Anda di halaman 1dari 8

REFERAT KOLITIS RADIASI

PEMBIMBING dr. Arnold H. Harahap Sp.PD-KGEH

DISUSUN OLEH Ihda Sylvia Namira Azzahra

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA RS UMUM PUSAT FATMAWATI 2013

Lembar Pengesahan
Referat dengan judul Kolitis Radiasi telah diterima dan disetujui pada bulan April 2013 Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik ilmu Penyakit Dalam Periode 8 April 2013-14 juni 2013 di RSUP Fatmawati

Jakarta, 17 April 2013

dr. Arnold H. Harahap, Sp.PD-KGEH

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya yang begitu besar sehingga kami mampu menyelesaikan referat dengan judul Kolitis Radiasi. Terimakasih kepada pembimbing kami dr. Arnold H. Harahap, Sp.PD-KGEH atas kesempatan dan bimbingaan yang telah diberikan, serta seluruh pihak yang turut membantu sehigga refart ini dapat kami selesaikan. Kami berharap referat Kolitis Radiasi ini dapat menambah pengetahuan kita serta dapat membantu dalam memahami permasalahan yang ada sehingga kita dapat memberikan penatalaksanaan yang sesuai kepada pasien guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia dikemudian hari. Apabila dalam penulisan ini tedapat kekurangan kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, April 2013

Penulis

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 2.1 Metabolisme Bilirubin 2.2 Ikterus atau Jaundice 2.3.1 Etiologi 2.3.2 Epidemiologi 2.3.3 Patofisiologi 2.3.5 Diagnosa 2.3.7 Tatalaksana 2.3.8 Edukasi Pasien 2.3.9 Prognosa 2.3.10 Konsultasi BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Daftar pustaka ................................................................................16 ................................................................................17 .......................................................................1 .......................................................................2 .......................................................................6 ...........................................................10 .....................................................................10 .....................................................................10 .....................................................................11 .....................................................................12 ...........................................................13 .....................................................................15 .....................................................................15 .....................................................................15 .....................................................................15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Sindrom Dubin-Johnson (SDJ)

2.3.4 Tanda dan Gejala .....................................................................12 2.3.6 Pemeriksaan Penunjang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi kolon dan rectum


Usus besar merupakan tabung muscular berongga dengan panjang sekitar 1,5 m yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter usus besar lebih besar daripada usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inchi (sekitar 6,5 cm), tetapi makin dekat anus diameternya makin kecil. Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon, dan rektum. Pada sekum terdapat katup ileosekal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati sekitar dua atau tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileosekal mengontrol aliran kimus dari ileum ke sekum. Kolon dibagi lagi menjadi kolon ascendens, transversum, descendens, dan sigmoid. Tempat dimana kolon membentuk kelokan tajam yaitu pada abdomen kanan dan kiri atas berturutturut dinamakan fleksura hepatika dan fleksura lienalis. Kolon sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan berbentuk suatu lekukan berbentuk S. Lekukan bagian bawah membelok ke kiri waktu kolon sigmoid bersatu dengan rektum. Rektum terbentang dari kolon sigmoid sampai dengan anus. Satu inci terakhir dari rektum terdapat kanalis ani yang dilindungi oleh sfingter ani eksternus dan internus. Panjang rektum sampai kanalis ani adalah 5,9 inci

Gambar 1 : Anatomi Kolon Dinding kolon terdiri dari empat lapisan yaitu tunika serosa, muskularis, submukosa, dan tunika mukosa akan tetapi usus besar mempunyai gambaran- gambaran yang khas berupa: lapisan otot longitudinal usus besar tidak sempurna tetapi terkumpul dalam tiga pita yang disebut taenia koli yang bersatu pada sigmoid distal. Panjang taenia lebih pendek daripada usus sehingga usus tertarik dan berkerut membentuk kantong-kantong kecil yang disebut

haustra. Pada taenia melekat kantong-kantong kecil peritoneum yang berisi lemak yang disebut apendices epiploika. Lapisan mukosa usus besar lebih tebal dengan kriptus lieberkuhn terletak lebih dalam serta mempunyai sel goblet lebih banyak daripada usus halus.

Gambar 2 : Histologi Kolon Vaskularisasi usus besar diatur oleh arteri mesenterika superior dan inferior. Arteri mesenterika superior memvaskularisasi kolon bagian kanan (mulai dari sekum sampai dua pertiga proksimal kolon transversum). Arteri mesenterika superior mempunyai tiga cabang utama yaitu arteri ileokolika, arteri kolika dekstra, dan arteri kolika media. Sedangkan arteri mesenterika inferior memperdarahi kolon bagian kiri (mulai dari sepertiga distal kolon transversum sampai rektum bagian proksimal). Arteri mesenterika inferior mempunyai tiga cabang yaitu arteri kolika sinistra, arteri hemorroidalis superior, dan arteri sigmoidea. Vaskularisasi tambahan daerah rektum diatur oleh arteria sakralis media dan arteria hemorroidalis inferior dan media. Aliran balik vena dari kolon dan rektum superior melalui vena mesenterika superior dan inferior serta vena hemorroidalis superior, yaitu bagian dari sistem portal yang mengalirkan darah ke hati. Vena hemorroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke vena iliaka dan merupakan bagian dari sirkulasi sistemik. Terdapat anastomosis antara vena hemorroidalis superior, media, dan inferior sehingga peningkatan tekanan portal dapat mengakibatkan aliran balik ke dalam vena-vena ini dan mengakibatkan hemorroid.

Gambar 3 : Vaskularisasi kolon Aliran pembuluh limfe kolon mengikuti arteria regional ke limfenodi preaorta pada pangkal arteri mesenterika superior dan inferior. Aliran balik pembuluh limfe melalui sistrna kili yang bermuara ke dalam sistem vena pada sambungan vena subklavia dan jugularis sinistra. Hal ini menyebabkan metastase karsinoma gastrointestinal bisa ada dalam kelenjar limfe leher (kelenjar limfe virchow). Aliran balik pembuluh limfe rektum mengikuti aliran pembuluh darah hemorroidalis superior dan pembuluh limfe kanalis ani menyebar ke nodi limfatisi iliaka interna, sedangkan aliran balik pembuluh limfe anus dan kulit perineum mengikuti aliran limfe inguinalis superficialis.

Gambar 4 : Pembuluh limfe pada kolon

Inervasi usus besar dilakukan oleh sistem saraf otonom kecuali sfingter eksternus yang diatur secara voluntar. Serabut parasimpatis berjalan melalui saraf vagus ke bagian tengah kolon transversum, dan saraf pelvikus yang berasal dari daerah sakral mensuplai bagian distal. Serabut simpatis yang berjalan dari pars torasika dan lumbalis medula spinalis melalui rantai simpatis ke ganglia simpatis preortika. Disana bersinaps dengan post ganglion yang mengikuti aliran arteri utama dan berakhir pada pleksus mienterikus (Aurbach) dan submukosa (meissner). Perangsangan simpatis menyebabkan penghambatan sekresi dan kontraksi, serta perangsangan sfingter rektum, sedangkan saraf parasimpatis mempunyai efek yang berlawanan. Kendali usus yang paling penting adalah aktivitas refleks lokal yang diperantarai oleh pleksus nervosus intramural (Meissner dan Aurbach) dan interkoneksinya.

2.1 Fisiologi kolon dan rectum


Fungsi usus besar ialah menyerap air, vitamin, dan elektrolit, ekskresi mucus serta menyimpan feses, dan kemudian mendorongnya keluar. Dari 700- 1000 ml cairan usus halus yang diterima oleh kolon, hanya 150-200 ml yang dikeluarkan sebagai feses setiap harinya. Udara ditelan sewaktu makan, minum, atau menelan ludah. Oksigen dan karbondioksida di dalamnya di serap di usus, sedangkan nitrogen bersama dengan gas hasil pencernaan dari peragian dikeluarkan sebagai flatus. Jumlah gas di dalam usus mencapai 500 ml sehari. Pada infeksi usus, produksi gas meningkat dan bila mendapat obstruksi usus gas tertimbun di saluran cerna yang menimbulkan flatulensi Terdapat sejumlah bakteri pada kolon, yang mampu mencerna sejumlah kecil selulosa, dan menghasilkan sedikit nutrien bagi tubuh. Bakteri juga memproduksi vitamin K dan juga gas, sehingga menimbulkan bau pada feses.

Anda mungkin juga menyukai