Anda di halaman 1dari 60

Nola Qomat Trylia F1D010015

Botani tanaman pangan


JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BENGKULU

Kacang Komak

Talas Belitung

Talas Belitung
Talas belitung (Xanthosoma sagittifolium) adalah jenis umbi talas-talasan. Talas belitung juga disebut sebagai kimpul atau Blue Taro dalam bahasa Inggris. Talas belitung termasuk famili Araceae dan merupakan tumbuhan menahun yang mempunyai umbi batang maupun batang palsu yang sebenarnya adalah tangkai daun. Umbinya digunakan sebagai bahan makanan dengan cara digoreng maupun direbus.

Klasifikasi tanaman kimpul atau talas belitung (Anonymous, 2010) :

Divisi Sub divisi Kelas Bangsa Suku Marga Jenis

: Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledoneae : Arales : Araceae : Xanthosoma : Xanthosoma sagittifolium

Negeri asal kimpul ialah beberapa kepualauan Di Amerika Tengah, disana telah dibudidayakan sejak tahun 1864 dari tempat asalnya kemudian menyebar kedaerah-daerah tropika lainnya dan sekarang terdapat hampir diseluruh kepulauan Indonesia, dari daerah rendah sampai pegununggan yang tinggi 1300 m dpl. Dari tanaman budidaya ini banyak anakananya (Lembaga Biologi Nasional, 1977). Sampai saat ini kimpul telah dibudidayakan didaerah-daerah berikut (Marinih, 2005) : - Benua Afrika bagian barat - Sumatera Utara - Sumatera Selatan - Kalimantan Timur - Sulawesi Utara - Nusa Tenggara Barat Kimpul Di Indonesia memiliki nama yang berbeda-beda, dibeberapa daerah antara lain : Taleus hideung, kimpul bodas, kimpul bejo (Sunda), bentul, kimpul linjik (Jawa), tales campa (Madura) (Atjung, 1981).

Penanaman talas belitung menggunakan jarak tanam 50 x 50 cm dan 100 x 100 cm. Pada umumnya tanaman ini diusahakan petani di pekarangan sekitar rumah dan di kebun kebun. Rata rata hasil per rumpun berkisar antara 0,25 20 kg. Pada umumnya para petani tidak melaksanakan pemupukan maupun pemberantasan hama penyakit

talas belitung adalah salah satu jenis talas-talasan yang tumbuh pada kondisi (Marinih, 2005) : Kandungan humus dan air cukup (tanaman kimpul menghendaki tumbuh ditanah kering dan cukup air tetapi tidak becek atau pada kondisi lembab) PH tanah antara 5,5-5,6 Tumbuh optimal pada ketinggian 250 1.100 meter dpl Dapat tumbuh diberbagai curah hujan, tapi optimum pada curah hujan rata-rata 1000 mm per tahun Suhu optimum pertumbuhan 21-27 oC

talas belitung juga dapat ditanam disawah musim kemarau dipinggiran lahan untuk tanaman palawija lainnya. Pada musim hujan tiba kimpul tidak dapat tumbuh besar, karena dengan adanya kandungan air yang banyak maka umbi talas belitung akan busuk atau kecil umbinya serta mudah mengalami kerusakan mikrobiologis, hal ini karena kandungan air pada umbi kimpul cukup tinggi yaitu 63.1 g / 100 % kimpul mentah, oleh karena itu diperlukan penanganan pasca panen yang tepat. Penanganan talas belitung yang tepat adalah dengan sesegera mungkin mengolah umbi talas belitung menjadi produk olahan (Marinih, 2005).

Setelah pasca panen dan sebelum diolah, tentunya harus dilakukan sortasi terlebih dahulu. Talas belitung yang dipilih adalah talas belitung yang tidak mengandung luka yang dapat diakibatkan gesekan selama transportasi ataupun penanganan yang sembrono, sehingga dengan adanya luka, kimpul menjadi rentan terhadap kontaminasi yang dapat berasal dari tanah atau penyimpanan di udara terbuka. Setelah bagian yang luka terkontaminasi, mikroba berkembangbiak dan dapat mengkontaminasi bagian yang lain (Marinih, 2005).

Ciri-ciri fisik kimpul secara umum adalah seperti berikut (Marinih, 2005) : Bentuk umbi talas belitung silinder hingga agak bulat, terdapat internode atau ruas dengan beberapa bakal tunas. Jumlah umbi anak dapat mencapai 10 buah atau lebih, dengan panjang sekitar 12 25 cm dan diameter 12 25 cm. Umbi yang dihasilkan biasanya mempunyai berat 300 1000 gram. Struktur umbi talas belitung terdiri dari kulit, korteks dan pembuluh floem dan xylem. Kulit umbi mempunyai tebal sekitar 0,01 0.1 cm, sedangkan korteksnya setebal 0,1 cm. Pada pembuluh floem dan xylem terdapat pembuluhpembuluh pati.

Selain mengandung nutrisi-nutrisi yang diperlukan tubuh, talas belitung juga mengandung senyawa pembatas yang dapat merugikan kesehatan, yaitu (Marinih, 2005) : Kristal kalsium oksalat yang menyebabkan rasa gatal. Kalsium oksalat dari talas ini dapat dihilangkan dengan perebusan atau pengukusan. Saponin, memiliki rasa pahit, menyebabkan pemecahan butir darah (hemolisis), dapat dihilangkan dengan perendaman atau perebusan.

Manfaat talas belitung


Sebagai Makanan Pokok
Dibeberapa daerah Indonesia merupakan makanan pokok pengganti nasi seperti Mentawai (Propinsi Sumatera Barat), Sorong (Propinsi Irian Jaya). Selain Indonesia dibeberapa negara juga digunakan sebagai makanan pokok seperti di Samoa, Hawai, Kolumbia, Brasil, Filipina. Di Hawai talas disajikan sebagai makanan pokok yang disebut poi yaitu talas yang dibuat getuk dan dicampur air dan kemudian difermentasikan sebelum dimakan sedangkan di Brasil talas dibuat jadi roti. Didalam program diversifikasi pangan karena merupakan salah satu tanaman sumber penghasil karbohidrat non beras dari golongan umbi umbian selain ubi kayu dan ubi jalar yang memiliki peranan cukup penting untuk penganekaragaman pangan.

Sebagai Sayuran Selain itu bagian tanaman yang lain seperti daun dan batangnya juga dapat digunakan sebagai sayuran seperti buntil. Sedangkan akar rimpang maupun getah pada pelepahnya dapat juga dimanfaatkan sebagai obat tradisonal.

Sebagai Olahan Home Industry (Industri Rumah Tangga) Tanaman talas telah dikenal lama oleh masyarakat luas sebagai bahan makanan dan bahkan telah menjadi komoditas perdagangan. Di beberapa daerah seperti di Jawa Barat, Jawa Timur dan beberapa daerah lainnya umbi talas telah menjadi industri rumah tangga (home industry) dalam bentuk ceriping, talas goreng, talas rebus, kolak dan sebagainya sehingga memiliki nilai ekonomi yang baik dan menguntungkan bagi para petani maupun pedagang yang mengusahakannya.

Sebagai Obat Tradisional Manfaat talas lainnya adalah sebagai bahan obat tradisional. Seperti bubur akar rimpang talas dipercaya sebagai obat encok cairan akar rimpang digunakan obat bisul getah daunnya sering digunakan untuk menghentikan pendarahan karena luka dan obat bengkak. Pelepah dan tangkai daunnya yang telah dipanggang dapat digunakan untuk mengurangi rasa gatal-gatal, bahkan pelepah daunnya juga dapat sebagai obat gigitan kalajengking.

Sebagai Makanan Ternak talas belitung ternyata juga dapat dimanfaatkan sebagai makanan babi, terutama bagian daun, tangkai dan pelepah. Bagian tersebut dipangkas secara kontinyu, dapat digunakan sebagai makanan tambahan untuk babi. Cara menggunakannya daun dan tangkai dipotong potong lalu direbus sampai lunak bersama bekatul dan makanan lainnya

talas belitung merupakan komoditas yang mudah rusak secara fisik, kimia dan mikrobiologi, oleh karena itu untuk meminimalisir kerusakan pasca panen, salah satu cara yang tepat adalah dengan mengolah talas belitung menjadi produk olahan. Selain dapat meningkatkan umur simpan juga dapat memberikan nilai tambah tersendiri. Talas belitung dapat diolah menjadi (Marinih, 2005) :

Tepung Cara pembuatan tepung talas ini dengan talas yang telah dipanen dikupas sampai bersih, kemudian dicuci menggunakan air. Setelah bersih umbi dirajang tipis-tipis dan dimasukkan kedalam larutan bahan kimia (natrium metabisulfit, asam sitrat dan asam askorbat) selama 20 menit. Selanjutnya hasil rajangan dikeringkan menggunakan cahaya matahari. Setelah kering rajangan digiling dan diayak untuk mendapatkan tepung talas belitung.

Kerupuk Bahan yang diperlukan meliputi tepung talas belitung (1 kg), air (875 ml), bawang bakung (50 gr), bawang merah (100 g), cabai merah (75 g), ketumbar (10g), telur ( 1 butir), garam halus (20 g) dan gula halus (30g). Sedangkan alat yang diperlukan adalah mangkok, sendok, alat pengocok, alat pengukus dan kompor. Cara pembuatannya, tepug talas ditambah air untuk membuat adonan. Kemudian bumbu-bumbu bawang bakung (50 g), bawang merah (100 g), cabai merah (75 g), ketumbar (10 g), telur (1 butir), garam halus (20 g) dan gula halus (30 g) ditambahkan kedalam adonan, dicetak dan dikukus. Tahap terakhir adalah memotong-motong hasil kukusan sesuai selera.

Dodol Bahan yang diperlukan adalah tepung talas belitung (200 g), kelapa 1 butir, garam dapur (4 g), gula pasir (300 g), gula merah (120 g), mentega (5 g), coklat (25 g), vanili (secukupnya) dan air (1 lt), gula halus (30 g). Sedangkan alat yang diperlukan adalah mangkok, sendok, alat pengocok, alat pengukus dan kompor. Pembuatan dodol kimpul, santan kelapa encer dicampur dengan tepung talas dan garam dapur. Campuran tersebut kemudian ditambah dengan santan kelapa pekat. Selanjutnya gula pasir, gula merah, coklat, susu, vanili dan margarin. Adonan lalu dicetak dan didinginkan selama 1 malam. Sesudah itu adonan dipotong-potong.

Talas Belitung

Talas Belitung

Kolak Talas Belitung

tepung Talas Belitung

Keripik Talas Belitung

poi

kacang komak

Kacang komak (Lablab purpureus (L.) Sweet, merupakan tanaman kacang-kacangan asal Afrika dan Madagaskar yang kini sudah dibudidayakan secara luas di kawasan tropika dan subtropika dunia

Kacang komak (Dilochos lablab L.) Adalah jenis kacang kacangan yang banyak dibudidayakan di India, Brazil dan Jazirah Arab. Sifat ilimiah kacang komak dalah sangat toleran terhadap kekeringan. Kacang komak beradaptasi dengan baik pada lahan kering dengan curah hujan rata-rata 600-900mm/thn, dari permukaan laut hingga 2100m di atas permukaan laut. Daun, bunga dan polong muda dapat digunakan sebagai sayuran atau pakan ternak.

Sedangkan biji tua keringnya untuk makanan sampingan dalam bentuk kacang komak rebus, goreng atau tempe kacang komak (Martoyuwono, 1984). Kandungan protein polong muda, biji dan hijauan kacang komak masing-masing adalah 11,5%, 24,9% dan 41,2%. Kandungan lemak biji kurang dari 1% (Kasno, A. Marwoto dan Natsir S, 2002)

Klasifikasi Kingdom: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas: Rosidae Ordo: Fabales Famili: Fabaceae (suku polong polongan) Genus: Dolichos Spesies: Dolichos lablab L.B

Kacang komak diduga berasal dari India, Asia Tenggara, atau Afrika, dinaturalisasikan atau dibudidayakan didaerah tropik dan sub tropik terutama di India, Asia Tenggara dan Sudan. Varietas lignosus ditemukan sebagai tanaman liar pada beberapa areal di India. Kacang komak kemudian menyebar ke Afrika dan ke daerah tropika/sub tropika. Kacang komak banyak di tanam di Indonesia tetapi tidak diketahui kapan mulai di budidayakan. Kacang komak banyak dibudidayakan di Probolinggo (Jawa Timur) dan Sumbawa (NTB)

Taksonomi dan morfologi

Komak tergolong tumbuhan biji berkeping dua yang merupakan salah satu anggota dari famili Leguminosae, sub familia papilionoidae, genus Dolichos dan spesies Dholichos lablab (L) dan Dolichos lignosus. Kacang komak merupakan tanaman tahunan merumpun atau memenjat, berbentuk agak perdu, agak tegak, atau menjalar dengan panjang batang utama antara 1,5 hingga 6 meter, bercabang, berbulu, seringkali dipelihara sebagai tanaman semusin, memiliki akar tunggang yang tumbuh baik beserta banyak akar lateral dan akar adventif yang berkembang dengan baik pula. Daun berselang-seling, beranak daun tiga, anak daun bundar telur melebar dengan ukuran 5-15cm x 4-15cm, berpinggiran rata setengah gundul atau berbulu halus.

Bunga berbentuk tandan di ketiak, berbunga banyak, gagang bunga panjangnya 4-23cm, sering memipih atau tidak berbulu, rachis panjangnya 2-24cm, bunga 1-5 kuntum muncul bersama dari benjolan pada rachis, tangkai bunga pendek, bersegi empat, berbulu jarang-jarang, bung putih, merah jambu, merah atau lembayung, benang sari 2 tukal (9+1), bakal buah duduk, panjangnya 100mm, berbulu halus, tangkai putik melengkung mendadak, panjangnya 8mm, kepala putik tumpul, berkelenjar. Polong bervariasi bentuk dan warnanya, pipih, mengembung dengan ukuran 5-20cm x 1-5cm, lurus atau bengkok, umumnya berisi 3-6 butir, biji yang bundar telur dengan warna dan ukuran yang bervariasi. massa biji berkisar antara 20-50 gram/100biji dengan warna putih, coklat, ungu, hitam.

Ekologi
Komak merupakan tanaman lahan kering dengan karakteristik tahan terhadap kekeringan dan dapat tumbuh di areal dengan curah hujan 25-35mm. Selain itu komak juga dapat tumbuh pada tanah yang kurang subur. Komak merupakan tumbuhan hari pendek. Untuk itu pertumbuhan yang baik di perlukan suhu yang tinggi(18-300 C), suhu minimum untuk dapat tumbuh adalah 3oC. komak menyenangi curah hujan 7502500mm/tahun. Setelah tumbuh baik (2-3 setelah tanam) komak tahan terhadap kekeringan. Tanaman ini memiliki sistem perakaran yang dalam dan dapat memanfaatkan sisasisa air tanah.

Tanaman ini tidak tahan terhadap air payau atau air tawar yang tergenang. Komak dapat ditanam dipinggiran sungai yang berpasir atau terbuka asalkan drainase baik, tanaman ini sangat toleran terhadap tekstur tanah dan dapat tumbuh pada tanah berpasir atau diatas tanah liat yang berat, dengan pH 5-7. Komak lebih menyenangi dataran rendah, tetapi dapat dibudidayakan di lahan kering sampai ketinggian 2000m dpl.

Varietas Keanekaragaman komak besar sekali dan banyak jenisnya. Untuk tanaman budidaya, terdapat beberapa jenis atau yang secara botani dikelompokan sebagai kultivar (cv):

a. Kelompok cv. Lablab(tersebar luas): biji tuanya berporos panjangyang tegak lurus dengan kampuhnya (sature), polong merekah atau tidak, panjang biji tidak tidak lebih dari1/3-3/4 lebar polong tua, varietas ini di tanam di India sebagai tanaman pekarangan, dipanen dalam bentuk polong mudah. b. Kelompok cv. Ensiformis (Asia tenggara, Afrika timur): biji tua berporos panjang yang sejajar dengan kampuhnya, biji hampir memenuhi polong tuanya, polong tidak merekah, jika muda, sulit dibedakan dari kelompok cv Lablab

c. Kelompok Bangalensis (Asia Selatan, Afrika Timur) biji tua berporos panjang: biji tuanya berporos panjang yang sejajar dengan kampuhnya, kurang lebih memenuhi ruangan polong tuanya, berbancu (gibbous) dibagian dorsal dan pangkalnya. Polongnya tidak merekah. d. Varietas Lignosus (L.) Prain (syn Dolichus lignosus L.) umurnya lebih panjang, agak tegak, dikenal sebagai australaia Pea. Karakteristik tanaman kuat, polongnya lebih pendek dan lebih kasar dengan aroma yang kurang enak. Varietas ini tumbuh sebagai tanaman lapang di Asia, terutama digunakan dalam bentuk biji masak ataupun sebagai makanan ternak. Adanya persilangan secara alami maupun buatan menyebabkan variasi terhadap warna bunga dan biji, ukuran polong serta kebiasaan tanam.

SYARAT TUMBUH Komak merupakan tanaman lahan kering dengan karakteristik tahan kering terhadap kekeringan dan dapat tumbuh pada areal dengan curah hujan terbatas. Selain itu komak juga toleran terhadap kekeringan dan dapat tumbuh pada areal dengan curah hujan terbatas. Selain itu komaak juga toleran terhadap lahan yang kurang subur. Tanah Kacang komak dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, asalkan drainasenya baik dari permukaan laut hingga 2010m dpl. Komak tumbuh sangat baik pada tanah liat berpasir dengan pH 6,5. Komak sangat peka terhadap kondisi becek, tetapi sangat toleran kondisi kekeringan.

Suhu Komak merupakan tanaman hari pendek. Untuk pertumbuhan yang baik memerlukan suhu antara 18-30oC. keadaan yang terlalu dingin berpengaruh buruk pada persariaan dan pembentukan biji, sehingga komak lebih sesuai untuk daratan rendah beiklim kering dan panas. Curah hujan Kacang komak dapat beradaptasi baik pada daerah yang mempunyai curah hujan 600-3.000 mm/th dan ketinggian tempat 0-2.100m dari permukaan laut. Kelembaban tanah sangat dibutuhkan pada stadia kecambah

BUDIDAYA KACANG KOMAK Budidaya kacang komak sangat mudah karena mempunyai daya adaptasi yang tinggi dengan masukan (input) yang rendah sampai sedang.
Jarak tanam Penanaman kacang komak monokultur biasa menggunakan alur bajak dengan kebutuhan benih 90-125 kg/ha, atau intensif dengan tugal dengan jarak tanam 40 cm x 10 cm (1 biji/lubang) atau 40cm x 20 cm (2 biji/lubang). Penanaman tumpang sari atau tumpang gilir ditanam disela-sela tanaman jagung sesuai dengan jarak tanam jagung. populasi optimal 125.000 pohon/ha, dengan hasil 1,2 t/ha pada pertanaman monokultur dan 0,91t/ha pada penanaman tumpangsari dengan jagung, peningkatan populasi menjadi 250.000 tanaman/ha dapat menurunkan hasil biji komak 15%.

Pengendalian Hama Penyakit dan Pemupukan Bila dilakukan pengendalian hama penyakit dapat meningkatkan hasil sebesar 60% dan bila disertai dengan pemupukan dapat meningkat 75%. Pemupukan anjuran hingga takaran 45 kg urea + 90 kg TSP + 90 kg. Hama yang meyerang tanaman ini adalah ulat grayak, hama pengisap polong. Pengairan Kacang komak mampu berproduksi hingga 0,8t/ha hanya dengan pengairan pada saat tanam. Apabila tanaman diairi 1 kali pada saat tanam produksi mencapai 0,71 t/ha, dan akan meningkat 0,78 t/ha bila diairi 2 kali, yaitu saat tanam dan umur 1 bulan.

Pemangkasan Pemangkasan pada kacang komak biasa dilakukan sebelum pembungaan yang bertujuan untuk merangsang pembungaan dan pertumbuhan polong. Pemangkasan sulur dan pucuk pada umur 2 dan 2,5 bulan pada keadaan kering (diairi saat tanam saja) ataupun diairi dua kali (diairi saat tanam dan umur satu bulan) berpengaruh negatif terhadap hasil biji

OPT dan hama penyakit


Adapun hama dan penyakit yang teridentifikasi adalah Ulat penggerek polong, Ulat jengkal, Kepik hijau, Penyakit karat, dan Antraknosa.

Ulat jengkal

Kepik hijau

Penyakit karat

NUTRISI DAN KEGUNAAN KACANG KOMAK 1. Protein Kandungan protein biji komak berkisar antara 21 29 % (Anonim, 1979., Maesen dan Somaatmadja, 1993) tergantung klonnya. Kandungan proteinnya lebih tinggi di bandingkan dengan kacang hijau, kacang tunggak dan kacang gude, tetapi lebih rendah dibandingkan dengan kedelai dan kacang tanah. Dari protein yang ada, 40% merupakan asam amino esensial. Kandungan protein yang tinggi memungkinkan penggunaannya sebagai campuran tepung pada tepung komposit. Ditinjau dari segi usaha peningkatan kalori-protein pada daerah miskin, yang umumnya terdapat pada daerah lahan kering beriklim kering di Indonesia Bagian Timur (IBT), potensi sumbangan dari kacang komak cukup besar dan mudah dikembangkan.

2.

Lemak Kandungan lemak komak bervariasi dari 0,3 hingga 4,0% dengan rata-rata 1,2% dan relative lebih rendah dibandingkan dengan kedelai (18%), kacang tanah (47,7%) dan kecipir (18%). Menurut anelli dan nuti (1978), biji komak mengandung asam lemak linoleat 32,5%, linolenat 24,3%, palmitat 18,8% dan 12,2 oleat. Kandungan lemak komak terendah di antara tanaman kacang-kacangan yang di tanam di Indonesia. Kandungan lemak yang rendah memiliki keuntungan tersendiri dalam penyajian menu rendah lemak dan rendah kolesterol.

3.

Karbohidrat Rata-rata kandungan karbohidrat kacangkacangan adalah 60% dan sebagian besar terletak pada kotiledon dalam bentuk granula terikat dengan protein membentuk matrik. Berdasarkan beberapa bagian biji maka rata-rata persentase karbohidrat pada kotiledon sebesar 98,75%, lembaga 1,15% dan pada kulit biji 0,1% dari total karbohidrat (Martoyuwono, 1984).kandungan pati komak sebesar 38,6 46,0% dengan kandungan amilosa sebesar 30% (Kay, 1979).

4.

Serat Serat yang terkandung pada kacang-kacangan terutama merupakan jaringan sel yang tersusun dari selulosa, hemiselulosa maupun lignin, perubahan jumlah serat terjadi selama proses pematangan buah. Dibandingkan dengan kedelai, kacang tanah, gude, kacang hijau dan kacang tunggak maka kandungan seratnya palig rendah. Nilai cerna ditentukan oleh kandung serat yang rendah. Selama proses perkecambahan terjadi peningkatan kandungan seratnya, karena terjadi pengurangan unsur untuk proses metabolisme dan juga terjadi pembentukan dinding sel baru untuk pertumbuhan tanaman baru (Martoyuwono, 1984).

5.

Mineral Kacang-kacangan merupakan sumber mineral yamg baik. Kandunga abu dari golongan kacangkacangan berkisar antara 0.9 hingga 4,7% (Aykroyd dan Doughty, 1969), dengan P sebagai unsur yang dominan sebesar rata-rata 300mg/100g bahan (Kay 1979, Duke, 1981). Komak kaya akan posfor (345m/100g) dan besi (3,9mg/100g) dibandingkan dengan kacang-kacangan lain.

Kacang Komak Sebagai Bahan Pangan

A.

Pangan Tradisional Tempe dan kecap merupakan produk tradisonal yang digunakan kedelai sebgai bahan dasar yang difermentasikan dengan Rhizopus oligosporus untuk tempe dan aspergilus oryzae untuk kecap. Penggunaan kacang komak sebagai bahan dasar ataupun pencampur kecap dan tempe adalah salah satu usaha untuk menaikkan harga produk, karena pada dasarnya proses fermentasi tempe dan kecap adalah pemotongan rantai protein dan karbohidrat oleh protease dan amylase yang dihasilkan oleh jamur yamg tumbuh. Sayuran kering sumber protein. Di pedesaan kebutuhan protein sering dipenuhi dari sayuran kacang-kacangan yang merupakan lauk-pauk sehari-hari, campuran nasi jagung, gaplek atau beras yang diolah sebagai makanan pokok. Cara pencampuran nasi (beras/jagung) dengan kacang- kacangan sering dilakukan di pedesaan Indonesia bagian Timur.

Prospek Penggunaan Untuk Pangan Modern


1. Sebagai Bahan Tepung Komposit Peluang lain selain makanan tradisional adalah tepung komposit dan makanan bayi. Tepung komposit dideskripsikan sebagai campuran antara tepung terigu dengan sumber karbohidrat lain dan sumber protein, antara lain dari biji-bijian (serelia), umbiumbian, kacang-kacangan dan minyak nabati. Produk ini telah dikembangkan di Negara sedang berkembang. tujuan pembuatannya adalah mendapatkan tepung yang mempunyai komposisi seimbang antara korbihidrat, lemak dam protein. Kacang komak berpotensi besar sebagai sumber protein dan dapat menggantikan kacang-kacangan lain yang berharga yang lebihg mahal seperti kedelai dan kacang tanah. Sebgai contoh, pada masyarakat yang mengkonsumsi gaplek sebagai makanan pokok, rendahnya protein pada gaplek (1%) merupakan permasalahan yang perlu di perhatikan sedangkan harga protein relatif mahal. Pencampuran tepung komak sebanyak 30% pada tepung gaplek akan meningkatkan kandungan proteinnya menjdi 8%, mendekati kandungan protein beras.

2.

Campuran makanan bayi Makanan bayi merupakan alternatif lain pemanfaatan kacang komak. Makanan bayi dibuat dengan mencampur bahan padi-padian, kacangkacangan dan lemak nabati atau susu. Komposisi paling umum dibuat dengan campuran 60% bijibijian, 15% kacang-kacangan dan 25% minyak nabati. jika kedelai yang dipakai diperoleh produk dengan protein 13-15%, 10-14%, serat 15-25% dan abu 2-3%. Dengan mengganti kedelai dengan komak sebesar 24% diperoleh produk dengan komposisi kimia yang sama.

C. Kegunaan Lain Kegunaan lain dari tanaman komak adalah sebagai pupuk hijau, pelindung tanah dari erosi, penambat nitrogen, cocok untuk tanaman penutup tanah pada tanaman kopi atau kelapa

Kacang Komak

Tempe Kacang Komak

bubur Kacang Komak

Sayur Kacang Komak

Kacang Komak bumbu

Sekian Terimakasih atas perhatiannya

Anda mungkin juga menyukai