Pltoting wilayah selalu di tentukan dengan investasi dan potensi, dan tidak memperhatikan Keselamatan

Warga. Sebenarnya kerja kita yang telah dilakukann ini ialah membantu kerja-kerja pemerintah dalam memberikan informasi data dasar yang terjadi dilapangan dalam penguasaan dan pengelolaan yang ada di dalam masyarakat. Musrembang juga merupakan bagian dalam ruang melakukan advokasi. Pola eksploitasi kekayaan alam di Pulau Sumetara tidak pernah berubah sejak pendudukan kolonial Belanda, untuk kita mesti melihat dalam pendekatan ekologi dan sosial di konteks penyusunan penataan ruang. Jangan hanya melihat sebagai pendekatan ekonomi dan pendistribusian pendapatan daerah. Saya sepakat dengan Mas Koko, yang menampilkan pentingnya penyelesaian status penguasaan lahan di dalam masyarakat rawan ekologi dalam keberlanjutan hidup. Arie Rompas (WALHI kalteng) : (Presentasi) Investasi di kalimantan tengah sekarang ini memerlukan lahan/tanah yang luas. Sehingga pertaruang ruang di masyarakat ini, ialah pertarungan penguasaan lahan/tanah yang ada di dalam masyarakat. Struktur sosial di kalimantan tengah banyak tersebar di sekitar wilayah Sungai, dimana juga banyak di lakukan investasi untuk pertambangan dan perkebunan sawit. Sehingga kondisinya cepat berubah di waktu musim hujan & kemarau. Penduduk kalteng 2,14 juta kalau dibagi dengan kondisi sekarang hanya sekitar 1,5 ha per orang untuk bisa dimanfaatkan di luar yang telah dimasuki investasi sebesar 80% lahan luasan kalteng. Roadmap dalam ruang di masyarakat ialah terjaminnya ruang kelola rakyat melalui distribusi secara adil sumber-sumber produksi rakyat, melalui kontrol dan pengelolaan oleh rakyat. Pengelolaan ruang haris menghargai pada prinsip : hak asasi manusia dan hak atas lingkungan; menghargai dan daya dukung dalam penyelamatan ekologi genting; upaya mitigasi perubahan iklim pada kawasan gambut kawasan pesisir. Harus ada badan mekanisme di luar BKPRN dalam pelaporan dan pemantauan yang dilakukan oleh masyarakat dalam pelaksanaan dan penyelenggraan Penataan ruang, karena akan mempkuat PU dalam pengelolaan ruang. Pak Ernan & pak Dones KLHS : (Presentasi) Permasalahan-permasalahan di level daerah sangat komplek, dan orang-orang di pusat tidak memahami kekomplekan dari permasalahan yang ada tersebut. Ada 2 Provinsi (Riau & kalteng) yang belum jelas antara TGHK & Perencanaan Ruang. KLHS di Indonesia : melalui replikasi dan aplikasi (kebjakan rencana Program Proyek) dan sering kali Amdal itu di kenal degan Environmental impact analisis. KLHS ini merupakan suata kebijakan dan rencana, sedangkan Amdal itu merupakan suatu bagian dalam pelaksanaan proyek. KLHS tata Ruang, Sektoral, Regional /program masuk ke dalam aplikasi kajian lingkungan pada tahapan Rencana dan Program. Penelahaan KLHS dilakukan pengumpulan dokumen yang sudah ada dan KLHS sepertinya harus mengikuti kebijakan yang selalu dihindar-hindarkan ? KLHS itu intinya, bahwa kajian atas lingkungan dalam perencanaan kegiatan itu sudah dilakukan sehingga ada suatu pedoman dan rencana program yang terintegrasi dalam pembangunan berkelanjutan. Kasus Kalteng sangat komplek sekali antara kepentingan teknis dengan kepentingan politik yang begitu komplek. Kelembagaan di Pusat juga harus memahami kompleksitas permasalahan di daerah. BKPRN itu di skenariokan tidak ada di dalam UU, namun muncul suatu PP untuk ada BKPRN dalam melakukan dan mengawal perencanaan ruang. Laksmi : Sistem land tenure di papua hanya berupa tata konsumsi di dalam penataan ruang saja. Contohnya tata ruang papua, bahwa perencanaa ruang hanya 2 : sistem penguasaan di departemen kehutanan dan areal penggunaaan lain di bawah BPN. Namu bagi masyarakat bahwa seluruh tanah di papua

ada menguasainya setiap jengkalnya, karena dibagi menjadi 7 wilyah adat. Namun peta wilayah adanya tidak ada, karena memetakan wilayah adatnya sangat susah. Bisa dibuat dengan melalui 1 titik sungai ke sunagi lain dan 1 titik gunung ke gunung lain, 1 patok alam ke patok alam lainnya. Tata konsumsi tata produksi tata sumberdaya alam perlu diperhatikan dalam melakukan suatu sistem land tenure di KLHS, maka apakah KLHS ini juga mengkaji terhadap kerawanan atau malah kepada suatu deforestasi hutan saja ? tidak ke dalam suatu ke dalam sistem yang bisa menyelesaikan kompleksitas! Kalau permaslahan penguasaan lahan/tanah tidak dilakukan, maka akan menghasilkan suatu konflik yang dapat terjadi di dalam masyarakat secara komplek. Jauheri/Katjhong (KPSHK) : Pembiayaan penyusuanan penataan ruang, alangkah baiknya dibahas didalam diskusi ini. Apakah hal tersebut di dalam peraturan perundangan ini? Menanggapi Mbak Laksmi, bahwa penguasaan lahan yang sekarang terdapat di masyarakat sekarang ini memang belum selesai. Di sumsel persoalan belum kepada penguasaan suatu lahan namun persoalan secara konflik yang lebih muncul, sehingga persoalan land tenure dari pengelolaan dan penguasaan lahan tidak terlalu kelihatan! Atas dasar apa basis-basis penyusunan penataan ruang? Penguasaan Geostrategi geopolitik geoekonomi dengan penguasaan sumberdaya alam yang ada di dalam kandungan alam. Maka harus ada suatu pendekatan pembangunan sosial dan lingkungan di dalam peningkatan kemampuan pembangunan yang berelanjutan. Perubahan pola pembangunan yang mulai dari peningkatan ekonomi pertanian kepada pola pembangunan yang bersifat pada investasi. Seberapa porsi kepentingan dalam keselamatan warga dan kemakmuran rakyat ? dalam mendukung pembangunan yang berbasis pada masyarakat. Sehingga kita dapat memetakan konflik-konflik dan pengetahuan masyarakat dalam perencanaan dan pemanfaatan ruangnya. Buston (kemitraan) : Perlu ada suatu strategi apa yang harus dilakukan oleh CSO ? dan saya tertarik kepada penataan ruang kepulauan dan pulau itu tidak pernah selesai! Kita perlu membuat suatu prioritas dulu, apakah nasional pulau provinsi kabupaten dalam pengawalan dan melakukan advokasi penataan ruang? Idham (KPA) : Soal teknis konflik ekologis dalam penataan ruang dalam rangka penyelamatan dan perlindungan kemakmuran rakyat. Sehingga perlu suatu pemahaman geopolitik geo strategis geoekonomi ? historis tata ruang seperti apa, apakah memang menata ruang yang telah terjadi carut marut karena kunci dasar dalam pasal 33 UUD 45 hubungan anatar negara masyarakat SDA belum ketemu formulasi yang pas, sehingga ini perlu dijawab dalam adanya suatu pedoman KLHS dalam penataan ruang? Antar tata kuasa menjadi titik masuk dalam perencanaan ruang. Tidak ada yang mau merubah dalam status penguasaan lahan/tanah di dalam masyarakat, namun hanya ada pada penguasaan potensi SDA nya saja (kehutanan pertambangan dll). Perspektif kelas dalam melakukan advokasi di dalam perencanaan ruang sangat diperlukan sehingga ada suatu kelas di masyarakat yang dapat diperjuangkan! Monti (aidenviromental) : Paradigma ilmu perencanaan sekarang ialah rencana sebagai fasilitator, namun yang penting ialah bagaimana proses melakukan dialog dan ada suatu proses negoisasi (perspektif manajemen konflik

& perspektif partisipatif) perlu muncul dalam melakukan perencanaan ruang di dalam memujudkan kemakmuran rakyat? Perlu dipikirkannya pengadaan komisi penataan ruang dalam melakukan pengawalan penyelenggaraan penataan ruang? Midah Saragih (Kiara) : Dari UU No.26/2007 masih mencari SKB dalam pelaksanaan perencanaan ruang. Dengan hasil program 100 hari perekonomian ialah ketersedian lahan dalam pengebangan pembangunan perkebunan dan pertambangan! Syarat dari penataan ruang melalui kontek kadin ini diperlukan sektor unggulan, dimana potensi perikanan dan kelautan diperlukan suatu mendorong perencanaan dalam kemakmuran rakyat dan mitigasi adaptasi perubahan iklim dalam keberlangsungan pulaupulau yang terdapat wilayah perairan indonesia. Ada 2 hal yang ditekankan kawasan pulau & perairan yang bisa disejahterakan untuk rakyat dan terjaminnya kawasan dalam penyelamatan pulau-pulau . Perlu 3 hal: 1) alat penangkapan ikan; 2) mangrove di sekitar pesisir; 3) mengakui kawasan tangkap tradisional masyarakat, karena mobilitas masyarakat yang tinggi dalam pemenuhan antar pulau. Didit (P4W) : Sisi teknis, bahwa banyak orang yang tahu sisi teknis dari perencanaan (ketersediaan data2 dasar) akan ada rencana sistem database spatial nasional. Kedua, bukan hanya skala peta namun skala informasi juga tidak nampak. Misalkan dikawasan lindung, muncul pertanyaan apakah kawasan lindung ini tidak bisa diapa-apakan, yang dsarnya bisa dimanfaatkan, namun batasan fungsi lindung tidak jelas ? fungsi lindung itu banyak variabel persentase oleh akibat (indikator) namun juga belum jelas! Yang kedua yang terkait dnegan Biologis, karena dalam RPJM nasional (visi misi presiden, ) mainstream utamanya tetap kepada (ketersediaan lahan untuk pembangunan) perkebunan. Namun tidak pernah ada pada akses sumber-sumber penghidupan masyarakat dan sosial, yang ada hanya pada trend MarketPlace. Sumber distribusi yang kelihatan itu ialah pengeluaran sumberdaya yang diletakan kepada suatu tempat. Jikalau ideologinya pada pertumbuhan yang tergantung pada eksploitasi sumberdaya alam, maka tidak akan pernah terjadi kemakmuran rakyat dan penguasaan lahan oleh masyarakat. Konstruksi perekonomian yang bersifat distribusi ini akan memunculkan ketergantungan pada pasar. Berry (WALHI) : Banyak hal telah disampaikan oleh kawan-kawan terkait dengan problematika penataan ruang. Dan harus kita perhatikan pertarungan penataan ruang dalam penguasaan akses antara pusat dan daerah melalui kemampuan politik dan ekonomi, yang akan berujung tetap pada akses pasar dan pengkaplingan lahan. Sesi II (14.00 16.30) Fasilitator Yaya : Faktor faktor dalam tata ruang : Aset/SDA dalam satu wilayah; kepadatan penduduk; kerentanan secara alami; drive external; relaita saat ini terjadi krisis dengan penguasaan, produksi, konsumsi : Liberal, kapitalisik; eksploitasi yang masif : bencana ekologis; pemiskinan rakyat. Ada proses yang tidak nyambung tanpa perspektif partisipatif dan resolusi konflik.

Apa yang harus dilakukan : Konteks Tata kuasa Keselamatan Rakyat Produktivitas Rakyat Keberlanjutan Alam Layanan

Tata Produksi

Tata konsumsi

Tata Guna

Tata kuasa harusnya menjadi titik berangkat Rivani : Yang diperlukan awal ialah baseline, informasi yang bersumber dari fakta yang melihat dari konteks tersebut yang bersifat aktual. Berupa kompilasi data baseline dalam penyediaan informasi dan sebagai pengikat isu advokasi tata ruang. Dan yang kedua ialah mempengaruhi proses politiknya dalam pengambilan kebijakan (pusat daerah) melalui pengawalan intensif (masuk ke dalam ruang kelembagaan). Ketiga ialah kajian analisis penataan ruang yang bersifat teknis dan kelembagaan. Indah : sepertinya kita perlu suatu ideologisasi dalam penataan ruang Kathjong : Harus serius dalam melakukan advokasi penataan ruang, baik di tingkat nasional maupun daerah. Sehingga ada suatu sinkronisasi antara daerah dan nasional, bisa melalui suatu baseline yang sudah ada dengan pengumpulan data yang sudah terkumpul dan sudah ada di setiap lembaga. Juga harus ada format baseline data. Monti : Siapa yang mau ngerjain dalam melakukan data baseline dan informasi. Harus mempelajari konteks dan substansi dalam konsep ruang terkait dengan penataan ruang melalui sekolah-sekolah pembebasan seperti Sekolah tata ruang (JKPP), sekolah agraria. Serta pengembangan lingkar belajar. Imam (JKPP) : Tata ruang itu pada dasarnya ditetapkan oleh pemerintah, namun ada ruang-ruang bagi masyarakat dalam berpartisipasi. Peran masyarakat akan berada di mana dalam melakukan partisipasi penataan ruang. Perencanaan konperensif di tingkat lokal (desa, kecamatan) melalui yang lebih detail sehingga bisa masuk ke dalam Musrembang. Dodo (JKPP) : Proses penyampaian maupun membumikan tata ruang kepada masyarakat, antara gampang dan susah. Apalagi ketika melakukan pengajuan atau[un tekanan kepada pemerintah daerah, setelah ada suatu perencanaan yang telah dilakukan oleh masyarakat. Adanya suatu revisi dan pengembangan wilayah dengan setiap tahunnya dapat di rubah, merupakan suatu kesengajaan dalam memasukan investasi. Mencari peluang-peluang intervensi dalam proses penyusunan RTRW nasional daerah. Dalam memulai pendataan dan penyampaian informasi, mungkin dapat di mulai dengan data kasus. Seperti Kecamatan Nanga Mahap, yang telah kita kawal untuk kecamatan terjadi banjir bandang, dimana diwilayah tersebut ada suatu konsesi 2 perusahaan sawit. Masuk ke dalam level pulau, perlu

suatu konsolidasi yang lebih solid dan kuat. Usulan saya, kita coba melakukan konsolidasi melalui Pulau dengan mungkin ada pengawalan dari tim kecil di nasional. Rio (WALHI kalteng) : Berbicara soal ruang, kita tidak terlepas dari sistem yang berlaku di indonesia penguasaan lahan yang seluas-luasnya melalui kekuatan modal. Yang perlu kita lakukan ialah berupa Strategi dan takTik? Misalkan di kalteng, ide pemerintah ialah penguasaan lahan yang sebesar-besarnya! Persoalan dalam akses dan kontrol di kalteng ialah anatar pemprov dan kehutanan. Saya pikir dalam diskusi ini ialah kita dapat memperkaya startegi & tak-tik. Midah : Persoalan di daerah lebih tahu akan suatu kompelksitas permasalahannya, begitu juga dalam kaitannya dengan pengembangan wilayah kepulauan dan pesisir. Rafli (Riau) : Memanfaatkan ruang gerak yang ada dalam kebijakan dan peraturan yang sudah ada, sehingga masyarakat bisa memilih dan menentukan suatu perencanaan di dalam wilayah dan kawasannya. Bogel (KPA) : Prinsip-prinsip utama yang bisa menjadi pegangan kita, sehingga menjadi suatu tindakan bersama sehingga tata kuasa tersebut. Konflik ruang dengan konflik agraria merupakan suatu kesatuan pelanggaran terhadap akses ruang kelola masyarakat. Apakah perundangan ini bisa menyelesaikan konflik ? hal ini dapat dilakukan untuk aksi tindakan kita dalam melakukan intervensi kebijakan dengan memasukan pengakuan wilayah kelola rakyat, baik perundangan yang telah ada maupun yang akan datang (lihat di Prolegnas) melalui prinsip2 utama yang kita pegang. Rafli : Melakukan advokasi tata ruang, bisa melalui base dari gerakan advokasi kita. Seperti kasus di Riau dalam pengelolaan sumber daya sungai, yang dilihat sekarang mulai meluap. Ahdian (PU) : Penataan ruang ini bukannya suatu upaya pemutihan dari pelanggaran yang terjadi sebelumnya. Malah sering kali terjadi tarik menarik dengan kehutanan maupun sektoral lainnya. Sebenarnya kita perlua adanya suatu pengawalan dari NGO, sehingga konflik dalam pelanggaran penataan ruang dapat ditinjau dan diberikan sanksinya. Stake holder yang akan mengawal tata ruang di nasional maupun pulau dan daerah siapa? Sehingga bisa melakukan koordinasi dalam melakukan advokasi tata ruang (bisa melalui dunia maya)! Pendokumentassian temuan-temuan, pengalaman pengalaman lapangan mungkin aja bisa melalui Pengawalan yang dilakukan kepada Mas Dodo (JKPP). Dan juga diperlukan suatu surat telah melakukan pelatihan penataan ruang yang di lakukan oleh pihak-pihak yang memang fokus pada advokasi penataan ruang dan lingkungan hidup. Wiwid (P4W) : Apakah pemerintah perlu di advokasi menyangkut dalam penataan ruang? Artinya perlu ada suatu pemetaan dulu, seperti apa Strata (Strategi dan tak-tik) mungkin dalam penataan ruang ialah pada konsultan pengendalian ruang (pelanggaran penataan ruang) terjadi di nasional dan daerah. Kita

perlu databease kerusakan di suatu kawasan, sehingga dapat di kompilasi dengan peta digitasi yang dapat dijadikan suatu bahan advokasi. Dengan Icon Stop Kelaziman karena yang zalim itu sudah bukan lazim lagi, makanya harus di stop. Bisa melakuakn dengan suatu strategi Kuda troya, yang dimasukan ke dalam kuda troya. Masyarakat tidak punya payung, dalam penyelesaian masalaha ruang. Namun dalam sukses stories, pengalaman pak hardi dalam pengelolaan kaki lima menang dalam suatu okupasi lahan. Ahdian (PU) : Mungkin Mbak yaya, bisa langsung mengunci dari strategi yang akan dilakukan dalam melakukan advokasi penataan ruang ini. Sehingga komunikasi kita bisa terus terjalin. Seperti mbak Laksmi punya Tenurial sistem di papua, bisa dimasukan ke dalam melakukan advokasi tersebut. Yaya : Dalam melakukan intervensi kebijakan kita bisa melalui Penyusunan tata ruang pulau (kalimantan, dll); Prolegnas (UU perkebunan, UU kehutanan, UU MA, dll); KLHS,yang lebih baik sebelum tata ruang. Hal ini bisa melalui wacana terlebih dahulu dalam memulai suatu inisiatif pengembangan isu advokasi dan kampanye. Koko : WALHI punya gagasan tentang bioregion; kspshk punya gagasan tentang registrasi; JKPP dengan pemetaan. Dan imam melakukan pemetaan terkait dengan Ecoregion & Bioregion. Apa yang telah digagasan oleh kita semua bisa dapat di update dan diperbaharui. Dimana dalam tata ruang bahwa hak masyarakat itu bisa nyantol, dan dimana pihak kita? Tentunya kepada masyarakat adat kan. Yang akan kita tawarkan pada saat Prolegnas. Sehingga hak-hak masyarakat bisa di akomodasi di dalam suatu pengakuan dan kebijakan. Laksmi : Memang dibutuhkan forum, dan forum itu berkomunikasi dengan PU, apakah jalur ini formal atau informal ? jika lau bisa di informalkan, mungkin akan muncul suatu penataan ruang rakyat. Sehingga kita bisa tinggal menyodorkan dan menawarkan proses penataan ruang yang dilakukan oleh masyarakat. Ahdian : Forum sustanable penataan ruang, yang memang dimulai dari kumpul-kumpul. Dan di tahun 2010 ini, kita bisa juga bisa mulai masuk secara formal. Asalkan jangan seperti sebelumnya, dimana melabelkan diri sebagai NGO penataan ruang, sebagai penodong ke perencanaan. Rivani : Sebenarnya hampir sama dengan Laksmi, namun faktor belajarnya memang harus masuk ke dalam politik dan birokrasi, seperti Dodo yang pengalaman di Sekadau misalnya dalam mengawal Tata Ruang itu harus dilanjutkan, sehingga proses-proses advokasi penataan ruang bisa berjalan dengan baik. Namun tata cara birokrasi itu, terkesan sangat lambat bagi NGO. Oleh karena itu harus ada lembaga dari kita yng memang mengawal, bahwa proses ini bisa berjalan dengan lebih baik. Kedua, secara formal ruang ini udah ada tinggal gimana kita bisa masuk melobby ke dalam BKPRN sehingga kita juga dapat mendukung kekuatan data informasi politik dalam masuk ke ruang formal

birokrasi, di tahun 2010 kawan-kawan di sumatera akan mengawal dan ,mencoba masuk melobby ke dalam BKPRD. Hal ini bisa dilakukan dalam melakukan penyelesaian konflik yang tarjadi di masyarakat, sehingga ada suatu peningkatan kapasitas dalam melakukan advokasi penataan ruang mulai dari penyelesaian konflik hingga melakukan proses lobby politik. Untuk itu juga kita harus paham problem yang terjadi di pemerintah maupun birokrasi yang memang terkadang ada perbedaan data & informasi serta problem yang terjadi dilapangan. Penting juga kita melakukan penataan proses advokasi maupun proses intervensi yang mau kita lakukan, dan saya setuju kalau ada satu kelompok yang memang dapat diikat dengan isu tata ruang. Kathjong : Biasanya strategi & taktik dalam pembentukan Dewan disuatu sektoral itu juga sangat tidak efektif, seperti Dewan Kehutanan Nasional (DKN). Kalau hanya sekedar berbagi informasi, mungkin ada suatu Forum. Namun kita belum tahu, apa nich targetan dari PU ? sehingga forum ini akan dibentuk seperti dan untuk apa? Dodo : Menurut saya, isu tata ruang bisa masuk ke semua hal, kalau sekarang misalnya setiap ada tataruang dan tim terpadu di kehutanan. Saya belum tahu bentuk forumnya nanti seperti apa?namun misalnya di provinsi dan perkembangan perkembangan proses tata ruang di nasional. Karena semua informasi dan masukan-masukan. Dan juga tata ruang kabupaten serta provinsi masuk ke meja Pak Ahdian, supaya tidak terjadi pelanggaran maupun memperkecil pelanggaran terhadap penataan ruang, perlu ada korelasinya dengan penataan ruang Pulau dan nasional. Jadi menurut saya, Forum ini perlu penegasan yang mampu mengkomunikasian hubungan informasi tersebut. Misalkan bisa dibangun komunikasi dengan Pak ahdian dan Direktur Wilayah I (Sumatera Jawa) maupun II (kalimantan Sulawesi Papua). Sehingga kita bisa membangun diskusi dengan para direktur penataan ruang bersama Pak Ahdian dan melakukan diskusi dengan bappeda di daerah-daerah. Ahdian : Mas jauhari, di UU itu kita tidak ada yang di sebut Dewan dan bahkan BKPRN pun nggak ada disebutkan. Adanya suatu wadah koordinasi sangat memungkinkan terkait dengan penataan dan perencanaan ruang sebagai pengawal Departemen PU (Counterpart PU). Lasmi : Apa peran Bappenas Ahdian : Mereka jadi sekretaris di BKTRN. Selama ini Bapenas akan melakukan perencanaan pengembangan dan pembangunan secara secara nasional dalam pelaksanaan perekonomian. Rivani : Harus ada penunjukan siapa menjadi host, apa yang menjadi priorisatas pekerjaan. Yaya :

Teman-teman didaerah sudah banyak yang mengadvokasi di daerah dan di nasional, namun memang tidak ada yang menawal. Kalau memang disepakati melakukan koordinasi dan exchange sebagai tugas kelompok ini, siapa dinamisator. Wiwid (P4W) : P4W bisa melakukan sharing informasi dan juag melakukan analisis bersama. Koko : Di PU tidak ada kah? Cara melakukan pembacaan dan menyelesaikan konflik ruang. Ahdian : Menjelaskan Pedoman dan Permen No. 11/2009. Yaya : Persetujuan substansi dari Menteri PU & mendagri yang akan memproses suatu Perda di tingkat provinsi dan kabupaten dan penyusunannya dilakukan oleh Dirjen penataan ruang. Milist Pak ernan : forumtataruang-subscribe@yahoogroups.com Kesepakatan : 1. Wadah koordinasi, pertukaran dan belajar tentang tata ruang 2. Tugas : mengkoordinasikan dan mengkomunikasikan proses; mendorong proses resolusi konflik ruang; melakukan lingkar-lingkar belajar tata ruang; melakukan monitoring implementasi penataan ruang melalui intervensi di pengendalian; 3. Permen No. 11/2009 PU terkait dengan penyusunan dan melakukan penilaian membaca menganalisis penataan ruang. 4. Host : JKPP Penutup Rivani : Terima kasih pak dodo dan pak ardian dari PU dan temen2 P4W atas tempat dan pelayannya. Saya pikir hasil ini sangat optimal dan menjadi suatu momentum kerjasama dengan lebih baik anhatara LSM & pemerintah serta ada suatu koordinasi dan komunikasi yang lebih baik antara kawan2 di daerah dengan kawan2 di nasional.

Anda mungkin juga menyukai