Anda di halaman 1dari 5

PEMBUATAN FEED DAN DETAIL DESIGN FASILITAS PRODUKSI UNIT II DAN UNIT III AREA GEOTHERMAL LAHENDONG

Dokumen: LHD-DTNK-ME-DTN-001Tanggal: 16-09-2005Revisi: 1Status: C

A.1 A.1.1

Beban Gempa Umum Penghitungan beban gempa bertujuan untuk memperhitungkan pembebanan dengan data masukan gempa pada daerah lokasi bejana, sebagai masukan pembebanan pada perancangan bejana tekan vertikal maupun tumpuan. Struktur, termasuk bejana tekan, yang terkena gempa akan mengalami beban akibat pergerakan dasar bejana/tumpuan sehingga keseluruhan struktur bejana akan bergetar. Bejana vertikal diasumsikan sebagai bejana tinggi fleksibel, sedangkan bejana horisontal diasumsikan sebagai bejana rigid. Beban gempa diperhitungakan dalam dua arah, yaitu vertikal dan horisontal dengan besaran yang akan ditentukan berdasarkan rancangan bejana tekan, wilayah gempa dan jenis tanah sesuai dengan aturan-aturan pada sub bab Error: Reference source not found dan A.1.3 berikut ini.

A.1.2

Perhitungan Beban Gempa untuk Bejana Tinggi Fleksibel Adanya percepatan yang terjadi karena gempa pada bejana tinggi fleksibel akan mengakibatkan terjadinya defleksi pada bejana dan terjadinya pergerakan relatif antara pusat massa bejana dan tumpuan terhadap pondasi karena adanya gaya inersia. Getaran yang terjadi karena defleksi elastis akan diredam oleh struktur, baik dalam bentuk deformasi elastis maupun plastis sebagian. Bejana akan beresonansi ketika getaran gempa mendekati periode getar pertama dari bejana. Semakin lama periode getar pertama T bejana dan tumpuan serta semakin tinggi kapasitas redaman, akan mengurangi kerusakan yang mungkin terjadi. Pada arah vertikal, beban gempa akan memperbesar dead weight menjadi 1.25 x dead weight. Penambahan beban vertikal sebesar 0.25 didapat dari percepatan batuan dasar pada wilayah gempa 5, seperti ditunjukkan pada gambar B.2. Sedangkan untuk pembebanan arah horisontal, beban gempa disederhanakan menjadi gaya horisontal statik ekivalen. Gaya horisontal statik ekivalen ini merupakan besaran empirik yang ditentukan oleh

PT. PERTAMINA (PERSERO) AREA GEOTHERMAL LAHENDONG

PT. TITIS SAMPURNA

PT. LAPI - ITB

HALAMAN 18 DARI 47

PEMBUATAN FEED DAN DETAIL DESIGN FASILITAS PRODUKSI UNIT II DAN UNIT III AREA GEOTHERMAL LAHENDONG
Dokumen: LHD-DTNK-ME-DTN-001Tanggal: 16-09-2005Revisi: 1Status: C

koefisien seismik, yaitu berdasarkan sejarah gempa pada lokasi bejana yang akan dibangun. Bejana harus dirancang supaya bisa menahan gaya geser minimum yang terjadi pada dasar pada semua arah saat terjadi gempa. Besarnya gaya geser tersebut adalah: V = ZKCW Dengan W Z K C Dead weight bejana Faktor zone gempa, untuk wilayah gempa 5 (SNI 1726 2002) diambil nilai Z=4 koefisien struktur, untuk bejana silinder yang ditumpu pada dasarnya, nilai K=2 Faktor fleksibilitas untuk T < 0.12 s C=0.10 untuk T 0.12 s C=0.05/T1/3 (B.2)

Untuk menghitung nilai C di atas tidak diperlukan nilai T yang terlalu akurat, karena tidak akan menghasilkan nilai C yang jauh berbeda. Selain itu, asumsi kantilever (tumpuan jepit) pada dasar skirt akan berakibat nilai T yang dihasilkan lebih kecil dibanding nilai T sebenarnya. Nilai T ditentukan dari Pressure Vessel Handbook, yaitu: H T = 0.0000265 D dengan: D H w t Diameter outside (ft) Tinggi bejana, termasuk skirt (ft) Berat bejana per tinggi bejana (lb/ft) Tebal skirt pada dasar (in.) M b = VH pusat massa A.1.3 Perhitungan Beban Gempa untuk Bejana Rigid Perhitungan beban gempa untuk bejana horisontal mengambil asumsi bejana kaku (rigid) sehingga tidak berdeformasi. Konsekuensinya seluruh bejana mengalami percepatan arah horisontal sama dengan
2

wD t

(B.3)

Besar momen pada dasar yang diakibatkan oleh beban gempa adalah: (B.4)

PT. PERTAMINA (PERSERO) AREA GEOTHERMAL LAHENDONG

PT. TITIS SAMPURNA

PT. LAPI - ITB

HALAMAN 19 DARI 47

PEMBUATAN FEED DAN DETAIL DESIGN FASILITAS PRODUKSI UNIT II DAN UNIT III AREA GEOTHERMAL LAHENDONG
Dokumen: LHD-DTNK-ME-DTN-001Tanggal: 16-09-2005Revisi: 1Status: C

percepatan gempa. Setiap bagian dari bejana akan mengalami gaya inersia horisontal yang besarnya sama dengan massa bejana dikalikan percepatan gempa:

P = m a = W g a = a g W = c W
dengan:

(B.5)

a W

c
P

Bagian kecil dari massa bejana Percepatan gempa arah horisontal Bagian kecil dari berat bejana Koefisien seismik pada lokasi tertentu Gaya inersia horisontal

Resultan gaya inersia bejana akibat gempa terletak pada pusat massa bejana yang besarnya:
Pe = c W

(B.6)

Nilai c didapat dari gambar B.2, wilayah gempa Indonesia menurut SNI 1726-2002. Untuk wilayah 5, nilai c=0.25. Sehingga resultan gaya yang bekerja pada bejana pada arah horisontal adalah: Pe = 0.25.W (B.7)

Beban statik ekivalen tersebut selanjutnya akan menyebabkan momen pada dasar bejana/tumpuan seperti dijelaskan pada Gambar B .1. Besarnya momen pada dasar bejana adalah: M b = Pe H pusat massa (B.8)

PT. PERTAMINA (PERSERO) AREA GEOTHERMAL LAHENDONG

PT. TITIS SAMPURNA

PT. LAPI - ITB

HALAMAN 20 DARI 47

PEMBUATAN FEED DAN DETAIL DESIGN FASILITAS PRODUKSI UNIT II DAN UNIT III AREA GEOTHERMAL LAHENDONG
Dokumen: LHD-DTNK-ME-DTN-001Tanggal: 16-09-2005Revisi: 1Status: C

Gambar B.1

Beban statik ekivalen akibat gempa

Sedangkan, pada arah vertikal, seperti pada bejana tinggi fleksibel, beban gempa akan memperbesar dead weight menjadi 1.25 x dead weight. Penambahan beban vertikal sebesar 0.25 didapat dari percepatan batuan dasar pada wilayah gempa 5, seperti ditunjukkan pada gambar B.2.

PT. PERTAMINA (PERSERO) AREA GEOTHERMAL LAHENDONG

PT. TITIS SAMPURNA

PT. LAPI - ITB

HALAMAN 21 DARI 47

PEMBUATAN FEED DAN DETAIL DESIGN FASILITAS PRODUKSI UNIT II DAN UNIT III AREA GEOTHERMAL LAHENDONG
Dokumen: LHD-DTNK-ME-DTN-001Tanggal: 16-09-2005Revisi: 1Status: C

Gambar B.2 ulang 500

Wilayah Gempa Indonesia dengan percepatan puncak batuan dasar dengan perioda

HALAMAN 22 DARI 47

Anda mungkin juga menyukai