KOMUNIKASI MASSA
Pendahuluan
adalah mustahil bagi kebanyakan orang. Sejak bangun tidur, melakukan aktivitas harian, sampai tidur kembali kita tidak lepas dari terpaan media massa. Kita membutuhkan surat kabar, radio, televisi, bioskop, dan rekaman musik. Tanpa mereka, hidup kita akan sangat berbeda dan bagi kebanyakan dari kita, akan sangat sulit. Perkembangan media massa yang pesat mengakibatkan seperti apa yang dikatakan Marshall McLuhan bahwa kita sekarang hidup dalam suatu desa global. Pernyataan McLuhan ini mengacu pada perkembangan media komunikasi modern yang memungkinkan terjadinya suatu penaklukan teknologis yang unik terhadap ruang dan waktu, yang mengakibatkan jarak fisik dalam komunikasi antar manusia dapat diabaikan. Dalam era globalisasi, era komunikasi luberan informasi menjadi suatu hal yang tak dapat dibendung lagi
idup ini tidak bisa terpisahkan dengan media massa. Media massa ada di mana-mana di sekitar kita. Hidup satu hari saja tanpa komunikasi massa
Berdasarkan definisi di atas dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar yang dihadiri puluhan ribu orang, tetapi jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukanlah komunikasi massa. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah radio siaran, televisi (media elektronik), surat kabar dan majalah (media cetak); serta media film. Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh Gebner (Ardianto, 2005). Menurut Gebner (1967) komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri. Dari definisi Gebner tergambar bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jarak waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, dwimingguan atau bulanan. Proses memproduksi pesan tidak dapat dilkakukan oleh perorangan, melainkan oleh lembaga, dan membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri. Berdasarkan hal-hal diatas maka konsep komunikasi massa itu sendiri pada satu sisi mengandung pengertian suatu proses di mana organisasi media memproduksi dan menyebarkan pesan kepada publik secara luas dan pada sisi lain merupakan proses di mana pesan tersebut dicari, digunakan, dan dikonsumsi oleh audience. Pusat dari studi mengenai komunikasi massa adalah media. Media merupakan organisasi yang menyebarkan informasi berupa produk budaya atau pesan yang mempengaruhi dan mencerminkan budaya dalam masyarakat. Oleh karenanya, sebagaimana dengan politik atau ekonomi, media merupakan suatu sistem tersendiri yang merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan yang lebih luas.
g. Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan Berbeda dengan komunikasi antar pribadi komunikasi massa lebih mengutamakan dimensi isi ketimbang hubungan, karena sifatnya yang tidak tatap muka. h. Umpan Balik Tertunda Karena tidak ada interaksi langsung antara komunikator dengan khalayaknya maka, umpan balik tidak bersifat langsung (direct feedback) atau tidak bersifat segera (immediate feedback), melainkan umpan baliknya bersifat tertunda. i. Efek yang Mungkin Terjadi Efek yang mungkin terjadi dalam komunikasi massa adalah penambahan pengetahuan.
5. Aliran Komunikasi Massa Setidaknya ada dua aliran menyangkut komunikasi massa, yaitu:
Aliran pertama, beranggapan bahwa media massa memiliki efek yang langsung dapat mempengaruhi individu sebagai audience. Sementara aliran kedua, beranggapan bahwa proses pengaruh dari media massa tidak terjadi
Stimulus-Respons
Prinsip stimulus-respons pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimuli tertentu. Dengan demikian seseorang dapat mengharapkan atau memperkirakan suatu kaitan erat antara pesan-pesan media dan reaksi audience. Elemen-elemen utama dari teori ini adalah: 1). Pesan (stimulus); 2). Seorang penerima/receiver (organism); dan 3). Efek (respons). Prinsip Stimulus-Respons mengasumsikan bahwa pesan dipersiapkan dan didistribusikan secara sistematik dan dalam skala yang luas. Sehingga secara serempak pesan tersebut dapat tersedia bagi sejumlah besar individu, dan bukannya ditujukan pada orang per orang. Penggunaan teknologi untuk reproduksi dan distribusi diharapkan dapat memaksimalkan jumlah penerimaan dan respons oleh audience. Dalam hal ini tidak diperhitungkan kemungkinan adanya intervensi dari struktur sosial atau kelompok dan seolah-olah terdapat kontak langsung antara media dan individu. Konsekuensinya, seluruh individu yang menerima pesan dianggap sama/seimbang. Jadi hanya agregasi jumlah yang dikenal, seperti konsumen, suporter, dan sebagainya. Selain itu diasumsikan pula bahwa terpaan pesan-pesan media, dalam tingkat tertentu, akan menghasilkan efek. Jadi kontak dengan media cenderung diartikan dengan adanya pengaruh tertentu dari media, sedangkan individu yang tidak terjangkau oleh terpaan media tidak akan terpengaruh.
Model ini pada hakekatnya adalah model komunikasi searah, berdasarkan anggapan bahwa mass media memiliki pengaruh langsung, segera dan sangat menentukan terhadap audience. Mass media merupakan gambaran dari jarum raksasa yang menyuntik audience yang pasif.
Two step flow theory (teori komunikasi dua tahap) dari Katz dan Lazarsfeld
Teori ini berawal dari hasil penelitian yang dilakukan Paul Lazarsfeld dan kawan-kawannya mengenai efek media massa dalam suatu kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat pada tahun 1940. Studi tersebut dilakukan dengan asumsi bahwa proses stimulus-respons bekerja dalam menghasilkan efek media massa. Namun hasil penelitian menunjukkan sebaliknya. rendah, dan asumsi stimulus-respons Efek media massa ternyata tidak cukup menggambarkan realitas
audience media massa dalam penyebaran arus informasi dan pembentukan pendapat umum. Para periset menemukan bahwa orang lebih dipengaruhi oleh orang lain daripada oleh media massa (terutama suratkabar dan radio).
Dalam analisisnya terhadap hasil penelitian tersebut, Lazarsfeld kemudian mengajukan gagasan mengenai komunikasi dua tahap, dengan konsep utamanya pemuka pendapat. Teori ini berasumsi bahwa media tidak membuat orang langsung terpengaruh oleh muatan informasi yang dibawahnya. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa proses pengaruh yang biasanya diartikan sebagai perubahan sikap dan perilaku terjadi justeru melalui perantaraan orang-orang yang dikenal dengan sebutan pemuka pendapat (opinion leader). Dalam hal ini proses yang terjadi adalah pemuka pendapat memperoleh informasi dari media, dan kemudian dapat menyebarluaskannya kepada orang-orang lain di sekitarnya. Pemuka pendapat ini pula yang berperan dalam merekomendasikan dan mengkonfirmasi perubahan sikap dan perilaku masyarakat di sekitarnya.
Media Massa
Dengan memanfaatkan kekuatan media massa sampai pada taraf tertentu, proses komunikasi juga melibatkan jaringan antarpribadi yang akan memperkuat tingkat adopsi seseorang atas sesuatu inovasi. Model ini didasarkan pada asumsi bahwa paling sedikit ada 4 langkah dalam proses difusi inovasi, yaitu: a. Pengetahuan: individu dihadapkan pada kesadaran akan adanya inovasi dan memperoleh pemahaman tentang bagaimana inovasi itu berfungsi. b. Persuasi: individu-individu membentuk sikap setuju atau tidak setuju terhadap inovasi. c. Keputusan: individu melibatkan diri pada aktivitas yang mengarah pada pilihan untuk menerima atau menolak inovasi. d. Konfirmasi: individu mencari penguatan (dukungan) terhadap keputusan yang telah dibuatnya, tapi ia mungkin saja berbalik keputusan jika ia memperoleh isi pernyataan tentang inovasi yang bertentangan. Periset dalam bidang difusi inovasi membedakan lima tipe adopter: 1. tentu 2. umumnya. 3. 4. 5. Mayoritas awal, mengikuti pembawa pengaruh dan melegitimasi lebih jauh inovasi ini. Mayoritas akhir, mengadopsi inovasi agak belakangan. Laggards atau kelompok yang tertinggal, merupakan kelompok terakhir yang mengadopsi inovasi, mungkin mengikuti jejak orang-orang dari tiga kelompok terdahulu. Beberapa Teori lain yang dapat dikemukakan di sini menyangkut pengaruh komunikasi massa terhadap individu, antara lain: adalah Inovator, orang yang pertama-tama mengadopsi inovasi, belum pencetus gagasan baru ini, tetapi merekalah yang memperkenalkannya secara cukup luas. Adopter awal, adalah orang yang membawa pengaruh atau melegitimasi gagasan dan membuatnya diterima oleh masyarakat pada
Teori-Teori Melvin De Fleur Pelbagai rangsangan dapat ditumbuhkan oleh media massa, sehingga
tanggapan audience yang dihasilkannya juga akan berbeda-beda. Melvin De Fleur mengemukakan teori-teorinya, antara lain: Teori Perbedaan Individu (The Individual Differences Theory), Teori Penggolongan Sosial (The Social Category Theory), Teori hubungan sosial (The Social Relationship Theory), dan Teori Norma-Norma Budaya (The Cultural Norms Theory). Teori Perbedaan Individu (The Individual Differences Theory) Pada tahun 1970, Melvin DeFleur melakukan modifikasi terhadap teori stimulus respons dengan teorinya yang dikenal sebagai teori perbedaan individu dalam komunikasi massa. Di sini diasumsikan bahwa pesan-pesan media berisi stimulus tertentu yang berinteraksi secara berbeda-beda dengan karakteristik pribadi dari para anggota audience. Perbedaan individu itu terjadi disebabkan karena perbedaan lingkungan yang menghasilkan pula perbedaan pandangan dalam menghadapi sesuatu. Dari lingkungannya akan berbentuk sikap, nilai-nilai, serta kepercayaan yang mendasari kepribadian mereka. Anak kembar sekalipun yang secara biologis memiliki persamaan-persamaan, dapat berbeda kepribadiannya apabila dibesarkan dalam lingkungan sosial yang berbeda. Teori Kategori/Penggolongan Sosial (The Social Category Theory) Teori ini beranggapan bahwa terdapat penggolongan sosial yang luas dalam masyarakat yang memiliki perilaku yang kurang lebih sama terhadap rangsanganrangsangan tertentu. Penggolongan tersebut didasarkan pada seks, tingkat penghasilan, pendidikan, tempat tinggal maupun agama. Dasar dari teori ini adalah teori sosiologi yang berhubungan dengan kemajemukan masyarakat modern, dimana dinyatakan bahwa masyarakat yang memiliki sifat-sifat tertentu yang sama akan membentuk sikap yang sama dalam menghadapi rangsangan tertentu. Falam hubungannya dengan media dapat
digambarkan bahwa majalah mode biasanya hanya dibeli oleh wanita, majalah sport dibeli umumnya oleh pria. Variabel-variabel seperti seks, umur, pendidikan tampaknya turut juga menentukan selektivitas seseorang terhadap media yang ditawarkan. Teori hubungan sosial (The Social Relationship Theory) Teori ini menyatakan bahwa dalam menerima pesan-pesan komunikasi yang disampaikan oleh media, orang lebih banyak memperoleh pesan itu melalui hubungan atau kontak dengan orang lain daripada menerima langsung dari media massa. Hubungan sosial yang informal merupakan salah satu variabel yang turut menentukan besarnya pengaruh media. Dalam kenyataannya terbukti bahwa orang-orang yang langsung menerima informasi dari media terbatas sekali. Mereka inilah yang merumuskan informasi media tersebut pada orang lain melalui saluran komunikasi dari mulut ke mulut (word of mouth communication). Berdasarkan hasil penelitian, maka arus informasi akan berjalan atas dua tahap. Pertama, informasi berkembang melalui media kepada individu-individu yang relatif, cukup informasi (well informed), yang umumnya memperoleh informasi langsung. Kedua, informasi tersebut kemudian berkembang dari mereka yang cukup informasi melalui saluran komunikasi antarpribadi kepada individu-individu akan informasi pada orang lain besar sekali. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa teori hubungan sosial mencoba menekankan pentingnya variabel hubungan antarpribadi sebagai sumber informasi sebagai penguat pengaruh media komunikasi. Teori Norma-Norma Budaya (The Cultural Norms Theory) Teori ini melihat cara-cara media massa mempengaruhi perilaku sebagai suatu produk budaya. Pada hakekatnya, teori ini menganggap bahwa media massa melalui pesan-pesan yang disampaikannya dengan cara-cara tertentu dapat menumbuhkan kesan-kesan yang oleh audience disesuaikan dengan norma-norma yang kurang memiliki hubungan langsung dengan media serta ketergantungan mereka
budayanya. Perilaku individu umumnya didasarkan pada norma-norma budaya yang disesuaikan dengan situasi yang dihadapinya, dalam hal ini media akan bekerja secara tidak langsung untuk mempengaruhi sikap individu tersebut. Dengan kata lain, media massa dapat mengukuhkan norma-norma budaya dengan informasi-informasi yang disampaikan setiap hari. Selain itu media massa dapat mengaktifkan perilaku tertentu, apabila informasi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan individu serta tidak bertentangan dengan norma budaya yang berlaku.