Anda di halaman 1dari 23

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritis 1. Pengembangan Penelitian pengembangan merupakan penelitian yang menekan kemampuan peneliti dalam membuat suatu produk baik berupa materi, media, alat dan atau strategi pembelajaran. Menurut Gay (dalam Anik Ghufron, dkk 2007) model penelitian dan pengembangan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan produk pendidikan yang efektif yang berupa material pembelajaran, media, strategi, atau material lainnya dalam pembelajaran untuk digunakan disekolah, bukan untuk menguji teori. Selanjutnya, menurut Soenarto (2005) penelitian pengembangan adalah: Sebagai suatu proses untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang akan digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran. Penelitian pengembangan adalah upaya untuk mengembangkan dan menghasilkan suatu produk berupa materi, media, alat dan atau strategi pembelajaran, digunakan untuk mengatasi masalah di kelas/laboratorium, dan bukan untuk menguji teori. Adapun inti dari penelitian pengembangan menurut penulis adalah suatu kegiatan penelitian yang bertujuan untuk memecahkan masalah belajar dengan menciptakan atau mengembangkan sebuah produk, baik itu produk media pembelajaran maupun alat bantu dalam melaksanakan proses pembelajaran. Santyasa (2006) menyatakan penelitian pengembangan dalam

rangka peningkatan kualitas pembelajaran memiliki karakteristik sebagai berikut. 1. Masalah yang ingin dipecahkan adalah masalah nyata yang berkaitan dengan upaya inovatif atau penerapan teknologi dalam pembelajaran sebagai pertanggungjawaban profesional dan komitmennya terhadap perolehan kualitas pembelajaran. 2. Pengembangan model, pendekatan dan metode pembelajaran serta media belajar yang menunjang keefektifan pencapaian kompetensi siswa. 3. Proses pengembangan produk, validasi yang dilakukan melalui uji coba lapangan serta terbatas perlu dilakukan, sehingga produk yang dihasilkan bermanfaat untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Proses pengembangan, validasi, dan uji coba lapangan tersebut seyogyanya dideskripsikan secara jelas, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara akademik. 4. Proses pengembangan model, pendekatan, metode dan media pembelajaran perlu didokumentasikan secara rapi dan dilaporkan secara sistematis sesuai dengan kaidah penelitian yang dicerminkan originalitas. Mengaplikasikan model yang telah dijelaskan di atas, penelitian pengembangan ini menggunakan model Pengembangan material

pembelajaran, yaitu pengembangan modul mata pelajaran bahasa Jawa. Berdasarkan paparan di atas, maka dapat disimpulkan yang dimaksud pengembangan dalam penelitian ini adalah suatu proses untuk mengembangkan dan memvalidasi produk berupa materi, media, alat dan atau strategi pembelajaran yang akan digunakan dalam pendidikan. Dalam penelitian ini produk yang dikembangkan adalah media pembelajaran berupa modul mata pelajaran bahasa Jawa. 2. Hakikat Belajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap, baik yang

dapat diamati maupun tidak dapat diamati secara langsung, yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan (Sri Rumini dkk, 2006: 59). Interaksi yang terjadi selama proses belajar tersebut dipengaruhi oleh lingkungannya, antara lain terdiri atas murid, guru, petugas perpustakaan, kepala sekolah, bahan atau materi pelajaran (buku, modul, selebaran, majalah, rekaman video atau audio, dan yang sejenisnya), dan berbagai sumber belajar serta fasilitas (proyektor overhead, perekam pita audio, radio, televisi, komputer, perpustakaan, laboratorium, pusat sumber belajar, dan lain-lain) (Azhar Arsyad, 2005: 1). Dua unsur yang amat penting dalam proses pembelajaran adalah media pembelajaran dan bahan ajar. Pemilihan bahan ajar akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pengajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pengajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Dengan demikian, media dan bahan ajar merupakan komponen yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan. 3. Tinjauan Modul Sebagai Media Pembelajaran a. Pengertian Media Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar (Azhar Arsyad, 2005: 3). Prastati

(2001: 3) berpendapat bahwa media ialah apa saja yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi ke penerima informasi. Gearlach dan Ely (1971) yang dikutip Azhar Arsyad mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dari sumber informasi ke penerima informasi yang pesannya berbentuk cetak maupun audio-visual. b. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran Media memiliki beberapa fungsi, diantaranya: 1) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. 2) Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya. 3) Media menghasilkan keseragaman pengamatan. 4) Media dapat memperjelas penyajian pesan atau informasi. 5) Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar. 6) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis. 7) Media membangkitkan keinginan dan minat baru.

Sementara itu menurut Kemp dan Dayton yang dikutip Azhar Arsyad (20005: 21-23) mengemukakan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan dampak positif dari penggunaan media sebagai cara utama pembelajaran langsung sebagai berikut: 1) Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. 2) Pembelajaran bisa lebih menarik. 3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan. 4) Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat. 5) Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan jika integrasi kata dan gambar sebagai media pembelajaran dapat mengkomunikasikan elemen-elemen pengetahuan dengan cara yang terorganisasikan dengan baik, spesifik dan jelas. 6) Pembelajaran dapat diberikan kapan dan di mana diinginkan atau diperlukan terutama jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara individu. 7) Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan. 8) Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif. Menurut Sudjana dan Rivai yang dikutip Azhar Arsyad (2005: 24-25) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu: a) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. b) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran. c) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran. d) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lainlain.

10

Lebih lanjut Azhar Arsyad (2005: 25-27) mengemukakan beberapa manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar sebagai berikut: 1) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar. 2) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya. 3) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu. 4) Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya. c. Jenis Media Menurut Seels dan Glasgow yang dikutip Azhar Arsyad (2005: 33-35) media dibagi ke dalam dua kategori luas, yaitu 1) Pilihan media tradisional: a) Visual diam yang diproyeksikan: Proyeksi opaque (tak tembus pandang), Proyeksi overhead, Slides, Filmstrips b) Visual yang tak diproyeksikan; Gambar, poster, Foto, Charst, grafik, diagram, Pameran, papan info, papan bulu c) Audio; Rekaman, piringan, Pita kaset, reel, cartridge d) Penyajian multimedia; Slide plus suara (tape), Multi-image e) Visual dinamis yang diproyeksikan; Film, Televisi, Video f) Cetak; Buku teks. Modul, teks terprogram, Workbook, Majalah ilmiah, Lembaran lepas (handout)

11

g) Permainan; Teka-teki, Simulasi, Permainan papan h) Realia; Model, Specimen (contoh), Manipulative (boneka, peta) 2) Pilihan media teknologi mutakhir: a) Media berbasis telekomunikasi; Telekonfren; Kuliah jarak jauh b) Media berbasis mikroprosesor; Computer-assited instruction, Permainan computer; Sistem tutor intelijen, Interaktif, Hypermedia, Compact (video) disc d. Media Pembelajaran Berbentuk Modul Media cetak berupa modul merupakan media yang diperuntukkan bagi individu guna menunjang pembelajaran yang mandiri sebagaimana harapan konstruktivisme berupa pembentukan konsep sendiri secara mandiri oleh setiap siswa. Modul memiliki sifat-sifat sebagai berikut: 1) Merupakan unit pelajaran terkecil dan lengkap. 2) Memuat rangkaian kegiatan belajar yang direncanakan dan sistematik. 3) Memuat tujuan belajar yang spesifik. 4) Memungkinkan siswa belajar sendiri (self instruction). 4. Tinjauan Modul Sebagai Bahan Ajar Atau Sumber Belajar a. Pengertian Bahan Ajar Bahan ajar (teaching material) terdiri atas dua kata yaitu teaching atau mengajar dan bahan atau materi ajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (1989: 76) sumber belajar adalah daya yang

12

bisa dimanfaatkan guna kepentingan prose belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung, sebagian atau secara keseluruhan. Menurut National Center for Vocational Education Research Ltd/National Center for Competency Based Training dikemukakan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar

mengajar di kelas. Lebih lanjut dikemukakan bahwa bahan ajar berfungsi sebagai: 1) Pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada siswa. 2) Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari/ dikuasai. 3) Alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil pembelajaran Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga tercipta suasana atau lingkungan yang memungkinkan siswa untuk belajar. Bahan ajar digunakan untuk membantu guru dalam

melaksanakan kegiatan belajar mengajar. b. Isi Bahan Ajar Bahan ajar atau materi pembelajaran (teachingl materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus

13

dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci isi dari bahan ajar atau materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai. 1) Pengetahuan sebagai bahan ajar Isi materi pembelajaran yang berupa pengetahuan meliputi fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. Kadang-kadang kita sulit memberi pengertian pada keempat materi pembelajaran tersebut. Yang termasuk dengan materi fakta adalah nama tempat, nama objek, nama orang, jumlah, dan sebagainya. Yang termasuk materi konsep adalah pengertian, definisi, identifikasi, klasifikasi, dan cirri-ciri khusus. Yang termasuk materi prinsip adalah dalil, hukum, rumus, atau hubungan antar konsep yang menggambarkan jika.maka.. Yang termasuk materi prosedur adalah materi yang berkenaan dengan langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu tugas. 2) Keterampilan sebagai bahan ajar Materi pembelajaran yang berhubungan dengan keterampilan antara lain kemampuan mengembangkan ide, memilih, menggunakan bahan, menggunakan peralatan, dan teknik kerja. Ditinjau dari level terampilnya seseorang, aspek keterampilan dapat dibedakan menjadi gerak awal, semi rutin, dan rutin (terampil). Keterampilan perlu disesuaikan dengan kebutuhan siswa/peserta didik dengan

14

memperhatikan aspek bakat, minat, dan harapan siswa itu agar mampu mencapai penguasaan keterampilan bekerja (pre vocational skill) yang secara integral ditunjang oleh keterampilan hidup (life skill). 3) Sikap atau nilai sebagai bahan ajar Materi pembelajaran yang tergolong sikap atau nilai adalah materi yang berkenaan dengan sikap ilmiah, antara lain: a) Nilainilai kebersamaan, mampu bekerja berkelompok dengan orang lain yang berbeda suku, agama, dan strata sosial. b) Nilai kejujuran, mampu jujur dalam melaksanakan observasi, eksperimen, tidak memanipulasi data hasil pengamatannya. c) Nilai kasih sayang, tak membeda-bedakan orang lain yang mempunyai karakter sama dan kemampuan sosial ekonomi yang berbeda semua sama-sama makhluk Tuhan. d) Tolong menolong, mau membantu orang lain yang membutuhkan tanpa meminta dan mengharapkan imbalan apapun. e) Semangat dan minat belajar, mempunyai semangat, minat, dan rasa ingin tahu. f) Semangat bekerja, mempunyai rasa untuk bekerja keras, belajar dengan giat. g) Mau menerima pendapat orang lain bersikap legowo, mau di kritik, menyadari kesalahannya sehingga saran dari teman /orang lain dapat diterima dan tidak sakit hati.

15

c. Pemilihan Bahan Ajar Masalah penting yang sering dihadapi oleh guru dalam kegiatan pembelajaran adalah memilih bahan ajar atau materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dalam mencapai kompetensi. Seorang guru harus bisa menjabarkan materi pokok yang ada dalam silabus atau kurikulum menjadi bahan ajar yang lengkap. Secara umum masalah yang berkenaan dengan bahan ajar meliputi penentuan jenis materi, kedalaman ruang lingkup, urutan penyajian, perlakuan terhadap materi

pembelajaran, dan sumber bahan ajar itu sendiri. Pembelajaran berbasis kompetensi didasarkan atas pokok-pokok pikiran bahwa apa yang ingin dicapai oleh siswa melalui kegiatan pembelajaran harus dirumuskan dengan jelas. Rumusan tersebut diwujudkan dalam suatu standar kompetensi yang diharapkan dikuasai oleh siswa. Standar kompetensi tersebut meliputi standar materi atau standar isi (content standard) dan standar pencapaian (performance standard). Standar materi berisikan jenis, kedalaman, dan ruang lingkup materi pembelajaran yang harus dikuasai oleh siswa, sedangkan standar pencapaian berisikan tingkat penguasaan yang harus ditampilkan oleh siswa. Tingkat penguasaan itu misalnya 100% harus dikuasai atau boleh kurang dari 100%. Sesuai dengan pokok-pokok pikiran tersebut membuktikan bahwa bahan atau materi pembelajaran memegang peranan penting dalam rangka membantu siswa mencapai standar kompetensi.

16

d. Jenis-Jenis Bahan Ajar Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (1989: 80) jenis bahan ajar atau sumber belajar adalah sebagai berikut: 1) Sumber belajar tercetak: buku, majalah, brosur, koran, poster denah, ensiklopedi, kamus, booklet, dan lain-lain. 2) Sumber belajar non cetak: film, slides, video, model, audiocassette, transparansi, realia, objek, dan lain-lain. 3) Sumber belajar yang berbentuk fasilitas: perpustakaan, ruangan belajar, carrel, studio, lapangan olahraga, dan lain-lain. 4) Sumber belajar berupa kegiatan: wawancara, kerja kelompok, observasi, simulasi, permainan, dan lain-lain. 5) Sumber belajar berupa lingkungan di masyarakat: taman, terminal, pasar, took, pabrik, museum, dan lain-lain. e. Karakteristik Modul 1) Self Instruction Merupakan karakteristik penting dalam modul, dengan karakter tersebut memungkinkan seseorang belajar secara mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain. Untuk memenuhi karakter self instruction, maka modul harus: a) Memuat tujuan pembelajaran yang jelas, dan dapat

menggambarkan pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

17

b) Memuat materi pembelajaran yang dikemas dalam unit-unit kegiatan yang kecil dan spesifik, sehingga memudahkan dipelajari secara tuntas. c) Tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan

pemaparan materi pembelajaran. d) Terdapat soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang

memungkinkan untuk mengukur penguasaan peserta didik. e) Kontekstual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan suasana, tugas atau konteks kegiatan dan lingkungan peserta didik. f) Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif. g) Terdapat rangkuman materi pembelajaran. h) Terdapat instrumen penilaian, yang memungkinkan peserta didik melakukan penilaian mandiri (self assessment). i) Terdapat umpan balik atas penilaian peserta didik, sehingga peserta didik mengetahui tingkat penguasaan materi. j) Terdapat informasi tentang rujukan/pengayaan/referensi yang mendukung materi pembelajaran yang dimaksud. 2) Self Contained Modul dikatakan self contained bila seluruh materi

pembelajaran yang dibutuhkan termuat dalam modul tersebut. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan peserta didik mempelajari materi pembelajaran secara tuntas, karena materi belajar dikemas kedalam satu kesatuan yang utuh.

18

3) Berdiri Sendiri (Stand Alone) Stand alone atau berdiri sendiri merupakan karakteristik modul yang tidak tergantung pada bahan ajar atau media lain, atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar atau media lain. Dengan menggunakan modul, peserta didik tidak perlu bahan ajar yang lain untuk mempelajari dan atau mengerjakan tugas pada modul tersebut. Jika peserta didik masih menggunakan dan bergantung pada bahan ajar lain selain modul yang digunakan, maka bahan ajar tersebut tidak dikategorikan sebagai modul yang berdiri sendiri. 4) Adaptif Modul hendaknya memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul tersebut dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel digunakan di berbagai perangkat keras (hardware). 5) Bersahabat/Akrab Modul hendaknya juga memenuhi kaidah bersahabat atau akrab dengan pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon dan mengakses sesuai dengan keinginan. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, serta menggunakan istilah yang umum digunakan, merupakan salah satu bentuk user friendly.

19

f. Langkah Penyusunan Modul Modul disusun dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut: 1) Analisis kebutuhan modul Analisis kebutuhan modul merupakan kegiatan menganalisis silabus dan RPP untuk memperoleh informasi modul yang dibutuhkan peserta didik dalam mempelajari kompetensi yang telah

diprogramkan. Nama atau judul modul sebaiknya disesuaikan dengan kompetensi yang terdapat pada silabus dan RPP. Analisis kebutuhan modul dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut: a) Menetapkan satuan program yang akan dijadikan batas atau lingkup kegiatan. Apakah merupakan program tiga tahun, program satu tahun, program semester atau lainnya. b) Memeriksa apakah sudah ada program atau rambu-rambu operasional untuk pelaksanaan program tersebut. Misal program tahunan, silabus, RPP, atau lainnya. Bila ada, pelajari programprogram tersebut. c) Mengidentifikasi dan menganalisis standar kompetensi yang akan dipelajari, sehingga diperoleh materi pembelajaran yang perlu dipelajari untuk menguasai standar kompetensi tersebut.

20

d) Menyusun satuan atau unit bahan belajar yang dapat mewadahi materi-materi tersebut. Satuan atau unit ajar ini diberi nama, dan dijadikan sebagai judul modul. e) Menyusun modul berdasarkan prioritas kebutuhannya. 2) Desain modul Desain penulisan modul mengacu pada silabus atau RPP yang dibuat oleh guru. Di dalam silabus atau RPP telah memuat strategi pembelajaran dan media yang digunakan, garis besar materi pembelajaran dan metoda penilaian serta perangkatnya. Dengan demikian, silabus atau RPP diacu sebagai desain dalam penyusunan atau penulisan modul. 3) Implementasi Implementasi modul dalam kegiatan belajar dilaksanakan sesuai dengan alur yang telah digariskan dalam modul. Bahan, alat, media dan lingkungan belajar yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran diupayakan dapat dipenuhi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Strategi pembelajaran dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan skenario yang ditetapkan. 4) Penilaian Penilaian hasil belajar dimaksudkan untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik setelah mempelajari seluruh materi yang ada dalam modul. Pelaksanaan penilaian mengikuti ketentuan yang telah dirumuskan di dalam modul. Penilaian hasil belajar dilakukan

21

menggunakan instrumen yang telah dirancang atau disiapkan pada saat penulisan modul. 5) Evaluasi dan validasi Modul yang telah dan masih digunakan dalam kegiatan pembelajaran, secara periodik harus dilakukan evaluasi dan validasi. Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui dan mengukur apakah implementasi pembelajaran dengan modul dapat dilaksanakan sesuai dengan desain pengembangannya. g. Komponen-komponen modul Menurut Nana Sudjana (1989: 132) komponen-komponen modul meliputi: 1) Pedoman guru, berisi petunjuk-petunjuk agar guru mengajar secara efisien serta memberikan penjelasan tentang jenis-jenis kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa, waktu untuk menyelesaikan modul, alatalat pelajaran yang harus dipergunakan, dan petunjuk evaluasinya. 2) Lembaran kegiatan siswa, memuat pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa. Susunan materi sesuai dengan tujuan instruksional yang akan dicapai, disusun langkah demi langkah shingga mempermudah siswa belajar. Dalam lembaran kegiatan tercantum kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa misalnya melakukan percobaan, membaca kamus.

22

3) Lembaran kerja, menyertai lembaran kegiatan siswa yang dipakai untuk menjawab atau mengerjakan soal-soal tugas atau masalahmasalah yang harus dipecahkan. 4) Kunci lembaran kerja, berfungsi untuk mengevaluasi atau mengoreksi sendiri hasil pekerjaan siswa. Bila terdapat kekeliruan dalam pekerjaannya, siswa meninjau kembali pekerjaannya. 5) Lembaran tes, merupakan alat evaluasi untuk mengukur keberhasilan tujuan yang telah dirumuskan dalam odul. Lembaran tes berisi soalsoal guna menilai keberhasilan siswa dalam mempelajari bahan yang disajikan dalam modul. 6) Kunci lembaran tes, merupakan alat koreksi terhadap penilaian yang dilaksanakan oleh para siswa sendiri. h. Keuntungan Penggunaan Modul 1) Meningkatkan motivasi siswa karena setiap kali mengerjakan tugas pelajaran yang dibatasi dengan jelas dan sesuai kemampuan. 2) Setelah dilakukan evaluasi, guru dan siswa mengetahui benar pada bagian modul yang mana siswa telah berhasil dan pada bagian modul yang mana siswa belum berhasil. 3) Siswa mencapai hasil sesuai dengan kemampuannya. 4) Bahan pelajaran terbagi menjadi lebih merata dalam satu semester. 5) Pendidikan lebih berdaya guna, karena bahan pelajaran disusun menurut jenjang akademik.

23

5. Tinjauan tentang Strategi Pembelajaran Modul Menurut Vembriarto (1976 : 22) Pengajaran modul itu merupakan suatu usaha penyelenggaraan pengajaran individual yang memungkinkan siswa menguasai satu unit bahan pelajaran sebelum dia beralih kepada unit berikutnya. Menurut E. Mulyasa (2003) Pembelajaran dengan modul (modular instruction) adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang disusun secara sistematis, operasional dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaan untuk para guru. Berdasarkan pendapat di atas, maka pembelajaran dengan modul adalah suatu usaha penyelenggaraan pengajaraan individu mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang tersusun secara sistematis, operasional, dan terarah. Dengan begitu pembelajaran dengan modul merupakan salah satu bentuk pengajaran individual. Dalam pembelajaran dengan modul menggunakan pembelajaran langsung (direct instruction). Menurut Martinis Yamin (2009: 66) pembelajaran langsung (direct instruction) disebut pula dengan metode ekspositori. Sering metode ekspositori ini disamakan dengan metode ceramah, karena sifatnya sama-sama memberikan informasi, pembelajaran terpusat pada guru (teacher centered). Namun dalam pelaksanaannya metode ekspositori berbeda dengan ceramah, mengingat pada metode ekspositori dominan guru banyak dikurangi. Guru tidak terus bicara, tetapi guru hanya memberi informasi kepada bagian atau saat-saat diperlukan. Misalnya pada permulaan pelajaran, pada topik yang baru, pada

24

waktu memberikan contoh-contoh soal dan sebagainya, selanjutnya siswa diminta menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Pembelajaran ini terpusat pada guru, tetapi tetap harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa. Pada umumnya pembelajaran dengan sistem modul akan melibatkan beberapa unsur-unsur modul (Vembriarto, 1976: 49), di antaranya: a. Rumusan tujuan pengajaran yang eksplisit dan spesifik. Tujuan pengajaran atau tujuan belajar dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa. Rumusan tujuan pembelajaran terdapat pada bagian lembar kegiatan siswa dan petunjuk guru. b. Petunjuk untuk guru merupakan penjelasan tentang bagaimana pengajaran itu dapat diselenggarakan secara efisien. Petunjuk untuk guru memuat tentang kegiatan yang harus dilakukan di kelas, waktu yang dibutuhkan, alat dan sumber yang digunakan, dan evaluasi pembelajaran. c. Lembar kegiatan siswa. Lembar ini memuat materi pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa. Materi pelajaran disusun secara teratur dan sistematis sehingga siswa dapat mengikuti dengan mudah dan tepat. d. Lembar kerja bagi siswa. Dalam lembar kegiatan ini tercantum pertanyaan-pertanyaan dan masalah-masalah yang harus dijawab dan dipecahkan oleh siswa. e. Kunci lembar kerja. Materi pada modul itu tidak saja disusun agar siswa senantiasa aktif memecahkan masalah-masalah, melainkan juga dibuat agar siswa dapat mengevaluasi hasil belajarnya sendiri.

25

f. Lembar evaluasi. Tiap-tiap modul disertai lembar evaluasi yang berupa test dan rating scale. Evaluasi guru terhadap tercapai atau tidaknya tujuan dari pembelajaran ditentukan hasil tes akhir bukan dari lembar kerja siswa. g. Kunci lembar evaluasi merupakan kunci jawaban dari lembar evaluasi, sehingga hasil dari jawaban siswa terhadap test tersebut dapat diketahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka strategi pembelajaran yang dilakukan dengan pembelajaran sistem modul sudah termuat dalam unsurunsur modul, yaitu rumusan tujuan pembelajaran, petunjuk untuk guru, lembar kegiatan siswa, lembar kerja bagi siswa, kunci lembar kerja, lembar evaluasi, dan kunci lembar evaluasi. Unsur-unsur modul tersebut dikemas dalam format modul, sebagai berikut: 1) Pendahuluan; yang berisi standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dicapai, deskripsi umum tentang materi yang disajikan, waktu yang dibutuhkan dalam mempelajari modul tersebut, prasyarat yang harus dimiliki sebelum mempelajari modul tersebut, petunjuk penggunaan modul, dan tujuan akhir yang akan dicapai setelah mempelajari modul tersebut. 2) Pembelajaran; berisi tujuan pembelajaran umum dan khusus yang harus dicapai peserta didik, setelah mempelajari modul. Uraian materi pembelajaran yang disertai rangkuman materi, tugas belajar siswa, dan tes formatif setiap kegiatan belajar.

26

3) Latihan simulator; yang digunakan untuk melatih dan menerapkan teori yang telah diberikan pada peserta didik. Peserta didik juga dapat merakit dan menjalankan rangkaian diagram pneumatik. 4) Tes akhir; instrumen yang digunakan dalam tes akhir sama dengan yang digunakan pada tes formatif setiap kegiatan belajar, dalam tes akhir terdapat tes teori dan tes praktik. 5) Penutup; berisikan suatu harapan/tujuan yang bisa dicapai setelah peserta didik mempelajari modul tersebut. 6) Sumber Belajar; berisi tentang sumber-sumber belajar yang dapat ditelusuri dan digunakan oleh peserta didik. Tugas utama guru dalam pembelajaran sistem modul adalah mengorganisasikan dan mengatur proses belajar, antara lain: (1) menyiapkan situasi pembelajaran yang kondusif, (2) membantu peserta didik yang mengalami kesulitan dalam memahami isi modul atau pelaksanaan tugas, (3) melaksanakan penelitian terhadap setiap peserta didik.

B. Kerangka Berfikir Modul pembelajaran mata pelajaran bahasa Jawa adalah salah satu bentuk bahan ajar yang dirancang dan dibuat untuk mendukung proses pembelajaran mata pelajaran bahasa Jawa. Untuk mewujudkan pembelajaran yang optimal dan efektif maka diperlukan sumber belajar yang berupa modul.

27

Pengembangan modul mata pelajaran bahasa Jawa akan mempermudah siswa dalam belajar secara individual. Dapat belajar sewaktu-waktu tanpa perlu menunggu guru untuk menyampaikan materi. Dengan adanya modul ini siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran tentang pelajaran bahasa Jawa sehingga hasil belajar siswa juga akan lebih meningkat dan juga diharapkan akan meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti mata pelajaran bahasa Jawa. Produk berupa modul yang telah dihasilkan sebelum dimanfaatkan, divalidasi dan diujicoba. Ujicoba ini dimaksudkan untuk memperoleh masukan-masukan maupun koreksi tentang produk yang telah dihasilkan. Berdasarkan masukan-masukan dan koreksi tersebut, produk tersebut direvisi dan diperbaiki. Kelompok penting yang dijadikan subjek ujicoba produk, yaitu para ahli dan pengguna.

C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian diatas, maka kaitannya dengan penelitian ini dapat dirumuskan pertanyaan penelitiannya sebagai berikut: 1. Bagaimanakah upaya pengembangan modul yang tepat untuk mendukung pembelajaran mata pelajaran bahasa Jawa? 2. Bagaimanakah kelayakan modul untuk mendukung pembelajaran mata pelajaran bahasa Jawa yang telah dibuat?

28

Anda mungkin juga menyukai