Anda di halaman 1dari 16

A. Pendahuluan 1.

Latar Belakang Pemilihan Umum, selanjutnya disebut Pemilu, adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Pemilu untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sehingga pada dasarnya pemilu adalah proses pemilihan secara umum yang dilakukan untuk mencari anggota DPR, DPRD, DPD atau juga Presiden dalam wilayah Republik Indonesia yang dilaksanakan secara efektif dan efisien berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Pemilu merupakan pesta demokrasi yang ada di Indonesia. Dalam pemilu tersebut warga Indonesia yang telah memiliki hak suara menggunakan hak suara tersebut untuk memilih anggota DPR, DPRD, Presiden dan Wakilnya. Partisipasi masyarakat tidak hanya dalam pemilihan dan pengawasan para pejabat negara tetapi juga dalam penentuan kebijakan publik APBN dan APBD. Dalam demokrasi rakyat adalah segala-galanya dan oleh karena itu segala sesuatu tentang negara harus dengan persetujuan rakyat. Partisipasi politik masyarakat dalam menyalurkan aspirasinya tentunya harus ada sebuah lembaga resmi yang mempunyai jaminan hukum atas keberadaannya dalam menyampaikan aspirasinya tersebut, lembaga tersebut yang dinamakan dengan partai politik. Dalam negara demokrasi, setiap partai politik mempunyai kedudukan, fungsi, hak, dan kewajiban yang sama dan sederajat. Kedaulatan partai

politik berada di tangan anggotanya, dan karena partai politik bersifat mandiri, pihak-pihak yang berada di luar partai tidak dibenarkan campur tangan dalam urusan rumah tangga suatu partai politik. Sebagai salah satu lembaga demokrasi, partai politik berfungsi mengembangkan kesadaran atas hak dan kewajiban politik rakyat, menyebarluas kan prinsip dan metode demokrasi, menyalurkan kepentingan masyarakat dalam

pembuatan kebijakan negara, serta mempersiapkan anggota masyarakat untuk mengisi jabatan-jabatan politik sesuai dengan mekanisme

demokrasi. Partai Politik juga merupakan salah satu wadah guna menyatakan dukungan dan tuntutan dalam proses politik, agar setiap warga negara mempunyai kesempatan yang sama untuk mempengaruhi pembuatan pelaksanaan kebijakan negara. Partai Politik juga merupakan sarana untuk mewujudkan kedaulatan rakyat yang mana kedaulatan rakyat itu diantaranya tercermin dalam Pasal 1 angka (2) Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan Kedaulatan berada di tangan Rakyat dan dilaksanakan menurut UUD, kemudian diwujudkan melalui Pasal 6A angka (1) Undang-Undang Dasar 1945 Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung oleh rakyat. Pada tahun depan 2014, Indonesia akan menyelenggarakan proses pemilu kembali. Pemilu kali ini diharapkan dapat berjalan dengan baik dan lancar tanpa adanya permasalahan seperti golput ataupun money politik. Pemilu 2014 terasa berbeda dengan pemilu yang ada pada sebelumnya, karena peserta dari pemilu yaitu partai politik (parpol) diverifikasi oleh KPU secara administrasi maupun secara faktual untuk lebih meminimalisir permasalahan yang mungkin akan terjadi. Pada tanggal 7 September 2012, Komisi Pemilihan Umum mengumumkan daftar 46 partai politik yang telah mendaftarkan diri untuk mengikuti Pemilu 2014, dimana beberapa partai diantaranya merupakan partai politik yang baru pertama kali mengikuti pemilu ataupun baru mengganti namanya. 9 partai lainnya merupakan peserta Pemilu 2009 yang berhasil mendapatkan kursi di DPR periode 2009-2014.Pada tanggal 10 September 2012, KPU meloloskan 34 partai yang memenuhi syarat

pendaftaran minimal 17 buah dokumen. Selanjutnya pada tanggal 28 Oktober 2012, KPU mengumumkan 16 partai yang lolos verifikasi administrasi dan akan sesuai menjalani dengan verifikasi faktual. Pada

kekuasaan tersebut akan digunakan secara berlebihan dan tentunya masyarakatlah disini yang akan selalu dirugikan melalui kebijakankebijakanya. menurut Carl J. Friedrich (Miriam Budiarjo: 404) mendefiniskan partai politik adalah sekompok manusia yang terorganisir sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini, memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idiil serta materiil. Sedangkan menurut Sigmund Neumann (Miriam Budiarjo:404) mengatakan bahwa Partai politik adalah organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat melalui persaingan dengan suatu golongan atau golongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda. Kemudian kalau kita melihat Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 2011 tentang partai politik memberikan definisi sebagai berikut; Partai politik adalah

perkembangannya,

keputusan

Dewan

Kehormatan

Penyelenggara Pemilihan Umum, verifikasi faktual juga dilakukan terhadap 18 partai yang tidak lolos verifikasi administrasi. Hasil dari verifikasi faktual ini ditetapkan pada tanggal 8 Januari 2013, dimana KPU mengumumkan 10 partai sebagai peserta Pemilu 2014. Pada 18 Maret 2013, Komisi Pemilihan Umum mengabulkan putusan Pengadilan Tata Usaha Negara yang memutuskan Partai Bulan Bintang dapat mengikuti Pemilu 2014. PBB ikut menjadi peserta Pemilu 2014 dan mendapat nomor urut 14. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia juga menjadi peserta Pemilu 2014 setelah KPU mengabulkannya pada 25 Maret 2013. PKPI menjadi peserta dengan nomor urut 15.

2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah: 1. Bagaimana regulasi yang mengatur partai politik sehubungan dengan verifikasi pada pemilu 2014? 2. Bagaimana perkembangan verifikasi partai politik dari tahun 2009 hingga 2014?

organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan citacita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945. Dari definisi-definisi yang telah diuraikan diatas dapat kita simpulkan bahwa partai politik adalah organisasi yang dibentuk oleh

B. Kajian Teori 1. Partai Politik Dalam kehidupan yang demokrasi seperti di Indonesia sekarang ini, partai politik merupakan instrumen yang wajib ada disuatu negara yang menjalankan demokrasi. Bahkan pendapat yang ekstrim yang mengatakan bahwa tidak ada demokrasi ketika tidak ada partai politik didalamnya, karena partai politiklah yang memainkan peranan penting dalam sistem demokrasi. Dengan adanya partai politik maka masyarakat akan merasakan mempunyai negara/pemerintah, karena ketika tidak ada kekuatan penyeimbang dari penguasa maka kecenderungannya adalah

masyarakat dewasa dengan landasan kepercayaan tentang nilai-nilai tertentu tentang masyarakat yang dicita-citakan. Selanjutnya organisasi tersebut digunakan untuk menciptakan masyarakat yang cita-citakan melalui cara-cara yang sah yaitu dengan mendapatkan kekuasaan dibidang politik. Dengan dimilikinya kekuasaan tersebut maka mereka akan lebih mudah untuk menciptakan masyarakat yang dicita-citakan melalui kebijakan- kebijakan yang dibuat. Ketika definisi diatas belum memberikan gambaran yang utuh tentang partai politik maka untuk lebih jelasnya kita lihat apa fungsi dari partai politik tersebut. Ada tujuh Fungsi partai politik (Ramlan Surbakti: 116):

Sosialisasi politik Sosialisasi politik ialah proses pembentukan sikap dan orientasi politik para anggota masyarakat, melalui proses sosialisasi politik inilah masyarakat mengetahuinya arti pentingnya politik beserta instumen-instumennya. Sosialisasi politik kemudian menghasilkan budaya politik politik dalam bentuk perilaku politik yang tidak destruktif, mengutamakan konsensus dibanding menggunakan

akan sangat bergantung pada kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, baik itu pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah, presiden, gubernur atau walikota dan bupati, apakah itu dewan perwakilan rakyat pusat atau dewan perwakilan daerah. Dari pihakpihak tersebutlah kebijakan yang ditujukan untuk mengalokasikan nilai-nilai (ekonomi, pendidikan, kesehatan dan yang lain) akan dibuat dan diperuntukan kepada masyarakat luas. Partisipasi politik ialah kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijaksanaan umum dan dalam ikut menentukan pemimpinan pemerintah. Pemandu kepentingan Dalam masyarakat terdapat sejumlah kepentingan yang berbeda bahkan acapkali bertentangan, seperti antara kehendak mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya dan kehendak untuk mendapatkan barang dan jasa dengan harga murah tetapi bermutu; antara kehendak untuk mencapai efisiensi dan penerapan teknologi yang canggih, tetapi memerlukan tenaga kerja yang sedikit, dan kehendak untuk mendapat dan mempertahankan pekerjaan; antara kehendak untuk mendapatkan dan mempertahankan pendidikan tinggi yang bermutu tinggi, tetapi dengan kegiatan menampung, menganalisis dan memadukan berbagai kepentingan yang berbeda bahkan bertentangan menjadi berbagai alternatif kebijakan umum, kemudian diperjuangkan dalam proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Itulah yang dimaksud dengan fungsi pemandu kepentingan. Komunikasi politik Komunikasi politik adalah proses penyampaian informasi

kekerasan dalam menyelesaikan konflik, mempunyai pertimbangan yang rasional dalam menentukan pilihan atau membuat keputusan yang kemudian perilaku seperti akan menjadi modal untuk pelaksanaan demokrasi (kedewasaan demokrasi). Rekrutmen politik Rekrutmen politik ialah seleksi dan pemilihan atau seleksi dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintah pada khususnya. Dari partai politiklah diharapakan ada proses kaderisasi pemimpin-pemimpin ataupun individu-individu yang

mempunyai kemampuan untuk menjalankan tugasnya dengan baik sesuai dengan jabatan yang mereka pegang. Dalam alam demokrasi walaupun individu disini diberikan kesempatan sama untuk mencapai derajat tertentu, untuk mendapatkan suatu hal tetapi ada aturan bagaimana cara individu tersebut mencapai hal tersebut melalui undang-undang atau peraturan yang ada. Dengan adanya partai politik maka individu-individu tadi akan lebih mudah untuk mendapatkan keinginya di bidang politik, dalam artian walaupun tanpa partai politikpun bisa mendapatkannya tetapi tentunya akan lebih sulit. Partisipasi politik Partai politik dengan fungsi komunikasi dan sosialisasi politiknya akan membawa kepada pencerahan yang rasional kepada masyarakat untuk kegiatan politik. Dengan fungsi tersebut kemudian diharapkan akan memunculkan kesadaran masyarakat terkait nasibnya di masa yang akan datang. Nasib mereka dimasa yang akan datang tersebut

mengenai politik dari pemerintahan kepada masyarakat dan dari masyarakat ke pemerintah. Informasi merupakan hal yang sangat penting ketika kita berbicara organisasi modern, karena organisasi (Pemerintah) tersebut akan dapat mempertahan kekuasaan ketika mengerti apa saja yang menjadi kebutuhan dari masyarakatnya. Banyak rezim di dunia ini yang tidak dapat mempertahankan

kekekuasaannya yang dikarenakan mereka tidak mengerti apa yang menjadi kebutuhan masyarakat sehingga dari situ muncul ketidak puasan masyarakat kepada penguasanya yang kemudian berujung pada proses penggantian penguasa baik itu dengan cara yang diatur secara konstitusi ataupun dengan kudeta. Disisi lain informasi juga dibutuhkan oleh masyarakat untuk mengetahui sejauh mana pemerintah dalam menjalankan fungsinya, dengan cara seperti apa dan bagaimana capaian yang dikehendaki. Partai politik ini berada diantara pemerintah dan masyarakat, sehingga sangat strategis posisinya dalam hubungan ini. Dalam hubunga ini tentunya akan sangat tergantung di pihak mana partai politik berada, apakah di pihak pemerintah ataukah oposisi, tentunya hal ini akan mempengaruhi isi dari pemberian informasi yang diberikan kepada masyarakat terkait dengan sudut pandang atau nilai-nilai yang diperjuangkan. Pengendalian konflik Berbicara konflik ini kemudian akan berkaitan dengan

dan kepentingan pihak-pihak yang berkonflik dan membawa permasalahan kedalam musyarawarah badan perwakilan rakyat untuk mendapatkan penyelesaian berupa keputusan politik. Kontrol politik Kontrol politik ialah kegiatan untuk menunjukkan kesalahan, kelemahan dan penyimpangan dalam isi suatu kebijakan atau dalam pelaksanaan kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan oleh

pemerintahan. Produk dari pemerintahan ada suatu kebijakan, kebijakan-kebijakan ini yang kemudian akan menyangkut kepentingan masyarakat secara umum. Baik buruknya kebijakan tentunya sangat bisa diperdebatkan mengingat kebijakan pemerintah tidak akan pernah mungkin bisa memberikan kepuasan kepada semua orang.

Permasalahan yang muncul adalah kepada siapa kebijakan itu akan memberi keuntungan. Pada titik inilah kemudian kontrol partai politik memainkan fungsinya untuk menyikapi suatu kebijakan yang dikeluarkan pemerintah terkait kelemahan yang ada dan kemana alokasi nilai-nilai dari kebijakan itu akan diberikan. Ketika suatu kebijakan telah dibuat dan dimplementasikan pun perang partai politik masih diperlukan untuk mengawal kebijakan tersebut sesuai dengan tujuan awal yaitu untuk apa kebijakan itu dibuat. Ketika kebijakan itu sudah menjadi keputusan tidak serta merta dapat menyelesaikan permasalahan seperti yang telah direncanakan. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya kebijakan tersebut dalam menyelesaikan masalah. Faktor pelaksana kebijakan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh, karena dibanyak kasus banyak kebijakan itu gagal atau kurang berhasil yang diakibatkan oleh pelaku atau oknum yang mengejar kepentingan pribadinya.

kepentingan, konflik ini muncul karena ada kepentingan-kepentingan yang berbeda saling bertemu. Kepentingan disini adalah kepentingan dari orang, kelompok, atau golongan-golongan yang ada dalam masyarakat. Mengingat di dalam masyarakat Indonesia khususnya, dimana dengan berbagai macam keberagaman yang ada baik itu golongan, agama, etnis ataupun yang bersifat sektoral. Tentunya akan banyak sekali kepentingan yang akan saling berbenturan, hal ini tentunya akan membawa dampak yang luar biasa ketika dibiarkan begitu saja. Memang konflik dalam masyarakat itu tidak bisa dihilangkan tetapi yang harus dilakukan adalah bagaimana

memanajemen konflik tersebut supaya konflik tersebut sifatnya tidak merusak hubunga antar golongan tadi dengan cara-cara kekerasan. Partai politik sebagai salah satu lembaga demokrasi berfungsi untuk mengendalikan konflik melalui cara berdialog dengan pihakpihak yang berkonflik, menampung dan memadukan berbagai aspirasi

2. Pemilihan Umum (Pemilu) Berdasarkan Undang-Undang No.8 tahun 2012 Pasal 1 ayat 1, Pemilihan Umum, selanjutnya disebut Pemilu, adalah sarana pelaksanaan

kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang(-orang) untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden, wakil rakyat di berbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala desa. Pada konteks yang lebih luas, Pemilu dapat juga berarti proses mengisi jabatan-jabatan seperti ketua OSIS atau ketua kelas, walaupun untuk ini kata 'pemilihan' lebih sering digunakan. Pemilu merupakan salah satu usaha untuk memengaruhi rakyat secara persuasif (tidak memaksa) dengan melakukan kegiatan retorika, public relations, komunikasi massa, lobby dan lain-lain kegiatan. Meskipun agitasi dan propaganda di Negara demokrasi sangat dikecam, namun dalam kampanye pemilihan umum, teknik agitasi dan teknik propaganda banyak juga dipakaioleh para kandidat atau politikus selalu komunikator politik. Dalam Pemilu, para pemilih dalam Pemilu juga disebut konstituen, dan kepada merekalah para peserta Pemilu menawarkan janji-janji dan program-programnya pada masa kampanye. Kampanye dilakukan selama waktu yang telah ditentukan, menjelang hari pemungutan suara. Setelah pemungutan suara dilakukan, proses penghitungan dimulai. Pemenang Pemilu ditentukan oleh aturan main atau sistem penentuan pemenang yang sebelumnya telah ditetapkan dan disetujui oleh para peserta, dan disosialisasikan ke para pemilih.

Regulasi adalah "mengendalikan perilaku manusia atau masyarakat dengan aturan atau pembatasan." Regulasi dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, misalnya: pembatasan hukum diumumkan oleh otoritas pemerintah, regulasi pengaturan diri oleh suatu industri seperti melalui asosiasi perdagangan, Regulasi sosial (misalnya norma), co-regulasi dan pasar. Seseorang dapat, mempertimbangkan regulasi dalam tindakan perilaku misalnya menjatuhkan sanksi (seperti denda). Tindakan hukum administrasi, atau menerapkan regulasi hukum, dapat dikontraskan dengan hukum undang-undang atau kasus. Regulasi diamanatkan oleh upaya negara untuk menghasilkan hasil yang tidak mungkin sebaliknya terjadi, memproduksi atau mencegah hasil di tempat yang berbeda dengan apa yang dinyatakan mungkin terjadi, atau memproduksi atau mencegah hasil dalam rentang waktu yang berbeda daripada yang akan terjadi. Dengan cara ini, Regulasi dapat dilihat sebagai artefak laporan pelaksanaan kebijakan. Contoh umum regulasi mencakup kontrol di masukan pasar, harga, upah, persetujuan Pembangunan, efek polusi, pekerjaan bagi orang-orang tertentu dalam industri tertentu, standar produksi untuk barang-barang tertentu, pasukan militer dan jasa.

C. Pembahasan 1. Regulasi Yang Mengatur Verifikasi Partai Politik Dalam Pemilu 2014 Akhir bulan Agustus lalu akhirnya Mahkamah Konstitusi (MK) memutus perkara judicial review terhadap UU Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD. Substansi putusan lembaga pengawal konstitusi tersebut sangat berpengaruh terhadap eksistensi partai politik di Indonesia secara keseluruhan, terutama partai politik yang ingin

3. Regulasi Regulasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengaturan. Regulasi di Indonesia diartikan sebagai sumber hukum formil berupa peraturan perundang-undangan yang memiliki beberapa unsur, yaitu merupakan suatu keputusan yang tertulis, dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang, dan mengikat umum.

mengikuti Pemilu 2014. Substansi putusan MK tersebut mewajibkan semua partai politik untuk mengikuti proses verifikasi yang dilakukan oleh KPU. Proses ini adalah tahapan yang harus dilalui semua partai politik agar dapat ditetapkan sebagai peserta Pemilu 2014. Syarat yang harus dilalui oleh partai politik

10

agar dapat lolos dalam tahapan ini mengacu pada ketentuan Pasal 8 ayat (2) UU Nomor 8 Tahun 2012 yang sudah diubah MK melalui putusannya. Ada sembilan syarat yang harus dipenuhi partai politik secara kumulatif, jika ada satu yang tidak dipenuhi maka otomatis tidak dapat menjadi peserta pemilu. Syarat yang dianggap krusial tersebut antara lain adalah memiliki kepengurusan diseluruh provinsi, memiliki kepengurusan di 75% kabupaten/kota dalam provinsi tersebut, memiliki kepengurusan di 50% kecamatan dalam kabupaten/kota tersebut, keterwakilan 30% perempuan dalam kepengurusan tingkat pusat, dan memiliki anggota sekurang-kurangnya 1000 orang atau 1/1000 dari jumlah penduduk pada kepengurusan partai politik di kabupaten/kota. Saat ini KPU sudah mulai melakukan verifikasi awal partai politik dengan cara melengkapi 17 syarat administratif. Dari 46 partai politik yang diberikan kesempatan untuk melengkapi syarat tersebut, hanya 34 partai politik yang sanggup melengkapi. Selebihnya dinyatakan gugur, partai politik yang dinyatakan gugur tersebut ada yang pernah mengikuti pemilu 2009 dan bahkan mendapatkan kursi di beberapa daerah. Verifikasi yang wajib dilalui oleh semua partai politik tanpa terkecuali ini bisa dibilang merupakan langkah bijak dari MK. Makna lain dari putusan MK tersebut adalah keinginan kuat bahwa peserta pemilu legislatif 2014 bukanlah partai lima tahunan, tetapi partai yang setiap waktu hidup bersama dan ada untuk masyarakat. Proses verifikasi yang sedang dijalani oleh partai politik ini terbilang cukup berat. Tidak hanya bagi partai politik baru tetapi juga bagi partai politik yang sudah memiliki kursi di parlemen. Tahap verifikasi ini akan menentukan jumlah partai yang akan bertarung di pemilu legislatif tahun 2014. Sedikit atau banyak serta berkualitas atau tidaknya partai yang menjadi peserta pemilu akan sangat bergantung pada kesuksesan tahap ini. Verifikasi administrasi
1. Melaksanakan verifikasi administrasi dokumen persyaratan: a) surat pendaftaran partai politik menjadi calon peserta Pemilu Anggota

oleh Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal partai politik tingkat pusat atau sebutan lain dan dibubuhi cap/stempel basah.
b) salinan Berita Negara Republik Indonesia yang memuat tanda

terdaftar bahwa partai politik tersebut sebagai badan hukum yang telah dilegalisir oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
c) surat pernyataan yang ditandatangani oleh pimpinan partai politik

tingkat pusat berkenaan kepengurusan, alamat dan kantor tetap tingkat provinsi dan kabupaten/kota serta kepengurusan tingkat kecamatan sesuai formulir Model F1-Parpol.
d) surat pernyataan yang ditandatangani oleh pimpinan partai politik

tingkat pusat berkenaan daftar susunan pengurus dan alamat kantor tetap partai politik tingkat provinsi sesuai formulir Lampiran 1 Model F1-Parpol.
e) surat pernyataan yang ditandatangani oleh pimpinan partai politik

tingkat pusat berkenaan daftar susunan pengurus dan alamat kantor tetap partai politik tingkat kabupaten/kota sesuai formulir Lampiran 2 Model F1-Parpol.
f) surat pernyataan yang ditandatangani oleh pimpinan partai politik

tingkat pusat berkenaan daftar susunan pengurus partai politik tingkat kecamatan sesuai formulir Lampiran 3 Model F1-Parpol.
g) surat pernyataan yang ditandatangani oleh pimpinan partai politik

tingkat pusat berkenaan daftar susunan pengurus dan alamat kantor tetap partai politik tingkat pusat sesuai formulir Lampiran 4 Model F1-Parpol.
h) keputusan partai politik tentang pengurus tingkat pusat, provinsi,

kabupaten/kota dan kecamatan.


i) surat pernyataan yang ditandatangani oleh pimpinan partai politik

tingkat pusat berkenaan memiliki anggota sekurang-kurangnya 1.000 (seribu) orang atau 1/1.000 (satu perseribu) dari jumlah penduduk pada setiap kepengurusan partai politik sesuai formulir Model F2Parpol.
j) surat pernyataan yang ditandatangani oleh pimpinan partai politik

DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota ditandatangani

11

12

tingkat pusat berkenaan rekapitulasi daftar anggota partai politik dalam wilayah kabupaten/kota sesuai formulir Lampiran 1 Model F2Parpol.
k) softcopy daftar nama anggota partai politik sekurang-kurangnya 1.000

c) Apabila terdapat dugaan ganda antar partai politik, ditindaklanjuti

dengan verifikasi faktual oleh KPU Kabupaten/Kota.


d) Setelah melakukan pencermatan, KPU menyampaikan daftar nama

anggota dalam bentuk softcopy kepada KPU Kabupaten/Kota untuk dicocokkan dengan daftar nama anggota partai politik sebagaimana formulir Lampiran 2 Model F2- Parpol dan fotokopi Kartu Tanda Anggota (KTA).
3. Menyampaikan hasil verifikasi administrasi kepada partai politik.

(seribu) orang atau 1/1.000 (satu perseribu) dari jumlah penduduk pada setiap kabupaten/kota sesuai formulir Lampiran 2 Model F2Parpol.
l) surat pernyataan yang ditandatangani oleh pimpinan partai politik

tingkat pusat berkenaan keterwakilan perempuan 30 % (tiga puluh persen) pada kepengurusan partai politik tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota sesuai formulir Model F3-Parpol.
m) surat keterangan domisili kantor tetap dan alamat tetap partai politik

Apabila terdapat dokumen persyaratan yang belum lengkap, partai politik diberi kesempatan untuk melengkapi atau memperbaiki. Perbaikan persyaratan disampaikan oleh DPP partai politik kepada KPU, kecuali daftar nama anggota partai politik dalam bentuk hardcopy dan fotokopi KTA disampaikan kepada KPU Kabupaten/Kota.
4. Melakukan verifikasi administrasi terhadap perbaikan persyaratan.

tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota dari Camat atau sebutan lain/Lurah/Kepala Desa atau sebutan lain sesuai formulir Model F11Parpol.
n) salinan bukti kepemilikan atau sewa atau pinjam kantor tetap partai

Apabila terdapat perbaikan syarat keanggotaan partai politik, KPU melakukan pencermatan dugaan ganda dan menyampaikan hasilnya kepada KPU Kabupaten/Kota untuk dicocokkan dengan hardcopy daftar nama anggota partai politik dan fotokopi KTA hasil perbaikan. Verifikasi Faktual Verifikasi faktual dilaksanakan oleh:
1. Komisi Pemilihan Umum

politik tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota.


o) surat keterangan tentang pendaftaran nama, lambang, dan/ atau tanda

gambar partai politik dari kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia.
p) fotokopi nomor rekening atas nama partai politik pada tingkat pusat,

provinsi dan kabupaten/kota.


q) salinan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga partai politik

Komisi Pemilihan Umum melaksanakan verifikasi faktual terhadap :


a. Kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) partai politik, yaitu

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.


r) nama dan tanda gambar partai politik ukuran 10 x 10 cm berwarna

berkenaan dengan Ketua Umum atau sebutan lain, Sekretaris Jenderal atau sebutan lain, dan Bendahara partai politik serta keterwakilan perempuan paling sedikit 30% (tiga puluh perseratus) dalam kepengurusan DPP partai politik (Model F4-Parpol),
b. Keberadaan kantor tetap DPP partai politik (Model F11-Parpol). 2. Komisi Pemiuhan Umum Provinsi

sebanyak 5 (lima) lembar.


2. Melaksanakan verifikasi administrasi keanggotaan partai politik: a) Mencermati dugaan ganda keanggotaan partai politik dalam satu

partai politik atau antar partai politik.


b) Apabila terdapat dugaan ganda dalam satu partai politik, dihitung satu

Komisi Pemilihan Umum Provinsi melaksanakan verifikasi faktual terhadap:

keanggotaan.

13

14

a. Kepengurusan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) partai politik atau

f. Kekurangan kelengkapan kantor tersebut pada huruf d angka 3) tidak dapat menggugurkan pemenuhan syarat verifikasi kebenaran kantor partai politik. g. Kantor partai politik di tingkat pusat wajib berkedudukan di ibu kota negara. h. Kantor partai politik dapat berupa rumah tinggal yang telah diubah menjadi kantor partai politik. 2. Komisi pemilihan umum provinsi a. Melakukan verifikasi faktual terhadap kebenaran keberadaan alamat kantor partai politik tingkat provinsi. b. Sasaran verifikasi kebenaran kantor partai politik untuk mengetahui kebenaran bahwa partai politik tersebut memiliki kantor di provinsi tersebut yang sesuai dengan alamat dimaksud dalam dokumen.

sebutan lain, yaitu berkenaan dengan Ketua atau sebutan lain, Sekretaris atau sebutan lain, dan Bendahara partai politik.
b. Keberadaan kantor tetap DPD partai politik di provinsi. 3. Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota

Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota melaksanakan verifikasi faktual terhadap :


a. Kepengurusan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) partai politik atau

sebutan lain, yaitu berkenaan dengan Ketua atau sebutan lain, Sekretaris atau sebutan lain, dan Bendahara partai politik.
b. Keberadaan kantor tetap DPC partai politik di kabupaten/kota. c. Keanggotaan partai politik di kabupaten/kota.

Verifikasi faktual terhadap kebenaran keberadaan kantor tetap partai politik: 1. Komisi pemilihan umum a. Melakukan verifikasi faktual terhadap kebenaran keberadaan alamat kantor partai politik tingkat pusat. b. Sasaran verifikasi kebenaran kantor partai politik untuk

c. Jumlah provinsi yang menjadi acuan sebagaimana tertuang dalam Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 106/SK/KPU/Tahun 2008. d. Provinsi yang dilakukan verifikasi faktual kebenaran kantor hanya pada provinsi yang dinyatakan memenuhi syarat. e. Melakukan pengecekan langsung ke alamat kantor tersebut berkenaan dengan kebenaran keberadaan kantor partai politik di alamat tersebut. f. Objek verifikasi meliputi:
1) keberadaan secara fisik kantor partai politik; 2) administrasi dan dokumen status kantor; 3) kelengkapan dan sarana alat tulis kantor.

mengetahui kebenaran bahwa partai politik tersebut memiliki kantor kepengurusan partai politik tingkat pusat sesuai dengan alamat dimaksud dalam dokumen. c. Melakukan pengecekan langsung ke alamat kantor kepengurusan partai politik tingkat pusat berkenaan dengan kebenaran

keberadaan kantor partai politik di alamat tersebut. d. Objek verifikasi meliputi: 1) keberadaan secara fisik kantor partai politik; 2) administrasi dan dokumen status kantor; 3) kelengkapan dan sarana alat tulis kantor. e. Untuk kelengkapan administrasi dan dokumen status kantor, dilakukan pengecekan terhadap dokumen status kantor (milik sendiri, sewa menyewa, atau pinjam pakai). Kelengkapan kantor, antara lain papan nama kantor dan alat tulis kantor.

g. Untuk kelengkapan administrasi dan dokumen status kantor, dilakukan pengecekan terhadap dokumen status kantor (milik sendiri, sewa menyewa, atau pinjam pakai). Kelengkapan kantor, antara lain papan nama kantor dan alat tulis kantor. h. Kekurangan kelengkapan kantor tersebut pada huruf f angka 3) tidak dapat menggugurkan pemenuhan syarat verifikasi kebenaran kantor partai politik.

15

16

i. Kantor partai politik di tingkat provinsi wajib berkedudukan di ibu kota provinsi yang bersangkutan. Secara teritorial, ibu kota provinsi meliputi wilayah kota dari ibu kota provinsi bersangkutan. Jika di luar Ibu kota provinsi dinyatakan tidak memenuhi syarat. j. Kantor partai politik dapat berupa rumah tinggal yang telah diubah menjadi kantor partai politik. k. Partai politik yang sama dengan kepengurusan provinsi dan kota dapat berada di satu gedung sepanjang berada di ruangan yang berbeda. 3. Komisi pemilihan umum kabupaten/kota a. Melakukan verifikasi faktual terhadap kebenaran keberadaan alamat kantor partai politik tingkat kabupaten/kota. b. Sasaran verifikasi kebenaran kantor partai politik untuk mengetahui kebenaran bahwa partai politik tersebut memiliki kantor di provinsi tersebut yang sesuai dengan alamat dimaksud dalam dokumen. c. Jumlah kabupaten/kota yang menjadi acuan sebagaimana tertuang dalam Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor

dapat menggugurkan pemenuhan syarat verifikasi kebenaran kantor partai politik. i. Kantor partai politik di tingkat kota (dulu dikenal dengan sebutan kota administratif atau kotamadya), wajib di wilayah kota tersebut. j. Mengingat beragamnya masalah berkenaan ibu kota kabupaten, kantor partai politik di tingkat kabupaten tidak wajib berada di ibu kota kabupaten, tetapi dapat berada di seluruh wilayah dalam kabupaten tersebut. Sedangkan kantor partai politik kabupaten tidak dibenarkan berada di wilayah kota atau wilayah kabupaten lainnya. k. Kantor partai politik dapat berupa rumah tinggal yang telah diubah menjadi kantor partai politik. l. Partai politik yang sama dengan kepengurusan kota dan provinsi dapat berada di satu gedung sepanjang berada di ruangan yang berbeda. Verifikasi faktual terhadap keanggotaan partai politik bertujuan untuk membuktikan kebenaran adanya keanggotaan partai politik tersebut. Berikut ini langkah-langkah yang dilakukan dalam verifikasi faktual: Langkah pertama, melakukan seleksi terhadap keabsahan dokumen administrasi keanggotaan partai politik yang tidak memenuhi syarat misainya KTA ganda. Langkah kedua, setelah jumlah KTA tersebut bersih, kemudian dilakukan penarikan sample 10% (sepuluh persen) dari total keanggotaan bersih yang diserahkan partai politik di tiap-tiap kabupaten/kota. Bukan 10% (sepuluh persen) dari batas minimal 1/1000 jumlah penduduk. Metode acak sample dapat dilakukan secara manual dengan gulungan kertas atau komputerisasi. Langkah ketiga, sample tiap-tiap partai politik diklasifikasikan per kecamatan dan per desa lengkap dengan alamat sample tersebut. Langkah keempat, anggota PPS melakukan verifikasi kebenaran keanggotaan partai politik satu per satu ke rumah-rumah anggota partai politik atau dengan cara lain yang dimungkinkan. Dalam konteks ini,

106/SK/KPU/Tahun 2008. d. Kabupaten/kota yang dilakukan verifikasi faktual kebenaran kantor hanya pada provinsi yang dinyatakan memenuhi syarat. e. Melakukan pengecekan langsung ke alamat kantor tersebut berkenaan dengan kebenaran keberadaan kantor partai politik di alamat tersebut. f. Objek verifikasi meliputi :
1) keberadaan secara fisik kantor partai politik; 2) administrasi dan dokumen status kantor; 3) kelengkapan dan sarana alat tulis kantor.

g. Untuk kelengkapan administrasi dan dokumen status kantor, dilakukan pengecekan terhadap dokumen status kantor (milik sendiri, sewa menyewa, atau pinjam pakai). Kelengkapan kantor, antara lain papan nama kantor dan alat tulis kantor. h. Kekurangan kelengkapan kantor tersebut pada huruf f angka 3) tidak

17

18

PPS dilarang membocorkan sampel kepada partai politik. Langkah kelima, total sampel yang memenuhi syarat (MS) dan tidak memenuhi syarat (TMS) direkapitulasi oleh KPU

Pasal 8 (1) Partai Politik Peserta Pemilu pada Pemilu terakhir yang memenuhi ambang batas perolehan suara dari jumlah suara sah secara nasional ditetapkan sebagai Partai Politik Peserta Pemilu pada Pemilu berikutnya. (2) Partai politik yang tidak memenuhi ambang batas perolehan suara pada Pemilu sebelumnya atau partai politik baru dapat menjadi Peserta Pemilu setelah memenuhi persyaratan: a. berstatus badan hukum sesuai dengan Undang-Undang tentang Partai Politik; b. memiliki kepengurusan di seluruh provinsi; c. memiliki kepengurusan di 75% (tujuh puluh lima persen)

Kabupaten/Kota. Apabila total sampel yang dikategorikan MS memenuhi ketentuan minimal 10% (sepuluh persen) dari 1/1000 atau 1.000 jumlah penduduk, maka partai politik tersebut dinyatakan memenuhi syarat (MS) keanggotaan partai politik di kabupaten/kota itu dan tidak perlu dilanjutkan dengan perbaikan sampel, kendatipun ada sampel yang TMS. Langkah keenam, bagi partai politik yang tidak memenuhi syarat ketentuan minimal 10% (sepuluh persen) sampel, maka perbaikan akan dilakukan. Langkah ketujuh, dalam waktu 3 (tiga) hari, KPU

jumlah kabupaten/kota di provinsi yang bersangkutan; d. memiliki kepengurusan di 50% (lima puluh persen) jumlah kecamatan di kabupaten/kota yang bersangkutan; e. menyertakan sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen) keterwakilan perempuan pada kepengurusan partai politik tingkat pusat; f. memiliki anggota sekurang-kurangnya 1.000 (seribu) orang atau 1/1.000 (satu perseribu) dari jumlah Penduduk pada kepengurusan partai politik sebagaimana dimaksud pada huruf c yang dibuktikan dengan kepemilikan kartu tanda anggota; g. mempunyai kantor tetap untuk kepengurusan pada tingkatan pusat, provinsi, dan kabupaten/kota sampai tahapan terakhir Pemilu; h. mengajukan nama, lambang, dan tanda gambar partai politik kepada KPU; dan i. menyerahkan nomor rekening dana Kampanye Pemilu atas nama partai politik kepada KPU. Pasal 9

Kabupaten/Kota melakukan verifikasi faktual terhadap sampel yang memenuhi ketentuan angka 8, melalui PPS. Langkah kedelapan, KPU Kabupaten/Kota merekapitulasi kembali sampel- sampel yang diverifikasi pada angka 9 di atas dan dijumlahkan dengan sampel pada tahap verifikasi pertama yang telah memenuhi syarat. Apabila total sampel yang memenuhi syarat dari verifikasi tahap pertama dan kedua ternyata masih kurang dari batas minimal persyaratan, maka dinyatakan partai politik tersebut tidak memenuhi keanggotaan partai politik di kabupaten/kota yang bersangkutan. Dalam hal PPK dan PPS belum terbentuk atau tidak dapat melaksanakan tugasnya, KPU Kabupaten/Kota dapat melakukan verifikasi faktual dengan cara- cara yang memungkinkan sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Untuk lebih rincinya, berikut ini isi dari Undang-undang No. 8 Tahun 2012 sehubungan dengan partai politik dan verifikasi dalam pemilihan umum untuk tahun 2014 mendatang: BAB III PESERTA DAN PERSYARATAN MENGIKUTI PEMILU

19

20

(1) KPU

melaksanakan

penelitian

administrasi

dan

penetapan

PENETAPAN PARTAI POLITIK SEBAGAI PESERTA PEMILU Pasal 17 (1) Partai politik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) ditetapkan sebagai Peserta Pemilu dengan melampirkan dokumen persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf g, dan huruf h serta dilengkapi

keabsahan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8. (2) Ketentuan mengenai tata cara penelitian administrasi dan penetapan keabsahan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan KPU.

PENDAFTARAN PARTAI POLITIK SEBAGAI CALON PESERTA PEMILU Pasal 14 (1) Partai politik dapat menjadi Peserta Pemilu dengan mengajukan pendaftaran untuk menjadi calon Peserta Pemilu kepada KPU. (2) Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dengan surat yang ditandatangani oleh ketua umum dan sekretaris jenderal atau sebutan lain pada kepengurusan pusat partai politik. (3) Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilengkapi dengan dokumen persyaratan yang lengkap. (4) Jadwal waktu pendaftaran Partai Politik Peserta Pemilu ditetapkan oleh KPU paling lambat 20 (dua puluh) bulan sebelum hari pemungutan suara.

dengan surat keterangan memenuhi ambang batas perolehan suara DPR dari jumlah suara sah secara nasional pada Pemilu sebelumnya dan perolehan kursi di DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota dari KPU. (2) Partai politik calon Peserta Pemilu yang lulus verifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ditetapkan sebagai Peserta Pemilu oleh KPU. (3) Penetapan partai politik sebagai Peserta Pemilu dilakukan dalam sidang pleno KPU. (4) Penetapan nomor urut partai politik sebagai Peserta Pemilu dilakukan secara undi dalam sidang pleno KPU terbuka dan dihadiri oleh wakil seluruh Partai Politik Peserta Pemilu. (5) Hasil penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) diumumkan oleh KPU.

VERIFIKASI PARTAI POLITIK CALON PESERTA PEMILU Pasal 16 (1) KPU melakukan verifikasi terhadap kelengkapan dan kebenaran persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 terhadap partai politik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2). (2) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus selesai dilaksanakan paling lambat 15 (lima belas) bulan sebelum hari pemungutan suara. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan dan waktu verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan KPU. PENGAWASAN ATAS PELAKSANAAN VERIFIKASI PARTAI POLITIK CALON PESERTA PEMILU Pasal 18 (1) Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Panwaslu Kabupaten/Kota melakukan pengawasan atas pelaksanaan verifikasi partai politik calon Peserta Pemilu yang dilaksanakan oleh KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota. (2) Dalam hal Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Panwaslu

Kabupaten/Kota menemukan kesengajaan atau kelalaian yang dilakukan oleh anggota KPU, KPU Provinsi, dan KPU

Kabupaten/Kota dalam melaksanakan verifikasi partai politik calon

21

22

Peserta Pemilu sehingga merugikan atau menguntungkan partai politik calon Peserta Pemilu, maka Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Panwaslu Kabupaten/Kota menyampaikan temuan tersebut kepada KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota. (3) Temuan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Panwaslu

Partai politik yang lolos verifikasi administrasi pada pemilihan umum tahun 2009 yaitu: 1.Partai Barisan Nasional 2.Partai Demokrasi Pembaruan 3.Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) 4.Partai Hanura 5.Partai Indonesia Sejahtera 6.Partai Karya Perjuangan 7.Partai Kasih Demokrasi Indonesia

Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib ditindaklanjuti Kabupaten/Kota. oleh KPU, KPU Provinsi, dan KPU

Dan aturan-aturan partai politik terkait verifikasi dalam pemilihan umum juga termasuk dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik. Berikut rinciannya: Pasal 51 (1) Partai Politik yang telah disahkan sebagai badan hukum berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik tetap diakui keberadaannya dengan kewajiban melakukan penyesuaian menurut Undang-Undang ini dengan mengikuti verifikasi. (1a) Verifikasi Partai Politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan Partai Politik yang dibentuk setelah Undang-Undang ini diundangkan, selesai paling lambat 2 (dua setengah) tahun sebelum hari pemungutan suara pemilihan umum. (1b) Dalam hal Partai Politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak memenuhi syarat verifikasi, keberadaan Partai Politik tersebut tetap diakui sampai dilantiknya anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota hasil Pemilihan Umum tahun 2014. (1c) Anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota dari Partai Politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1b) tetap diakui keberadaannya sebagai anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota sampai akhir periode keanggotaannya. 2. Verifikasi Partai Politik Dalam Pemilihan Umum 2009 dan 2014 a. Pemilu 2009
23

8.Partai Kebangkitan Nasional Ulama 9.Partai Kedaulatan 10.Partai Matahari Bangsa 11.Partai Nasional Benteng Kerakyatan 12.Partai Patriot 13.Partai Peduli Rakyat Nasional 14.Partai Pemuda Indonesia 15.Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia 16.Partai Perjuangan Indonesia Baru 17.Partai Persatuan Daerah 18.Partai Republik Nusantara 19. Partai Amanat Nasional (PAN) 20 Partai Bintang Reformasi (PBR) 21. Partai Bulan Bintang (PBB) 22. Partai Damai Sejahtera (PDS) 23. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) 24. Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK) 25. Partai Demokrat 26. Partai Golongan Karya (Partai Golkar) 27. Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB) 28. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) 29. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 30. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)

24

31. Partai Nasional Indonesia (PNI) Marhaenisme 32. Partai Pelopor 33. Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI) 34. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)

11. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia 12. Partai Demokrat 13. Partai Persatuan Pembangunan 14. Partai Kedaulatan Bangsa Indonesia Baru 15. Partai Peduli Rakyat Nasional

Sedangkan daftar 11 parpol yang tidak lolos verifikasi administrasi KPU pada saat itu : 1. Partai Islam 2. Partai Kristen Demokrasi Indonesia 3. Partai Tenaga Kerja Indonesia 4. Partai Masyarakat Madani 5. Partai Pemersatu Nasional Indonesia 6. Partai Republik 7. Partai Bela Negara 8. Partai Nasional Indonesia 9. Partai Persatuan Perjuangan Rakyat 10. Partai Kerakyatan Nasional 11. Partai Reformasi Demokrasi

16. Partai Persatuan Nasional

Sementara 18 Partai Politik yang dinyatakan tidak lolos verifikasi administrasi Tahap II, adalah sebagai berikut : 1. Partai Demokrasi Kebangsaan 2. Partai Kesatuan Demokrasi Indonesia 3. Partai Kongres 4. Partai Serikat Rakyat Independen 5. Partai Karya Republik 6. Partai Nasional Republik 7. Partai Buruh 8. Partai Damai Sejahtera 9. Partai Republika Nusantara 10. Partai Nasional Indonesia Marhaenisme

b. Pemilu 2014 Dari 16 Partai Politik yang dinyatakan lolos verifikasi administrasi Tahap II, adalah sebagai berikut : 1. Partai Nasdem 2. PDIP 3. PKB 4. Partai Bulan Bintang 5. Partai Hanura 6. PAN 7. Partai Golkar 8. PKS 9. Partai Gerindra 10. Partai Demokrasi Pembaruan

11. Partai Karya Peduli Bangsa 12. Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia 13. Partai Penegak Demokrasi Indonesia 14. Partai Kebangkitan Nasional Ulama 15. Partai Republik 16. Partai Kedaulatan 17. Partai Bhinneka Indonesia 18. Partai Nasional Benteng Kerakyatan Indonesia Selasa, 8 Januari 2013, Komisi Pemilihan Umum KPU mengumumkan verifikasi faktual partai politik yang lolos verifikasi untuk Pemilu 2014. Ada 10 Partai yang lolos, yaitu 9 partai yang sudah ada pada Pemilu 2009 dan 1 partai baru. Sedangkan sisanya yaitu 24 partai yang mendaftar tidak lolos verifikasi. Menurut Ketua KPU Husni Kamil Manik, ke 10 partai

25

26

politik yang lolos memenuhi syarat verifikasi di 33 provinsi diantaranya, organisasi cabang yang jelas di setiap propinsi maupun kabupaten baik dari segi kepengurusan, keberadaan sekretariat, dana pendukung dan berbadan hokum. Keputusan meloloskan hanya 10 partai politik untuk Pemilu 2014 oleh KPU memerlukan perjuangan cukup berat. Karena membutuhkan proses yang panjang, teliti dan dengan data akurat serta kredibel. KPU mempersilahkan para partai yang tidak lolos untuk mengajukan gugatan ke Badan Pengawas Pemilu BAWASLU atau gugatan secara perdata. 10 Partai tersebut adalah: 1. Partai Nasional Demokrat (NasDem) 2. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 3. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 4. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) 5. Partai Golongan Karya (Golkar)

2. Partai Kebangkitan Bangsa [PKB] 3. Partai Keadilan Sejahtera [PKS] 4. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan [PDIP] 5. Partai Golongan Karya [Golkar] 6. Partai Gerakan Indonesia Raya [Gerindra] 7. Partai Demokrat [PD] 8. Partai Amanat Nasional [PAN] 9. Partai Persatuan Pembangunan [PPP] 10. Partai Hati Nurani Rakyat [Hanura] 11. Partai Damai Aceh [PDA] 12. Partai Nasional Aceh [PNA] 13. Partai Aceh [PA] 14. Partai Bulan Bintang [PBB] 15. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia [PKPI]

6. Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) 7. Partai Demokrat (PD) 8. Partai Amanat Nasional (PAN) 9. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 10. Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) Dalam perkembangannya ternyata ada 2 parpol lagi yang dinyatakan lolos verifikasi oleh pengadilan sehingga peserta pemilu menjadi 12 parpol nasional dan 3 parpol lokal di Aceh. 2 parpol yang dinyatakan lolos verifikasi melalui keputusan pengadilan yakni Partai Bulan Bintang [PBB] pada tanggal 18 Maret 2013 dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia [PKPI] pada tanggal 25 Maret 2013.

Berikut daftar tetap partai politik peserta pemilu tahun 2014 beserta nomor urutnya : 1. Partai Nasional Demokrat [Nasdem]

27

28

D. Penutup 1. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan: 1. Verifikasi administrasi dan verifikasi faktual diperlukan untuk lebih meyakinkan pada posisi parpol bahwa mereka memang solid dan layak untuk jadi wakil rakyat. 2. Fakta hukum bahwa syarat yang harus dipenuhi oleh partai politik untuk mengikuti pemilihan umum legislatif tahun 2009 ternyata berbeda dengan persyaratan untuk pemilihan umum legislatif tahun 2014. Syarat untuk menjadi peserta pemilihan umum bagi partai politik tahun 2014 justru lebih berat bila dibandingkan dengan persyaratan yang harus dipenuhi oleh partai politik baru dalam pemilihan umum legislatif tahun 2009. Tidak adil apabila partai politik yang telah lolos menjadi peserta pemilihan umum pada tahun 2009 tidak perlu diverifikasi ulang untuk dapat mengikuti pemilihan umum pada tahun 2014 sebagaimana partai politik baru, sementara partai politik yang tidak memenuhi parliamentary threshold (PT) harus mengikuti verifikasi dengan syarat yang lebih berat. Dengan demikian, demi penyederhanaan partai politik, syarat

menjadi peserta pemilihan umum yang diatur dalam Pasal 8 Ayat (2) UU No 8/2012 harus diberlakukan kepada semua partai politik yang akan mengikuti Pemilihan Umum 2014, tanpa kecuali.

Seperti yang sudah diketahui, untuk menjadi peserta Pemilu 2009, partai politik hanya disyaratkan memiliki kepengurusan minimal di 2/3 jumlah provinsi dan memiliki kepengurusan minimal di 2/3 jumlah

kabupaten/kota di provinsi yang bersangkutan, untuk provinsi yang bersangkutan. Untuk menuju Pemilu 2014, syarat itu diperberat menjadi memiliki kepengurusan di seluruh provinsi, memiliki pengurus minimal di 75% jumlah kabupaten/kota di provinsi bersangkutan, dan memiliki kepengurusan minimal di 50% jumlah kecamatan di kabupaten/kota bersangkutan.

2. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat disarankan: Keberadaan syarat verifikasi yang terbilang berat ini diharapkan dapat membuat partai politik untuk menjalankan fungsinya dengan baik. Proses verifikasi administrasi dan faktual yang telah dijalankan oleh KPU sudah semestinya akan menghasilkan partai politik peserta pemilu yang benarbenar menjalankan fungsinya selama ini. Dengan diadakannya verifikasi

29

30

administrasi dan faktual diharapkan lebih membuat masyarakat untuk lebih terdidik lagi pada sisi politiknya. Proses verifikasi sudah semestinya dilakukan oleh KPU dengan mengedepankan syarat formal yang telah ditetapkan oleh UU dan diperkuat oleh MK. Masyarakat juga harus mengawasi dan mengawasi proses ini dengan sebaik-baiknya, kompromi-kompromi politik yang mungkin terjadi untuk meloloskan partai politik yang tidak memenuhi syarat jangan sampai terjadi. Bagi partai politik yang benar-benar menjalankan fungsinya sebagai sarana artikulasi dan agregasi kepentingan, komunikasi, sosialisasi, serta rekrutmen politik maka sembilan syarat tersebut akan mudah dilalui dengan baik. Sebaliknya, jika fungsi-fungsi partai politik tersebut tidak berjalan maka sudah tentu sangat sulit untuk memenuhi syarat tersebut. Dengan jumlah peserta pemilu yang tak terlalu banyak, maka diharapkan partai politik yang lolos ke parlemen, yang berarti juga jumlah fraksi makin sedikit. Makin sedikit jumlah parpol di parlemen, maka diharapkan pemerintahan yang berjalan tidak terlalu gaduh.

31

Anda mungkin juga menyukai