Anda di halaman 1dari 13

TULANG RUSUK DINDA Oleh: Nunik Nursasih Pangestuti Ruang itu tampak sepi, hanya ada seorang gadis

yang sedang sibuk membuat desain sebuah baju. Gadis itu bernama Dinda, ia adalah seorang desainer, namun kini ia masih berkuliah di sebuah Universitas. Ruang itu adalah ruang kerja Dinda. Ia duduk di sebuah kursi kayu, yang tak jauh dari kursinya, terdapat sebuah meja yang ia gunakan sebagai alasnya untuk membuat desain baju yang di pesan oleh pelanggannya. Meja itu tampak tak teratur, kertas berhamburan disana-sini. Ia tampak begitu serius mengerjakannya. Meskipun ia sendiri yang berada di ruang itu, namun ia tak merasa sepi. Sebab, ia juga mendengarkan lagu. Itu sudah menjadi kebiasaannya, agar dia tak merasa bosan dan bisa terhibur. Sesekali ia menengok ke jendela ruangan itu. Ia sedang menunggu kedatangan seseorang. Ia sedang menunggu kedatangan sahabatnya ketika duduk di bangku SMP. Sudah lama sekali mereka tidak bertemu. Ia tak sabar bertemu sahabatnya itu. Namun belum ada tanda-tanda kedatangan sahabatnya tersebut. Ia memutuskan untuk melanjutkan kerjaannya. Tiba-tiba terdengar orang yang sedang mengetuk pintu tersebut. Dinda pun segera bangkit dari kursi itu, dan segera membukakan pintu tersebut. Di balik pintu tersebut terlihat seorang gadis yang ternyata itu adalah orang yang di tunggu-tunggu oleh Dinda. Alangkah senangnya Dinda bisa bertemu dengan Sinta, sahabatnya. Dinda pun langsung memeluk Sinta dengan erat, begitu pula dengan Sinta, ia memeluk Dinda dengan erat-erat. Kerinduan begitu terlihat dari sikap mereka. Seakan mereka tak ingin melepaskan pelukan itu. Sekian lama tak bertemu, akhirnya kedua sahabat itu dipertemukan lagi. Setelah melepas pelukan itu, Dinda mempersilahkan Sinta untuk duduk di kursi yang berada di dalam ruangan itu. Tak lupa ia menyuguhkan secangkir teh. Mereka pun berbincang-bincang mengenai masa lalu mereka ketika duduk di bangku SMP. Alangkah bahagianya mereka ketika bertemu. Setelah Sinta memutuskan untuk pindah ke luar kota, mereka belum pernah bertemu. Baru saat ini lah mereka bisa bertemu. Sesekali Sinta meneguk secangkir teh yang di suguhkan oleh Dinda. Kamu hebat ya Din, kuliah sambil kerja Kata Sinta Makasih ya. Eh Ta, aku kapan di kenalin sama si siapa tuh nama pacar kamu tuh? kata Dinda sambil menggoda Sinta. Ah, kamu ini.. Nanti lah kapan-kapan. Andri maksud kamu? kata Sinta . Ya iyalah, emang pacarmu ada berapa sih? kata Dinda sambil tertawa. Satu lah..hehehehe...eh, kamu sendiri gimana? Sudah menemukan orang yang tepat belum? Tanya Sinta kepada Dinda.

Ehmm, sepertinya belum. Aku belum kepikiran untuk itu. Aku masih mau fokus ke kerjaan aku dan kuliah aku. Kata Dinda. Oh gitu ya, tapi jangan lama-lama ya. Kata Sinta. Yaaa..namanya jodoh kan gak kemana. Ya nggak? Kata Dinda. Hehehehe.. benar juga sih. Jawab Sinta. Setelah puas berbincang-bincang, akhirnya Sinta memutuskan untuk pulang. Meskipun ia masih sangat rindu kepada Dinda. Tetapi waktu hampir menunjukkan pukul 7 malam. Dan ia harus pulang karena ada urusan lain. Dinda pun bergegas pulang ke rumah yang letaknya tak jauh dari butik ibunya itu. Tak lupa ia merapikan meja kerjanya yang begitu berantakan. Ketika sampai dirumah, ia langsung menuju kamarnya. Ia langsung membaringkan tubuhnya yang lelah karena seharian beraktivitas. Beberapa menit kemudian Dinda pun tertidur. Ia tidur dengan begitu lelap. Entah apa yang ada dalam mimpinya. Ketika sang fajar mulai menampakkan sinarnya, ia segera bangun dari tempat tidur. Ia segera menuju ke kamar mandi. Ia mencuci muka dan tak lupa menggosok gigi. Setelah semuanya selesai, ia segera keluar dari kamarnya dengan menggunakan kaos dan celana training. Ia mencari sepatunya yang ia letakkan tak jauh dari kamarnya. Setelah ia memakai sepatunya, ia segera keluar dari rumah. Ia mulai melakukan aktivitasnya di setiapa pagi, yaitu jogging sekitar rumahnya. Ia menikmati udara pagi yang begitu segar. Saat ia kembali ke rumah, ayah dan ibunya sedang duduk di ruang makan. Ayah dan Ibunya pun mengajaknya untuk sarapan. Ia pun segera menuju ke meja makan tersebut. Ia pun segera mengambil roti yang sudah di oles dengan selai strawberry oleh ibunya. Ia juga tak lupa meminum secangkir susu yang dibuat oleh ibunya. Setelah itu ia masuk ke kamarnya dan mengambil handphonenya, ternyata ada sebuah pesan masuk dari Sinta. Yang isi pesannya bahwa besok ia akan ke butik ibunya Dinda, ia ingin memperkenalkan Andri kepada Dinda. Dinda pun tersenyum bahagia saat membaca pesan Sinta. Setelah itu ia bersiap-siap untuk berangkat ke kampus. Keesokan harinya, Dinda bergegas menuju butik ibunya. Tak lupa ia menyapa karyawan yang bekerja di butik tersebut. Ia tampak begitu ceria hari itu. Karena ia akan bertemu lagi dengan sahabatnya. Ia pun segera masuk ke ruangan kerjanya tersebut. Ia membiarkan pintu ruangan kerjanya terbuka. Terdengar seseorang mengetuk pintu itu. Ternyata orang itu adalah Rio, teman kampus Dinda. Mereka sangat dekat. Dinda pun menyuruh Rio untuk masuk. Saat mereka berbincang-bincang, tiba-tiba terdengar suara seorang wanita yang memanggil nama Dinda. Dan wanita itu adalah Sinta. Dinda panggil Sinta. Dinda pun menengok ke arah pintu ruang kerjanya tersebut. Ia melihat bersama seorang lelaki yang menggunakan kemeja berwarna biru muda dan menggunakan celana berwarna hitam. Dinda terus menatap lelaki itu. Sepertinya ia pernah kenal dengan lelaki itu. Lelaki itu

pun menatap Dinda. Di mata mereka seperti ada sesuatu yang sedang tersembunyi. Dinda terdiam sejenak. Dinda pun menyuruh mereka masuk. Sinta pun memperkenalkan Andri kepada Dinda. Perkenalkan, namaku Dinda. Aku sahabatnya Sinta. Kata Dinda sambil mengulurkan tangannya. Andri. kata Andri dengan singkat, seperti tak tau ingin mengatakan apa lagi. Ia juga mengulurkan tangannya. Senang bertemu dengan anda. kata Dinda dengan nada yang agak sinis. Andri hanya terdiam. Mereka pun saling bertatapan. Dinda pun langsung melepaskan tangannya dari jabatan tangan si Andri. Oh, iya kenalin ini Rio. kata Dinda kepada Sinta dan Andri sambil memperkenalkan Rio kepada mereka. Pacar kamu? tanya Andri. Bukan, dia teman aku. Oh iya, silahkan duduk. Jawab Dinda sambil mempersilahkan Andri dan Sinta untuk duduk. Mereka pun berbincang-bincang. Setelah Andri dan Sinta pulang, Dinda kembali duduk di kursi yang biasa ia tempati itu. Tiba-tiba Rio bertanya: Kamu pernah kenal ya dengan Andri? tanya Rio yang sontak membuat Dinda kaget. Ee..enggak kok. kata Dinda dengan nada yang sedikit gugup. Din..Din..kita itu sudah kenal bertahun-tahun,kenapa sih kamu gak mau jujur aja sama aku? Kelihatan loh dari mata kamu. kata Andri. Iya, sebenarnya aku pernah kenal dengan dia kata Dinda. Emang dia siapa kamu? tanya Rio. Dia adalah orang yang pernah singgah di hati aku. Kata Dinda. Mantan kamu? tanya Rio. Dinda hanya mengangguk-ngangguk. ****** Dulu, ketika Dinda duduk di bangku SMA, ia pernah dekat dengan seorang lelaki. Lelaki itu bernama Andri Setiawan. Meskipun Andri merupakan seniornya, namun itu bukan menjadi penghalang untuk mereka berdua. Karena orang ua mereka sudah saling kenal. Dinda sering curhat kepada Andri, setiap Dinda punya masalah, Andri selalu membantunya untuk menyelesaikannya. Begitu pula dengan Andri, ia sering curhat kepada Dinda, entah itu

tentang pacarnya, atau hal-hal yang lain. Mereka bisa dikatakan sebagai sahabat, dan bisa juga dikatakan sebagai saudara. Suatu ketika, pacar Andri,Rina, cemburu kepada Dinda, itu semua dilandasi karena kedekatan Andri dan Dinda. Dinda pun menjelaskan yang sebenarnya kepada pacar Andri. Ia menjelaskan bahwa kedekatan mereka hanyalah sebatas saudara saja. Dinda tak punya perasaan sedikitpun kepada Andri. Akhirnya ia memutuskan untuk menjauh dari Andri. Ia tak ingin menjadi perusak hubungan orang lain. Mulai saat itu, ia tak pernah lagi bercerita tentang yang ia alami kepada Andri. Andri pun merasa aneh dengan sikap Dinda. Hingga akhirnya ia menghampiri Dinda untuk menanyakan hal ini. Saat itu, sepulang sekolah Dinda baru saja keluar dari kelas, kelihatannya ia sedang terburu-buru tiba-tiba Andri mengahmpiri Dinda. Dinda. sapa Andri kepada Dinda. Iya, ada apa Ndri? tanya Dinda. Aku mau nanya sesuatu. Boleh nggak? kata Andri. Iya, tanya aja. Tapi jangan lama-lama ya, soalnya habis ini aku mau pergi Les di rumah Ibu Gita. kata Dinda. Hmmm.. kamu kok akhir-akhir ini aneh? tanya Andri. Aneh, maksud kamu? tanya Dinda kembali. Iya, aneh. Soalnya akhir-akhir ini seperti menjauh dari aku. kata Andri. Emang perlu ya kita bahas itu? tanya Dinda. Tuh kan, nggak seperti biasanya. Ayolah Din, cerita saja sama aku. Apa yang membuat kamu seperti ini? kata Andri. Nggak ada apa-apa kok. Kamu tenang aja, aku baik-baik aja. Sudah ya, aku lagi buru-buru nih. Aku pulang duluan ya. kata Dinda yang saat itu langsung meninggalkan Andri begitu saja. Hmm..Hati-hati ya Din. kata Andri. Sejak saat itu, hubungan mereka sudah tidak dekat lagi. Dinda tak ingin hubungan antara Andri dan Rini berantakan hanya karena dirinya. Hingga suatu saat Andri mulai paham mengapa Dinda menjauhinya. Andri pun mengerti dengan apa yang dilakukan Dinda, dan ia tak bisa melarang Dinda untuk menjauhinya. Sebab ini juga untuk kebaikan mereka. Tak lama lagi Andri akan lulus dari SMA. Itu membuat Dinda cukup lega, karena ia tak perlu bersusah payah untuk menjauhi Andri.

Hari itu adalah hari pelulusan, Andri pun dinyatakan lulus dari SMA, begitu pula dengan senior-senior Dinda lainnya. Hal itu membuat Dinda bahagia. Ia tersenyum begitu melihat Andri dinyatakan lulus. Itu tandanya mereka tak akan lagi bertemu di sekolah. Seminggu kemudian, Dinda menjalani hari-harinya dengan suka cita. Ditambah lagi dengan keceriaan teman-temannya. Alangkah senangnya menjadi siswa SMA. Masa putih abu-abu, yang kata orang-orang adalah masa-masa terindah. Suatu hari, Dinda bertemu dengan Andri di Sekolah. Alangkah terkejutnya ia melihat Andri muncul lagi di Sekolah itu. Ia berusaha menghindarinya, namun Andri melihatnya. Andri pun memanggil Dinda, tapi Dinda bersikap cuek dan tak mau berbalik kepada Andri. Din, tolong dengerin aku. kata Andri. Langkah Dinda pun terhenti. Andri pun langsung menghampiri Dinda. Ada apa Ndri? tanya Dinda. Aku sudah tau kenapa kau menjauhiku, karena Rini kan? tanya Andri. Jadi kau hanya ingin membahas tentang itu? kata Dinda. Sudahlah kalau kau tak ingin bahas itu. Aku hanya mau bilang, besok aku akan pergi ke Jogajakarta. Kata Andri. Dinda hanya terdiam, dan tak mengeluarkan sepatah kata pun. Ia bingng harus berkata apa. Kalau kau ada masalah, cerita ke aku ya, siapa tau aku bisa membantumu seperti dulu lagi. kata Andri. Aku tak janji. kata Dinda. Itu terserah kamu Din. Aku pulang dulu ya. kata Andri yang saat itu segera meninggalkan Dinda. Tunggu Ndri ! kata Dinda. Dinda pun langsung menghampiri Andri. Selamat ya atas kelulusan kamu, dan hati-hati di jalan. Kata Dinda sambil tersenyum. Iya, makasih ya Din. kata Andri sambil membalas senyum Dinda. Bel masuk pun berbunyi, Dinda pun segera masuk ke kelas. Begitu juga dengan Andri, setelah ia selesai mengurus surat-surat untuk keperluan masuk kuliahnya, ia segera pulang. Besok ia akan pergi ke Jogja. Ia tak tau kapan lagi ia akan kembali kesini. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan pun berganti tahun. Setahun sudah dilewati. Kini Dinda telah duduk di kelas 3 SMA. itu membuatnya semakin giat untuk belajar.

Sore itu Dinda sedang ada janjian dengan teman-temannya untuk belajar kelompok di rumah salah seorang temannya. Saat itu mereka sedang mengerjakan tugas kelompok. Setelah selesai, mereka pun berbincang-bincang, berfoto-foto, yah pokoknya bersenang-senanglah setelah di pusingkan dengan berbagai macam tugas. Ketika meraka sedang asyik berbincang, tiba-tiba seorang lelaki muncul dihadapan mereka. Sontak membuat mereka kaget, apalagi orang itu sudah tak asing lagi. Orang itu adalah Andri. Ternyata ia adalah sepupu dari Dewi, teman Dinda. Mereka pun menyapa Andri. Terkecuali Dinda. Hai ka Andri. sapa teman-teman Dinda. Hai juga..wah, pada rajin-rajin semua ya. kata Andri. Setelah itu Andri masuk ke dalam rumah. Tiba-tiba handpone Dinda berdering, ia pun pergi ke teras rumah Dewi untuk mengangkat telpon. Ketika selesai mengangkat telpon, alangkah terkejutnya ia saat melihat Andri berada di dekatnya. Ia pun menjadi salah tingkah ketika bertemu dengan Andri. Entah mengapa ia merasakan ada yang aneh dengan persaannya saat ini terhadap Andri. Eh, kamu Ndri. Kapan datangnya? tanya Dinda dengan sedikit gugup. Nggak usah salah tingkah gitu dong Din. Kemarin dulu aku datang. kata Andri yang membuat Dinda menjadi tambah salah tingkah. Yeee.. siapa yang salah tingkah. Dasar kamu ini. kata Dinda. Hahahaha...Santai aja kali Din kalau sama aku. kata Andri. Hmm..iya deh. Kata Dinda. Ngomong-ngomong kamu apa kabar Din? tanya Andri. Aku baik-baik aja kok, kamu sendiri gimana? Kok tambah kurus aja? . kata Dinda. Sama dengan kamu. Maklum lah anak kos-kosan. Kamu perhatian banget ya sama aku. kata Andri sambil mengejek Dinda. Ih, kamu ini..Mulai deh geernya.Ndri.Ndri.. kata Dinda. Kamu kayak gak tau aku aja. ejek Andri. Ia merasa bahagia ketika bertemu Andri, namun ia menyimpan rasa bahagia itu. Meskipun saat ini ia tau bahwa Andri sudah putus dengan Rini. Namun ia mencoba menyimpan rasa bahagianya. Setelah itu, mereka pun masuk ke dalam rumah. Ia melihat Andri berbincang dengan teman-temannya. Saat itu Andri membuat salah satu temannya menjadi salah tingkah. Entah mengapa Dinda saat itu merasa cemburu. Cemburu? Untuk apa? Dia bukan siapa-siapaku. kata Dinda dalam hati.

Akhirnya Dinda pun memutuskan untuk pulang. Tanpa diketahuinya, ternyata Andri diam-diam mengikuti Dinda sampai di pintu pagar. Din, sudah mau pulang ya? tanya Andri. Iya nih. jawab Dinda. Eh,kasian tuh temanmu, saking saltingnya, mukanya jadi merah tau kata Andri. Emang dia gitu kok. Kata Dinda. Kamu cemburu ya tadi? tanya Andri. Kamu nih jadi orang geer banget ya. kata Dinda. Geer atau beneran? kata Andri. Tau ah, aku mau pulang dulu.kata Dinda. Tuh kan ngambek, iya, hati-hati ya. Kata Andri. Keesokan harinya..Sore itu Dinda sedang duduk santai di teras rumah sambil membaca novel, tiba-tiba Andri datang. Hai Din. sapa Andri. Hai juga. Ngapain kamu kemari? tanya Dinda dengan jutek. Jutek banget sih jadi orang. Aku mau ketemu ayah ibu kamu, mau nganter titipannya mama nih. Sekalian ketemu anaknya juga. Kata Andri. Dasar, ya udah, masuk aja ke dalam kata Dinda. Nggak mau di anter nih? tanya Andri. Nggak! jawab Dinda. Akhirnya Andri pun masuk ke dalam rumah dan bertemu dengan orang tua Dinda. Tak lama setelah itu, ia pun keluar dan menghampiri Dinda. Eh Din, besok sore kamu ada acara gak? tanya Andri. Kayaknya nggak deh, emang kenapa? tanya Dinda. Kita ke taman kota yuk, jam 4 sore. Mau nggak? kata Andri. Wah, mau Ndri, kebetulan aku udah lama gak kesana. kata Dinda. Okelah kalau begitu, aku tunggu ya. Kata Andri yang saat itu juga berpamitan kepada Dinda untuk pulang.

Betapa senangnya Dinda ketika Andri mengajaknya pergi ke taman kota. Apalagi ia sudah lama tidak mengunjungi tempat itu. Entah mengapa perasaannya ke Andri tidak seperti biasanya. Sepertinya ia benar-benar jatuh cinta pada Andri. Keesokan harinya Dinda bersiap-siap untuk bertemu Andri. Ia merasa gugup, namun ia mencoba untuk santai. Ketika sampai di taman, ia melihat Andri dan langsung mengahmpirinya. Hai Ndri, udah lama nunggunya? sapa Dinda. Hai..Nggak juga sih, ayo kita jalan kesana. Ajak Andri. Setelah capek berjalan-jalan, mereka pun duduk dan memesan minuman. Mereka begitu menikmati suasana taman itu. Di sekelilingnya juga banyak orang yang sedang menikmati suasana taman kota itu. Din, aku boleh tanya sesuatu nggak? tanya Andri. Iya Ndri, tanya aja. Kata Dinda. Kamu anggap aku ini sebagai apa?tanya Andri yang sontak membuat Dinda kaget. Sesaat Dinda terdiam. Aku juga gak tau. Kadang aku menganggap kamu sebagai kakak, kadang juga lebih dari seorang kakak. Jawab Dinda. Maksud lebih dari seorang kakak? Kamu udah punya pacar? tanya Andri. Aku juga bingung Ndri.Pahami sendiri lah.Untuk saat ini belum. Kata Dinda. Suasana hening seketika, tiba-tiba Andri berkata: Someone special in your heart? tanya Andri. Yes, you are someone special in my heart kata Dinda. Serius? kata Andri. Emang kelihatannya aku main-main ya? kata Dinda. Hehehe..Ya maaf. Tapi jujur aku gak mau buat kamu kecewa. Tapi kalau kamu pengen jalani dulu, nggak papa juga. Trus kamu gak papa nih kalau nanti aku tinggalin ke Jogja? tanya Andri. Hmm..iya deh, aku gak papa kok. Kata Dinda. Jadi deal nih kita jalani dulu? kata Andri. Ya. Kata Dinda. Tapi kamu sayang kan sama aku?tanya Andri.

Iyalah, emang kamu sayang juga sama aku? tanya Dinda. Sayanglah sama Dinda. Emang apa yang buat kamu sayang sama aku? tanya Andri. Mungkin karena aku merasa nyaman dengan kamu. Kata Dinda. Nyaman ya? Nantilah aku buat lebih nyaman lagi. Udah lama ya nyaman sama aku? kata Andri. nggak juga sih, akhir-akhir ini saja. Kata Dinda. Hari itu merupakan hari yang sangat berarti buat Dinda. Karena ia telah jadian dengan Andri. Namun tak ada yang tau tentang hubungan mereka. Biarkan yang lain tau sendiri tentang hubungan mereka. Andri selalu memberi perhatian kepada Dinda. Itu membuat Dinda merasa lebih nyaman. Suatu ketika, Andri memberikan Liontin kepada Dinda. Andri berharap liontin itu bisa jadi pengobat rindu ketika ia jauh darinya. Dinda pun mengisi liontin itu dengan foto mereka berdua. Namun seiring berjalannya waktu, perhatian yang diberikan Andri mulai berkurang. Dinda merasa kesal, namun ia mencoba untuk sabar menghadapi sikap Andri. Tepat sebulan mereka berpacaran, hari itu Andri mengajak Dinda ketemuan di taman tempat mereka jadian. Karena besok Andri akan berangkat ke Jogja. Ketika mereka sedang berjalan, tiba-tiba Dinda bertanya: Ndri, kamu masih sayang gak sama aku? Kok nanyanya gitu? Apa alasan yang membuatmu bertanya seperti itu?tanya Andri. Kamu akhir-akhir ini berubah, perhatiannya sudah gak kayak dulu lagi. Aku rindu kamu yang dulu Ndri. Maaf aku berkata seperti ini, tapi aku hanya ingin jujur tentang apa yang aku rasakan dan ingin tau perasaan kamu kata Andri. Aku lebih suka kalau kamu jujur. Ada kalanya di diriku terjadi pertentangan. Di satu sisi aku ingin fokus ke kuliah,tapi di sisi lain aku juga sayang sama kamu dan gak bisa di pungkiri. Makanyaaku sendiri bingung dengan perasaan aku. Kata Andri. Trus untuk apa kita ngelanjutin hubungan ini kalau kamu sendiri bingung? tanya Dinda. Inilah yang aku takuti dari awal. Kamu pasti kecewa kan? Belum lagi besok aku akan ninggalin kamu ke Jogja. Sebenarnya aku masih trauma untuk pacaran jarak jauh. Aku gak mau cewek seperti mu harus merasakan sakit yang lebih dalam lagi. Mungkin aku bukan yang terbaik untukmu. Jujur aku sayang. Temukanlah lelaki yang lebih baik dari aku, yang bisa menjagamu. Tapi kalau kita memang jodoh, gak bakal kemana. Kata Andri.

Aku gak tau mau ngomong apa lagi, mungkin kita cukup sampai disini saja. Tapi jujur aku belum bisa membuka hati untuk lelaki lain. Kata Dinda, namun saat itu matanya mulai berkaca-kaca. Aku juga ingin sendiri untuk saat ini. Maaf aku sudah buat kamu kecewa. Mungkin kita lebih baik begini, tidak ada hubungan namun kita masih bisa berteman Kata Andri. Makasih atas kekecewaannya, dan makasih juga atas rasa nyaman yang kamu berikan. Kata Dinda. Sama-sama. Aku sayang kamu Dinda. Kata Andri, namun Dinda tak mendengarkannya, karena ia keburu pergi. Dinda melepaskan liontin yang ia gunakan. Ia membuangnya tak jauh dari tempat mereka berppisah. Dinda masih tak percaya bahwa apa yang ia inginkan telah ia dapatkan, namun ia harus melepaskan kembali apa yang ia dapatkan. Andri, cinta pertama sekaligus pacar pertamanya, kini telah memberikan luka pada hatinya. Namun ia berusaha tegar menghadapinya. Kalau memang Andri jodoh Dinda, pasti mereka akan bertemu lagi. Tapi kalau memang tidak, mungkin Tuhan akan memberikan Dinda seseorang yang lebih baik dari Andri. Waktu terus bergulir, awalnya Dinda merasa sulit untuk melupakan Andri. Namun disekelilingnya ada banyak teman yang selalu menghadirkan tawa baginya. Perlahan tapi pasti, kini ia mampu melupaka Andri, meski awalnya terasa sulit. Setelah ia mengakhiri hubungannya dengan Andri, ia memutuskan untuk sendiri dulu. Ia masih takut untuk kecewa. ****** Itulah alasan mengapa ia masih sendiri. Namun Dinda yakin bahwa Tuhan pasti akan mengirimkan seseorang yang terbaik untuknya. Siapapun itu. Oh, jadi gitu ya ceritanya. kata Rio. Iya Rio. Tapi aku mohon sama kamu, tolong jangan kasi tau hal ini kepada siapa-siapa. Terutama Sinta. Aku tak mau ia tau. Aku juga tak ingin mengungkit masa lalu itu. kata Dinda. Iya Nda, aku ngerti perasaan kamu. Aku gak bakal kasi tau hal ini kepada siapa-siapa terutama Sinta. Kata Rio. Makasih ya Rio. Kata Dinda. Sama-sama Dinda kata Rio sambil tersenyum. Dinda masih bingung dengan perasaannya. Karena ketika ia bertemu lagi dengan Andri, ia selalu kepikiran. Namun ia mencoba untuk menghilangkan Andri dari pikirannya. Mengapa ia harus hadir lagi? tanya Dinda dalam hati.

Sebulan kemudian, Sinta menghubungi Dinda. Ia meminta Dinda untuk mendesainkan baju pengantin. Sinta ingin Dinda mendesain baju itu sebagus mungkin. Alangkah terkejutnya Dinda ketika Sinta memintanya untuk mendesain baju pengantin. Itu tandanya Andri akan menjadi milik Sinta selamanya. Mungkin dia bukanlah jodohku. Kata Dinda. Dinda selalu berpikir, mengapa Andri harus hadir kembali di kehidupannya disaat ia sudah bisa melupakannya. Namun kenyataannya pahit, ketika ia hadir kembali, ia sudah tak sendiri lagi. Melainkan sudah ada wanita lain yang menemaninya. Dan wanita itu adalah sahabatnya sendiri. Dinda mencoba untuk menghilangkan perasaan itu. Seandainya perasaan itu berbentuk kertas, mungkin ia sudah membakarnya, lalu membuang abunya ke laut hingga terhanyutkan. Ketika Dinda sedang sibuk membuat desain baju yang dipesan Sinta, tiba-tiba ia mendapat kabar bahwa Sinta kecelakaan dan kini ia sedang di rawat di Rumah Sakit. Ia pun segera meninggalkan kerjaannya dan segera pergi menuju ke Rumah Sakit. Ketika sampai di Rumah Sakit, ia bertemu dengan Andri saat ia hendak masuk ke kamar dimana Sinta dirawat. Dinda hanya terdiam saat bertemu Andri. Tak ada satu kata pun keluar dari mulut mereka. Andri pun membuka pintu itu dan mempersilahkan Dinda untuk masuk. Akhirnya Dinda pun masuk ke dalam, disusul dengan Andri. Sinta pun segera mengahampiri Sinta yang terbaring lemas di tempat tidur. Kamu gak papa kan Ta? tanya Andri dan Sinta bersamaan, yang saat itu membuat Sinta tersenyum. Kalian kompak ya. kata Sinta sambil tersenyum. Kamu ini apa-apaan sih Ta, itu kebetulan saja, tapi kamu gak papa kan? Kata Dinda . Iya,aku gak papa kok. Kata dokter aku hanya luka ringan. Jawab Sinta dengan santai. Syukurlah kalau begitu. sambung Andri. Din, Ndri, aku boleh nanya gak? tanya Sinta kepada Andri dan Dinda. Tanya apa Ta? kata Andri. Iya Ta, tanya apa? Kok serius banget? kata Dinda. Kalian berdua masih saling sayang kan? tanya Sinta yang sontak membuat Dinda dan Andri kaget. Maksud kamu Ta? tanya Dinda. Aku sudah tau semuanya Din, Ndri. Sebelum kita bertemu, kamu pernah pacaran sama Dinda kan Ndri? tanya Sinta kepada Andri. Andri hanya mengangguk.

Tapi siapa yang sudah memberi tau kamu? tanya Dinda. Aku tau sendiri. Saat itu aku mampir ke butik ibu kamu, aku masuk ke ruang kerjamu untuk menemuimu, namun kau tak ada disitu. Tak sengaja aku melihat buku harianmu, aku pun membacanya. Dari situ lah aku tau bahwa kalian berdua pernah menjalin hubungan. Di buku harian itu juga aku mendapatkan foto kalian berdua. Kamu masih sayang kan sama Andri? kata Sinta. Aku gak tau Ta. Tapi aku gak mau nyakiti sahabat seperti kamu. Kata Dinda. Kamu tenang aja, aku dan Andri sudah tidak ada hubungan apa-apa. Kata Sinta. Kok bisa? Apa karena ini? tanya Dinda. Bukan, kami putus sebelum aku tau bahwa kamu pernah menjalin hubungan dengannya. Kita merasa tidak ada kecocokan, makanya kita putuskan untuk mengakhirinya, tapi kita putusnya baik-baik kok. Kata Sinta. Dinda hanya terdiam mendengar penjelasan Sinta. Ia tak menyangkan bahwa ini akan terjadi. Ndri, kamu masih sayang kan sama Dinda? Buktinya kamu masih menyimpan ini. Kata Sinta sambil mengeluarkan Liontin yang pernah Andri berikan kepada Dinda. Andri dan Dinda pun kaget melihat Liontin itu. Apalagi Dinda, ia tak menyangka bahwa Andri masih menyimpan Liontin itu, padahal ia sudah membuangnya. Jujur, iya. Tapi darimana kamu mendapatkan Liontin itu, padahal aku mencarinya Jawab Dinda yang membuat Dinda terkejut. Kamu tak perlu tau. Yang terpenting kalian masih saling sayang kan? tanya Sinta. Dinda hanya tersenyum dan mengangguk. Ia langsung memeluk sahabatnya itu. Terus bagaimana dengan kamu? Bagaimana dengan baju pengantin yang minta kamu desain? tanya Dinda. Tenang aja, aku sudah menemukan orang yang tepat buat aku. Masalah baju itu, bukan aku yang menggunakannya, tapi kakakku yang akan menikah kata Sinta sambil tersenyum. Tiba-tiba Rio masuk dengan membawa bunga. Tuh dia orangnya.kata Sinta sambil menunjuk Rio. Dinda terkejut, ia pun tersenyum. Ternyata sahabatnya sudah menemukan orang yang tepat. Ketika Andri dan Sinta keluar dari kamar tempat Sinta di rawat, Dinda bertanya kepada andri: Ndri, mengapa liontin itu bisa ada sama kamu? tanya Dinda.

Saat itu kau membuangnya kan? Aku mengambilnya diam-diam ketika kau membuangnya. Kemudian aku menyimpannya, dan berharap bisa bertemu dengan pemiliknya lagi. Hal itu pun terjadi, kini pemilik liontin itu sudah ada didepan mataku. Kata Andri sambil tersenyum. Makasih ya Ndri, sudah memberikan warna dalam hidupku. Kata Dinda. Sama-sama Dinda. Kata Andri. Dua minggu kemudian... Hari ini Dinda, Rio, dan teman-teman lainnya akan mengikuti Wisuda. Dinda menggunkan kebaya. Kebaya itu berwarna coklat. Ia terlihat begitu anggun. Dinda dan teman-temannya pun di dampingi oleh orang tua mereka. Kelihatannya mereka sangat bahagia. Inilah hasil kerja keras mereka. Usai mereka foto bersama orang tua, Andri datang bersama Sinta. Dinda dan Rio merasa sangat senang. Andri dan Sinta memberikan selamat kepada Dinda dan Rio. Rio dan Sinta pun meninggalkan Andri Dinda. Mereka tak mau mengganggu Andri dan Sinta. Kamu terlihat anggun Din. kata Andri. Dasar ya kamu ini..makasih . Aku boleh nanya sesuatu gak? Kata Dinda. Tanya apa? kata Andri. Kamu benar-benar masih menyayangi ku? tanya Dinda. Iya Dinda. Kata Andri. Mengapa? tanya Dinda. Andri sesaat terdiam, sambil tersenyum ia berkata, Karena aku sadar, kalau Tulang Rusukku ada pada kamu. Dinda pun tersenyum bahagia. Ternyata benar apa kata orang-orang, kalau jodoh itu gak bakal kemana. Karena tulang rusuk dan pemiliknya gak akan tertukar. Hari itu menjadi hari yang paling bahagia buat Dinda, karena ia sudah mendapat gelar sarjana, dan ia juga telah mendapatkan cintanya kembali. Andri, cinta pertamanya, pacar pertamanya, dan ia berharapa agar Andri menjadi cinta terakhirnya.

*SELESAI*

Anda mungkin juga menyukai