s RI (2003), diperkirakan terdapat 8 juta kasus baru terjadi di seluruh dunia setiap tahun dan hampir 3 juta orang meninggal sebagai akibat langsung dari penyakit ini Kasus TB pada anak terjadi sekitar 1,3 juta setiap tahun dan 450.000 di antaranya meninggal dunia Berdasarkan Global Tuberculosis Control Tahun 2009 (data tahun 2007) angka prevalensi TBC sebesar 244/100.000 penduduk atau sekitar 565.614 kasus
ETIOLOGI Mycobacterium tuberculosa panjang 1-4 mikron dan lebar 0,2-0,8 mikron Aerob Berbentuk batang Bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai (BTA) Dormant Tahan hidup pada udara kering dan dingin cepat mati dgn sinar matahari langsung
CARA PENULARAN Secara inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei, khususnya di dapat dari pasien TB dengan BTA positif. Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan mempermudah proses penularan berperan dalam peningkatan jumlah kasus TB.
TB Paru Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA) TB paru dibagi atas: a. Tuberkulosis paru BTA (+) adalah: - Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif - Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan radiologik menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif. - Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan positif b. Tuberkulosis paru BTA (-) - Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinik dan kelainan radiologic menunjukkan tuberkulosis aktif. - Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M. tuberculosis positif Berdasarkan tipe pasien
Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe pasien yaitu : a. Kasus baru Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan. b. Kasus kambuh Pasien yang pernah dinyatakan sembuh dari c. Kasus defaulted atau drop out Adalah pasien yang tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai TB, tapi kemudian TB kembali aktif
d. Kasus gagal 1. Pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan). 2. Pasien dengan hasil BTA negatif gambaran radiologik positif menjadi BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan e. Kasus kronik / persisten Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai pengobatan ulang kategori 2 denganpengawasan yang baik Klasifikasi TB Primer TB Sekunder
FAKTOR RISIKO
Patogenesis
PENYEBARAN BAKTERI TB
MANIFESTASI KLINIS Gejala sistemik: Demam dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah). Sesak napas Nyeri dada Malaise (tidak nafsu makan, penurunan berat badan, sakit kepala,keringat malam,dll)
Bagian Yg Terinfeksi
Rongga perut
Kandung kemih
Otak
Kerusakan gijal, infeksi di sekitar ginja Benjolan di dalam kantung zakar Kemandulan Nyeri, kollaps tulang belakang & tungkai
Tulang belakang
Pemeriksaan Fisis Inspeksi : hemi torak kanan dan kiri simetris dengan gerakan yang statis dan dinamis. Retraksi interkostal (-) kecuali pada TBC kronis akibat dari fibrosis jaringan paru. Palpasi : Fremitus melemah karena cavitas maupun infiltrat Perkusi : Redup infiltrat yg luas Auskultasi : bervariasi, terdapat juga suara nafas tambahan (rhonki basah, kasar)
PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium darah rutin (LED normal atau meningkat, limfositosis) Foto toraks PA dan lateral Gambaran foto toraks yang menunjang diagnosis TB yaitu: Bayangan lesi terletak dilapangan atas paru atau segmen apical lobus bawah. Bayangan berawan (patchy) atau berbercak (nodular). Adanya kavitas, tunggal, atau ganda. Kelainan bilateral, terutama di lapangan atas paru. Adanya kalsifikasi. Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian. Bayangan milier. Pemeriksaan Sputum BTA BTA sputum positif minimal 2 dari 3 spesimen SPS (sewaktu-pagi-sewaktu)
Tes Mantoux/Tuberkulin Setelah 4872 jam tuberkulin disuntikkan maka diukur diameter dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi: 1. Pembengkakan (Indurasi) : 05mm, uji mantoux negatif. 2. Pembengkakan (Indurasi) : 69mm, uji mantoux meragukan. 3. Pembengkakan (Indurasi) : 10-15mm, uji mantoux positif. 4. Pembengkakan (Indurasi) : >15mm, uji mantoux positif kuat. Test Mantoux positif artinya : Pernah mendapat infeksi basil tuberkulosis yang tidak berkembang menjadi penyakit Menderita tuberkulosis yang masih aktif Menderita TBC yang sudah sembuh Pernah mendapatkan vaksinasi BCG Adanya reaksi silang (cross reaction) karena infeksi mikobakterium atipik.
Tes PAP (peroksidase anti peroksidase) Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen imunoperoksidase staining untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB. Pemeriksaan bakteriologi pewarnaan Ziehl-Neelsen. biakan aspirasi pleura/biopsi, contoh urin pagi hari, usapan laring, aspirasi lambung, LCS, biopsy hepar atau aspirasi sumsum tulang Teknik Polymerase Chain Reaction Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam berbagai tahap sehingga dapat mendeteksi meskipun hanya ada1 mikroorganisme dalam specimen. Selain itu teknik PCR ini juga dapat mendeteksi adanya resistensi. DIAGNOSIS Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya. Pemeriksaan fisik secara langsung. Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak). Pemeriksaan patologi anatomi (PA). Rontgen dada (thorax photo). dan Uji tuberkulin.
Diagnosis TB berdasarkan letak dari infeksinya yaitu TB paru dan TB ekstra paru.
Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu - pagi sewaktu (SPS). Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA) diagnosis utama Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya
PENATALAKSANAAN Tujuan pengobatan penderita tuberkulosis : Menyembuhkan penderita Mencegah kematian Mencegah kekambuhan atau timbulnya resistensi terhadap OAT Memutuskan rantai penularan
Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah terjadinya resistensi terhadap semua Obat Anti TB (OAT), terutama rifampisin. Bila pengobatan tahap intensif diberikan secara tepat, penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi BTA negatif pada akhir pengobatan intensif.
Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama
Medikamentosa Program Nasional Penanggulangan TB di Indonesia menggunakan paduan OAT, yaitu : Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3 Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol setiap hari (tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan rifampisin tiga kali dalam seminggu (tahap lanjutan). Diberikan kepada: Penderita baru TBC paru BTA positif. Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru) berat.
Kategori 2 : 2 HRZES / HRZE/ 5 H3R3E3 dan paduan obat sisipan (HRZE) Diberikan kepada: Penderita kambuh Penderita gagal terapi Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat
Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3 Diberikan kepada: Penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif
Obat sisipan Obat ini diberikan apabila pada akhir tahap intensif dari pengobatan dengan kategori 1 atau kategori 2, hasil pemeriksaan sputum masih BTA positif
Nama obat
Obat
Efek samping
Kontra indikasi
Rifampisin
Ikterus, flu like syndrome, nyeri epigastrik, reaksi hipersensitf, supresi imun Neuritis perifer, ikterus, hipersensitf, mulut kering, nyeri epigastrik, tinitus Ggn hati, gout, atralgia, anoreksia, mual muntah Gatal, nyeri perut, bingung, ggn penglihatan, halusinasi, malaise, neuritis Ggn vestibuler, menurunkan fungsi ginjal, hipersensitif
Hipersensitif
INH
Hipersensitif
Pirazinamid
Etambutol
Streptomisin
EVALUASI HASIL PENGOBATAN Evaluasi pengobatan dilakukan dengan beberapa cara, yaitu evaluasi klinis, evaluasi radiologis, dan pemeriksaan LED.
Evaluasi yang terpenting adalah evaluasi klinis, yaitu menghilang atau membaiknya kelainan klinis yang sebelumnya ada pada awal pengobatan, misalnya penambahan BB yang
bermakna, hilangnya demam, hilangnya batuk, perbaikan nafsu makan, dan lain-lain. Apabila respons pengobatan baik, maka pengobatan dilanjutkan. Evaluasi radiologis dalam 2-3 bulan pengobatan tidak perlu dilakukan secara rutin, kecuali pada TB dengan kelainan radiologis yang nyata/luas seperti TB milier, efusi pleura atau bronkopneumonia TB. Pada pasien TB milier, foto torak perlu diulang setelah 1 bulan untuk evaluasi hasil pengobatan sedangkan pada efusi pleura TB pengulangan foto torak dilakukan setelah 2 minggu.
Laju endap darah dapat digunakan sebagai sarana evaluasi bila pada awal pengobatannya nilainya tinggi.
KOMPLIKASI Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema Komplikasi lanjut : Obstruksi jalan nafas, kerusakan parenkim berat, kor pulmonal, sindrom gagal napas (ARDS), karsinoma paru
PROGNOSIS Jika berobat teratur sembuh total (95%). Jika dalam 2 tahun penyakit tidak aktif, hanya sekitar 1 % yang mungkin relaps.