Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN LUKA DIABETIK (ULKUS DIABETIK)

A. Definisi

Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan yan gditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah. Kategori komplikasi kronis diabetes mellitus yang kemungkinan digunakan adalah penyakit Makrovaskuler, Mikrovaskuler, Neuropati (Suzanne.C S & Brend G B, 2002 ) Komplikasi kronis diabetes mellitus menurut (Brunner & Suddarth, 2000) yakni umunya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan 1. Makrovaskuler (penyakit pembuluh darah besar) : mengenai sirkulasi koroner, vaskuler perifer, dan vaskuler serebral. 2. Mikrovaskuler (penyakit pembuluh darah kecil) : mengenai mata (retinopati), ginjal (neuropati). Control glukosa darah untuk memperlambat atau menunda awitan baik komplikasi mikrovaskuler maupun makrovaskuler. 3. Penyakit neuropati : mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi serta

menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki Ulkus diabetika merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karena adanya komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan neuropati, yang lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak dirasakan, dan dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri aerob maupun anaerob. (Riyanto B, 2007). Kaki diabetes merupakan salah satu komplikasi kronik Diabete Mellitus yang paling ditakuti. (Sarwono W, 2007). Ada tiga factor yang berperan dalam kaki diabetic , yaitu neuropati ,iskemia dan sepsis. Biasanya amputasi harus dilakukan. Hilangnya sensori pada kaki dapat mengakibatkan trauma dan potensial untuk ulkus. Perubahan

mikrovaskuler dapat mengakibatkan iskemia jaringan dan sepsis . neuropati ,iskemia dan sepsis bisa mengakibatkan gangrene dan amputasi. (Mary baradero, dkk, 2009) B. Etiologi ( Moya J Morison, 2004:182 ) ulkus Kaki diabetic biasanya terjadi akibat: -Neuropati perifer (kaki kebas) -Insufiesnsi vaksuler perifer (iskemia) -Infeksi Faktor utama yang berperan pada timbulnya ulkus Diabetikum adalah angiopati, neuropati dan infeksi. Adanya neuropati perifer akan menyebabkan hilang atau menurunnya sensai nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi pada otot kaki sehingga merubah titik tumpu yang menyebabkan ulsestrasi pada kaki klien. Penyakit neuropati dan vaskuler adalah factor utama yang mengkontribusi terjadinya luka (Suriadi, 2007 Adapun Faktor-faktor yang berpengaruh atas terjadinya ulkus diabetikum dibagi menjadi faktor endogen dan ekstrogen. a. Faktor endogen : Genetik, metabolic, Angiopati diabetic, Neuropati diabetic b. Faktor ekstrogen : Trauma, Infeksi, Obat C. Patogenesis Ulkus diabetik Ulkus diabetika adalah salah satu bentuk komplikasi kronik Diabetes mellitus berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai adanya kematian jaringan setempat (Frykberb Robert G, 2002). Ulkus diabetika disebabkan adanya tiga faktor yang sering disebut Trias yaitu : Iskemik, Neuropati, dan Infeksi. (Djokomoeljanto, 1997;Djoko W, 1999) Pada penderita DM apabila kadar glukosa darah tidak terkendali akan terjadi komplikasi kronik yaitu neuropati. Kadar gula darah yang tinggi bisa melukai serat saraf

di seluruh tubuh, tetapi neuropati diabetes paling sering merusak saraf pada kaki dan lengan. Tergantung pada saraf mana yang terkena, gejala neuropati diabetes dapat berupa rasa sakit dan mati rasa pada kaki, masalah sistem pencernaan, saluran kemih, pembuluh darah, dan masalah jantung. (anonym) Dan kemudian dapat menimbulkan perubahan jaringan syaraf karena adanya penimbunan sorbitol dan fruktosa sehingga mengakibatkan akson menghilang, penurunan kecepatan induksi, parastesia, menurunnya reflek otot, atrofi otot, keringat berlebihan, kulit kering dan hilang rasa, apabila diabetisi tidak hati-hati dapat terjadi trauma yang akan menjadi ulkus diabetika. (Tjokroprawiro A, 1999). Iskemik merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh karena kekurangan darah dalam jaringan, sehingga jaringan kekurangan oksigen. Hal ini disebabkan adanya proses makroangiopati pada pembuluh darah sehingga sirkulasi jaringan menurun yang ditandai oleh hilang atau berkurangnya denyut nadi pada arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis jaringa sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai. (Waspadji S, 2006;William C, 2003). Aterosklerosis merupakan sebuah kondisi dimana arteri menebal dan menyempit karena penumpukan lemak pada bagian dalam pembuluh darah. Menebalnya arteri di kaki dapat mempengaruhi otot-otot kaki karena berkurangnya suplai darah, sehingga mengakibatkan kesemutan, rasa tidak nyaman, dan dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan kematian jaringan yang akan berkembang menjadi ulkus diabetika. (Misnadiarly, 2006). Proses angiopati pada penderita Diabetes mellitus berupa penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer, sering terjadi pada tungkai bawah terutama kaki, akibat perfusi jaringan bagian distal dari tungkai menjadi berkurang kemudian timbul ulkus diabetika ( Djoko W,1999). Pada penderita DM yang tidak terkendali akan menyebabkan penebalan tunika intima (hiperplasia membram basalis arteri) pada pembuluh darah besar dan pembuluh kapiler bahkan dapat terjadi kebocoran albumin keluar kapiler sehingga mengganggu distribusi darah kejaringan dan timbul nekrosis jaringan yang mengakibatkan ulkus diabetika. (Misnadiarly, 2006;William C, 2003) . Eritrosit pada penderita DM yang tidak terkendali akan meningkatkan HbA1C yang

menyebabkan deformabilitas eritrosit dan pelepasan oksigen di jaringan oleh eritrosit terganggu, sehingga terjadi penyumbatan yang menggangu sirkulasi jaringan dan kekuranganoksigen mengakibatkan kematian jaringan yang selanjutnya timbul ulkus diabetika. (Misnadiarly, 2006;Djokomoeljanto, 1997). Peningkatan kadar fibrinogen dan bertambahnya reaktivitas trombosit

menyebabkan tingginya agregasi sel darah merah sehingga sirkulasi darah menjadi lambat dan memudahkan terbentuknya trombosit pada dinding pembuluh darah yang akan mengganggu sirkulasi darah. (Misnadiarly, 2006). Perubahan/inflamasi pada dinding pembuluh darah, akan terjadi penumpukan lemak pada lumen pembuluh darah, konsentrasi HDL (high- density-lipoprotein) sebagai pembersih plak biasanya rendah. Adanya faktor risiko lain yaitu hipertensi akan meningkatkan kerentanan terhadap aterosklerosis.(Tjokroprawiro A, 1999). Konsekuensi adanya aterosklerosis yaitu sirkulasi jaringan menurun sehingga kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai. (Misnadiarly,2006; Djokomoeljanto, 1997) Pada penderita DM apabila kadar glukosa darah tidak terkendali menyebabkan abnormalitas lekosit sehingga fungsi khemotoksis di lokasi radang terganggu, demikian pula fungsi fagositosis dan bakterisid menurun sehingga bila ada infeksi mikroorganisme sukar untuk dimusnahkan oleh system phlagositosis-bakterisid intra selluler. Pada penderita ulkus diabetika, 50 % akan mengalami infeksi akibat adanya glukosa darah yang tinggi, yang merupakan media pertumbuhan bakteri yang subur. Bakteri penyebab infeksi pada ulkus diabetika yaitu kuman aerobik Staphylokokus atau Streptokokus serta kuman anaerob yaitu Clostridium perfringens, Clostridium novy, dan Clostridium septikum. (Riyanto B, 2007) D. Klasifikasi Ulkus Diabetika Pada penderita diabetes mellitus menurut Wagner dikutip oleh Waspadji S , terdiri dari 6 tingkatan : 0 = Tidak ada luka terbuka, kulit utuh. 1 = Ulkus Superfisialis, terbatas pada kulit. 2 = Ulkus lebih dalam sering dikaitkan dengan inflamasi jaringan.

3 = Ulkus dalam yang melibatkan tulang, sendi dan formasi abses. 4 =Ulkus dengan kematian jaringan tubuh terlokalisir seperti pada ibu jari kaki, bagian depan kaki atau tumit. 5 = Ulkus dengan kematian jaringan tubuh pada seluruh kaki. Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola dari fontaine : Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak khas (kesemutan) Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten Stadium III : timbul nyeri saat istitrahat Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus) E. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala ulkus diabetika yaitu : a. Sering kesemutan. b. Nyeri kaki saat istirahat. c. Sensasi rasa berkurang. d. Kerusakan Jaringan (nekrosis). e. Penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea. f. Kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal. g. Kulit kering. (Misnadiarly, 2006;Djoko W, 1999). F. Pencegahan dan Pengelolaan Ulkus diabetic Pencegahan dan pengelolaan ulkus diabetik untuk mencegah komplikasi lebih lanjut adalah : 1. Memperbaiki kelainan vaskuler. 2. Memperbaiki sirkulasi. 3. Pengelolaan pada masalah yang timbul ( infeksi, dll). 4. Edukasi perawatan kaki.

5. Pemberian obat-obat yang tepat untuk infeksi (menurut hasil laboratorium lengkap) dan obat vaskularisasi, obat untuk penurunan gula darah maupun menghilangkan keluhan/gejala dan penyulit DM. 6. Olah raga teratur dan menjaga berat badan ideal. 7. Menghentikan kebiasaan merokok. 8. Merawat kaki secara teratur setiap hari (Healthyenthusiast, 2012)

G.Diagnosis ulkus diabetika meliputi : a. Pemeriksaan Fisik : inspeksi kaki untuk mengamati terdapat luka/ulkus pada kulit atau jaringan tubuh pada kaki pemeriksaan sensasi vibrasi/rasa berkurang atau hilang, palpasi denyut nadi arteri dorsalis pedis menurun atau hilang.

b. Pemeriksaan Penunjang: X-ray, EMG dan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui apakah ulkus diabetika menjadi infeksi dan menentukan kuman penyebabnya.(Waspadji S, 2006; Misnadiarly, 2006). H. Penatalaksanaan 1. Pengendalian Diabetes Langkah awal penanganan pasien ulkus diabetik adalah dengan melakukan manajemen medis terhadap penyakit diabetes secara sistemik karena kebanyakan pasien dengan ulkus diabetik juga menderita mal nutrisi, penyakit ginjal kronis dan infeksi kronis. 2. Penanganan Ulkus diabetikum a. Strategi pencegahan

Fokus pada penanganan ulkus diabetik adalah pencegahan terjadinya luka. Strategi yang dapat dilakukan meliputi edukasi kepada pasien, perawtan kulit, kuku dan kaki serta pengunaan alas kaki yang dapat melindungi. b.Penanganan Ulkus Diabetik Penangan ulkus diabetik dapat dilakukan dalam berbagai tingkatan, yaitu: Tingkat 0 : Penanganan pada tingkat ini meliputi edukasi kepada pasien tentang bahaya dari ulkus dan cara pencegahan. Tingkat I : Memerlukan debrimen jaringan nekrotik atau jaringan yang infeksius, perawatan lokal luka dan pengurangan beban. Tingkat II : Memerlukan debrimen antibiotik yang sesuai dengan hasil kultur, perawatan luka dan pengurangan beban yang lebih berarti. TingkatIII: Memerlukan debrimen yang sudah menjadi gangren, amputasi sebagian, imobilisasi yang lebih ketat dan pemberian antibiotik parenteral yang sesuai dengan kultur. Tingkat IV : Pada tahap ini biasanya memerlukan tindakan amputasi sebagaian atau seluruh kaki. 9,10

I. ASUHAN KEPERAWATAN ULKUS DIABETIK 1. Pengkajian Menurut Doenges (2000: 726), data pengkajian pada pasien dengan Diabetes Mellitus bergantung pada berat dan lamanya ketidakseimbangan metabolik dan pengaruh fungsi pada organ, data yang perlu dikaji meliputi : a. Aktivitas / istirahat Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan, kram otot Tanda : Penurunan kekuatan otot, latergi, disorientasi, koma

b. Sirkulasi Gejala : Adanya riwayat hipertensi, ulkus pada kaki, IM akut Tanda : Nadi yang menurun, disritmia, bola mata cekung

c. Eliminasi Gejala : Perubahan pola berkemih ( poliuri ), nyeri tekan abdomen Tanda : Urine berkabut, bau busuk ( infeksi ), adanya asites.

d. Makanan / cairan Gejala : Hilang nafsu makan, mual / muntah, penurunan BB, haus Tanda : Turgor kulit jelek dan bersisik, distensi abdomen

e. Neurosensori Gejala : Pusing, sakit kepala, gangguan penglihan Tanda : Disorientasi, mengantuk, latergi, aktivitas kejang

f. Nyeri / kenyamanan Gejala : Nyeri tekan abdomen Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi

g. Pernafasan

Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batu dengan / tanpa sputum

h. Tanda : Lapar udara, frekuensi pernafasan i. Seksualitas Gejala : Impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita j. Penyuluhan / pembelajaran Gejala : Faktor resiko keluarga DM, penyakit jantung, strok, hipertensi

Diagnosa Keperawatan (Nanda, 2002) 1. Ketidakefektifan Perfusi jaringan (perifer) transport oksigen melalui membrane kapiler 2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi 3. Nyeri berhubungan dengan agens cedera (fisik) 4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidaknyamanan 5. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kesalahan dalam memahami informasi yang ada berhubungan dengan kerusakan

INTERVENSI (Nic Noc, 2002)

n o

diagnosa

Tujuan & kritera hasil KH:

intervensi Ajarkan pasien dan keluarga tentang menghindari suhu yang ekstrem pada ekstermitas Perawatan sirkulasi: peningkatan sirkulasi arteri dan vena Penatalaksanaan sensasi perifer: pencegahan, meminimalkan cedera atau rasa tidak nyaman pada pasien dengan perubahan sensasi. Pantau perbedaan ketajaman / tumpul dan panas/dingin Pantau bebas,kesemutan,hiperestesia hipoestesia parastesia: dan

11. Ketidakefektifan Perfusi jaringan (perifer) berhubungan dengan kerusakan transport oksigen melalui membrane kapiler

-Menunjukan Integritas jaringan: kulit dan membran mukosa, ditandai dengan indikator sebagai berikut (suhu jaringan tidak terganggu) -Menunjukan perfusi jaringan : perifer: ditandai dengan indikator sebagai berikut (pengisian ulang kapiler tidak ada ganguan) -

Kaji ulkus statis atau selulitis (yaitu nyeri, kemerahan, pembengkakan pada ekstemitas

Kerusakan integritas KH: - Perlindungan infeksi : mencegah dan jaringan berhubungan mendeteksi dini pada psien yang beresiko integritas dengan perubahan - Menunjukan jaringan kulit yang - Perawatan luka: mencegah komplikasi luka dan sirkulasi dibuktikan dengan meningkatkan penyembuhan luka indikator (terkstur dan ketebalan jaringan dan - Perawatan kulit: terapi topical: mengoleskan zat topical atau memanipulasi alat untuk perfusi jarigan tidak ada meningkatkan integritas jaringan kulit dan ganguan) meminimalkan kerusakan kulit Evaluasi tindakan pengobatan atau pembalutan yang dapat meliputi balutan hidrokoloid, balutan hidrofilik, balutan absorben dan sebagainya - Lakukan perawatan luka atau perawatan kulit secara rutin

Nyeri berhubungan KH: dengan agens cedera

-Kaji skala nyeri pasien ( 1- 10)

(fisik)

Menunjukan tingkat nyeri: -Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif berkurang hingga hilang meliputi lokasi , karakteristik,awitan/durasi. Frekuensi,kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan factor presipitasinya. -Pemberian Analgesik: pengunaan agens agens farmakologi untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri -Penatalaksanaan nyeri: meringankan atau mengurangi nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien

Hambatan mobilitas KH: - Ajarkan dan bantu pasien dalam proses fisik berhubungan perpindahan (misalnya tongkat,walker) Menunjukan tingakat dengan mobilitas, ditandai dengan - Kaji kebutuhan akan bantuan pelayanan ketidaknyamanan (melakukan perpindahan kesehatan dirumah dan kebutuhan akan mandiri dengan peralatan pengobatan yang tahan lama. pertolongan alat bantu) - Berikan penguatan positif selama aktivitas - Menunjukan pengunaan alat bantu secara benar dengan - Atur posisi pasien dengan postur tubuh yang benar pengawasan - Ajarkan pasien bagaimana mengunakan postur dan mekanika tubuh yang benar saat melakukan aktivitas.

Defisit pengetahuan berhubungan dengan kesalahan dalam memahami informasi yang ada

Pasien dan keluarga akan - Bina hubungan saling percaya mengidentifikasi kebutuhan terhadap informasi - Promosi mekanika tubuh: memfasilitasi pengunaan postur dan pergerakan dalam tambahan tentang program aktifitas sehari hari untuk mencegah terapi keletihan dan regangan atau cedera musculoskeletal - Tentukan kebutuhan belajar pasien - Lakukan penilaian terhadap tingkat pengetahuan pasien saat ini dan pemahama terhadap materi ( misalnya , pengetahuan tentang prosedur atau penanganan yang di programkan)

- Beri penyuluhan sesuai dengan tingkat pemahaman pasien , ulangi informasi bila diperlukan

DAFTAR PUSTAKA

1. Smeltzer, Suzanne C., Bare, B G. 2002. Buku Ajar Keperawtan Medikal Bedah. Edisi8. Vol2. Jakarta: EGC 2. Baughman, Diane C., Joann, C.Hacley. 2000. Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku dari Brunner & Suddarth, Jakarta: EGC. 3. Sularsito SA. Ulkus Kruris. Dalam: Djuanda Adi, ed. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi VII. Jakarta: FKUI press,. 2007; 247.

4. Baradero, Mary., Mary, W.D., Yakobus. S. 2009. Seri Asuhan Keperawatan Klien Ganguan Endokrin. Jakarta: EGC

5. Morison, J Moya, 2004. Seri Pedoman Praktis Manajemen Luka. Jakarta: EGC 6. Suriadi. 2007. Manajemen Luka. Pontianak: STIKEP MUHAMMADIYAH

7. go4healthylife.2009. Tip Merawat Kaki Diabetes. Diakses 3 januari 2013.http://www.go4healthylife.com/articles/6173/1/Tip-Merawat-KakiDiabetes/Page1.html.

8. Djoko W. Diabetes Melitus dan Infeksi. Dalam : Noer, dkk, editors, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi III, Penerbit FK UI, Jakarta, 1999.

9. Hastuti RT. 2008. Faktor-Faktor Resiko Ulkus Diabetika pada Penderita Diabetes Mellitus. Tesis. Semarang, Universitas Diponegoro. 10. Waspaji S. Kaki Diabetes. Dalam: Sudoyo A dkk, eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III edisi IV. Jakarta: FKUI press, 2007;1911.

11. Misnadiarly,2006. Diabetes mellitus; Ganggren, Ulcer, Infeksi, Mengenal gejala, Menangualangi, dan mencegah Komplikasi. Ed.1. Jakarta. Pustaka Populer Obor. 12. Healthyenthusiast. (2012, 1 juli). Dabetik Foot Ulcer. Diakses 3 januari 2012. http://healthyenthusiast.com/diabetik-foot-ulcer.html.

13. Doenges, Marlilynn E, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3. Jakarta : EGC 14. International, Nanda, 2012. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC.

15. Wilkinson, M Judith, 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai