Anda di halaman 1dari 2

enomena Tanah Berawa: Tanah Berawa Fungsi sponge (karet busa) untuk menyimpan air.

Jika daerah ini dib angun, maka tempat penyerapan air menjadi tidak ada, air harus mengalir ke tempa t yang lain. Bangunan yang dibangun di rawa dengan penimbunan akan turun terus, di samping itu, air akan naik terus jika tidak ada kompensasi untuk dialirkan ke tempat lain. Karena itu pembangunan di daerah berawa harus terkontrol supaya ti dak mengganggu keseimbangan air tanah. Fenomena Tanah Gambut: Tanah gambut merupakan hasil pelapukan tumbuh-tumbuhan dalam ribuan tahun yang b ukan merupakan daratan atau tanah yang sesungguhnya. Ketebalannya bervariasi antara beberapa cm sampai 15 meter. Tanah gambut akan terus mengalami penurunan (ingat: ia sebetulnya bukan tanah!), bisa sampai 1 m dalam 10 tahun. Pembuatan jalan di atas lahan gambut lebih baik dilakukan dengan sistem rigid pa vement (perkerasan kaku) yaitu dengan lapisan beton, supaya bebannya tersebar me rata di atas permukaan tanah gambut, demikian memperlambat penurunan dan kerusak an. Untuk mendapatkan bangunan yang stabil, maka pondasi harus dipancangkan sampai k e kedalaman tanah keras di bawah lapisan gambut. Luasan lahan gambut di dunia adalah sekitar 424 juta ha (Kalmari, 1982) dan seki tar 38 juta ha terdapat di wilayah tropis (Friends of the Earth, 1983). Sebagian besar lahan gambut di wilayah tropis terdapat di Indonesia yaitu seluas 20.10 j uta ha dan di Malaysia dengan luasan sekitar 2.7 juta ha (Vijarnsorn,1996). Di I ndonesia, mayoritas lahan gambut ditemukan di luar Pulau Jawa dengan luasan seki tar 6.45% dari luas lahan gambut di dunia (Neue et al., 1997). PROSES PEMBENTUKAN TANAH GAMBUT Gambut terbentuk akibat proses dekomposisi bahan-bahan organik tumbuhan yang ter jadi secara anaerob dengan laju akumulasi bahan organik lebih tinggi dibandingka n laju dekomposisinya. Akumulasi gambut umumnya akan membentuk lahan gambut pada lingkungan jenuh atau tergenang air, atau pada kondisi yang menyebabkan aktivit as mikroorganisme terhambat. Vegetasi pembentuk gambut umumnya sangat adaptif pada lingkungan anaerob atau te rgenang, seperti bakau (mangrove), rumput-rumput rawa dan hutan air tawar. Di da erah pantai dan dataran rendah, akumulasi bahan organik akan membentuk gambut om brogen di atas gambut topogen dengan hamparan yang berbentuk kubah (dome). Gambu t ombrogen terbentuk dari vegetasi hutan yang berlangsung selama ribuan tahun de ngan ketebalan hingga puluhan meter. Gambut tersebut terbentuk dari vegetasi rawa yang sepenuhnya tergantung pada inp ut unsur hara dari air hujan dan bukan dari tanah mineral di bawah atau dari rem besan air tanah, sehingga tanahnya menjadi miskin hara dan bersifat masam. Gambu t ombrogen umumnya terbentuk dari akumulasi bahan-bahan berkayu selama kurang le bih 4000-5000 tahun yang lalu (Anderson, 1983). Menurut klasifikasi FAO-UNESCO, tanah gambut termasuk ordo Histosol dengan kandu ngan bahan organik >30% dalam lapisan setebal 40 cm dari bagian 80 cm teratas pr ofil tanah. Berdasarkan tingkat dekomposisinya histosol dibagi menjadi 3 subordo yaitu fibrik < hemik < saprik. Tanah-tanah gambut di Sumatra termasuk subordo T erric Tropohemist, Terric Sulfihemist, Typic Tropohemist, Terric Troposaprist da n Typic Tropofibrist (Hardjowigeno, 1989). Secara umum, tingkat dekomposisi mene ntukan sifat-sifat fisik, biologi dan kimia gambut. Indonesia adalah negara kepulauan dengan daratan yang luas dengan jenis tanah ya

ng berbeda-beda. Berikut ini adalah macam-macam / jenis-jenis tanah yang ada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tanah Humus: Tanah humus adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan d aun dan batang pohon di hutan hujan tropis yang lebat. Tanah Pasir: Tanah pasir adalah tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian y ang terbentuk dari batuan beku serta batuan sedimen yang memiliki butir kasar da n berkerikil. Tanah Alluvial / Tanah Endapan: Tanah aluvial adalah tanah yang dibentuk dari lu mpur sungai yang mengendap di dataran rendah yang memiliki sifat tanah yang subu r dan cocok untuk lahan pertanian. Tanah Podzolit: Tanah podzolit adalah tanah subur yang umumnya berada di pegunun gan dengan curah hujan yang tinggi dan bersuhu rendah / dingin. Tanah Vulkanik / Tanah Gunung Berapi: Tanah vulkanis adalah tanah yang terbentuk dari lapukan materi letusan gunung berapi yang subur mengandung zat hara yang t inggi. Jenis tanah vulkanik dapat dijumpai di sekitar lereng gunung berapi. Tanah Laterit: Tanah laterit adalah tanah tidak subur yang tadinya subur dan kay a akan unsur hara, namun unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa oleh air hujan yang tinggi. Contoh : Kalimantan Barat dan Lampung. Tanah Mediteran / Tanah Kapur: Tanah mediteran adalah tanah sifatnya tidak subur yang terbentuk dari pelapukan batuan yang kapur. Contoh : Nusa Tenggara, Maluku , Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tanah Gambut / Tanah Organosol: Tanah organosol adalah jenis tanah yang kurang s ubur untuk bercocok tanam yang merupakan hasil bentukan pelapukan tumbuhan rawa. Contoh : rawa Kalimantan, Papua dan Sumatera.

Anda mungkin juga menyukai